Home / Romansa / Malam Panas Dengan Mantan Suami / 114. Menebus semua kesalahan

Share

114. Menebus semua kesalahan

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2025-03-06 13:00:49
"Maaf, Kak," tolak Viona, suaranya dingin, menusuk hati. Bayangan saat Yogi menyakiti langsung menghantuinya, membuatnya sulit bersikap lunak. Rasa benci yang membara di da*danya terhadap pria di hadapannya, tak bisa disembunyikan. "Kak Calvin sudah memperingatkan Kakak 'kan? Kakak dilarang menemui aku maupun Kak Calvin. Jadi ... untuk apa Kakak datang?"

Kata-kata Viona bagai tamparan keras bagi Yogi, namun dia hanya tersenyum tipis, pura-pura terluka. Dibalik senyum itu, tersimpan rencana licik yang telah dia susun matang. Dia harus mendapatkan Viona kembali, apapun caranya.

"Aku sudah bilang 'kan, ada yang ingin kukatakan. Tapi kalau memang aku tidak boleh masuk... Baiklah, aku katakan di sini saja," ujarnya, suaranya terdengar menyesal.

Viona diam, punggung tegak, menolak menatap Yogi. Dia berbalik, hendak pergi. Langkahnya terhenti saat suara Yogi kembali memecah kesunyian, kali ini lebih dramatis, lebih meyakinkan.

"Aku minta maaf!" suara Yogi terdengar bergetar, namun getaran
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   115. Bogem mentah

    Maaf guys kurang fokus. Bab 114 Author salah salin. Mohon dibaca ulang kalau udah lolos review, ya 🙏🏻***"Kak Yogi, tadi pagi ke sini, Kak." Viona akhirnya mengatakannya, suaranya sedikit bergetar."Mau apa dia ke sini?" Ekspresi Calvin tidak terlihat terkejut, seperti dia sudah menduga hal ini. Namun, perubahan wajahnya yang menjadi datar dan garis rahangnya yang mengeras menyiratkan ketidaksukaannya pada topik pembicaraan ini."Dia memaksa untuk masuk gerbang, katanya ingin bicara sesuatu yang penting padaku. Tapi aku menolaknya." Viona menjelaskan, tatapannya tertuju pada lantai, seakan masih merasa tidak nyaman dengan kejadian tersebut."Kenapa kamu tolak?" Pertanyaan Calvin tersimpan sebuah tes. Dia ingin memastikan kesetiaan Viona, apakah benar Viona sudah sepenuhnya melupakan Yogi dan memilih untuk bersama dia."Ya untuk apa juga, nggak penting. Lagian, Kakak 'kan sudah meminta dia untuk tidak menemui kita berdua. Kak Yogi juga nggak tau malu, padahal sudah sempat

    Last Updated : 2025-03-06
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   116. Takut sunat

    Hening sejenak. Hanya detak jantung Yogi yang bergema di telinga, berdebar-debar seperti genderang perang. "Pak Calvin... Kenapa Bapak ...?" Ucapannya terhenti, tersangkut di tenggorokan, sementara tubuhnya gemetar hebat. Tatapan Calvin menusuk, mata pria itu menyala merah padam, rahangnya mengeras seperti batu, napasnya memburu. "Aku sudah memperingatkanmu! Jangan menemuiku, jangan mendekati Viona! Kenapa kau tidak pernah mendengar?!" Suara Calvin menggelegar, penuh amarah yang membara. Tinjunya mengepal, siap melayang ke wajah Yogi, namun Venny datang tepat waktu, menghalangi serangan itu. "Maafkan saya, Pak." Venny menyela, suaranya gemetar, mencoba meredam badai yang mengamuk. "Ini salah saya. Saya ngidam... Mas Yogi terpaksa melakukannya." Tatapan Calvin beralih ke Venny, tajam dan penuh curiga. "Ngidam? Jangan bercanda! Apa hubungannya?!" Calvin membentak, tak percaya. "Istri saya... dia

    Last Updated : 2025-03-07
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   117. Kita akhiri saja

    "Opa nggak maksa, Nak. Opa cuma mau nemenin kamu sunat," jelas Andre, sedikit khawatir Calvin salah paham. "Iya, Kak. Ayah cuma usul Kenzie disunat besok. Kenzie 'kan udah mau enam tahun, usia yang pas untuk sunat," Viona menambahkan, berusaha menjelaskan. Penjelasan dari Kenzie saja mungkin kurang cukup. "Ooh… ya udah, disunat saja. Ayah juga setuju kok. Mumpung hari libur, kan?" Calvin menatap sang anak. "Ih Ayah, jahat! Kenzie kan nggak mau!" Kenzie mengerucutkan bibirnya, kesal. "Kenapa nggak mau, Sayang?" tanya Calvin, bingung. Viona menarik napas dalam-dalam. "Ada temen Kenzie yang kemarin sunat, Kak. Dia… meninggal. Karena kelalaian dokter. Dokternya… memotong kemalu*annya terlalu banyak, sampai dia pendarahan hebat dan tidak tertolong." Mata Calvin membulat sempurna. Tubuhnya menegang, bayangan cerita Viona begitu nyata di benaknya. Dia merasakan sebuah sentakan dingin yang menjalar di

    Last Updated : 2025-03-07
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   118. Menjual diri

    Erick tampak terkejut. Dahinya berkerut. "Kamu ini bicara apa? Kenapa tiba-tiba begitu?" "Pak Calvin mencurigai kita berdua, dan dia mengancam saya, Pak." Suara Yogi gemetar, terdengar jelas ketakutan dalam suaranya. "Apa yang dia katakan?" Erick mendesak, rasa tidak percaya bercampur dengan amarah. "Kalau saya masih mengusik rumah tangganya, dia akan memastikan saya bernasib sama dengan Nona Agnes. Masuk penjara." "Terus kamu takut?" Erick bertanya, suaranya dingin. "Tentu saja saya takut, Pak. Apalagi Pak Calvin orang kaya, dia pasti bisa membayar polisi untuk menangkap saya." Suara Yogi semakin kecil, hampir tak terdengar. "Payah sekali kamu! Sama Calvin saja takut. Terus, kenapa dia bisa curiga kepada kita berdua? Apakah kamu memberitahu sesuatu padanya?" Erick bertanya dengan nada penuh amarah, suaranya meninggi.

    Last Updated : 2025-03-08
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   119. Tersangkut diresleting celana

    Di taman kota yang asri, suasana sejuk dan tenang menyelimuti mereka. Pepohonan rindang dan gemericik air mancur menciptakan oase kedamaian di tengah hiruk pikuk Jakarta. Mereka beralaskan tikar, menikmati makan siang ala camping. Andre, Dinda, Calvin, Viona, dan Kenzie tertawa lepas, berbagi bekal makan siang yang sederhana namun terasa istimewa. Aroma nasi hangat dan lauk pauk sederhana memenuhi udara, menambah kehangatan suasana. Kicau burung dan desiran angin menjadi musik latar yang merdu. Momen sederhana ini terasa begitu berharga, sebuah pelarian singkat dari rutinitas kota yang padat. "Sayang banget Chika dan Candra nggak diajak, pasti kalau ada mereka, bisa tambah seru, Yah," kata Calvin di sela-sela makan siang mereka. "Memangnya kenapa mereka nggak diajak, Kak?" tanya Viona, bingung. "Candra lagi liburan di Bogor, sementara Chika ada les, Vio," jawab Dinda.

    Last Updated : 2025-03-09
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   120. Dia hanya shock

    "Apa, Opa? Bulung Kenzie habis?" Mata Kenzie membulat sempurna, jeritan histeris pecah di ruangan itu. "Kenzie nggak mau, Opa! Kenzie nggak mau!!" Tangisnya menggema, mengiris hati siapapun yang mendengarnya. "Tidak, Nak! Jangan khawatir!" Dokter menepuk-nepuk pundak Kenzie dengan lembut, berusaha menenangkannya. "Opamu salah paham. Dokter tidak akan 'menghabiskan' bu*rungmu. Dokter hanya perlu memotong sedikit bagian yang terluka. Bayangkan saja seperti… kamu akan disunat, ya?" "Su-sunat?!" Mata Kenzie kembali membulat, serangan panik dan ketakutan menyergap. Membuatnya kembali pingsan. "Kenzie!!" Andre mencoba membangunkan Kenzie, menggoyangkan tubuhnya, namun dokter menghentikannya. "Biarkan saja, Pak. Dia hanya shock. Saya akan memberikan suntikan bius, dan sebaiknya Bapak menunggu di luar. Operasinya akan segera di

    Last Updated : 2025-03-10
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   121. Sudah takdirnya

    "Ayah... bagaimana keadaan Kenzie? Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Calvin, suaranya bergetar, langkahnya tergesa-gesa saat tiba di rumah sakit. Wajahnya pucat pasi, mencerminkan kecemasan yang mendalam. Dia, Dinda, dan Viona segera menghampiri Andre yang duduk di depan ruang UGD, ketegangan terpancar dari raut wajah mereka. "Jadi ceritanya ...." Andre berdiri, suaranya sedikit gemetar saat memulai penjelasan. Dia menceritakan semuanya, detail demi detail. Ketiga orang itu awalnya menegang, gidik ngeri membayangi pikiran mereka. Namun, di ujung cerita, sebuah rasa syukur yang mendalam memenuhi hati mereka. Operasi Kenzie berjalan lancar. "Alhamdulillah... anakku memang kuat, Yah," ucap Calvin, suaranya bercampur syukur dan kelegaan. Air mata haru hampir menetes dari sudut matanya. "Ada hikmahnya juga, ya, Kak... bu*rung si Kenzie tersangkut di sleting. Jadi 'kan dia nggak bisa ngelak buat disunat," kata Viona, suaranya te

    Last Updated : 2025-03-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   122. Jangan lewatkan kesempatan

    Suatu malam yang remang di sebuah diskotik, Yogi menarik Venny ke sudut ruangan, memperkenalkan istrinya kepada temannya, Dora. Niat jahat tersirat jelas di mata Yogi. Dia bermaksud menawarkan Venny, istrinya yang sedang hamil, untuk menjadi kupu-kupu malam. Venny, dengan gaun malamnya yang menawan namun tak mampu menyembunyikan perut buncitnya, merasa sesak. Rasa takut dan cemas bercampur menjadi satu. "Aku mau kamu tawarkan dia kepada pelangganmu, Dor," bisik Yogi, suaranya dingin dan tanpa ampun. Venny hanya bisa menunduk, air mata mengancam untuk tumpah. Dora, pria bertulang lunak dengan kemeja pink mencolok, mengamati Venny dari atas hingga bawah. Pandangannya terhenti pada perut Venny yang membuncit. "Lho, dia lagi hamil, Yog?" tanyanya, tak percaya. Dora ini sudah lama menjadi Mami di diskotik itu. Dan rata-rata anak didik yang berada dibawah naungannya selalu laku keras. "Enggak, dia enggak hamil," ja

    Last Updated : 2025-03-11

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 45. Sangat mencintai Kenzie

    (POV Author)"Arrrgghh... Aku bisa gila kalau begini terus!"Helen menggeram kesal, tangannya frustasi menjambak rambutnya yang panjang.Sudah tiga hari dia menjalani hukuman: dikurung di kamar tanpa ponsel, terisolasi dari dunia luar, dan pintunya dikunci rapat. Suasana pengap dan sunyi semakin menambah kejengkelannya.Kemarahan Papi Janur masih terasa seperti bayangan yang menghantuinya. Dia masih bisa membayangkan betapa dahsyatnya amarah sang papi saat mengetahui apa yang telah dia lakukan. Helen menggigit bibirnya.Tapi untunglah, Papi Janur masih mengingat bahwa Helen sedang mengandung. Jika tidak, hukuman ini pasti jauh lebih kejam dan mengerikan. Bayangan cambukan dan hukuman fisik lainnya menghantui pikiran Helen, membuat tubuhnya menggigil. Dia bersyukur atas belas kasihan papinya yang sangat terbatas itu, meskipun tetap terasa seperti siksaan."Semua ini gara-gara Heru! Bre*ngsek! Pengacau! Meskipun aku sudah me

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 44. Calon istri

    "Maaf, aku tidak sengaja," jawab Pak Kenzie dengan nada santai.Tidak sengaja katanya? Bohong! Mataku sendiri melihat bagaimana tangannya dengan sengaja mendorong bubur itu."Panggilkan petugas kebersihan, Mal. Bersihkan bekas bubur ini," perintahnya kepada Pak Akmal tanpa sedikit pun penyesalan. Pak Akmal mengangguk patuh, lalu meninggalkan ruangan."Kamu sekarang sarapan dulu, ya? Aku sudah membelikan bubur untukmu." Pak Kenzie menyodorkan mangkuk bubur dari atas meja troli, sendok berisi bubur diulurkan ke arahku. Sejujurnya, selera makanku sudah hilang. Yang kurasakan hanyalah rasa mual dan keengganan terhadap kebaikannya. Bubur Pak Bahri, itu yang kutinginkan. Tapi untuk menolak Pak Kenzie , aku merasa tidak enak. Ketegangan di antara Pak Kenzie dan Pak Bahri terasa mencekam, aku tak ingin membuat masalah."Ayo... buka mulutmu. Nanti buburnya dingin dan tidak enak. Kamu 'kan belum makan sejak kemarin." Suaranya terdengar memaksa.

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 43. Ingat umur

    "Zea belum makan apa pun sejak siang tadi, Pak," lapor Akmal lirih, mendekat ke arah Kenzie. Sejak kedatangan Kenzie, dia duduk di depan kamar rawat. Kenzie tersentak lalu menoleh, tubuhnya tampak menegang. "Kok belum makan? Kenapa? Apa suster tidak mengantar makanan?" Suaranya bergetar, kecemasan terpancar jelas dari sorot matanya yang sayu. "Sudah, Pak. Tapi Zea menolaknya." "Harusnya kamu tawarkan makanan lain, Mal," desahnya, nada suaranya terdengar menyalahkan Akmal. Dia telah menitipkan Zea, dan seharusnya Akmal bisa bertanggung jawab sepenuhnya. "Makanan rumah sakit memang tidak seenak makanan rumahan, wajar kalau Zea tidak berselera." "Saya sudah menawarkan makanan dari restoran depan, Pak. Berbagai macam sudah saya belikan, dari makanan berat hingga yang manis. Tapi Zea tetap menolaknya. Lihat saja .…" Akmal menunjuk ke arah jendela. Beberapa bungkus makanan tergeletak tak tersentuh di atas meja. "Itu semua belum d

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 42. Sudah sepakat

    "Awalnya aku berencana seperti itu, Yah. Aku hanya ingin bertanggung jawab sampai bayi itu lahir, setelah itu aku akan meninggalkannya." Kenzie membeberkan rencana awalnya, baginya itu tak perlu ditutupi. Apalagi Ayah Calvin sudah memberikannya wejangan. "Tapi... sepertinya rencana itu harus aku urungkan." "Kenapa begitu? Apa karena kamu mau mendengarkan kata-kata Ayah?" Ayah Calvin bertanya, sebuah harapan tersirat dalam suaranya. "Banyak faktornya, salah satunya dari kata-kata Ayah juga. Aku akan menuruti." Kenzie mengangguk patuh, menunjukkan kepatuhannya pada ayahnya. "Tapi yang utama, karena Kakek, Yah." "Kakek?" Ayah Calvin mengerutkan dahi, bingung dengan penjelasan Kenzie. "Iya. Kakek Tatang. Dia menyukai Zea, dia kepengen Zea menjadi istriku." Penjelasan Kenzie semakin membuat Ayah Calvin penasaran. "Lho... bukannya kamu nggak bisa melihat hantu Kakekmu, ya?" Ayah Calvin menatap Kenzie dengan heran, bulu kuduknya merinding mengingat penampakan hantu mertuanya yang

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 41. Tetaplah bersamanya

    "Kamu jangan percaya pada Heru, Yang. Dia berdusta. Anak ini anakmu, bukan anaknya!" Air mata Helen membanjiri wajahnya, tangisnya semakin pecah, suara pilu menggema di ruangan yang tiba-tiba terasa sempit dan pengap. Dia mencoba menjelaskan, membela diri, menyelamatkan pernikahannya yang sudah berada di ujung tanduk.Namun, Kenzie tetap diam, tatapannya kosong, tak bergeming.Ayah Calvin, dengan wajah yang menggambarkan beban berat yang dipikulnya, akhirnya angkat bicara. Suaranya berat, menahan beban emosi yang tak kalah besarnya. "Pak Janur... Bu Hanum... sepertinya, ikatan keluarga kita harus berakhir sampai di sini. Kita harus menerima keputusan Kenzie." Kata-kata itu, yang keluar pelan namun menusuk, seperti palu yang menghantam dada Papi Janur dan Mami Hanum.Mami Hanum, dengan suara bergetar menahan tangis, menatap besannya dengan tatapan penuh harap. "Kok Bapak malah mendukung perceraian?" suaranya meninggi, mengungka

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 40. Mulai goyah

    "Biar aku, Yah," kata Kenzie, suaranya terdengar berat. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum mulai bercerita. "Sebelum menikah, aku berpacaran dengan Helen selama lima tahun. Tiga tahun di antaranya kami bertunangan, bahkan sebelum kami menjalani hubungan jarak jauh. Aku sengaja ingin bertunangan dulu, sebagai bukti keseriusan hubungan kami meskipun jarak memisahkan."Kenzie berhenti sejenak, mencoba mengendalikan emosinya. "Selama lima tahun pacaran… aku selalu menjaga kehormatan Helen, kami belum pernah berhubungan badan. Tapi ... di malam pengantin kami, aku merasa terkejut saat mengetahui Helem sudah tidak suci lagi.""Tidak suci?!" seruan Ayah Calvin, Bunda Viona, Opa Andre, dan Oma Dinda menggema di ruangan, suara mereka bercampur antara keterkejutan dan kemarahan. Mata mereka melebar tak percaya.Ekspresi terkejut dan tak percaya juga terpancar dari wajah Papi Janur dan Mami Hanum. Suasana tegang mencapai puncakn

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 39. Mediasi

    "Izinkan aku hidup mandiri. Aku tidak mau tinggal satu atap dengan Bapak. Tapi Bapak tidak perlu khawatir… setelah aku melahirkan, aku akan menyerahkan bayi ini kepada Bapak." Kata-kata itu keluar pelan, mengandung beban berat yang hanya dia sendiri yang mengerti. "Dan sebelum aku melahirkan… Bapak dilarang menemuiku. Biarkan aku hidup dengan bebas, sesuka hatiku." Dia meminta kebebasan, sebuah ruang untuk bernapas dan menenangkan jiwanya yang terluka."Tidak!" Kenzie menggeleng cepat, penolakannya keras dan tegas. Bagi dia, permintaan Zea itu sama saja dengan ditinggalkan. "Kita kan suami istri, Zea. Hal seperti itu tidak boleh dilakukan. Kita harus satu atap, kamu tidak boleh pergi meninggalkanku." Egoisnya terpancar jelas, dia hanya memikirkan keinginannya sendiri."Kalau kita satu atap terus… bisa-bisa semua orang tau kalau kita ada hubungan, Pak," Zea mencoba menjelaskan dengan tenang. "Bapak jangan menyepelekan hal seserius ini, ini sangat beri

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 38. Ada syaratnya

    Mata Zea perlahan terbuka, berat dan terasa berpasir. Cahaya redup menyilaukan sejenak, sebelum akhirnya dia mampu membiasakan penglihatannya. Ruangan putih bersih mengelilinginya, bau disinfektan khas rumah sakit menusuk hidungnya.Dia memutar kepala perlahan, melihat dinding-dinding yang polos, perlengkapan medis yang terpasang rapi di samping tempat tidur, dan jendela yang tertutup tirai putih tipis. Kejutan menusuk kesadarannya."Eh, ini seperti ruangan rumah sakit, kan??" gumamnya lirih, suaranya serak dan lemah. Dia mencoba duduk, merasakan nyeri menusuk di perut bagian bawah.Ingatannya kembali pada kejadian sebelumnya; sakit perut yang luar biasa, desakan-desakan kambing yang mengerikan di dalam kandang, kehilangan kesadaran... "Ooohh... pasti ini gara-gara aku sakit perut dan kena desak-desakan kambing. Tapi, siapa kira-kira yang bawa aku ke rumah sakit? Jangan bilang kalau ...." Pikirannya melayang, mencoba menebak siap

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 37. Kondisinya memprihatinkan

    Air mata Kenzie membanjiri pipinya, deras dan tak terbendung tanpa permisi. Meskipun awalnya dia tak begitu mendambakan kehadiran anaknya, namun kabar tentang kemungkinan kehilangannya telah menusuk kalbu jauh lebih dalam daripada yang pernah dia bayangkan. Sekelebat Kenzie membayangkan wajah mungil anaknya. bayangan kehidupan kecil yang mungkin tak akan pernah ada, menghantamnya dengan kekuatan yang luar biasa. "Tidak, Pak. Anak Anda baik-baik saja." Suara dokter itu seperti bisikan samar dari dunia lain, tak mampu menembus kabut kesedihan yang menyelimuti Kenzie. Matanya membulat, tak percaya, dipenuhi kebingungan yang membingungkan. "Se-serius itu, Dokter? Anak saya… baik-baik saja?" "Ya, Pak." Dokter itu mengangguk pelan, mencoba menyampaikan kabar baik dengan hati-hati, memahami guncangan emosi yang tengah dialami Kenzie. Kata-kata dokter itu perlahan mengurai simpul kesedihan yang mencekik dada Kenzie, seakan melepaskan ikatan yang menghimpit napasnya. Dia segera mengusap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status