Steven dengan sigap menangkap tubuh Mandy yang hampir saja jatuh karena kehilangan keseimbangan. Mandy sempat pingsan karena tekanan pikiran yang dia alami akhir-akhir ini. Antara ibunya dan suaminya. Sang ibu yang selalu marah-marah pada Mandy hanya karena persoalan masalah Mandy yang sering membawa pulang pria lain ke rumahnya, sedangkan sang suami yang mengacuhkan dia setelah kejadian itu. Mandy yang melampiaskan kekesalannya pada pria simpanannya. Mandy memang selalu bermain api dengan pria yang bisa membuatnya bahagia dan puas. Bukan berarti Jacob sang suami tidak bisa membuatnya puas. Hanya saja Jacob mandul dan itu membuat Mandy sedikit kesal juga."kau baik-baik saja?' tanya Steven saat melihat Mandy mulai siuman. Mandy menganggukkan kepalanya. "Kau butuh sesuatu untuk di minum atau mungkin kau ingin ke rumah sakit? Aku lihat sepertinya kau tidak sehat.""Tidak. Aku tidak apa-apa. Lebih baik aku pulang saja." Mandy bangkit dan pamit pada Steven.*** Ara masih rutin menyambang
Kedua bola mata Nyonya Merry membulat sempurna saat melihat sebuah benda yang tergeletak di trotoar. Manik mata itu tidak lepas dari sana untuk beberapa saat. "Maaf, nyonya. Aku minta maaf. Aku tidak sengaja," ujar pria itu sambil minta maaf sambil membungkuk. Dia pun mengambil barang-barangnya yang terjatuh dan selembar foto yang masih menjadi titik fokus atensi Nyonya Merry."Tunggu!' Nyonya Merry mencegah pria itu dan mendekatinya."Iya nyonya. Apakah aku berbuat salah? Bukankah tadi aku sudah meminta maaf pada anda.""Bukan soal itu. Foto itu----" Nyonya Merry menunjuk foto yang dipegang pria itu."Ah, foto ini. Aku sedang mencarinya, tapi sudah hampir tiga minggu aku belum menemukannya," ucap pria itu sambil tersenyum simpul."Apa kau keluarganya?"Pria itu menggelengkan kepalanya. "Bukan. Aku bukan keluarganya. Aku hanya diminta oleh ibunya untuk membawanya pulang ke Harwod ."Mendengar penuturan pria itu Nyonya Merry langsung tersenyum dan tertawa bahagia. "Akhirnya," ungkapny
Entah kenapa Jacob tidak fokus saat diajak mertuanya membicarakan hal yang selama ini dia begitu harapkan akan ada keajaiban yang terjadi di dalam hidupnya. Yang ada dalam pikiran Jacob pada saat itu adalah Ara. Sekilas pada saat itu Jacob melihat raut wajah Ara sedih. "Kau harus menjaga hubungan baik dengan Mandy. Jangan membuat dia marah dan selalu manjakan dia. Untuk wanita yang sedang dalam program hamil itu sangat penting." Nyonya Merry menatap Jacob dengan tersenyum simpul.Jacob kembali menengerutkan keningnya. "Bukankah ini sangat aneh. Sejak awal kau bilang jika aku yang bermasalah dan tidak bisa membuat Mandy hamil dan sekarang tiba-tiba kau meminta pada kami untuk melakukan program hamil? Jika dengan cara yang kau pikirkan akan berhasil, kenapa kau tidak melakukan dari dulu," cerca Jacob.Dari situ si wanita paruh baya itu mulai kelabakan menjawab pertanyaan dari Jacob, tetapi wanita licik itu selalu punya cara untuk segera menjawabnya, "karena
Pagi telah datang dan menjemput semua orang untuk kembali beraktivitas. Saat itu Ara bangun lebih awal. Dia sengaja tidak membangunkan Jacob lantaran ingin memberikan kejutan untuk Jacob. Oleh karena itu dia berusaha sepelan mungkin bergerak dari ranjang untuk menurunkan kedua kakinya. Ara berjalan mengendap-endap menuju ke kamar mandi dengan membawa alat test kehamilan yang dia beli kemarin.Saat Ara sedang berada di kamar mandi, Jacob mendadak dikejutan dengan ponselnya yang terus bergetar. Getaran ponsel Jacob yang terus menerus membuatnya terbangun dengan terpaksa. Dengan menahan rasa ngantuk yang masih menyerangnya Jacob mengangkat panggilan telepon itu."Sayang ... sayang!!" Suara Mandy yang terlihat bergetar di seberang sana sambil berteriak menahan rasa sakit serta menangis tersedu-sedu membuat Jacob tersadar dari rasa ngantuknya dan terlihat bingung."Ada apa?""Perutku sakit sekali, sayang. Cepat ke kamar sekarang juga!" rintih Mandy.
"Nyonya sepertinya anda sudah mengetahui tentang penyakit kanker rahim yang diderita oleh pasien," ungkap dokter tersebut pada Nyonya Merry. "Iya. Mungkin aku hanya butuh obat pereda rasa sakit agar putriku tidak kesakitan seperti tadi," balas wanita paruh baya tersebut. "Tidak bisa, Nyonya. Anda harus memeriksanya lebih lanjut. Penyakit yang menyerang putri anda harus segera mendapatkan penanganan langsung. Kanker itu telah berkembang sangat lama dan jika tidak segera ditangani maka akan membahayakan nyawa pasien. Maka dari itu harus segera diangkat," lanjut sang dokter. "Itu berarti putriku tidak akan memiliki rahim, dok?" "Bahkan sekarang pun dia tidak akan bisa hamil lagi karena rahimnya telah digerogoti sel kanker," jelas sang dokter. "Jika begitu, aku perlu berpikir untuk itu."Nyonya Merry hanya bisa menunduk lesu melihat keadaan anaknya yang sedang sakit, akan tetapi penyakit itu selalu dia tutupi di depan Mandy ataupunJacob. Kanker rahim yang di derita oleh Mandy adalah p
Mendengar penuturan Nyonya Merry, Nyonya Ashley terlihat sangat terkejut. Sesak napasnya kambuh hingga membuatnya tidak mampu untuk berdiri dengan sempurna. Nyonya AShley tampak memegang dadanya yang terasa sangat nyeri akibat mendengar kata-kata tersebut."Hentikan! Kau benar-benar keterlaluan!" Tobey yang tidak tega melihat keadaan Nyonya Ashley berusaha untuk menyudahi perdebatan yang tidak akan ada pangkat selesainya jika sudah membahas yang namanya perselingkuhan."Hei, anak muda. Kau tidak tahu apa yang dilakukan si pel*c*r ini dulu? Jadi, jangan pernah ikut campur!" ungkap Nyonya Merry.Hal itu membuat Nyonya Ashley tidak kuat berada di sana terlalu lama. Dia menarik tangan Tobey mengisyaratkan untuk segera pergi dari sana. Tobey yang paham dengan keadaan ibunya Ara segera menuntun wanita paruh baya itu untuk keluar dari ruangan tersebut.Dengan perasaan kecewa dan hancur, Nyonya Ashley keluar dari ruangan itu sambil menangis dengan tangan memegang dadanya yang terasa sangat sa
Hubungan yang baru berusia seumur jagung dan sudah terlampau jauh, kini diambang kehancuran. Ara tidak pernah menyangka jika ibunya akan datang dan mengetahui semuanya. Ara juga tidak sadar jika dia telah melakukan kesalahan yang sama seperti ibunya dahulu. Ara baru menyadari dan menyesali segalanya begitu sudah terlanjur serta nasi sudah menjadi bubur. Jatuh cinta di waktu dan dengan orang yang salah. Namun, Ara sendiri tidak kuasa menahan hasrat dan perasaannya untuk mementingkan egonya. Ara tidak menyangka jika dia akan jatuh cinta pada Jacob dan dia tidak bisa mengendalikannya karena itu terjadi begitu saja.Kesalahan fatal yang Ara lakukan kini telah membuahi nyawa yang tidak berdosa di dalam rahimnya. Ara tidak kuasa menahan nasib yang akan menimpa anaknya kelak jika dia sudah dewasa nanti. Nasib yang sama dengan penderitaannya yang sedang dia alami saat ini.Ara membawa Albert masuk ke dalam kamarnya dan menyuruh maid lain untuk menggantikan posisi dia untuk menjaga Albert. Tad
Tobey menarik Ara agar tidak ketinggalan kereta malam. Di waktu mereka hendak keluar dari gerbang, dari arah depan tampak mobil mewah yang dikendarai Jacob memasuki gerbang. Mereka berpapasan dan sama-sama sadar, akan tetapi Jacob terkejut melihat Ara malam-malam di luar rumah bersama dengan seorang pria dan membawa koper. Jacob langsung menghentikan mobilnya dan keluar dari dalam mobil. Jacob melangkah cepat dan menyusul Ara."Ara ...!" panggilnya. Panggilan itu seketika menghentikan langkah Ara."Ara, kita sudah tidak ada waktu lagi karena kereta akan berangkat dalam dua puluh menit lagi," sela Tobey."Ata, kau hendak pergi ke mana malam-malam begini." Jacob yang semakin berjalan mendekati Ara.Tobey langsung pasang badan mencegah langkah Jacob, "Ara akan menikah denganku," sahut Tobey dengan nada tegas."Apa? Minggir kau!" Jacob mendorong Tobey dengan kesal dan marah, akan tetapi lagi-lagi Tobey menghadang dan membuat Jacob geram."Jangan ganggu Ara lagi! Urusi saja kehidupanmu dan
Jacob keluar dari kamarnya dan melihat pintu kamar Jaden terbuka. Lantas pria itu masuk ke dalam kamar Jaden dan mendapatkan dua bocah berada di sana. Saat Harry melihat Jacob masuk, bocah itu berlari dan memeluknya.Harry terlihat sangat manja pada Jacob. "Ayah, aku ingin ibu. Jaden bilang jika dia punya seorang ibu yang sangat baik dan perhatian," rengek Harry sambil menunjuk Jaden yang duduk bersila di atas ranjangnya. Jaden memasang muka datar pada Jacob saat Jacob menatap Jaden.Jacob membelai lembut rambut Harry dan memberinya sedikit pengertian. "Secepatnya kau akan mendapatkan ibu.""Benarkah, ayah?" sahut Harry antusias. Jacob pun menganggukkan kepalanya.Padahal Jacob sendiri masih bingung mencari cara untuk membawa Ara kembali ke rumah megah itu. Namun, Jacob tidak pernah berhasil. Di saat ada kesempatan untuk bersatu, tapi keduanya malah justru terlihat canggung dan renggang.Mendengar kabar baik itu, Harry terlihat bahagia dan dia sangat antusias serta terus merengek——mer
Nyonya Merry begitu sangat marah karena kerja kerasnya harus sia-sia. Dia tidak ada niat untuk mendekati dua bocah itu. Tentunya dia akan mencari cara lain lagi, karena bagi wanita itu kedua bocah itu adalah musuh yang harus dilenyapkan guna memuluskan rencana dari wanita iblis itu.Usut punya usut, ternyata minuman yang akan diminum oleh Jaden tadi telah diberi racun serangga oleh Nyonya Merry, tapi berkat aksi Harry membuat saudaranya itu bisa terselamat. Harry adalah malaikat tak bersayap yang selalu menolong Jaden selama di rumah itu. Jaden yang selalu menjadi target kemarahan atas ancaman yang selalu diberikan oleh Nyonya Merry. Cukup beruntung karena memiliki hari Sang Penyelamat dan penyelamat itu pula yang dulu dibawa oleh wanita iblis itu sendiri.Harry sebenarnya terlihat normal seperti biasa, tetapi kadang dia kesulitan menggerakkan tubuhnya yang terkadang tidak sinkron dengan perintah otaknya. Harry juga sangat manis, meski kadang cukup kesulitan berbicara dengan baik da
Wanita muda itu hampir saja salah tingkah, tapi dia segera menetralkannya dengan menundukkan kepalanya. "Tidak masalah. Untuk saat ini, aku sedang tidak memegang uang cash. Bagaimana jika upah terakhirmu, aku transfer saja?" ujarnya. Jean menatap Jacob terkejut. "Kenapa? Ada masalah?" lanjut Jacob."T-tidak," sahut Jean. "Baik. Beri aku nomor rekeningmu. Nanti setelah sampai di kantor aku akan mentransfer upah mu. Bagaimana?" tukas Jacob. Jean pun menganggukkan kepalanya.Jean pun merogoh ponselnya yang dia letakkan di dalam tas selempangnya, lalu menyodorkan itu pada Jacob. Pria itu lalu mengambil foto dan setelahnya dia pergi dari sana.Jean dan Liz memperhatikan tuannya pergi sampai tubuhnya hilang di anak tangga depan."Jean, kau serius?" tanya Liz."Panjang ceritanya!" balas Jean."Kenapa tiba-tiba?"Sebenarnya aku akan menikah,""Hah? Secepat itukah? Padahal———""Ya. Kemarin dia ke rumah dan menyuruhku untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku ini," potong Jean. Liz hanya mengan
Jean tertegun melihat siapa yang datang ke rumahnya. Jean tidak mampu berkata apapun saat melihat sosok tampan yang tengah mengobrol dengan sang kakak.Lantas sosok tampan itu berdiri dengan tegap saat melihat Jean datang. Tampak binar bahagia terpancar dari raut wajahnya."Jean, apa kabar?" sapanya tersenyum.Antara harus bahagia atau sedih. Ada gerangan apakah Tobey bisa sampai datang ke rumahnya. Yang jelas pada saat itu memang Jean belum tahu apa yang sedang terjadi pada pernikahan Tobey dan Ara."Hai ... Tobey. Kau lihat aku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana?""Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja," sahut Tobey tersenyum."Baiklah. Kebetulan kau sudah sampai di rumah, aku akan masuk ke kamarku. Maaf, jika kakak tidak memberitahumu jika Tobey datang ke rumah. Mungkin kalian berdua butuh berbicara empat mata di sini. Mungkin juga ada yang ingin dibicarakan oleh Tobey," ungkap Barnes sambil berdiri.Barnes sendiri juga belum tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Jean dan
Suara Jaden begitu lantang saat mengucapkan kalimat tersebut. Tidak terlihat sosok imut atau lucu dari seorang Jaden. Tania yang merupakan wali kelas Jaden berusaha untuk menenangkan Jaden. Wanita cantik itu melangkah mendekati Jaden dan memeluk bocah itu.Setelah sedikit tenang, Tania menyuruh beberapa guru lainnya untuk membawa Jaden menjauh dari tempat tersebut. Lantas Tania mendekati Jacob."Maaf, tuan———""Jacob——namaku Jacob," potong Jacob."Baiklah. Tuan Jacob, senang bertemu dengan anda. Bukan saya ingin ikut campur dalam masalah ini, tapi mengingat Jaden adalah murid pilihan dan dia dalam pengawasan saya. Mau tidak mau, saya ikut campur sedikit. Tuan, entah apa permasalahan kalian, tapi yang jelas hal itu akan berakibat buruk pada mental Jaden. Terlebih lagi, akhir-akhir ini Jaden sering murung, karena baik ibu atau ayahnya tidak pernah berkunjung." Tania menghela napas dan menatap Jacob. "Sekalinya berkunjung pada hari ini, justru membuat Jaden depresi."Jacob tertunduk lesu
Setelah drama dilematik di dalam keluarga Ara dan hal itu membuat pernikahan Ara diujung tanduk atau bahkan tidak bisa diselamatkan lagi.Ara sendiri juga tidak bisa menahan Tobey, karena pria itu sudah bersikeras memilih untuk bercerai dengannya. Ara pun tidak bisa berbuat apa-apa pada pernikahannya. Memohon meminta diberi kesempatan pun Tobey tidak menolak."Begitu berat cobaan ini dan aku harus menjalaninya sendirian." Ara mengelus perutnya beberapa kali.Sementara itu Jaden sendiri akhirnya bertemu dengan sosok seorang Jacob Chase.Siang itu Jacob diantar oleh Ara ke asrama tempat Jaden menjalani pelatihan selama ini. Jaden yang begitu bahagia karena rasa rindu terhadap ibunya pun segera berlari bergegas dengan wajah ceria menuju ruang jenguk. Namun, ekspresinya berubah saat melihat ibunya datang bersama pria lain yang terlihat sangat mirip dengannya."Jaden, perkenalkan dia adalah Tuan Jacob?" kata seorang guru yang memperkenalkan Jaden pada sosok yang sangat mirip dengannya. Pri
Di dalam kamarnya Ara terus menangis. Dia menyesali semua perbuatan dan juga kesalahannya. Dia benar-benar telah salah mengartikan cinta Dan menyia-nyiakan permata berharga dalam hidupnya. Ara tidak bisa menahan perasaan dan pikirannya yang tidak sejalan. Ara masih teramat mencintai Jacob, tetapi dia juga tidak tega atas kebaikan Tobey selama ini.Cinta yang didasari rasa belas kasih dan budi adalah penyebab dirinya tersiksa dalam pernikahannya selama ini.Andai waktu bisa diputar, Ara benar-benar tidak ingin menyakiti hati Tobey sejauh ini. Harusnya dia tidak boleh egois atas perasaan yang tidak bisa diubah oleh waktu. Ara benar-benar merasa gagal dalam menjalani kewajibannya sebagai seorang istri.Dia tergoda oleh cinta yang tidak semestinya."Mengapa cinta selalu datang di waktu yang tidak tepat?"Hari-hari dilalui Ara sendirian dan sosok seorang Jacob yang selalu membayangi hidupnya."Pergi!""Ara ...,""Pergi dari hidupku!""Maafkan, aku ...," ucap Jacob lirih."Semua sudah terla
Ara tidak pernah menyangka jika Tobey akan datang hari itu. Dia pun merasa kecolongan, kenapa Tobey tidak memberi kabar terlebih dahulu pada dirinya dan sekarang Ara pun tidak bisa mengelak, bersembunyi, ataupun berbohong lagi pada Tobey. Begitu sungguh ironis, Tobey yang datang jauh-jauh dari kota Daeson hanya untuk menemui istri tercinta dan juga Putra kesayangannya Justru malah melihat kejadian yang mungkin Jika dia tidak datang ke kota tersebut, hal itu akan terus berlanjut entah sampai kapan. Namun, pada akhirnya yang namanya kebohongan pasti akan terbongkar juga. Mungkin jika tidak terbongkar pada hari itu, Tobey akan terus merasa dibodohi oleh Ara. Pria berhidung mancung dan memiliki suara deep voice itu telah memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada sang istri, tapi justru arah telah menghianati kepercayaan yang telah diberikan Tobey olehnya. Adapun langsung menunduk dan bersimpuh di kaki Tobey. Dia menangis kencang, meskipun Tobey terus menjauh dan menolak itu darinya.
Nasi memang sudah menjadi bubur dan semuanya tidak bisa dikembalikan atau diulang kembali. Semua sudah berlalu dan hanya ada rasa penyesalan yang bergelut di dalam hati Ara.Ara merasa dosanya semakin bertambah banyak. Hal itu sudah terjadi dan tidak mungkin bisa dicegah. Lambat laun pun akan cepat terlihat karena seiring bertambahnya bulan, perut Ara akan semakin membesar.Bagi Ara mungkin tidak masalah, tapi bagaimana cara dia akan menjelaskan pada suaminya dan lagi apakah Tobey akan menerimanya. Tangisan Ara tidak berhenti pada saat itu."Kenapa hidupku serumit ini? Hiks ... Kenapa setiap aku dekat denganmu, aku selalu siap," rintih Ara. Jacob mendekat Ara dengan kuat."Aku janji, aku akan selalu menjaga dan melindungimu," kata Ara."Haruskah aku menggugurkan kandungan ini?"Jacob merenggangkan pelukannya dan menatap tajam wanita yang ada di depannya. Ekspresi pria itu yang terlihat tidak begitu suka dengan kalimat yang baru terlontar dari bibir Ara."Tidak!" seru Jacob pada Ara. "