"Bu, mau beli apalagi? Sudah puas belum belanjanya?" ucap Saskia kepada ibunya Jaka."Mbak Kia, ini kita seriusan dibelikan belanjaan segini banyaknya? Wah sering-serimg aja kalau begini ya, Bu?" cerocos Imel pada Saskia."Tentu saja, kalau kalian mau belanja kapan pun silahkan hubungi aku ya, pasti aku temani kalian nanti," jawab Saskia dengan penuh semangat. Bukan tanpa alasan dia membelikan berbagai baramg kepada ibu dan adiknya Jaka itu. Dia ingin menjadi menantu baru di keluarga itu tentu saja dia harus pintar mengambil hati mereka agar remcana mereka berjalan mulus. Hari gini tidaka akan ada yang bisa menolak pesona uang, ucap Saskia dalam hati."Tenang saja Saskia. Ibu akan mendukungmu untuk mendapatkan Jaka dan menyingkirkan Kinan yang tidak penting itu. Kamu lebih segalanya daripada Kinan," ucap ibu Jaka pada Saskia. Tentu saja dia senang dibelanjakan begitu banyak barang mahal seperti jni. Sebenarnya uang jatah dari Jaka cukup untuk menghidupi kehidupan sosialitanya tetapi s
"Mas, aku mau cerita sesuatu," ucap Kinan saat makan malam dengan Jaka tadi."Ada apa emangnya sayang kok pakai ijin segala, boleh banget donk kalau mai cerita," jawab Jaka."Mas kemarin waktu aku main di panti, aku bertemu Nenek Arini. Dia adalah mama dari almarhum papaku," terang Kinan pelan sambul melihat respon Jaka."Tunggu, maksudnya bagaimana ini? Kamu masih ada keluarga lain gitu? Kenapa baru muncul sekarang setelah belasan tahun Kinan?" tanya Jaka kembali."Ceritanya panjang, intinya Nenek baru pulanh berobat keluar negeri, sewaktu balik keaini beliau mencari jejakku belum ketemu dan baru ketemu waktu kemarin di panti asuhan itu," jawab Kinan menjelaskan kepada Jaka."Mas jujur masih nggak percaya, kamu nggak curiga gitu Kinan. Kenapa dia tiba-tiba muncul? Mas hanya khawatir kalau kamu dimanfaatkan," terang Jaka. Dia takut kalau Kinan masih mempunyai saudara lalu Kinan akan mempunyai sandaran hidup lain. Jaka tidak mau Kinan bersandar dengan orang lain selain kepada dirinya.
Keesokan harinya saat sedang menyiapkan baju kerja suaminya, Kinan mendapati ponsel suaminya berdering. Kinan menatap nama yang muncul di layat, Miss S, tertulis dengan jelasnya.Kinan berpikir sambil mngerutkan alisnya. Siapa yang menelepon ini kenapa namanya pakai inisial begini. Akhirnya Kinan memutuskan untuk menunggu Jaka keluar dari kamar mandi agar busa menanyainya langsung, sedangkan dering suara telepon pun berhenti.Tidak berapa lama Jaka pun keluar dari kamar mandi, Kinan langaung memberondongnya dengan pertanyaan mengenai idetintas penelepon yang menelepon suaminya barusan."Mas tadi ada telepon dari Miss S tulisan di layar, siapa itu Mas?" tanya Kinan dengan hati-hati.Jaka terlihat kaget mendengar pertanyaan Kinan dan langsung melihat ponselnya guna memastikan siapa yang menelepon."Emm.. Anu sayang itu klien di kantpr. Iya klien," jawab Jaka sambil tergagap yang tentu saja menimbulkan kecurigaan Kinan. Dia oenasaran ada apa dengan suaminya."Oh kenapa disimpannya pakai
"Sorry beb, pas aku telepon tadi aku lagi mandi. Untung aja Kinan nggak curiga," ucap Jaka di telepon. Dia sedang menelepon seseorang di tengah perjalanannya menuju kantor."Iya sayang, tadi aku cuma pengen memastikan kita jado sarapan bareng kan pagi ini, aku kangen loh," balas seseorang di seberang telepon."Jadi donk, ini aku otw ke tempat kita ketemuan ya," jawab Jaka sembari tersenyun bahagia. Dia merasakan seperti puber kedua. Dia baru kemarin berhubungan dengannya lagi tapi itu sudah bisa membuatnya begitu berbunga. Dan perasaan yang dipunyainya membuatnya bahagia hingga senyum sendiri.Jaka lupa bahwa dia sudah mempunyai seseorang yang selalu setia menemaninya selama ini. Perasaannya seperti baru mengenal cinta. Jauh bau wangi dekat bau busuk, itu yang dirasakan Jaka saat ini. Dia merasa hubungannya dengan Kinan akhir-akhir ini sedikit hambar. Tiba-tiba dia merasa bosan kepada istrinya itu. Padahal Kinan sendiri sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya, begitulah
Entah kenapa di rumah Kinan merasa perasaannya tidak enak kepada suaminya, dia takut terjadi apa-apa dengan suaminya itu. Akhirnya dia pun menelepon suaminya untuk memastikan suaminya baik-baik saja.Dia menelepon suaminya beberapa kali tetapi tidak diangkat oleh suaminya itu, Kinan masih berpikir positif suaminya mungkin sedang rapat. Akhirnya dia melakukan shalat dhuha untuk menenangkan perasaannya. Selesai shalat dia menengadahkan tangannya untuk berdoa."Ya Allah, hamba pasrahkan suami hamba kepada Engkau. Jagalah dia selagi dia tidak ada dalam penjagaan hamba. Hamba pasrahkan keaelamatan dia pada Engkau Ya Allah," ucap Kinan dalam doanya.Kinan tidak tahu jika di luar sana suaminya sedang memadu kasih dengan seseorang di masa lalunya. Kinan berusaha berpikiran positif dan tetap mempercayai suaminya.***Sementara itu di cafe, Jaka dan Saskia masih menikmati momen kencan mereka. Terlihat sekali mereka seperti dimabuk asmara. Mereka bahkan tidak malu untuk saling bersuapan seolah d
Tanpa mereka sadari Ferdi sedari tadi mengikuti mereka dan mengambil beberapa foto sebagai barang bukti, termasuk pada saat mereka masuk ke dalam hotel pun tidak luput dari jepretan Ferdi.Sementara itu Nenek Arini memikirkan langkah selanjutnya yang akan dia perbuat untuk menolong cucunya. Dia merasa kasihan pada nasib cucunya yang dikhianati itu. Dia pun segera menelepon Kinan dan meminta untuk bertemu."Hallo assalamualaikum, Nek? Apa kabar?" jawab suara di seberang telpon tidak lama setelah dering berbunyi."Waalaikumsalam Kinan, Nenek kabarnya baik-baik saja. Nenek ingin bertemu kami hari ini bisa? Kebetulan Nenek sedang ada di Surabaya untuk memantau cafe. Kamu datang langsung saja ke tempat Nenek ya? Atau Nenek saja yang datang ke rumahmu?" tanya Nenek Arini to the point."Maaf Nek, tapi Kinan belum ijin Mas Jaka. Kinan takut kalau Kinan pergi tanpa ijin Mas Jaka, nanti dia marah seperti kemarin," jawab Kinan pelan. Dia takut Jaka akan memarahinya lagi seperti kemarin jika dia
"Bagus ya Kinan. Sudah berani kamu memasukkan orang asing ke rumah!" maki ibu mertuanya ketika mendapati Kinan sudah menutup pintu.Kinan terperanjat mendengar makian ibu mertuanya. Dia hanya diam tidak berani menjawab, karena Kinan tahu semakin dia menjawab, ibu mertuanya akan semakin marah kepadanya. Untungnya dia sudah menjelaskan kepada suaminya tentang neneknya. Meskipun dia tahu suaminya tampak acuh saat mendengar ceritanya. "Jangan diam saja, jawab Kinan! Akan aku laporkan nanti kepada Jaka. Agar dia tahu kelakian istrinya yang suka memasukkan orang sembarangan ke dalam rumah. Bagaimana kalau ada barang yang hilang Kinan. Kamu bisa ganti?" ibu mertuanya terus menerus mengomel membuat Kinan semakin ingin menangis"Maaf Bu, tapi itu memang nenek Kinan yang baru bertemu kemarin waktu di panti asuhan," ucap Kinan sembari sesenggukan. Dia sedih ibu mertuanya tidak henti-hentinya memfitnah sang nenek. Padahal baru kali ini Kinan membawa tamunya masuk ke rumah karena sebelumnya meman
Kinan memutuskan untuk menelepon sang nenek karena tidak mau membuat nenenknya merasa khawatir. Setelah beberapa deringan akhirnya teleponnya diangkat."Hallo assalamualaikum nenek," sapa Kinan dengan nada suara seriang mungkin."Waalaikumsalam Nak, kamu baik-baik saja? Tadi ibu mertua kamu marah ya?" tanya sang nenek dengan nada khawatir."Ah tidak kok Nek, maafin ibu mertua Kinan ya. Beliau memang suka ceplas-ceplos seperti itu," ucap Kinan pada sang Nenek."Tidak apa, nenek sudah bisa membaca kalau ibu mertua kamu itu selalu menilai segalanya dengan uang kan?" tandas sang nenek to the point."Ah bukan begitu Nek. Intinya Kinan minta maaf sekali karena sikap ibu mertua Kinan yang kurang ramah," sahut Kinan.Kinan mengobrol panjang lebar dengan sang nenek. Dia senang akhirnya mempunyai seseorang yang bisa diajak mengobrol selain suaminya yang dari tadi tidak bisa dia hubungi."Kinan maaf Nenek harus berkata jujur, kamu sebaiknya harus lebih mengawasi suami kamu. Bukannya apa-apa tapi
"Bayi.. Bayiku," ujar Saskia ketika di jalan dia berpapasan dengan seorang suster yang sedang membawa bayi ke ruang bayi menggunakan inkubator."Bukan Sas, itu bukan bayi kamu. Itu bayi orang lain," ujar Jaka seraya mendorong dengan cepat kursi rodanya sebelum Saskia semakin histeris."Tidak itu bayikuu.. Huhu.. Itu bayikuuu," ujar Saskia sembari menangis.Tentu saja kelakuan Saskia tersebut menarik perhatian dari beberapa pengunjung yang lewat di lorong rumah sakit tersebut."Sayang sabar ya, itu bukan Nabila," jawab Jaka berusaha menyadarkan Saskia."Nggak, itu bayikuu, bayikuu," Saskia masih berteriak histeris.Jaka akhirnya berjalan menerobos kerumunan orang agar segera bisa membawa Saskia menuju mobil sebelum dia berteriak histeris kembali.Dalam hatinya Jaka merasa kasihan kepada nasib Saskia yang terlihat sekali begitu meratapi kepergian sang putri kecil."Jaka, lama sekali?" gerutu Bu Sarah yang sudah terlebih dahulu sampai di sebelah mobil milik Jaka."Maaf Ma, tadi Saskia se
"Jadi Nenek Arini itu ternyata adalah nenek kandungnya Kinan. Dia adalah pengusaha pemilik HW Group yang bergerak di bidang FNB namun kini sedang merambah dunia fashion," jelas Jaka panjang lebar."Apa???" Bu Sarah membelalakkan matanya karena begitu terkejut dengan berita yang Jaka sampaikan.Bu Sarah tidak menyangka orang yang selalu dia rendahkan adalah orang kaya. Dan dia juga investor tunggal di bisnis anaknya. Tentu ini bukanlah kabar yang bagus."Kamu jangan bercanda gini, nggak lucu," bentak Bu Sarah.Meskipun mendengar suara keribuatan, Saskia hanya diam mematung sembari memandang ke jendela. Tatapannya mengarah ke arah jendela, memandang jauh ke depan sana seolah ada anaknya di ujung sana.Bu Sara memijit pelipisnya berasa pusing, padahal dalam hati dia sudah membuat rencana akan menculik Rayyan. Tentu saja jika dia melakukan itu, bukan tidak mungkin bisnis anaknya akan hancur."Sas, sembuh donk. Ayo ngomong sama mama," ujar Bu Sarah kepada Saskia.Namun Saskia hanya diam ti
"Gimana Jak? Berhasil atau tidak?" tanya Bu Lina ketika melihat Jaka masuk ke dalam rumah."Ah maaf Ma, Kinan tetap kukuh pada pendiriannya untuk tidak meminjamkan Rayyan. Dia bilang Rayyan masih asi jadi tidak bisa dia pinjamkan," keluh Jaka.Bu Lina gondok dengan jawaban yang diberikan oleh anaknya tersebut. Dia marah karena Jaka gagal melaksanakan tugas yang diberikan oleh mertuanya. Dia takut jika besannya tersebut menjadi marah mengingat kelakuan besannya yang seperti itu."Apa tidak bisa kamu paksa Jak?" tanya Bu Lina."Tidak bisa Ma, malah Nenek Arini juga ikut bicara memarahi Jaka egois dan hanya memikirkan diri sendiri," ujar Jaka.Bu Lina meradang dengan penjelasan yang diberikan oleh Jaka tersebut."Sombong sekali Jak, mentang-mentang mereka orang kaya terus bisa berbuat seenak dengkulnya sendiri gitu sama kamu. Mama benar-benar tidak habis pikir dengan mereka. Ngakunya orang kaya tapi sama sekali tidak punya hati," gerutu Bu Lina.Jaka mengabaikan gerutuan dari sang ibu. D
"Apa Mas, coba ulangi permintaanmu?" ujar Kinan yang begitu terkejut mendengar permintaan dari Jaka tersebut."Aku minta tolong sekali Kinan agar aku diijinkan untuk meminjam Rayyan untuk dibawa menemui Saskia. Seminggu saja, bukankah Rayyan itu adalah anak aku juga Kinan?" ujar Jaka.Kinan terperangah dengan permintaan Jaka yang begitu absurd. Dia tidak menyangka seorang Jaka Saputra yang dia kenal dulu begitu bijak dalam membuat keputusan bisa menjadi begitu bodoh seperti ini."Mas, Rayyan bukan barang yang bisa dipinjamkan seperti itu!" ujar Kinan sembari menahan amarah yang mulai bergolak di dada."Ayolah Kinan, tolong Mas sekali ini saja. Demu kesembuhan Saskia," ujar Jaka yang kini berlutut di kaki Kinan."Kamu rupanya belum puas juga Jaka?" ujar Nenek Arini yang tiba-tiba muncul dari ruang tengah.Jaka yang sedang dalam posisi berlutut kepada Kinan langsung berdiri ketika mendengar suara Nenek Arini. Jaka merasa segan dengan wanita paruh baya tersebut."Kamu masih mencoba untuk
"Silahkan masuk Pak," ujar security tersebut setelah beberapa lama menelepon.'Alhamdulillah,' ucap Jaka dalam hatinya.Jaka pun bergegas untuk memacu kendaraannya untuk segera mencari rumah Kinan. Dan akhirnya setelah berputar beberapa kali, aku bisa menemukan mobil Nenek Arini yang terparkir rapi di halaman rumahnya. Jaka ternganga melihat kediaman Nenek Arini yang begitu mewah dan besar. Jaka tersadar dari kekagumannya setelah lama melihat rumah tersebut. Dia bergegas melangkahkan kakinya menuju gerbang security yang ada di depan."Permisi Pak, saya ingin bertemu dengan Kinan," ujar Jaka kepada security yang berjaga di pos satpam."Oh iya Pak Jaka ya? Silahkan masuk Bu Kinan sudah menunggu di dalam," ucap security tersebut dengan ramah.Jaka segera memarkirkan motornya lalu dia mmpun memencet bel di pintu depan. Ternyata Kinan sendiri yang membuka pintu. Jaka termangu melihat penampilan Kinan yang kini semakin cantik seetelah melahirkan."Silahkan masuk Mas Jaka, ada perlu apa ya?"
POV Jaka"Gimana Jak? Berhasil kan, apa neneknya Kinan mau diajak kerjasama?" tanya ibu begitu melihatku yang baru saja masuk rumah.Aku menggelengkan kepalaku dan mendesah pelan."Nenek Arini menolak mentah-mentah usul yang Jaka berikan Ma," ucapku sembari menghela nafas panjang dan merasa sangat frustasi."Loh kenapa? Kan hanya meminjam Jak, kamu juga punya hak loh atas anak kamu. Mereka nggak bisa seenaknya saja melarang kamu untuk bertemu anaknya!" gerutu ibu dengan kesal.Aku hanya diam tidak mampu lagi untuk menjawab celotehan dari ibu. Kepalaku pening memikirkan jika nanti mama mertuaku datang dan menyuruhku untuk mengikuti saran untuk mengambil hak asuh. Aku sudah pasti kalah."Imel kemana Bu?" tanya Jaka menanyakan kemana sang adik yang tidak kelihatan."Imel ke butik, katanya dia tidak mau ditegur karena kelamaan cuti dari kerjaan," jawab Ibu yang langsung aku jawab dengan anggukan.Kulihat ibu memilih untuk duduk di sebelahku sembari menggigiti kukunya, sepertinya beliau ik
POV Jaka"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Kalimat permintaan Ibu mertuaku terus menerus berputar di dalam benakku. Entah apa yang ada di dalam benak beliau hingga bisa tercetus ide gila seperti itu. Jelas Kinan akan mempertahankan mati-matian hak asuh bayi tersebut, apalagi Kinan sekarang bukanlah wanita biasa-biasa saja. Dia adalah penerus satu-satunya dari Hadwiryawan Group, salah satu pengusaha kuliner yang cukup terkenal di kotaku.Tetapi menolak keinginan ibu mertua tentu bukanlah hal yang mudah juga. Apalagi beliau termasuk orang yang tidak gampang digoyahkan dan akan memakai cara apapun agar keinginannya tercapai. Termasuk cara yang kotor sekalipun, aku bisa paham hal tersebut mengingat Saskia juga menuruni sifat dari beliau. Hanya saja satu yang masih mengganjal dari semua ini, apakah Saskia akan menyetujui tentang ide gila ini."Jaka, ayo kamu kapan mendatangi Kinan?" u
"Kinan, kamu begadang lagi malam ini?" tanya Nenek Arini ketika melihat wajah Kinan yangbterlihat sayu."Iya Nek, Rayyan semalam rewel dan baru tidur sekitar jam 3 tadi," jawab Kinan sembari menguap."Kamu tidur lagi saja kalau Rayyan sedang tidur, kamu juga harus banyak istriahat, agar kondisi kamu tidak drop. Ini sudah nenek siapkan madu hangat agar badan kamu terasa lebih baik," ucap Nenek Arini seraya meminta Kinan untuk menghabiskan madu yang ada di depannya."Makasih banyak Nek," ujar Kinan sembari menandaskan madu hangat yang sudah dipersiapkan Nenek Arini untuk dirinya."Apa kamu perlu nenek panggilkan tukang urut agar badan kamu lebih terasa segar?" tanya Nenek Arini."Wah boleh juga, tetapi besok saja ya Nek. Hari ini Kinan sudah ada janji dengan bidan home care untuk memijat Rayyan," jawab Kinan."Oh gitu, yasudah biar besok nenek panggilkan tukang urutnya. Kamu harus happy Kinan, makan yang banyak biar ASInya juga lancar," ujar Nenek Arini mengingatkan Kinan."Siap nenek,
"Kamu harus bisa merebut hak asuh anak yang dilahirkan mantan istri kamu. Hanya dengan itu Saskia bisa sembuh," jawab Bu Sarah dengan tegas.Jaka sangat terkejut dengan permintaan yang diucapkan oleh mama mertuanya. Jaka tidak habis pikir dengan permintaan mama mertuanya yang cukup aneh di telinganya tersebut."M-maksud mama apa ya?" tanya Jaka."Kamu tadi kan bilang sendiri kalau kamu mau melakukan apapun demi eksembuhan Saskia. Dan satu-satunya cara ya itu dengan merebut anak Dari Kinan kemudian Saskia yang akan merawatnya," ujar Bu Sarah dengan pandangan tajam."T-tapi Ma, mana mungkin Jaka tega berbuat seperti itu?" tanya Jaka pada sang mertua."Kenapa Jaka, bukannya kamu bisa dengan mudah mengambil anak Kinan? Kamu bilang saja kalau Kinan tidak bekerja jadi dia tidak bisa memiliki hak asuh dari anaknya. Kamu ini gitu aja kenapa dibikin pusing sih?" ujar Bu Sarah yang masih belum mengetahui siapa Kinan sebenarnya."Tapi Kinan bukanlah orang yang bisa dengan mudah kita hadapi sekar