Share

117. Kita akhiri saja

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2025-03-07 13:00:30

"Opa nggak maksa, Nak. Opa cuma mau nemenin kamu sunat," jelas Andre, sedikit khawatir Calvin salah paham.

"Iya, Kak. Ayah cuma usul Kenzie disunat besok. Kenzie 'kan udah mau enam tahun, usia yang pas untuk sunat," Viona menambahkan, berusaha menjelaskan. Penjelasan dari Kenzie saja mungkin kurang cukup.

"Ooh… ya udah, disunat saja. Ayah juga setuju kok. Mumpung hari libur, kan?" Calvin menatap sang anak.

"Ih Ayah, jahat! Kenzie kan nggak mau!" Kenzie mengerucutkan bibirnya, kesal.

"Kenapa nggak mau, Sayang?" tanya Calvin, bingung.

Viona menarik napas dalam-dalam. "Ada temen Kenzie yang kemarin sunat, Kak. Dia… meninggal. Karena kelalaian dokter. Dokternya… memotong kemalu*annya terlalu banyak, sampai dia pendarahan hebat dan tidak tertolong."

Mata Calvin membulat sempurna. Tubuhnya menegang, bayangan cerita Viona begitu nyata di benaknya. Dia merasakan sebuah sentakan dingin yang menjalar di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   118. Menjual diri

    Erick tampak terkejut. Dahinya berkerut. "Kamu ini bicara apa? Kenapa tiba-tiba begitu?" "Pak Calvin mencurigai kita berdua, dan dia mengancam saya, Pak." Suara Yogi gemetar, terdengar jelas ketakutan dalam suaranya. "Apa yang dia katakan?" Erick mendesak, rasa tidak percaya bercampur dengan amarah. "Kalau saya masih mengusik rumah tangganya, dia akan memastikan saya bernasib sama dengan Nona Agnes. Masuk penjara." "Terus kamu takut?" Erick bertanya, suaranya dingin. "Tentu saja saya takut, Pak. Apalagi Pak Calvin orang kaya, dia pasti bisa membayar polisi untuk menangkap saya." Suara Yogi semakin kecil, hampir tak terdengar. "Payah sekali kamu! Sama Calvin saja takut. Terus, kenapa dia bisa curiga kepada kita berdua? Apakah kamu memberitahu sesuatu padanya?" Erick bertanya dengan nada penuh amarah, suaranya meninggi.

    Last Updated : 2025-03-08
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   119. Tersangkut diresleting celana

    Di taman kota yang asri, suasana sejuk dan tenang menyelimuti mereka. Pepohonan rindang dan gemericik air mancur menciptakan oase kedamaian di tengah hiruk pikuk Jakarta. Mereka beralaskan tikar, menikmati makan siang ala camping. Andre, Dinda, Calvin, Viona, dan Kenzie tertawa lepas, berbagi bekal makan siang yang sederhana namun terasa istimewa. Aroma nasi hangat dan lauk pauk sederhana memenuhi udara, menambah kehangatan suasana. Kicau burung dan desiran angin menjadi musik latar yang merdu. Momen sederhana ini terasa begitu berharga, sebuah pelarian singkat dari rutinitas kota yang padat. "Sayang banget Chika dan Candra nggak diajak, pasti kalau ada mereka, bisa tambah seru, Yah," kata Calvin di sela-sela makan siang mereka. "Memangnya kenapa mereka nggak diajak, Kak?" tanya Viona, bingung. "Candra lagi liburan di Bogor, sementara Chika ada les, Vio," jawab Dinda.

    Last Updated : 2025-03-09
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   120. Dia hanya shock

    "Apa, Opa? Bulung Kenzie habis?" Mata Kenzie membulat sempurna, jeritan histeris pecah di ruangan itu. "Kenzie nggak mau, Opa! Kenzie nggak mau!!" Tangisnya menggema, mengiris hati siapapun yang mendengarnya. "Tidak, Nak! Jangan khawatir!" Dokter menepuk-nepuk pundak Kenzie dengan lembut, berusaha menenangkannya. "Opamu salah paham. Dokter tidak akan 'menghabiskan' bu*rungmu. Dokter hanya perlu memotong sedikit bagian yang terluka. Bayangkan saja seperti… kamu akan disunat, ya?" "Su-sunat?!" Mata Kenzie kembali membulat, serangan panik dan ketakutan menyergap. Membuatnya kembali pingsan. "Kenzie!!" Andre mencoba membangunkan Kenzie, menggoyangkan tubuhnya, namun dokter menghentikannya. "Biarkan saja, Pak. Dia hanya shock. Saya akan memberikan suntikan bius, dan sebaiknya Bapak menunggu di luar. Operasinya akan segera di

    Last Updated : 2025-03-10
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   121. Sudah takdirnya

    "Ayah... bagaimana keadaan Kenzie? Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Calvin, suaranya bergetar, langkahnya tergesa-gesa saat tiba di rumah sakit. Wajahnya pucat pasi, mencerminkan kecemasan yang mendalam. Dia, Dinda, dan Viona segera menghampiri Andre yang duduk di depan ruang UGD, ketegangan terpancar dari raut wajah mereka. "Jadi ceritanya ...." Andre berdiri, suaranya sedikit gemetar saat memulai penjelasan. Dia menceritakan semuanya, detail demi detail. Ketiga orang itu awalnya menegang, gidik ngeri membayangi pikiran mereka. Namun, di ujung cerita, sebuah rasa syukur yang mendalam memenuhi hati mereka. Operasi Kenzie berjalan lancar. "Alhamdulillah... anakku memang kuat, Yah," ucap Calvin, suaranya bercampur syukur dan kelegaan. Air mata haru hampir menetes dari sudut matanya. "Ada hikmahnya juga, ya, Kak... bu*rung si Kenzie tersangkut di sleting. Jadi 'kan dia nggak bisa ngelak buat disunat," kata Viona, suaranya te

    Last Updated : 2025-03-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   122. Jangan lewatkan kesempatan

    Suatu malam yang remang di sebuah diskotik, Yogi menarik Venny ke sudut ruangan, memperkenalkan istrinya kepada temannya, Dora. Niat jahat tersirat jelas di mata Yogi. Dia bermaksud menawarkan Venny, istrinya yang sedang hamil, untuk menjadi kupu-kupu malam. Venny, dengan gaun malamnya yang menawan namun tak mampu menyembunyikan perut buncitnya, merasa sesak. Rasa takut dan cemas bercampur menjadi satu. "Aku mau kamu tawarkan dia kepada pelangganmu, Dor," bisik Yogi, suaranya dingin dan tanpa ampun. Venny hanya bisa menunduk, air mata mengancam untuk tumpah. Dora, pria bertulang lunak dengan kemeja pink mencolok, mengamati Venny dari atas hingga bawah. Pandangannya terhenti pada perut Venny yang membuncit. "Lho, dia lagi hamil, Yog?" tanyanya, tak percaya. Dora ini sudah lama menjadi Mami di diskotik itu. Dan rata-rata anak didik yang berada dibawah naungannya selalu laku keras. "Enggak, dia enggak hamil," ja

    Last Updated : 2025-03-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   123. Bukan keluarganya

    "Apa kamu mengenalku?" Erick mengerutkan dahi, memerhatikan wajah Venny. Berbeda dengan Venny yang tahu Erick, meskipun itu hanya dari foto yang pernah Yogi tunjukkan. Namun, Erick justru tak mengenalinya, karena memang dia belum pernah bertemu dengan Venny sebelumnya. "Oh enggak kok, Pak," jawab Venny yang memilih berbohong. Dia merasa takut jika jujur nanti Erick akan berubah pikiran untuk tak jadi membelinya. "Tapi kenapa tadi kamu menyebut namaku? Tau dari mana?" "Oh itu ... dulu aku pernah kerja di perusahaan Bapak. Tapi mungkin Bapak sudah lupa." Venny menjawab secara asal, dijadikan bahan alasan. "Benarkah?" Mata Erick berbinar, tampak senang mendengarnya. "Memangnya kamu pernah kerja di kantorku dibagian apa?" "Saya permisi dulu kalau begitu ya, Om. Selamat bersenang-senang." Dora pamit, lalu menutup pintu dengan rapat. M

    Last Updated : 2025-03-12
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   124. Ladang pahala

    "Beliau terkena serangan jantung, Pak, akibat terlalu banyak mengkonsumsi alkohol. Dan tolong hubungi pihak keluarganya, katakan bahwa Pak Erick sudah meninggal dunia." Dokter menyampaikannya dengan nada lembut namun tegas. Tapi membuat mata mereka yang ada di sana membulat sempurna. "Meninggal, Dok? Serius??" Dora tampak tidak percaya. Erick ini salah satu pelanggan setia yang sering membeli anak didiknya, tidak menyangka akan secepat ini tiada, pikirnya. "Serius, Pak. Untuk apa juga saya berbohong," jawab Dokter dengan tenang. Sementara itu, Andre terlihat tersenyum. Kabar ini sebenarnya adalah kabar duka, namun menurut Andre, ini kabar yang sangat baik. Bukan maksud ingin berbahagia di atas penderitaan orang lain, hanya saja Andre merasa lega dengan kematian Erick, karena dengan begitu tak akan ada lagi yang menggangu rumah tangga anaknya. "Tolong beritahukan keluarganya ya, Pak. Barangkali di antara kalian ada yang tau." "Keluarga Pak Erick setahuku hanya anaknya, Dok

    Last Updated : 2025-03-13
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 1. Ciuman pertama

    "Apa yang Bapak lakukan? Bapak mau apa?" Mata Zea melebar sempurna saat Kenzie mulai membuka kancing kemejanya. Dan sebelum Zea sempat bereaksi, bibir Kenzie mendarat di bibirnya. Itu adalah ciuman pertama Zea, dan Kenzie telah mengambilnya begitu saja, tanpa permisi. Zea terpaku, tubuhnya menegang karena terkejut dan takut. *** (Flashback on) Di area parkir supermarket yang sunyi senyap, Zea melangkah dengan hati-hati, setiap langkahnya diiringi detak jantung yang berdebar kencang. Tatapannya tajam, mengamati setiap sudut. Niatnya terselubung: ingin mencuri. Sasarannya sebuah Lamborghini hitam mengkilap, pintunya sedikit terbuka, mengundang godaan. Namun, bukan mobil mewah itu yang menjadi incarannya, melainkan barang-barang yang mungkin tertinggal di dalamnya. Dengan gerakan lincah, Zea menyusup ke dalam mobil, matanya menyapu setiap sudut. Napasnya tercekat saat menemukan sebuah laptop tergeletak di kursi pengemudi. "Kalau dijual, pasti harganya mahal," gumamnya, membayangkan

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 43. Ingat umur

    "Zea belum makan apa pun sejak siang tadi, Pak," lapor Akmal lirih, mendekat ke arah Kenzie. Sejak kedatangan Kenzie, dia duduk di depan kamar rawat. Kenzie tersentak lalu menoleh, tubuhnya tampak menegang. "Kok belum makan? Kenapa? Apa suster tidak mengantar makanan?" Suaranya bergetar, kecemasan terpancar jelas dari sorot matanya yang sayu. "Sudah, Pak. Tapi Zea menolaknya." "Harusnya kamu tawarkan makanan lain, Mal," desahnya, nada suaranya terdengar menyalahkan Akmal. Dia telah menitipkan Zea, dan seharusnya Akmal bisa bertanggung jawab sepenuhnya. "Makanan rumah sakit memang tidak seenak makanan rumahan, wajar kalau Zea tidak berselera." "Saya sudah menawarkan makanan dari restoran depan, Pak. Berbagai macam sudah saya belikan, dari makanan berat hingga yang manis. Tapi Zea tetap menolaknya. Lihat saja .…" Akmal menunjuk ke arah jendela. Beberapa bungkus makanan tergeletak tak tersentuh di atas meja. "Itu semua belum d

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 42. Sudah sepakat

    "Awalnya aku berencana seperti itu, Yah. Aku hanya ingin bertanggung jawab sampai bayi itu lahir, setelah itu aku akan meninggalkannya." Kenzie membeberkan rencana awalnya, baginya itu tak perlu ditutupi. Apalagi Ayah Calvin sudah memberikannya wejangan. "Tapi... sepertinya rencana itu harus aku urungkan." "Kenapa begitu? Apa karena kamu mau mendengarkan kata-kata Ayah?" Ayah Calvin bertanya, sebuah harapan tersirat dalam suaranya. "Banyak faktornya, salah satunya dari kata-kata Ayah juga. Aku akan menuruti." Kenzie mengangguk patuh, menunjukkan kepatuhannya pada ayahnya. "Tapi yang utama, karena Kakek, Yah." "Kakek?" Ayah Calvin mengerutkan dahi, bingung dengan penjelasan Kenzie. "Iya. Kakek Tatang. Dia menyukai Zea, dia kepengen Zea menjadi istriku." Penjelasan Kenzie semakin membuat Ayah Calvin penasaran. "Lho... bukannya kamu nggak bisa melihat hantu Kakekmu, ya?" Ayah Calvin menatap Kenzie dengan heran, bulu kuduknya merinding mengingat penampakan hantu mertuanya yang

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 41. Tetaplah bersamanya

    "Kamu jangan percaya pada Heru, Yang. Dia berdusta. Anak ini anakmu, bukan anaknya!" Air mata Helen membanjiri wajahnya, tangisnya semakin pecah, suara pilu menggema di ruangan yang tiba-tiba terasa sempit dan pengap. Dia mencoba menjelaskan, membela diri, menyelamatkan pernikahannya yang sudah berada di ujung tanduk.Namun, Kenzie tetap diam, tatapannya kosong, tak bergeming.Ayah Calvin, dengan wajah yang menggambarkan beban berat yang dipikulnya, akhirnya angkat bicara. Suaranya berat, menahan beban emosi yang tak kalah besarnya. "Pak Janur... Bu Hanum... sepertinya, ikatan keluarga kita harus berakhir sampai di sini. Kita harus menerima keputusan Kenzie." Kata-kata itu, yang keluar pelan namun menusuk, seperti palu yang menghantam dada Papi Janur dan Mami Hanum.Mami Hanum, dengan suara bergetar menahan tangis, menatap besannya dengan tatapan penuh harap. "Kok Bapak malah mendukung perceraian?" suaranya meninggi, mengungka

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 40. Mulai goyah

    "Biar aku, Yah," kata Kenzie, suaranya terdengar berat. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum mulai bercerita. "Sebelum menikah, aku berpacaran dengan Helen selama lima tahun. Tiga tahun di antaranya kami bertunangan, bahkan sebelum kami menjalani hubungan jarak jauh. Aku sengaja ingin bertunangan dulu, sebagai bukti keseriusan hubungan kami meskipun jarak memisahkan."Kenzie berhenti sejenak, mencoba mengendalikan emosinya. "Selama lima tahun pacaran… aku selalu menjaga kehormatan Helen, kami belum pernah berhubungan badan. Tapi ... di malam pengantin kami, aku merasa terkejut saat mengetahui Helem sudah tidak suci lagi.""Tidak suci?!" seruan Ayah Calvin, Bunda Viona, Opa Andre, dan Oma Dinda menggema di ruangan, suara mereka bercampur antara keterkejutan dan kemarahan. Mata mereka melebar tak percaya.Ekspresi terkejut dan tak percaya juga terpancar dari wajah Papi Janur dan Mami Hanum. Suasana tegang mencapai puncakn

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 39. Mediasi

    "Izinkan aku hidup mandiri. Aku tidak mau tinggal satu atap dengan Bapak. Tapi Bapak tidak perlu khawatir… setelah aku melahirkan, aku akan menyerahkan bayi ini kepada Bapak." Kata-kata itu keluar pelan, mengandung beban berat yang hanya dia sendiri yang mengerti. "Dan sebelum aku melahirkan… Bapak dilarang menemuiku. Biarkan aku hidup dengan bebas, sesuka hatiku." Dia meminta kebebasan, sebuah ruang untuk bernapas dan menenangkan jiwanya yang terluka."Tidak!" Kenzie menggeleng cepat, penolakannya keras dan tegas. Bagi dia, permintaan Zea itu sama saja dengan ditinggalkan. "Kita kan suami istri, Zea. Hal seperti itu tidak boleh dilakukan. Kita harus satu atap, kamu tidak boleh pergi meninggalkanku." Egoisnya terpancar jelas, dia hanya memikirkan keinginannya sendiri."Kalau kita satu atap terus… bisa-bisa semua orang tau kalau kita ada hubungan, Pak," Zea mencoba menjelaskan dengan tenang. "Bapak jangan menyepelekan hal seserius ini, ini sangat beri

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 38. Ada syaratnya

    Mata Zea perlahan terbuka, berat dan terasa berpasir. Cahaya redup menyilaukan sejenak, sebelum akhirnya dia mampu membiasakan penglihatannya. Ruangan putih bersih mengelilinginya, bau disinfektan khas rumah sakit menusuk hidungnya.Dia memutar kepala perlahan, melihat dinding-dinding yang polos, perlengkapan medis yang terpasang rapi di samping tempat tidur, dan jendela yang tertutup tirai putih tipis. Kejutan menusuk kesadarannya."Eh, ini seperti ruangan rumah sakit, kan??" gumamnya lirih, suaranya serak dan lemah. Dia mencoba duduk, merasakan nyeri menusuk di perut bagian bawah.Ingatannya kembali pada kejadian sebelumnya; sakit perut yang luar biasa, desakan-desakan kambing yang mengerikan di dalam kandang, kehilangan kesadaran... "Ooohh... pasti ini gara-gara aku sakit perut dan kena desak-desakan kambing. Tapi, siapa kira-kira yang bawa aku ke rumah sakit? Jangan bilang kalau ...." Pikirannya melayang, mencoba menebak siap

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 37. Kondisinya memprihatinkan

    Air mata Kenzie membanjiri pipinya, deras dan tak terbendung tanpa permisi. Meskipun awalnya dia tak begitu mendambakan kehadiran anaknya, namun kabar tentang kemungkinan kehilangannya telah menusuk kalbu jauh lebih dalam daripada yang pernah dia bayangkan. Sekelebat Kenzie membayangkan wajah mungil anaknya. bayangan kehidupan kecil yang mungkin tak akan pernah ada, menghantamnya dengan kekuatan yang luar biasa. "Tidak, Pak. Anak Anda baik-baik saja." Suara dokter itu seperti bisikan samar dari dunia lain, tak mampu menembus kabut kesedihan yang menyelimuti Kenzie. Matanya membulat, tak percaya, dipenuhi kebingungan yang membingungkan. "Se-serius itu, Dokter? Anak saya… baik-baik saja?" "Ya, Pak." Dokter itu mengangguk pelan, mencoba menyampaikan kabar baik dengan hati-hati, memahami guncangan emosi yang tengah dialami Kenzie. Kata-kata dokter itu perlahan mengurai simpul kesedihan yang mencekik dada Kenzie, seakan melepaskan ikatan yang menghimpit napasnya. Dia segera mengusap

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 36. Anakku sudah meninggal?

    Papi Janur terdiam, matanya menerawang, mencoba mengingat-ingat apakah dia mengenal seseorang bernama Heru. Nama itu terasa asing, namun sebuah rasa gelisah mulai menggelitik."Berhubung Bapak dan Ibu sudah ada tamu... izinkan kami pamit. Urusan saya dan istri juga sudah selesai, tinggal kita rundingan Kenzie dan Helen saja," ujar Ayah Calvin, tangannya sudah meraih gagang kursi. Namun, Papi Janur menahannya dengan tatapan hangat."Silakan minum kopi dan tehnya dulu, Pak, Bu. Baru pulang," pinta Papi Janur, suaranya lembut namun tegas.Ayah Calvin dan Bunda Viona mengangguk, segera menyesap minuman yang telah terasa dingin namun masih nikmat di tenggorokan."Kalau ada informasi tentang Kenzie... mohon segera hubungi saya atau Helen," pinta Papi Janur, seraya menjabat tangan Ayah Calvin. "Saya juga akan ikut mencarinya besok.""Tentu, Pak. Semoga segera ada kabar baik. Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Mereka mengant

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 35. Dia istriku

    "Lho... kenapa itu, Pak?" tanya Kenzie, menunjuk kandang kambing dengan jari telunjuknya. Kawanan kambing itu makin menggila, berlarian tak karuan, menggerakkan tubuh mereka dengan panik, menimbulkan suara gaduh yang semakin menambah kekacauan. Fokus Kenzie buyar, teralihkan oleh kekacauan di hadapannya. Pria paruh baya itu, yang sebenarnya adalah ketua RT setempat, langsung berlari menuju kandang, langkah kakinya tergesa-gesa. Dia memeriksa setiap sudut kandang, mencari sumber kegaduhan. Bau kambing yang menyengat menusuk hidungnya, bercampur dengan aroma tanah dan sesuatu yang... aneh. Pandangan matanya terhenti pada sesosok tubuh yang tergeletak di pojok kandang, tersembunyi di balik tumpukan jerami yang berserakan. "Pak! Pak! Ada orang pingsan di dalam!" teriaknya, suara panik tersiar di antara suara kambing yang masih berisik. Dengan tangan gemetar, dia buru-buru membuka pintu kandang yang terbuat dari kayu lapuk. "Ora

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status