Home / Lain / Malaikat Maut Sang Pelakor / Siapa Korban Berikutnya

Share

Siapa Korban Berikutnya

Author: Sastra Inema
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ada korban pembunuhan lagi, ciri-cirinya sama dengan korban-korban sebelumnya," jawab Letnan Yusa dengan nada kelam.

Andika mendesah.

"Sampaikan pada Letnan Ardi, saya akan langsung menuju tempat kejadian, kirim lokasinya sekarang!" perintah Andika sambil melangkah keluar ruangan dan mengajak beberapa anggota lain untuk menuju lokasi pembunuhan yang dikirimkan oleh Letnan Ardi.

"Aa! Letnan Yusa, lanjutkan memeriksa ponsel Vira, barangkali kita menemukan petunjuk!" perintahnya sebelum menghilang di balik pintu.

"Siap!" jawab Yuda meskipun tahu bahwa Sang Komandan mungkin sudah menjauh dan tak lagi mendengar ucapannya.

Dia kembali menekuni dan memcoba memeriksa ponsel Vira.

"Pasti ini!" Dengan wajah tegang, Yusa meneliti setiap detail yang ditampilkan di layar handphone itu.

Pada aplikasi pesan seluler menampilkan pesan ancaman dari nomor tak dikenal kala itu. Letnan Yusa langsung menghubungkan Ponsel tersebut ke dalam laptopnya.

Yusa mencoba memanggil nomor yang tertera pada layar ter
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Benarkah Ayah Malaikat Mautnya?

    Narendra terlonjak dari duduknya dan menatap Ranti, hampir tak percaya."Jadi, dengan kata lain ... korbannya adalah ... Istri baru Ayah?" tanya Pemuda tampan berkulit coklat itu, seakan tak percaya."Bisa jadi_," jawab Ranti ragu."Maksud Kakak?" Narendra belum paham."Sebab yang kudengar tadi, korbannya adalah wanita muda. Apa mungkin Ayah mempunyai istri yang masih muda?" Ranti mencoba berpikir logis."Huh!" Narendra mendengus kesal,"Buaya, tetap aja buaya! Nggak akan mungkin jadi cicak!" rutuknya lagi.Tentu saja Ranti mengerti maksud ucapan adik satu-satunya itu. Dia mengangguk setuju."Apa perlu kita cari tau informasinya?" tanya Ranti sedikit ragu sambil menatap lekat wajah Narendra."Buat apa? Hanya akan menyakiti hati Ibu!" jawabnya ketus."Tapi dia tetap ayah kita, Rend. Meskipun kita menolak, darah tetap lebih kental." Ranti meraih tangan adiknya dan menepuk-nepuk punggung tangannya."Terserah Kakak aja! Aku malas ikut campur!" gumam Narendra pelan, hatinya sama sekali belu

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Andika yang Mengejutkan

    "Ibu jangan dengarkan gosip yang nggak jelas. Nanti malah mengganggu kesehatan Ibu sendiri," ucap Ranti lembut sambil merangkul bahu Bu Diah dengan tangan kanan dan menggendong Aira di kiri."Ibu lihat berita di Televisi," jawab ibunya terdengar pasrah. Ranti jelas tahu, meskipun telah bercerai dan diperlakukan tidak adil oleh mantan suaminya, namun dalam hati ibunya masih mengharapkan hal yang baik untuk ayah dari anak-anaknya itu."Memangnya, ada berita apa di televisi, Bu?" tanya Ranti dengan nada penasaran. Namun, dia tak ingin putri kecilnya mendengar ucapan orang dewasa. Akhirnya, dia meminta adiknya untuk membawa Aira bermain."Aira, Sayang. Masuk dulu, gih, sama Om. Nanti Mama susul!" perintahnya dengan halus sambil mencium kedua pipi gembil gadis kecil itu yang langsung mengangguk."Safira, istri barunya ditemukan tewas di rumahnya, ciri-cirinya hampir sama dengan korban pembunuhan Malaikat Maut sebelumnya," terang Bu Diah setelah Aira masuk ke dalam rumah. Sementara dia dan

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Perjalanan

    "Apa, Pak? Coba tolong diulang!" ucap Ranti dengan mimik yang minta penjelasan.Andika tidak langsung memberi jawaban. Dia mengencangkan Sabuk pengaman dan meminta Ranti melakukan hal yang sama dengan isyarat jari tangannya.Ranti pun mengikuti instruksi dari Andika dan mengenakan sabuk pengamannya."Bukankah kamu sendiri yang bilang untuk tidak menimbulkan kehebohan saat kita mencari ayahmu?" Andika balik bertanya saat mereka mulai melaju membelah jalan raya."Tentu saja, lalu?" Ranti makin tak mengerti. Dia menatap Andika dari samping dengan kening berkerut."Hemmm, ganteng juga," bisik hatinya konyol."Menurut kamu, apa pendapat orang kampung kalau melihat lelaki dan perempuan datang bersama?" Kembali Andika mengajukan pertanyaan.Ranti mengangguk mengerti."Okay! Saya mengerti, Pak," jawab Ranti mengulas senyum manis, membuat jantung Andika mulai berdetak tak normal."Ngomong pakai bahasa non formal aja, setidaknya untuk misi ini," pinta Andika membuat Ranti kembali tersenyum."Ba

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    polisi kembali kecolongan, kondisi Vira memburuk.

    Di Rumah Sakit Polisi terjadi kegemparan, karena Vira yang dikabarkan telah siuman, ternyata ditemukan dalam keadaan sekarat oleh perawat yang hendak memeriksanya. Yang membuat terkejut adalah kondisi kritisnya bukan tanpa sebab, tapi ada yang telah melepaskan selang oksigen dan infusnya.Dokter dan perawat pun segera berlarian menuju kamar rawat Vira saat mengetahui hal itu."Bagaimana mungkin ada yang bisa masuk tanpa diketahui polisi, bukankah kamar ini sudah dijaga ketat!" seru Dokter Lingga yang bertugas merawat Vira. Dia segera memasang kembali infus dan oksigen yang terlepas. Namun, kondisi Vira menjadi kritis lagi, bahkan lebih buruk dari kondisi sebelumnya."Pasti ada yang berhasil masuk ke sini, harus segera diselidiki. Cepat periksa CCTV!" perintah Letnan Ardi pada beberapa anak buahnya.Dia belum ingin menghubungi Inspektur Andika sampai dia menyelidiki siapa pelakunya."Gawat! Bisa-bisa Komandan marah besar karena kejadian ini. Pasti ada di antara yang bertugas di sini ya

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Dalam kegelapan malam

    Letnan Ardi seketika menatap layar monitor dengan mata menyipit.Memperhatikan dengan teliti apa yang sedang di-zoom oleh anak buahnya,Bagian leher perawat itu. Dia masih kurang paham apa yang sedang ingin ditunjukkan oleh Lettu Brama, tapi seketika dia berteriak bersamaan dengan teriakan Lettu Brama."Jakun_!" seru mereka serempak."Sial! Kenapa kita bisa kecolongan seperti ini. Pasti orang yang memakai Hoodie itu yang menyamar menjadi perawat dan masuk ke ruangan Vira!" seru Letnan Ardi sambil menghentakkan jari tangan kanannya ke meja hingga mengeluarkan suara yang cukup keras. Wajahnya membeku karena kekesalan yang memguasai dirinya."Bagaimana mungkin seorang pria bisa masuk ke dalam toilet wanita dan bahkan merebut pakaian perawat? Ini tidak mungkin, kan! Kecuali_," Letnan Ardi dan Lettu Brama saling memandang dengan penuh arti. Lettu Brama segera memutar kembali rekaman CCTV dengan diperlambat hingga selesai di hari itu.Anehnya, orang yang mengenakan hoodie dan rok pendek it

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Maukah kamu membantu memecahkan misteri?

    Mendengar teriakannya, spontan Ranti memnuka matanya dengan kaget. Hampir dia terlonjak saat menyadari ada ular kecil berwarna hitam yang mulai merayap di atas pangkuannya."Ssttt!" Andika langsung mengangkat telunjuknya ke bibir saat melihat Ranti akan membuka mulutnya dan berteriak.Gadis itu seketika menutup mulut dengan tangan kanannya. Dia juga menahan napasnya sekuat tenaga agar tidak menimbulkan gerakan sedikitpun.Andika memperhatikan arah gerakan ular berbisa itu. Kalau dilihat dari warna dan bentuk kepalanya yang menyerupai sendok, dapat diduga bahwa ular tersebut dari kenis cobra kecil.Wajah Ranti memucat saat ular itu merayap melalui celana jeans dan menuju pangkuannya. Dia sangat ketakutan, hingga tak berani menggerakkan tangan yang ada di pangkuan dan mulai dirayapi tubuh ular yang licin dan baginya sangat menjijikkan.Saat ular itu mulai membelakangi posisi Andika, secepat kilat dia menyambar kepalanya dan mendekapnya dengan erat agar tidak bisa menyemburkan bisa racun

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Pertemuan Dangan Ayah

    Spontan Ranti membulatkan matanya yang memang sudah bulat dengan tatapan bingung."Hahaha_!" Dia terbahak sambil menatap aneh ke arah Andika yang juga sedang menatap tepat ke manik matanya, seperti mencari sesuatu dari sorot mata gadis itu."Kenapa tertawa? Aku sedang bicara serius," ucap Andika dengan mimik wajah yang serius dan kurang suka dengan nada tertawa Ranti.Gadis itupun segera menghentikan kekehannya."Aku tidak bersedia menjadi partner kamu menumpas Malaikat Maut Pelakor itu, Pak Inspektur Andika!" jawab Ranti dengan nada tegas dan penuh tekanan."Kenapa? Takut_?" tanya Andika dengan pertanyaan yang menggantung."Saya punya tugas lain yang lebih penting dari sekedar membantu Bapak!" jawab Ranti dengan santai sambil memutar pinggangnya yang terasa pegal."Apa?" tanya Andika penasaran."Mencari nafkah buat keluarga saya, Pak," Masih dengan santai gadis itu menjawab seraya mengambil ponsel dari dalam tasnya karena merasakan ada getaran."Halo_!" sapanya setelah menekan tombol

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Kembali ke Kota

    Ranti segera menjatuhkan pandangan, menatap sepatu sneaker yang membungkus kedua kakinya.Ada perasaan enggan saat bersitatap dengan mata orang yang berstatus ayah tapi berpuluh tahun menelantarkan dia dan adiknya."Baik!" sungut Pak Surya, tak lagi bisa mengelak."Kalau Bapak kooperatif, saya akan membiarkan bapak berjalan dan masuk mobil tanpa diborgol. Tapi, kalau Bapak berusaha mempersulit kami ... maka kami akan bertindak tegas!" ucap Andika dengan nada ancaman.Pak Surya meluruhkan pandangan dan hanya bisa mengangguk. Dia juga tidak ingin menjadi tontonan warga sekitar. Biar bagaimanapun, dia hanya tamu yang menumpang di rumah teman."Apa saya boleh berpamitan dulu pada tuan rumah. Khawatir mereka akan bertanya-tanya kalau saya pergi begitu saja," ucap Pak Surya kepada Andika dengan tatapan memohon."Baik, saya antar Bapak ke dalam!" jawab Andika dengan tegas. Ranti hanya bisa meluruhkan pandangan dengan perasaan yang rumit.Pak Surya pun melangkah masuk diiringi oleh Andika. Di

Latest chapter

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Kisah Sedih Ridho

    Ridho mengernyitkan keningnya samar, baru kemudian menjawab dengan tenang."Mau berapa lagi yang Lu eksekusi, Bro?" tanyanya pelan. Tangannya masih sibuk mengelus kepala Si Jago miliknya. Sesaat kemudian dia berjalan ke arah kandang dan melepaskan ayamnya dalam kandang tersebut.Kukkuruyuuukkk!Terdengar suara lantang ayam tersebut, seolah kembali menantang lawannya.Ridho berjalan ke arah Narendra yang mulai terlihat sinis dengan mata merahnya. Sepertinya, minuman berkonsentrasi alkohol tinggi mulai menguasai dirinya."Hahaha! Kalau perlu gue akan buat semua jenis orang kayak gitu mampus di tangan gue!" ucapnya dengan lantang.Ridho yang menyadari situasi itu segera menutup mulut Narendra dengan tangan kanan dan menyeret tubuh sahabatnya untuk segera masuk ke dalam rumah."Gila, Lu! Jangan teriak-teriak di luar. Lu mau semua orang tahu dan dengerin omongan lu yang mulai ngaco! Udah, mending Lu istirahat dulu, deh. Tar kalau udah sadar gue ajakin liat target!" ucap Ridho, mendorong t

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Penangkapan Pak Surya

    Andika melepaskan tembakan ke udara untuk menghentikan gerakan seseorang yang terlihat sedang berusaha melarikan diri.Polisi segera mengejar ke arah suara itu."Berhenti atau kami tembak!" Kembali Andika berteriak dengan lantang. Namun orang yang berpakaian serba hitam yang baru saja melompat melalui jendela dati kamar bagian belakan rumah Ranti, sama sekali tidak mengindahkan seruan tersebut."Satu ...,""Dua ...,""Ti ... ga!"Dorrr! Dorr!"Aahhhh ...!" terdengar suara teriakan orang tersebut berbarengan dengan jeritan Bu Diah yang menyaksikan langsung peristiwa itu.Seketika, orang berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah yang berwarna hitam pula itu jatuh terduduk sambil memegangi kaki kanannya yang terkena peluru dan mengeluarkan banyak darah.Andika dan anak buahnya segera menghampiri orang tersebut."Siapa kamu!" bentak Andika dan memberi isyarat pada Letnan Ardi untuk membuka penutup kepala orang tersebut.Seketika, mereka semua terkejut melihat wajah yang ada di bali

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Pengejaran

    "Itu ... itu cleaning servis yang ada di depan ... jangan-jangan dia pelakunya!" Suster Murni berseru dengan lantang, telunjuknya menunjuk tepat ke wajah orang yang sedang dizoom oleh Letnan Ardi pada layar monitor.Seketika Inspektur Andika dan Letnan Ardi fokus menatap pada Suster Murni."Maksud Suster ... Anda pernah melihat orang ini juga sebelumnya?" tanya Andika dengan penuh selidik."Iya ... iya, saya yakin bertabrakan dengan cleaning servis ini sesaat sebelum peristiwa itu terjadi," jawab Murni dengan sangat yakin."Tunggu dulu! Di sini kita lihat dia baru berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Ini berarti tiga puluh lima menit sebelum tewasnya Ibu Vira. Kita lihat, dia tidak mengenakan seragam cleaning servis rumah sakit ini. Coba cari gambar orang ini di tempat lain sekitar rumah sakit!" perintah Andika sedikit bersemangat karena mulai menemukan titik terang."Kita zoom dulu wajahnya!" seru Andika lagi, hampir saja terlupa."Gambarnya sedikit blur, Pak. Apalagi dia menggunaka

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Vira Tewas Terbunuh

    Murni segera berlari kembali menuju kamar Vira.Apa yang dilihatnya sungguh membuat jantungnya seperti ingin melompat dari tempatnya.Tampak di atas kasur, tubuh Vira yang sedang menggelepar seperti ikan kehabisan air.Posisi kepalanya berada di sisi pembaringan, sementara tubuhnya telentang di atas kasur.Wajahnya membiru dengan mata mendelik. Dari sudut bibirnya keluar busa yang langsung jatuh ke lantai. Tangannya memegangi leher seperti mencekik diri sendiri, padahal mungkin sedang mencari udara untuk bernapas."Ya, Tuhan! Panggil Inspektur Andika ... cepat!" teriak Murni, entah pada siapa. Tersadar, dia langsung memencet bel pemanggil Dokter dengan panik."Kecolongan, Dok! Kita kecolongan. Padahal baru saya tinggal beberapa menit. Saya pikir masih ada polisi yang berjaga di sekitar kamar Ibu Vira!" teriak Murni panik saat Dokter Widya yang menangani Vira saat ini datang. Tanpa banyak bicara Dr. Widya langsung memeriksa kondisi Vira yang masih sekarat, tubuhnya dangat lemah dan n

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Bukti yang Hampir Terungkap

    "Selamat pagi Bu Vira, saya Inspektur Andika dari kepolisian. Bagaimana kondisi Ibu saat ini?" tanya Andika setelah memberi hormat dan berdiri di samping pembaringan Vira.Perlahan, Vira memutar kepalanya yang sedang menatap dinding kamar VIP di rumah sakit kepolisian. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat itu.Sesaat, ia nampak bingung dan mengerutkan keningnya."Saya ada di mana, Pak Polisi? Apa yang terjadi sama saya?" tanyanya dengan linglung, membuat Andika sedikit terhempas, raut wajahnya seketika berubah kelam.'Jangan-jangan dia amnesia?' bisiknya dalam hati."Apa Ibu tidak ingat kejadian apa yang membuat Ibu masuk rumah sakit ini?" tanya Andika masih dengan penuh harapan.Di mana suami saya, Pak, apa dia baik-baik saja?" Kembali pertanyaan Vira membuat Andika mulai kehilangan semangat. Tapi sebagai seorang polisi yang berpengalaman, dia tidak boleh menunjukkan kegelisahannya pada anak buahnya yang ada di ruangan itu."Baiklah, sebaiknya Bu Vira istirahat dulu supaya tenan

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Petunjuk Baru

    "Orang itu siapa, Yah?" Ranti mengernyitkan kening, menunggu ayahnya melanjutkan penuturannya.Namun, tampaknya sulit untuk Pak Surya mengatakan apa yang dia ketahui."Dia ... Ayah juga tidak tahu!"Akhirnya, hanya ucapan itu yang terucap dari bibir tuanya. Lelaki paruh baya itu segera melangkah pergi menuju ruang dalam. Sekilas dia melirik ke arah kamar putranya, Narendra.Langkahnya terlihat gontai, seperti sedang ada yang dipikirkan, tatapan matanya begitu rumit.Krietttt!Tiba-tiba, pintu kamar Narendra terbuka dan muncul sosok tampan itu di depan pintu kamar."Bu, mau sampai kapan laki-laki itu di sini?" tanyanya dengan sinis.Matanya berkilat seperti pedang yang siap menebas punggung Pak Surya yang sempat menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar suara putranya."Rend, jangan seperti itu, Nak! Biar bagaimanapun dia tetap ayahmu ... sebenci apapun harus tetap menghormatinya," ucap Bu Diah dengan lembut. Jemarinya menepuk sofa di sampingnya, memberi isyarat agar Narendra dud

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Karena, Orang Itu Adalah ....

    ..Orang itu melangkah pergi sambil tersenyum miring."Assalamualaikum ...!" Terdengar suara salam di pintu depan rumah Ranti. Ternyata Narendra yang baru pulang, entah dari mana."Wa'alaikummussalam," jawab Bu Diah dan Ranti hampir bersamaan. Mereka menoleh sekilas ke arah pintu."Rend, di kamar belakang ada ayahmu," ucap Bu Diah singkat, memberitahu keberadaan Pak Surya."Biar saja, bukan urusan aku, Bu," jawab Rendra acuh, seakan tak peduli sama sekali."Jangan biarkan dia berlama-lama di sini, Kak! Lagipula apa maksudnya Andika itu menyuruh orang tua itu tinggal di sini!" sambung Narendra dengan sengit."Huss!" Ranti langsung mendelik ke arah adiknya. Narendra berlalu begitu saja, masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sementara wajah Bu Diah sekilas terlihat pias, dia menghela napas dengan berat."Maafkan Ibu, Rend. Andai dulu aku bisa membuat Mas Surya bertahan denganku, mungkin kamu nggak akan menanggung kebencian sebesar ini pada ayah kandungmu," bisiknya dalam hati.Akhirnya, wanita

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Ayah yang Bersalah

    Pak Surya menarik napas berat, kepalanya masih terdongak menatap wajah di balik topeng hitam yang menutupi jambret itu."Sekali lagi aku bilang, keluargamu menjadi taruhan atas setiap tindakanmu, pikirkan itu!" desis orang itu sambil mencampakkan kepala Pak Surya begitu saja hingga orangtua itu terhubung dan hampir jatuh. Mereka sama sekali tidak menyentuh Ranti yang masih tergugu di dekat sepeda motornya, pandangannya tak lepas dari ayahnya. "Ternyata dalam tas butut ini tak ada yang menarik. Nih, aku kembalikan!" teriak orang yang memegang tas Ranti dan merogoh isi tas itu. Dia langsung melemparkan tas kecil itu begitu saja ke atas rerumputan. Dalam sekejap, deru motor mereka yang memekakkan telinga sudah memecah kesunyian, meninggalkan raungan keras. Ranti menutup telinganya sambil melangkah dan memungut harta miliknya di atas rumput."Kalianlah yang terlalu bodoh. Kalau mau jambret orang lihat-lihat dulu dong! Sudah tahu miskin main jambret aja, cari yang pakai mobil mewah sana!"

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Jambret itu ...

    "Bu, jadi gimana menurut Ibu?" tanya Ranti pada Ibunya melalui sambungan telepon."Ya, sudah! Kalau Pak Andika memang bilang seperti itu. Bawa ayahmu tinggal untuk sementara. Di sebelah dapur, kan masih kosong," jawab Bu Diah setelah berpikir beberapa saat.Ranti menarik napas lega, lalu mengalihkan pandangannya pada Polisi tampan yang ada di depannya.Andika yang sedang menatap wajahnya tanpa berkedip, terkejut dan merasa agak kikuk karena kepergok sedang memperhatikan gadis manis itu.Ranti juga langsung mengalihkan pandangan ke arah lain dengan jantung berdebar."Nhapain, sih, dia perhatiin aku sampai segitunya," pikir gadis itu."Kalau begitu, apa saya boleh bawa ayah saya sekarang, Pak?" tanya Ranti untuk menghilangkan kegugupannya."Oh, ya. Silakan," jawab Andika dan langsung menghubungi anak buahnya melalui aiphone,"Letnan Andi, tolong bawa Pak Surya ke sini! Keluarganya sudah menjemput!" perintahnya tanpa basa-basi."Siap, Pak!" Terdengar jawaban dari seberang telepon.Tak ber

DMCA.com Protection Status