Aksi yang tidak senonoh dan tidak patuh untuk dilihat oleh Jacob. Bahkan mereka berdua lupa mengunci kamarnya. Jacob berdiri di ambang pintu menyaksikan istrinya berhubungan badan dengan pria lain.
"Ja-Jacob? Katanya malam ini ingin menginap di rumah sakit, tapi kenapa pulang?" kata Mandy panik. Jacob tersenyum saat melihat ekspresi sang istri yang panik setelah mereka berdua baru saja menyelesaikan aksi panas. Jacob langsung memberi tepuk tangan pada mereka berdua. "Sa-sayang, aku hanya main-main dan tidak serius," ujar Mandy sambil mendorong tubuh Mike dan memberi isyarat pada Mike agar segera pergi. Tak ingin memperkeruh suasana, Mike langsung pergi dari sana tanpa dihalangi oleh Jacob sedikit pun. Jacob terlihat tenang seolah bukan pertama kalinya dia melihat hal itu. Justru sikap Jacob yang acuh tak acuh membuat Mandy menjadi bingung. "Kau tidak marah?" "Untuk apa aku marahAra terkejut saat handuk yang menutupi tubuhnya ditarik paksa oleh Jacob. Hal itu membuat tubuh Ara terlihat sepenuhnya. Ara sempat menyadarkannya dengan membawa nama Albert yang sedang sekarat di rumah sakit, tapi justru Jacob tidak peduli dengan alasan yang diberikan oleh Ara. Jacob yang sudah murka atas kemarahannya pada Mandy melampiaskan kemarahannya pada Ara. Malam itu Jacob menggauli tubuh Ara dengan kasar dan brutal.Hal itu membuat Ara sakit hati karena Jacob tak segan-segan bermain kasar dan memukulnya serta menarik rambut Ara dengan kasar layaknya seorang jalang yang dibayar untuk memuaskannya.Ara tidak mampu menahan atau meredakan amarah Jacob dan Jacob tidak bisa terima karena Mandy telah mengejeknya. Hal itu membuat Jacob secara tidak sadar telah melukai hati Ara.Delapan tahun menikah dengan Mandy. Mereka tidak mendapatkan keturunan bahkan Mandy tidak pernah hamil sama sekali. Mengingat kata hamil adalah hal yang sangat diharapkan oleh kedu
Sikap dingin yang dilihatkan oleh Ara tidak menjadi penghalang untuk seorang Jacob Chase untuk kembali menaklukkan hati Ara. Apapun akan Jacob lakukan demi kebahagiaan masa depannya.Apakah mungkin hal itu akan terjadi selama masih ada si tua, Nyonya Merry Feehily?Bagi wanita tua itu, Ara adalah musuh terbesarnya. Menurut Merry, Ara akan menjadi kerikil besar dalam rumah tangga Jacob dan Mandy."Aku harus menyingkirkan dia dengan cepat, sebelum semua terlambat. Hal itu bisa membuatku dan Mandy ditendang dengan mudah oleh Jacob. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja."Wanita paruh baya yang mendapatkan julukan nenek lampir dari semua maid terutama maid senior, karena wanita tua itu jika marah akan seperti mak lampir. Suaranya yang melengking dan menggema di seluruh sudut ruangan. Tak jarang umpatan-umpatan kasar pun sering keluar dari mulut wanita itu bahkan jika dia sudah tidak menyukai seseorang, dia akan dengan gampangnya mengusir atau memecat o
Jacob menarik napas panjang saat Ara begitu saja keluar dari mobilnya. Sejak kejadian itu Jacob memang tidak pernah mendapatkan perhatian dari Ara lagi, bahkan tersenyum pun tidak. Jacob meremas setir mobilnya sambil menatap punggung wanita yang dia cintai hingga hilang di depan sana. Jacob benar-benar telah melakukan kesalahan besar. Kesalahan yang kedua kalinya ini mungkin akan berakibat fatal. Jacob menjatuhkan kepalanya pada setir mobil. Dia tidak bisa berpikir untuk saat itu, bahkan fokus pun tidak bisa. Berkali-kali Jacob berdecak tanda dia mengeluh untuk suatu hal yang membuat dia lemah. Apakah Jacob sudah bertekuk lutut pada Ara?Sepertinya Jacob sungguh merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Baru kali ini Jacob merasa dicintai dengan tulus tanpa harus mendengar kata hinaan di telinga Jacob. Kata mandul sering membuat Jacob panas hati dan tidak berdaya selama delapan ntahun pernikahan dengan Mandy. Dengan Ara, Jacob merasakan dihormati sebagai
Ara menarik napas panjang sesaat menundukkan kepalanya sebelum akhirnya dia memutar kenop pintu kamar VIP itu. Namun, Ara tertahan untuk memutarnya karena Ara tersadar jika Jacob telah berdiri di balik pintu yang sebagian atasnya transparan.Mereka berdua saling bertatap muka walaupun di hadapan mereka berdiri pembatas kaca transparan. Ara memutar kenop itu dan membukanya, sedangkan Jacob tidak bergeming di depannya."Tuan bisa kembali ke kantor sekarang. Sudah tidak perlu ada yang dikhawatirkan mengenai tuan muda. Dia akan baik-baik saja," kata Ara tanpa sedikit pun menatap Jacob.Jacob berdecak seakan kecewa dengan sikap Ara pada saat itu. "Baiklah. Jaga dia baik-baik. Jika terjadi apa-apa, kau pasti sudah tahu apa yang akan kau lakukan." Sebelum pergi Jacob memberikan selembar kertas yang diberikan oleh dokter tadi pada Ara. "Tolong simpan ini atau kau bisa menjadikan satu di dalam tempat obat Albert."Ara paham apa yang dimaksud oleh tuannya.
Jacob menaiki anak tangga dengan pelan. Waktu masih menunjukkan pukul 4 sore. Jacob menghentikan langkahnya saat mendapatkan sesuatu yang aneh. Jacob berdiri dengan kedua tangannya masuk ke dalam saku celana.Menyadari itu sesuatu yang dianggap aneh bergerak sambil tersenyum pada Jacob. Dia hampir salah tingkah karena melihat Jacob sudah pulang."Menantu ku sayang, kau sudah pulang? Kenapa tumben pulang lebih awal?" sapa Nyonya Merry.Jacob tidak merespons ucapan mertuanya, akan tetapi dia menatap wanita yang sekarang berdiri di depannya, lalu beralih ke pintu kamar Ara. Tentunya Nyonya Merry memahami."A-aku ha-nya memeriksa pintu kamar Ara, rusak atau tidak," jelasnya gugup."Aku tidak menanyakan perihal soal itu," jawab Jacob kemudian berlalu dari hadapan mertuanya dan masuk ke dalam kamarnya.Pernyataan Jacob membuat mertuanya itu kicep dan mematung setelah Jacob berlalu dari hadapannya dengan ekspresi dingin. Nyonya Merry hanya menatap punggung menantunya sampai masuk ke dalam ka
Nyonya Merry begitu geram saat tiba-tiba putrinya memutuskan sambungan teleponnya. Wanita paruh baya itu terlihat murka. Di lantai dua saat itu hanya ada Nyonya Merry dan tidak ada siapapun. Di satu sisi dia tidak bisa memungkiri jika dia merasa kesepian. Nyonya Merry keluar dari dalam kamarnya dan memperhatikan sekitar. Rumah yang begitu besar dan indah sangat sepi dan sunyi tanpa mereka. Walaupun rumah dihuni oleh banyak maid, tapi mereka tidak bisa membuat rumah itu menjadi meriah. Nyonya Merry memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sangat sesak. "Keindahan yang sangat hampa," ucapnya lirih. Namun, tiba-tiba dia tertawa sendiri seperti orang gila. Beruntung tidak ada orang di dalam rumah. "Aku akan sangat bahagia jika semua ini nyata menjadi milikku yang abadi. Tidak ada yang mengusikku atau menghinaku karena aku miskin. Seandainya Tuhan mendengarkan dan membuat keajaiban malam ini dengan sekali cling hahaha ... semua jadi milikku. A
Nyonya Merry terperanjat kaget dan beberapa kali menelan saliva nya saat mendengarkan suara tersebut. Nyonya Merry menarik napas lalu membalikkan badannya dan memasang senyum palsunya. "Oh, Jacob menantu ibu sayang. Kau sudah pulang?" Bukannya menjawab sang mertua, tapi justru Jacob menatap ibu mertuanya dengan tatapan mengintimidasi. Hal itu membuat Nyonya Merry merasa tidak nyaman. Wanita tua itu memang tidak pernah berani menatap mata Jacob jika sedang dalam keadaan tidak baik. Terlebih lagi mungkin Jacob menganggap jika dia melakukan sesuatu di dalam kamarnya. "Ibu tadi mencari sesuatu yang dipinjam oleh Mandy, tapi tidak ketemu. Mungkin Mandy sudah mengembalikannya tanpa memberitahu ibu." Nyonya Merry beralasan, lalu keluar dari kamar Jacob. Setelah kepergian wanita tua itu, Jacob menatap laci lemarinya, lalu bergegas memeriksa sesuatu. Hati Jacob merasa sangat lega saat mel
Senyuman smirk dan mematikan khas Jacob akhirnya menghiasi wajahnya. Entah itu mengekspresikan kekesalan, kemarahan, atau kekecewaan. Yang jelas Jacob sudah paham dan sudah hafal dengan kelakuan istrinya. Namun, untuk sekarang Jacob sudah tidak mempedulikannya, akan tetapi dilubung hati Jacob yang paling dalam dia tidak membenci sang istri. Walau bagaimana juga Mandy tetaplah istri sah Jacob. Selama menikah pun Jacob tidak pernah protes bahkan dia paham dan sadar diri pada dirinya sendiri. Jacob tidak bisa membuat Mandy hamil. Terletak siapapun yang salah di sini, Nyonya Merry selalu melindungi Mandy serta selalu menempatkan Jacob di tempat yang salah dan terpojok.Lamunan Jacob membawa memori ke beberapa tahun silam setelah Jacob dan Mandy menikah. "Sungguh pria tidak becus. Bagaimana bisa aku tidak hamil. Padahal setiap hari----setiap malam kita selalu melakukan hubungan intim!" Jacob diliputi rasa frustrasi yang teramat sangat. Bayangan pernikahan itu yang sejatinya membuat dia ba
Malam sudah menyapa dan terlihat menyuruh orang-orang untuk segera pergi tidur. Malam itu seperti biasanya, ada bantal pembatas yang selalu menjadi pemisah antara Ara dan Tobey. Sedangkan Jaden sudah tidur di kamarnya sendiri sejak umur 4 tahun.Akibat pemintaan Jaden yang tabu tadi, hal itu berimbas pada canggungnya hubungan antara Ara dan Tobey pada malam itu. Tobey berpura-pura sibuk dengan laptopnya dan Ara yang berpura-pura sibuk merapikan pakaian Tobey lalu memasukkan ke dalam lemari. Suasana menjadi sangat canggung ditambah udara yang begitu panas karena hujan."Kau belum tidur?" tanya Tobey basa-basi mengawali pembicaraan."I-iya. Ini baru akan pergi tidur," sahut Ara sedikit agak gugup.""Baiklah. Ayo, kita tidur," pinta Tobey.Ara langsung menghentikan aktivitasnya dan berbaring di tempatnya. Mereka berdua dalam posisi saling membelakangi dan kedua mata mereka berdua masih terjaga. Ternyata cuaca malam itu tidak bersahabat dengan keduanya. Udara sangat panas hingga membuat T
Bulan berganti dengan tahun dan enam tahun sudah berlalu. Ara dan Tobey berhasil membesarkan putra mereka yang diberi nama Jaden Smith. Seorang anak yang cerdas, penyayang, aktif, dan tampan. Namun, wajah Jaden sama persis seperti Jacob Chase——sang ayahnya. Dari sorot mata, hidung, dan bibirnya serta sifatnya begitu mirip dengan Jacob. Pepatah pun mengatakan buah jatuh tidak jauh dari induknya. Mungkin itulah istilah dari Jaden dan Jacob. Jaden adalah anak laki-laki multitalent, tidak heran jika dia menjadi anak kesayangan Tobey Smith, walaupun dia bukan anak kandungnya. Tobey adalah tipe suami dan ayah yang baik. Meskipun Ara selalu melarang Tobey untuk memanjakan Jaden karena Ara takut Jaden akan tergantung dan tidak bisa menjadi anak yang mandiri.Sebenarnya keluarga yang sedang dibangun oleh Tobey adalah keluarga yang bahagia mengingat Jaden adalah anak yang sangat penurut begitu juga Ara yang tidak pernah neko-neko dan Tobey pun adalah tipikal pria yang setia serta cukup hanya d
Tessa membuka matanya saat ponselnya bergetar kencang. Dengan kepala masih berat, wanita muda itu berusaha bangun. Tessa meraih ponselnya dan melihat layar ponselnya. Tessa menghela napas, dia tidak ingin mengangkat telepon dari sang ayah. Sang ayah pasti khawatir sebab dia tidak pulang semalaman. Tessa tidak ingin membuat sang ayah sedih. Tessa akhirnya memilih untuk menunda setelah dia sadar sepenuhnya. Tessa baru tersadar saat merasa asing dengan ruangan tersebut. Dia buru-buru bangun. Namun, Tessa merasakan nyeri di bagian organ intimnya. "Ah, apa yang terjadi padaku?" ucapnya lirih saat mendapatkan ada bercak darah di sprei, "Apakah semalam aku dan dia---" Tessa justru tersenyum saat menyadarinya. Sehingga dia tidak perlu susah-susah mencari pria yang mempunyai sp*rm* dengan kualitas baik. Tessa bangkit dan mendapatkan secarik kertas yang berada di atas nakas. Tessa meraih kertas tersebut dan membacanya. _Terima kasih untuk semuanya. Malam yang begitu indah dan penuh warna. A
Setelah menyepakati kontrak perjanjian. Senyum Tessa selalu mengembang. Tessa sudah berangan-angan untuk membeli ini dan itu. Tak lupa Tessa juga membiayai pengobatan ayahnya dan memberi modal pada ibunya."Tes, dari mana kau dapatkan uang ini?" tanya ayahnya."Ada orang baik yang membantuku. Ayah tidak perlu khawatir. Yang terpenting sekarang ayah bisa rutin berobat," kata Tessa."Tessa, kau sedang tidak berbohong pada kami, kan?" tanya sang ibu sembari menyiapkan makan malam untuk sang suami.Deg!Tessa mematung. Memang perjanjian itu baik kedua orang tua Tessa tidak tahu. Semua dilakukan Tessa demi kedua orang tuanya, walaupun Tessa sendiri harus berkorban. Jika tidak kepepet pun Tessa tidak akan mengambil keputusan tersebut dan menanda tangani kontrak perjanjian."Ti-tidak, bu. Pokoknya ini untuk ayah dan ibu. Sebentar lagi Tessa lulus, Tessa ingin kerja ke luar kota. Semoga ayah dan ibu merestuinya. Tessa masuk ke kamar dulu ya." Tessa segera berlalu dari sana. Wanita muda itu te
Kabar itu telah sampai di telinga Nyonya Merry dan wanita tua itu bergegas pergi. Nyonya Merry mengharapkan hal yang terbaik untuk ke depannya. Satu-satunya alasan yang membuat Nyonya Merry masih terus bersandiwara. Dia melahirkan seorang bayi laki-laki dan janji Nyonya Merry pun di penuhi. Dia membayar lunas pada gadis itu. Nyonya Merry begitu tampak sumringah mendapatkan bayi laki-laki yang berkulit putih dan dia begitu tampan. Wanita itu berharap jika kelak bayi itu membawa keberuntungan untuk dirinya dan juga Mandy, walaupun entah sekarang Mandy berada dimana. *** Flashback 10 bulan yang lalu. Wajah Tessa tampak pucat saat mendengar vonis penyakit yang diderita oleh ayahnya dan itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tessa benar-benar merasa frustrasi dengan kejadian yang tengah menimpa dirinya. Tessa tidak bisa berbuat banyak karena posisinya juga masih sekolah. Sedangkan sang ibu juga tidak bisa berbuat banyak. Tessa terisak duduk di depan ruangan dokter. Tessa tidak sada
Setelah kepergian Yosep, Mandy menahan rasa sakit yang cukup luar biasa. Beruntung Mandy masih mempunyai obat pereda rasa nyeri yang dulu dia minta dari Dokter Payne. Mandy hanya meminum obat tersebut saat rasa sakit itu menyerangnya. Tubuh Mandy benar-benar bergetar hebat, dia merasakan gemetaran diseluruh tubuhnya."Apa penyakitku semakin parah?" Tentunya Mandy sudah paham betul konsekuensinya saat dia mengambil keputusan menolak untuk dioperasi. Padahal Mandy bisa saja dioperasi pada saat itu dan dia tidak akan merasakan kesakitan yang sangat luar biasa.Mandy mellangkah gemetaran menuju dapur untuk mengambil air minum. Setelah meminum obatnya Mandy duduk dan terdiam sesaat untuk menunggu obat tersebut bekerja. Barulah setelah rasa sakit itu sirna sedikit demi sedikit, Mandy beranjak untuk mengambil sandwich yang dimaksud oleh Yosep tadi.Mandy menggigit sedikit demi sedikit untuk mengganjal perutnya yang sudah mulai lapar. Dia berniat setelah makan ingin segera beristirahat.Saat
Tidak ada yang bisa melawan takdir yang sudah digariskan oleh sang pemberi hidup. Kematian yang tidak bisa dicegah dan hal itu harus bisa diterima dengan lapang dada serta ikhlas melepaskannya. Itulah yang sedang dirasakan oleh Jacob. Mansion yang besar nan megah sekarang jadi terasa sangat sepi seperti halnya hati Jacob. Berbeda dengan Nyonya Merry yang begitu terlihat bahagia atas kematian Albert."Satu benalu lagi telah pergi. Tuhan benar-benar baik hati. Dia berpihak pada ku, jadi aku tidak perlu bersusah payah mengotori tanganku untuk menyingkirkan anak itu."Niat jahat memang selalu mulus di awal. Mungkin saat itu Nyonya Merry masih bisa tersenyum bahagia, tapi tidak untuk nanti.Sehari setelah kepergian Albert, Jacob sudah kembali disibukkan dengan rutinitasnya seperti biasa. Selama itu juga Jacob tidak pernah menanyakan keberadaan Mandy. Jacob terlihat acuh, ada atau tidak ada Mandy semua sama saja.Jacob merapikan dasi yang dia kenakan dan memakai jas, lalu meraih tas kerjan
Jacob menemukan Albert dalam keadaan sudah meninggal. Semua orang terlihat panik dan Jacob langsung membawa Albert ke Villa. Pagi itu juga Jacob dan dokter membawa Albert terbang ke Blackfort. Dua puluh menit setelah kepergian Albert, Ara sampai di villa milik Jacob dan bejalan tertatih-tatih menuju tempat favorit Albert. Namun, sayangnya Ara terlambat. Ara hanya menemukan setangkai mawar merah yang sudah sedikit layu serta beberapa bercak darah yang sudah mengering."Albert ...," ucap Ara lirih. Ara didampingi oleh Tobey."Tuan Muda Albert baru saja dibawa ke Blackfort, tapi dia sudah dalam keadaan meninggal," tutur seorang pegawai yang sedang berjaga di villa itu. "Aku terlambat. Aku telah jahat pada anak itu, Tobey ...." Ara menangis tersedu-sedu memeluk Tobey dengan erat. Rasa penyesalan menghantui Ara. Rasa itu begitu dalam tanpa bisa Ara bendung. Tangisan Ara pecah dan membuat semua orang yang ada di sana ikut larut dalam kesedihan atas kepergian Albert."Tuan, tadi aku menemuk
Mansion tempat tinggal Jacob kembali ricuh karena tiba-tiba Albert kejang-kejang dan mimisan. Beruntung acara pesta ulang tahun Albert sudah berakhir.Jacob segera melarikan Albert ke rumah sakit dan Albert langsung mendapatkan penanganan langsung dari dokter yang sudah ahli. Di tengah kondisi Albert yang semakin memburuk, bocah itu selalu mengucapkan satu kata pada sang ayah, Jacob, "Ayah, aku ingin pergi ke Pulau Brillin untuk bertemu dengan ibu."Antara bingung ingin mengabulkannya atau tidak, tapi hal itu sangat tidak memungkinkan dan pihak dokter pun melarang keras agar Albert tidak pergi dari rumah sakit karena keadaannya yang sudah sangat parah serta bisa mengakibatkan hal yang tidak diinginkan.Sementara itu di kota Daeson, Ara sudah selesai menulis sebuah surat dan bermaksud memberikan hadiah pada Albert beserta sepasang sepatu kecil untuk memberitahukan kabar bahagia. Ara begitu bahagia dan bersemangat. Ini adalah pertama kalinya setelah menikah Tobey melihat istrinya bisa