Share

Ciuman Mesra

Author: Author Mars
last update Last Updated: 2024-03-14 11:32:30

"Tuan, Nyonya, selamat kalian sudah bersatu. Ini adalah berita gembira," ucap Celine tersenyum.

"Bibi...," ucap Vivian terhenti. "Nyonya Zanetta." Vivian langsung mengubah sapaan setelah mengingat identitas asli wanita itu.

Celine dengan ramah menyahut istri sang Jenderal itu,"Panggil saja bibi! Terdengar lebih akrab. Setidaknya kita sudah kenal dan tinggal bersama satu malam," kata Celine dengan senyum.

"Baiklah," jawab Vivian.

Charlie menatap mesra pada istrinya,"Saat itu hanya nyonya Zanetta yang bisa aku percaya, sehingga meminta bantuannya untuk menjemputmu," jelas Charlie.

"Sebenarnya kalau tanpa bantuan Anda, saya sudah tidak berdiri di sini lagi. Semua ini atas bantuan yang Anda berikan pada saya," ucap Celine pada Charlie.

"Sama-sama! Jangan sungkan!" jawab Charlie.

***

Charlie dan Vivian baru saja kembali ke kediaman mereka setelah menghadiri acara di gedung Group Stars. Setelah memasuki kamar, Vivian tampak duduk di tepi kasur dengan tatapan kosong dan wajah murung. Ia ter
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Charlie Yang Tegas

    Vivian hanya bisa mengangguk pasrah dan menggigit bibirnya. Perlahan, Charlie bangkit dan merasakan Sensasi yang luar biasa nikmat menyeruak dalam diri Charlie. Selama hidupnya, hanya Vivian wanita yang pernah dia sentuh. Pria itu memeluk tubuh istrinya erat, merapatkan bibirnya pada leher Vivian yang halus. Napasnya terasa panas dan berat, membuat Vivian semakin ketakutan. Namun, ia tak bisa melarikan diri. Dalam sekejap, Charlie mulai melakukan penyatuan dengan istrinya, mencoba merasakan kembali kenikmatan yang pernah ia rasakan sebelumnya. Sementara itu, Vivian merasakan perih yang menusuk-nusuk hatinya. Ia meremas sprei dengan erat, menahan rasa sakit yang tak terperikan. "Aahh!" teriak Vivian, meneteskan air mata yang tak bisa ditahan lagi. Di kamar yang remang-remang, Charlie merasa begitu beruntung bisa menikmati saat-saat indah bersama Vivian, istrinya yang cantik jelita. Tubuh mereka saling menyatu, penuh dengan kehangatan dan cinta yang mendalam. Merasakan perih yang d

    Last Updated : 2024-03-14
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Kekhawatiran Charlie

    Sementara itu, di koridor rumah sakit, Dokter Hanz berjalan sambil membaca berkas pasien. Tiba-tiba, dia berpapasan dengan temannya, Charlie. Dokter Hanz menghentikan langkahnya, bingung melihat Charlie di sana. "Kenapa kamu ada di sini?" tanya Dokter Hanz, penasaran. Charlie menghela napas, tampak kesal. "Mari kita minum!" ajak Charlie tanpa menjawab pertanyaan temannya, lalu melangkah pergi. Di sebuah cafe, Charlie dan Hanz duduk berhadapan sambil menyesap minuman yang mereka pesan. Charlie tampak murung dan gelisah, sedangkan Hanz mencoba menggali informasi tentang apa yang terjadi. "Aku yakin ibu tirimu pasti sangat terpukul dengan kejadian tadi," ucap Hanz, mencoba meredam amarah Charlie."Aku tidak peduli apa yang dia lakukan. Sebagai Jenderal yang mengendalikan banyak prajurit. Aku harus bijak dalam membuat keputusan. Abaikan tali persaudaraan. Siapa pun dia aku harus bersikap tegas. Kalau tidak mampu maka jangan pernah bermimpi untuk bergabung," jawab Charlie.Charlie dan H

    Last Updated : 2024-03-14
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Mencemaskan Charlie

    Charlie menghela napas kasar, matanya berkaca-kaca. Ia mengepalkan tangannya erat, merasakan keraguan dan keputusasaan yang mendalam. "Aku akan memberi penjelasan di saat itu juga. Aku berharap Vivian akan memahamiku," jawabnya dengan suara yang bergetar. Hanz menggigit bibirnya, menatap Charlie dengan pandangan yang bercampur rasa iba dan kebingungan. Dalam hatinya ia merasa terbelah antara keinginan untuk membantu sahabatnya dan rasa tanggung jawab sebagai seorang dokter yang harus mempertimbangkan segala aspek sebelum melakukan tindakan yang tak dapat diubah.****Kediaman JenderalCharlie membuka pintu kamarnya dengan perasaan kusam dan langkah yang tidak semangat, seolah hidupnya terasa berat. Begitu masuk, istrinya, Vivian, segera menyadari perubahan suasana pada suaminya dan menghampirinya dengan cemas. "Kenapa wajahmu begitu kusam?" tanya Vivian sambil menyentuh wajah Charlie dengan lembut. "Apa kamu sedang minum?" lanjut Vivian yang mencium bau alkohol yang menyengat di bad

    Last Updated : 2024-03-15
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Rencana Penyerangan

    Meliza berjalan masuk ke rumah dengan langkah cepat, Hendy yang baru saja sadar dari pingsannya, masih terlihat lemah. Wajah wanita itu memerah, penuh amarah yang mendalam. Begitu pintu rumah tertutup, Meliza langsung melepaskan segala kekesalannya. "Charlie tidak tahu sopan santun! Tega sekali Charlie memperlakukan putra kita seperti itu!" ucap Meliza dengan suara yang tercekat. Suaminya, Ronald. menatap Meliza dan Hendy dengan ekspresi tenang. "Meliza, apa yang dilakukan Charlie sebenarnya adalah tugasnya sebagai Jenderal. Dia ingin memastikan Hendy benar-benar memiliki kemampuan untuk mengobati korban perang nantinya," jelas Ronald dengan tenang. Meliza menatap suaminya dengan pandangan tidak percaya. "Tapi, dia menyakiti putra kita! Hendy bahkan pingsan karena ulah Charlie padanya!" seru Meliza, sambil meraih tangan Hendy. Ronald menghela napas panjang. "Aku tahu, Tapi, jika Hendy tidak bisa mengatasi hal sekecil itu, bagaimana dia akan mampu menghadapi medan perang yang jauh

    Last Updated : 2024-03-15
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Serangan di Tengah Jalan

    Malam itu, Astone Villare bersama anggota kelompoknya berdiri di tepi danau yang sunyi. Gerimis turun dari langit yang kelabu, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Astone, seorang pria berwajah yang memiliki bekas luka dan tubuh kekar, menatap permukaan air yang bergelombang dengan ekspresi muram. Rambut hitamnya basah kuyup dan wajahnya tampak seperti patung."Charlie Parkitson, aku ingin kamu hancur bersama keluargamu. Aku tidak puas kalah begitu saja darimu," gumam Astone dengan suara penuh amarah yang terpendam. Matanya menyala bak api yang siap membakar semuanya. Anggota kelompoknya yang berdiri di sekeliling Astone menatap pemimpin mereka dengan penuh respek dan rasa takut yang bercampur. Mereka tahu, Astone bukanlah orang yang bisa mereka remehkan. Sikap kejam dan ambisinya untuk menang sendiri membuatnya dikenal sebagai sosok yang mengerikan. Salah seorang anggota kelompok itu, seorang pria berkumis tebal, berbicara dengan nada ragu. "Bos, apakah kita akan melancarkan

    Last Updated : 2024-03-15
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Kesakitan

    Charlie membuka pintu mobilnya dengan tenang, menghadapi komplotan penjahat yang siap menghabisi nyawanya. Angin bertiup perlahan, membelai wajah Jenderal yang penuh keteguhan. Tidak ada rasa takut, ia siap menghadapi puluhan musuh yang mengancam. Sementara itu, Vivian merasa cemas dan ketakutan melihat suaminya dalam bahaya. Ia meminta pada Andrew, "Andrew, Jangan pedulikan aku. Kamu harus membantu Charlie!" Namun, Andrew tetap setia pada perintah Jenderal, "Nyonya, Jenderal perintahkan harus melindungi Anda!" jawabnya tegas. Kendati hati Andrew terbelah antara melindungi Vivian dan membantu atasannya, ia akhirnya memutuskan untuk mengikuti perintah. Bersama dua mobil pengawal, mereka perlahan mundur meninggalkan lokasi yang kian memanas, membiarkan Charlie menghadapi musuh-musuhnya sendirian."Jenderal Charlie yang terkenal tangguh di medan perang, kini harus berhadapan dengan kami. Apakah tidak takut dengan senjata kami yang mungkin saja akan mengambil nyawamu?" Sebuah tawa sinis

    Last Updated : 2024-03-15
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Keguguran

    "Charlie, perutku sakit sekali, ada apa dengan anak kita? Tolong selamatkan dia...," tangisan Vivian yang mengenggam erat tangan suaminya. membuat Charlie bingung dan panik. Wajah Vivian pucat pasi dan keringat dingin mengucur deras di keningnya. "Honey, kita akan ke rumah sakit sekarang," ujar Charlie sambil segera menggendong Vivian dan membawanya ke mobil. Dua jam kemudian, Charlie mondar-mandir di depan ruangan perawatan, menunggu istrinya yang ditangani oleh dokter spesialis kandungan. Raut wajah pria itu terlihat cemas, tangannya berkeringat dan ia menggigit bibirnya dengan kuat, berusaha untuk tidak menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Sementara itu, di dalam ruangan perawatan, Vivian berbaring lemah di atas tempat tidur, wajahnya penuh dengan kesakitan. Dokter dan perawat berlalu-lalang, memeriksa detak jantung dan tekanan darahnya, sambil memberikan obat-obatan untuk meredakan rasa sakit. "Vivian, kamu akan baik-baik saja! Maaf kalau aku gagal melindungimu dan anak ki

    Last Updated : 2024-03-15
  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Kecurigaan Charlie

    Vivian baru saja pulang dari rumah sakit setelah beberapa hari dirawat. Kedua kakinya terasa lemah, Charlie mengendong istrinya berjalan menuju ke kamarnya.Raut wajah Vivian terlihat lesu, matanya sayu, dan bibirnya yang pucat menunjukkan betapa besar duka yang tengah ia jalani. Meskipun demikian, Charlie tetap berusaha untuk memberikan dukungan pada istrinya, mengelus punggungnya dengan lembut. Tak lama kemudian, Andrew datang menemui Charlie yang sedang duduk di samping tempat tidur Vivian. Ia menunduk dan berkata dengan sopan, "Tuan." Charlie menoleh, matanya tajam, dan suaranya terdengar tegas ketika ia memberikan perintah, "Mulai saat ini awasi semua orang dalam kediaman ini!" Charlie tidak bisa lagi mempercayai semua pelayan rumah tangga yang ada di rumah mereka, karena ia merasa bahwa salah satu dari mereka mungkin terlibat dalam kejadian yang menimpa istrinya. Andrew mengangguk, menunjukkan bahwa ia mengerti perintah yang diberikan oleh tuannya. "Baik, Tuan. Saya akan mela

    Last Updated : 2024-03-15

Latest chapter

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Happy End

    Justin yang melihat dirinya dikepung semakin yakin akan segera ditahan oleh mereka.Justin berdiri tegak di hadapan Bryan, wajahnya penuh amarah dan keputusasaan. Seluruh tubuhnya gemetar, namun ia tetap bersikeras untuk menuntut balas. "Kau membunuhnya sama saja membunuhku, Bryan Anderson," bisik Justin dengan suara parau. "Di saat itu juga, aku ingin mati bersamamu." Para prajurit mengarahkan senjata ke arah Justin, namun tiba-tiba Bryan mengangkat tangannya dan memberi perintah. "Kalian semua tahan! Jangan menembak tanpa perintah dariku!" Semua prajurit segera menurunkan senjata mereka, tak berani melawan perintah dari pemimpin mereka. Bryan menatap Justin dengan tatapan tajam, Bryan mengangkat senjatanya dan menodongkannya ke arah Justin. "Bukankah ini yang kau inginkan, Justin?" tantang Bryan, suaranya terdengar tenang namun tajam. "Kita akan saling menembak dan menguji kecepatan. Siapa yang kalah, dia yang mati!" Mereka saling menatap, matanya beradu, menunggu siapa yang akan

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Pertemuan Bryan dan Justin Maxwel

    Salah satu anggota Justin, melangkah cepat menuju ruangan Justin dan memberi laporan dengan nafas terengah-engah, "Tuan, berita buruk. Bryan Anderson memimpin sekelompok prajuritnya mengepung kawasan kita. Bukan hanya dari dekat, mereka juga mengawasi dari jauh. Teman-teman kita tidak bisa berkutik." Justin tersentak kaget, wajahnya memerah oleh kegemasan yang mulai memuncak. Ia segera membuka jendela ruangannya dan melihat ke arah luar sana. Matanya melihat banyak prajurit yang mengelilingi kawasan tempat tinggalnya, mereka bersiap dengan senjata di tangan dan tatapan yang tajam. "Sialan, Bryan Anderson, aku belum bertindak. Mereka sudah menyerang dulu," desis Justin dengan marah, mengepal tangan hingga knuckle-nya memutih. "Lawan mati-matian! Walau tidak ada jalan keluar, kita harus tetap lawan hingga pertumpahan darah!" perintah Justin.Anggotanya mengangguk, kemudian berlari keluar ruangan untuk mengumpulkan anggota lainnya. Sementara itu, Justin berdiri tegak, menatap luar jen

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Menyerang Kediaman Justin

    Bryan mencium bibir istrinya dengan lembut dan penuh kasih sayang, tangannya memeluk tubuh ramping Vivian dengan penuh perhatian. Di tengah kehangatan pelukan itu, Bryan menatap dalam-dalam mata istrinya dan berkata dengan suara lembut, "Aku ingin mengandeng tanganmu hingga akhir hayatku! Tidak peduli dalam kondisi apa pun. Aku akan tetap menjadi suami yang baik dan setia. biarkan aku yang menjadi kakimu di saat kamu ingin berjalan!" Mendengar ucapan tulus Bryan, hati Vivian terenyuh. Seulas senyum bahagia menghiasi bibirnya dan ia merasa semangat hidupnya kembali membara. "Terima kasih!" ucap Vivian sambil memeluk Bryan balik, merasakan kehangatan yang mengalir dari tubuh suaminya. Bryan kemudian melepaskan pelukan mereka dan menatap istrinya dengan tatapan penuh harapan. "Vivian, setelah urusan di sini selesai, kita akan ke China menjumpai tabib untuk menyembuhkan kakimu," kata Bryan dengan penuh keyakinan. Mendengar kata 'tabib', Vivian terkejut dan penasaran. "Tabib?" tanyanya

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Lion Adalah Justin Maxwel

    Rysa berdiri dengan gemetar, menatap Bryan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasa terpojok, tak tahu harus berkata apa untuk membela diri. "Tuan, Aku tidak mengerti maksudmu, Aku tidak melakukan kesalahan sama sekali," ujar Rysa yang ketakutan dan berusaha membela diri. Bryan menatapnya dengan tatapan tajam dan dingin. Ia melempar foto dan data ke wajah Rysa sehingga berterbangan dan jatuh berserakan di lantai. Rysa menunduk, merasa terhina, dan memungut foto-foto tersebut dengan tangan gemetar. "Kalau bukan karena kau pergi ke rumah mewah itu, Aku masih tidak tahu ternyata kamu adalah utusan Lion, yang sebelumnya menyamar sebagai pekerja di toko bunga. Apa kau masih tidak mengaku?" tanya Bryan dengan suara keras dan penuh kemarahan. "Tuan, aku...," ucap Rysa terdiam, ketakutan. Wajahnya tampak pucat, dan tangannya terus gemetar. Ia mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk meyakinkan Bryan bahwa ia tidak bersalah, namun terasa sulit. Bryan melangkah mendekat, membuat Rysa mu

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ketahuan Identitas Rysa

    Vivian menatap Bryan dengan mata berkaca-kaca, lalu mengeluarkan lembaran laporan medis milik Bryan dari amplop besar itu. Dia membacanya dengan seksama, dan hampir tidak percaya dengan laporan tersebut. Menurut laporan itu, Bryan telah melakukan vesektomi, prosedur pembedahan yang dilakukan untuk membuatnya mandul secara permanen.Bryan melihat kebingungan di wajah Vivian dan menghela napas sebelum berbicara, "Sebelum Hanz meninggal, aku meminta bantuannya. Aku tahu...melakukan ini tanpa sepengatahuanmu adalah salahku. Saat itu kamu baru keguguran. Aku tidak ingin kamu semakin tertekan." Mata Vivian membelalak, tak menyangka suaminya menyembunyikan rahasia sebesar ini darinya. "Kamu selalu berharap bisa memiliki seorang anak denganku. Tapi aku bukan tidak mau. Aku tidak ingin anak kita sama menderitanya denganku. Cukup aku saja yang menderita!" ungkap Bryan dengan suara bergetar."Lalu, untuk apa kamu memberitahu aku sekarang?" tanya Vivian yang memasukan kembali laporan tersebut.

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Godaan Rysa

    Malam itu, langit diliputi awan tebal dan rembulan menyembunyikan diri. Bryan terbaring di atas kasurnya dengan pikiran yang kalut, merenung tentang permasalahan dalam rumah tangganya. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka pelan dan sosok Rysa muncul dari baliknya. Dalam diam, Rysa menghampiri Bryan yang tampak lelah dan terlelap. Setiap langkahnya begitu hati-hati, tak ingin membangunkan pria itu. Begitu dekat dengannya, Rysa mulai melepaskan pakaiannya satu per satu, menampakkan tubuh putih mulusnya yang begitu menggoda. Dua gundukan besar di dada Rysa terlihat menonjol, dan bagian bawah tubuhnya juga terbuka lebar, memancarkan aura yang memikat. Rysa menatap Bryan dengan tatapan penuh nafsu, lalu berbisik dalam hati, "Bryan Anderson, malam ini juga aku akan membuatmu melupakan istrimu itu." Perlahan, Rysa mencium wajah Bryan yang masih terlelap, namun tiba-tiba pria itu terbangun dan menatap Rysa dengan ekspresi terkejut. Dia segera menahan tangan wanita itu dan bertanya dengan nada ke

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Ingin Bercerai

    Lily kemudian memberitahu apa saja yang dia ketahui selama ini," Nyonya, mengetahui setiap larut malam Rysa mendatangi ruangan pribadi Anda. Nyonya hanya diam dan tidak ingin menganggu. Walau pun begitu sebenarnya nyonya selalu menangis di setiap malam. Saya juga selalu melihat nyonya menolak bantuan dari Rysan. Walau pun nyonya sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rysa. Tapi nyonya tetap diam dan bungkam. Tidak tahu apa yang dipikirkan nyonya!" Bryan semakin merasa bersalah terhadap istrinya, Ia mengingat kembali permintaan Vivian yang tidak membutuhkan Rysa. Akan tetapi Bryan bersikeras menolak permintaannya."Ternyata karena kesalahpahaman sehingga Vivian meminta dia pergi, kenapa aku tidak bisa membaca pikiran istriku sendiri," sesal Bryan sambil mengusap wajahnya."Vivian, Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku sama sekali tidak mengkhianatimu. Secantik apa pun atau sesempurna apa pun wanita lain. Mereka tidak sebandingmu di mataku," batin Bryan.Di sisi lain, Rysa melangkah den

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Meninggalkan Kediaman

    Vivian kembali ke kamarnya, matanya terasa sembab setelah sepanjang hari menangis. Begitu memasuki kamar, ia segera mengambil semua botol obat yang ada di atas meja. Ia membuka tutup botol-botol itu satu per satu, dan menggenggam butiran obat yang beraneka warna dalam tangannya. Dengan mengunakan kursi roda, ia menuju ke kamar mandi dan membuang semua obat tersebut ke dalam toilet. Vivian menatap pil-pil yang hanyut di dalam air, kemudian menekan tombol siram. Butiran obat langsung tenggelam, seakan membawa perasaan putus asa yang melanda dirinya. Dada Vivian sesak saat ia merenungkan betapa suaminya, Bryan, ternyata telah menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, kondisi tubuhnya yang cacat kini sudah tidak penting sama sekali. Ia merasa sudah kehilangan segalanya, dan tak ada yang bisa ia lakukan untuk mengubah kenyataan tersebut. Ia duduk di kursi roda dan masih berada di kamar mandi, menangis sambil menahan suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain. Kemarahan dan kekes

  • Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin   Vivian Frustasi

    Keesokan harinya.Vivian hanya duduk sambil menatap Rysa yang merapikan kamarnya. Ia masih berbayang suaminya yang begitu peduli pada wanita itu."Nyonya, air sudah saya sediakan, Saya akan mengambil pakaian Anda sekarang," kata Rysa yang membuka pintu lemari dan mengambil pakaian Vivian.Tanpa beralih pandangan, Vivian memperhatikan Rysa dari atas hingga ujung kaki. Ia merasa iri dengan kecantikan yang dimiliki wanita itu. Dibandingkan dirinya yang sama sekali bukan tandingannya.Vivian hanya bisa kecewa pada dirinya, yang tidak mampu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Walau ia sangat cemburu dengan Rysa yang kini telah menjadi perhatian suaminya. Akan tetap ia tetap memilih diam."Aku akan mandi sendiri, Kamu pergilah lakukan pekerjaanmu yang lain!" perintah Vivian."Nyonya, Saya harus membantu Anda mandi. Kalau tidak akan bahaya kalau Anda sendiri berada di kamar mandi," kata Rysa.Vivian menatap wanita itu dengan senyum paksa," Aku ingin melakukannya sendiri, Supaya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status