Rayyan menemui dokter yang menangani Aisha lebih dulu sebelum bertemu dengan putrinya. Tercetak jelas rasa sakit dan amarah dalam dadanya. Tetapi, mampu ia bendung, wajahnya tetap tenang sebelum menginjakkan kakinya ke dalam dan bertemu putrinya."Aku baik ayah, sejak tadi aku tidak lihat Arga, kemana dia?" Mereka saling pandang. Tidak mungkin jujur jika Arga mendatangi Ferdi memberikan pelajaran pada pria yang membuat kakaknya terluka. Tidak dengan kekerasan tetapi hal yang mengguncang kehidupan Ferdi."Kamu tahu adikmu, dia pergi sebentar. Ada proyek yang menariknya kembali ke kantor tidak lama sayang, nanti juga dia datang." Ujar Ajeng.Mereka memilih untuk membiarkan Aisha istirahat, entah pengaruh obat atau memang Aisha ingin menghindar dari pertanyaan keluarganya. Aisha memilih tidur, Rayyan menghampiri Ajeng duduk di sampingnya mengusap punggung dengan lembut menyalurkan ketenangan untuknya."Cinta yang tak biasa, mengalahkan segalanya. Aku bangga tapi juga tidak terima. Ingin
"Bukan itu. Aku ingin minta maaf, aku juga tidak menyalahkan sepenuhnya ibuku. Meski ibu salah yang selalu ikut campur dalam rumah tangga aku dan Aisha, jika Aisha ingin memilih berpisah dariku. Aku terima, aku sadar kesalahan aku tidak bisa di maafkan, aku siap untuk meninggalkan Aisha dan keluar dari pabrik. Rumah itu akan aku jual hasilnya akan aku bagi dua. Tidak ada harta lain selain rumah itu yang kami miliki,""Saya permisi. Besok saya akan mengirim surat pengunduran diri di pabrik. Salam untuk kedua bunda dan ayah sampaikan permintaan maaf pada Aisha dan keluarga besar," sambung Ferdi sebelum pergi, ia pun menyodorkan amplop coklat di hadapan Arga."Apa ini?""Tolong berikan pada Aisha, itu uang tabungan yang selama ini aku simpan tanpa sepengetahuan ibuku. Katakan pada Aisha untuk membeli barang yang sejak lama ia impikan," Sejenak Arga terdiam mendengar semua penuturan Ferdi tetapi mengenai uang yang ada di hadapannya Arga terkejut. Tidak menyalahkan sepenuhnya pada Ferdi k
Ferdi tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Aisha dan keluarga besarnya. Setelah pertemuan siang itu kini Ferdi kembali ke rumah bersama Aisha. Orang tuanya menyarankan jika Aisha dan Ferdi tinggal di rumah yang sudah disiapkan oleh mereka tetapi Ferdi menolak keras pemberian orang tua Aisha dengan alasan ia ingin mandiri dan membeli rumah dengan usahanya hal itu tentu disetujui keluarganya termasuk Aisha.Sikap Bu Winarti sedikit demi sedikit berubah walau tidak sepenuhnya karena ia tahu bahwa ibu mertuanya memiliki sifat yang sulit dimengerti sejak awal ia menikah dengan Ferdi sikapnya selalu berubah-ubah tidak sedikit bersikap baik, walau terkadang membuat Aisha bimbang karena ulahnya. Hal itu tidak menjadi halangan untuk Aisha yang menginginkan jalinan cintanya dengan Ferdi berjalan semestinya tak ingin kejadian yang hampir saja mengakhirinya di meja pengadilan.Hari berlalu begitu cepat meninggalkan kenangan yang penuh dengan linangan air mata. Beberapa bulan set
Suara Bu Wiranti yang menggelegar dan menyentak tangan salah satu pengunjung membuat Aisha terdiam. Sikap Bu Winarti benar-benar bar-bar."Ibu –" gumam Aisha.Aisha tidak percaya wanita yang tengah berdebat dengan salah satu waiters adalah Ibu mertuanya. Sungguh sikap yang jauh berbeda saat di hadapan Ferdi."Sayang, jangan ke sana. Kita lihat dari sini saja. Biarkan Bu Winarti melakukan apa yang menurutnya benar,""Tapi Bun, pengunjung restoran terusik suara ibu. Ibu sudah memancing kegaduhan yang nanti berakibat buruk pada penilaian restoran, bund,""Tidak sayang. Duduklah jangan khawatir, biarkan bunda menghubungi Arwan."Ajeng mengotak-atik ponselnya tak lama seseorang datang menemui Bu Wiranti."Ibu, mohon maaf. Tolong jangan membuat kekacauan di restoran kami. Jika ibu masih sulit untuk di nasehati maka saya sendiri akan melaporkan ibu ke pihak berwajib,""Kamu jangan sembarang mau lapor polisi ya. Kamu tahu siapa aku, hah? Aku ini besannya Bu Ajeng Sekar Ayu Sanjaya dan Aisha
Pertanyaan mengenai anak menjadi topik utama setiap hari di mana mereka selalu berkumpul. Tidak peduli bagaimana perasaan Aisha, betapa lelahnya setelah ia bekerja di luar rumah dan mengurus sendiri kebutuhan keluarganya terlebih menyiapkan makanan. Bu Wiranti selalu mendesak agar Aisha segera memiliki momongan hal itu membuat Aisha kembali bersedih. "Dek, abaikan apa yang dikatakan sama ibu. Apapun keadaanmu apapun yang terjadi nanti kamu tetaplah istriku. Istri kesayanganku. Adanya anak ataupun tidak bagiku, kamu adalah wanita yang istimewa. Kamu luar biasa aku sangat beruntung memiliki istri seperti kamu yang selalu merendah dan pemaaf sepertimu."Aisha terharu mendengar perkataan sang suami Ia pun hanyut dalam pelukan Ferdi yang memberinya ketenangan, entah kemana hilangnya kesedihan itu saat pria yang ia cintai pembelanya memberinya pengertian di saat ia butuhkan."Ya, mas. Lagi pula ibu sekarang sudah tidak lagi membahas masalah anak. Aku harap Ibu tidak lagi kecewa denganku.
"Apa kamu cemburu? Mereka itu sepupu, wajar jika dia melakukan hal seperti itu. Kamu jangan bersikap berlebihan seperti itu Aisha."Bu Wiranti membela sikap Ferdi dan Esti yang justru membuat Aisha merasa heran. Bagaimana seorang sepupu bisa bersikap berlebihan."Tapi–""Yang dikatakan ibu benar kamu tidak perlu cemburu seperti itu, kami hanyalah sepupu dan kedekatan kami itu adalah hal yang wajar karena di antara kami ada ikatan persaudaraan sama seperti kamu dengan Arga. Begitu pula hubunganku dengan Esti. Jangan lagi berdebat Aku tidak mau acara makan malam ini berakhir tidak mengenakan apalagi Esti baru sampai dia begitu lelah dan dia butuh istirahat."Aisha tercenung Ferdi membenarkan sikap ibunya dan Esti. Lalu siapa dirinya? Jika apa yang di katakannya salah.Mereka menikmati makanan lezat, namun satu hal yang berubah di meja makan yang selalu tenang kini riuh dengan celoteh Esti entah apa saja yang menjadi topik pembicaraan mereka. Sesekali Esti bercanda dengan Ferdi hal yang
"Es, siapa mas?""Kamu salah dengar sayang, maksud mas itu. Tidak ada sekertaris jadi aku akan sibuk dan banyak pekerjaan. Sengaja aku pakai minyak wangi berlebihan setidaknya biar tidak ada aroma acem. Ya, sudah aku ke bawah dulu.""M– mas,"Tubuh jangkung itu hilang dari balik pintu kamar yang tertutup rapat. Kebiasaan yang di lakukan Ferdi pada Aisha hilang seiring raut wajah bahagia dan siulan yang hampir tak pernah ia lihat dan dengar sebelumnya. Sungguh ironis hanya karena sepupunya tinggal di rumah yang sama membuatnya begitu bahagia.Pertanyaan yang ia berikan pada Ferdi tidak di jawab sebaliknya Ferdi memberikan jawaban yang tidak ia tanyakan dan kata mas dan aku kini semakin ia dengar bersamaan. Perubahan yang begitu besar dalam diri Ferdi, semua hal yang berurusan dengannya telah lupa.Sentuhan terakhir di bibir membuat wajahnya terlihat semakin cantik walau hanya memakai makeup tipis.Dari lantai atas Aisha jelas mendengar pembicaraan mereka di ruang makan. Langkahnya sema
Suara Ferdi terbata salah untuk kesekian kalinya memanggil. Sudah menjadi hal biasa bagi Aisha.Dengan tergesa Ferdi mendekati Aisha yang berdiri terpaku, tapi sorot mata Aisha jelas menatap wajah Esti yang terlihat tanpa bersalah."Aisha, eh, sayang," Ferdi meraih tangan Aisha yang seketika di tepis.Aisha tertawa sumbang, Ferdi mengulang lagi kesalahan saat menyebut namanya yang akhirnya diganti dengan kata sayang. "Kamu dari mana Mas? Ah, aku lupa kalau kalian habis belanja." Tatapan Alice kini pada paper bag yang lebih dari sepuluh di tangan Esti dan Bu Winarti. Bahkan beberapa tergeletak di lantai."S– sayang, kamu belum jawab pertanyaan aku, sejak kapan kamu pulang?""Apa harus aku laporan sama kamu kalau aku akan pulang jam berapa? Pada dasarnya kamu sudah tahu jam berapa aku pulang ke rumah. Selama ini apa aku pernah pulang larut malam? Apa aku pernah pulang lewat dari jam enam petang?""Bukan begitu hanya saja kamu membuatku terkejut. Kamu jangan salah paham aku mengajak Es
"Itu tidak sebanding dengan kamu yang menerima cintaku, Aisha. Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya. Tidak ada lagi mahar Sepuluh Ribu atau pun nafkah sepuluh ribu padamu. Ingatkan aku jika lalai dalam memberimu nafkah," ucap Khandra lembut."Kamu adalah segalanya untukku. Dan padamu aku berlabuh, menyerahkan segalanya, cintai aku jika aku layak untuk kamu cintai. Sebaliknya jika aku tak layak maka –" Khandra terdiam. Tatapan Aisha tak biasa."Kamu bicara apa, sih, Dra? Ngelantur aja. Aku suka cincin ini, akan aku pakai.""Alhamdulillah, ayok. Kita pulang, jadi mau ke rumah Wina? Apa bunda tadi, ya?""Mas anterin aku ke pabrik aja ya. Tadi ada telpon katanya ada masalah di sana.""Oke. Jangan lupa sebentar lagi kita akan tunangan. Aku tidak mau kamu lelah.""Ya. Kamu jangan khawatir."Wina yang menikmati hari-harinya sebagai istri dari Arga putra bungsu dari keluarga Rayyan. Tidak ada hari terlewat untuk saling berbagi cerita. Seperti siang ini setelah menyelesaikan pekerjaa
Jawaban Aisha membuat semua yang ada di ruang keluarga pun bersorak bahagia sebab penantian panjang Khandra berakhir dengan manis. Aisha wanita yang ia cintai sejak lama menerima cintanya tanpa syarat. Tidak ingin menunggu lagi Khandra pun meminta pada kedua orang tua Aisha untuk mempercepat pernikahan mereka tentu saja hal itu disambut bahagia oleh kedua orang tua Aisha dan keluarga besarnya. Mengingat mereka sangat mengenal siapa Khandra yang sebenarnya namun sayang dibalik kabar bahagia itu ada rasa rindu dan sedih Khandra tidak bisa memberitahukan kabar bahagia itu pada sang Ibu sebab wanita yang sangat mendukung hubungannya dengan Aisha telah pergi untuk selamanya tepat Aisha pergi ke luar negeri. Mereka sudah sepakat jika seminggu lagi mereka akan bertunangan keluarga ingin mereka segera menikah namun Aisha menginginkan mereka tunangan untuk sementara waktu sampai tiga bulan. Bukan tidak mungkin Aisha hanya menyiapkan semua bukan hanya hatinya tapi juga kesiapan lahirnya.
Suara Aisha kembali terdengar setelah menyelesaikan lantunan ayat suci. Kini wanita bergamis jingga berdiri menghampiri keluarganya yang terdiam di sana menatap tak percaya jika di hadapan mereka adalah Aisha. Keterkejutan dan kesedihan di wajah mereka berubah menjadi air mata bahagia mendapati sosok yang kini tengah berjalan ke arah mereka.Satu tahun mereka menahan rindu, meski mereka mampu untuk datang menemui Aisha namun mereka mengurungkannya mengingat sang putri menolak untuk di temui. Tidak bermaksud untuk membuat kedua orang tuanya tersinggung akan penolakannya tetapi Aisha memiliki alasan sendiri mengapa ia tidak ingin ditemui sebab jika sudah bertemu dengan keluarganya tentu membuat Aisha ingin segera kembali ke rumah. "Sayang kenapa kamu tidak memberi kabar jika pulang?""Kalau aku memberitahu Bunda namanya bukan kejutan. Apa kabar bunda, ayah dan kamu Arga, ah, lupa adik Iparku yang cantik. Bagaimana dengan kalian semua aku merindukan kalian semua.""Kabar kami baik, kak.
Perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya. Seperti yang dialami oleh Aisha setelah pernikahan adiknya dengan sang sahabat dia pun memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan luka hatinya akibat pengkhianatan dilakukan oleh suaminya. Walau hal itu terjadi sudah cukup lama namun luka itu sangat membekas di hatinya sehingga ia memilih untuk menenangkan diri. Lamaran dari sahabat kecilnya pun dia abaikan bukan berarti tidak ada perasaan apapun ia hanya ingin menyelami perasaannya apakah ia benar-benar sudah melupakan Ferdi mantan suaminya, apakah hanya rasa iba yang kelak akan menjadi permasalahan baru jika dia menerima cinta Khandra. Satu tahun berlalu setelah dia pergi ke negeri orang bukan untuk menghindari akan tetapi ia ingin mengobati lukanya sendiri. Senyumnya mengembang melihat seseorang yang sudah menunggunya. "Apa aku terlambat datang?" "Tidak. Justru sebaliknya sepertinya kamu terlalu cepat sehingga kamu harus menunggu aku datan
Kesibukan terlihat di salah satu hotel ternama di ibukota bukan hanya pengantinnya saja tetapi pihak keluarga dari pembelai pria pun sangat sibuk bukan karena tidak percaya dengan orang lain, tetapi mereka ingin memberikan kesan tersendiri untuk salah satu keluarga mereka yang tidak lain adalah Arga yang akan menikah dengan Wina. Pernikahan berlangsung dengan hikmah pagi tadi dan malam nanti dimulainya pesta yang tentu dengan meriah dan mewah. Mengingat Wina hidup sebatang kara sebab sang Bibi yang dulu mengurusnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu sehingga semua disiapkan oleh keluarga Ajeng. Aisha orang yang menyatukan hubungan mereka justru kini ia disibukkan dengan segala kerempongan yang dilakukan adik iparnya yang begitu cemas mengingat mereka akan menghabiskan malam untuk pertama kalinya dengan seorang pria. Berulang kali Aisha menjelaskan bahwa hal itu lumrah terjadi karena ia pun pernah merasakan hal yang sama yang kini dirasakan oleh Wina sebab saat itu Aisha begit
Hari berlalu begitu cepat minggu berganti bulan dan kini setahun sudah setelah kejadian di mana keluarga mantan suaminya datang ke rumah bersama ibu dan istrinya. Aisha sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan tanpa ada rasa dendam dalam hati.Kabar hukuman tiga puluh tahun sampai di telinganya, namun Aisha yang diam-diam meminta pihak berwajib untuk mengurangi hukuman jika terbukti Wulan telah sadar dan bertaubat. Semua ia lakukan mengingat wanita yang berusaha untuk menyingkirkan dirinya seusia Ibunya, mana mungkin Aisha tega melakukan hal itu. Menghabiskan waktu lama di dalam penjara hal yang sangat ia takutkan."Kamu yakin nak?""Ya, bund, kasihan. Bund tahu kan Tante Wulan itu sudah cukup umur. Melihat Tante Wulan, aku ingat Bunda,"Ajeng tersenyum begitu beruntung memiliki anak seperti Aisha dan Arga yang selalu memikirkan perasaan orang lain meski hatinya terluka. "Apa Bunda tidak setuju, dengan keputusan yang aku ambil ini?""Tentu tidak sayang. Justru sebaliknya Bunda sang
Seperti yang diucapkan semalam pagi ini mereka pergi ke rumah Aisha. Bersama dengan Bu Wiranti dan tentu Ahmad anak mereka. Taksi yang di pesan Ferdi telah sampai mereka gegas naik. Dalam perjalanan tak ada yang membuka suara mereka memilih diam tanpa ingin mengatakan sesuatu, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.Bukan hanya Esti tapi juga Bu Winarti yang juga merasa bersalah pada keluarga Rayyan. Sejak Ferdi berpisah dengan Aisha hidupnya benar-benar berada di titik terendah, bahkan dulu saat Ferdi masih kerja serabutan hidupnya tidak sesulit sekarang.Menyadari hidupnya hancur karena ulahnya yang berambisi untuk memiliki cucu dan harta ternyata menantunya yang di anggap miskin dan tidak berguna itu adalah seorang wanita kaya raya. Sungguh ironis harta yang dia inginkan ternyata ada di depannya, setelah semua terungkap kehadiran cucu menjadi masalah yang terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan lagi semua karena keegoisannya kini semua yang ia inginkan menjadi boomerang untuknya."
Esti tercengang mendengar penuturan dari pria di depan yang tak lain tak bukan adalah Ayah tirinya yang pernah menjadi suami dari ibunya. Benarkah yang dikatakan olehnya? Siapa ibu dan siapa dirinya yang sebenarnya? Jika yang dikatakannya benar lalu apa yang ia dapatkan cerita dari ibunya adalah salah semua. Esti terdiam mencerna setiap kata yang tak coba ia dapatkan jawabannya. "Tidak perlu memikirkan apa yang aku katakan ini. Pergilah jaga keluargamu baik-baik apa yang pernah kamu dapatkan dengan cara merebut sesuatu dari orang lain. Maka kamu akan merasakannya juga entah kapan kamu mengalaminya lebih baik bertobat dan tidak perlu mengusik orang yang sudah kamu sakiti dulu agar hidupmu jauh lebih tenang lagi."Tanpa menjawab Esti pergi dari rumah mewah Aisha. Ya, semua begitu suram tak ada yang bisa menjelaskan padanya termasuk tujuan ibunya waktu itu."Kamu dari mana saja Esti? Ibu kewalahan ngurusin Ahmad."Bu Winarti kesal tiga jam yang lalu menantunya pergi tanpa memberikan ka
"Esti, jaga mulut kamu. Lancang kamu sebut anakku, sundal. Ternyata kamu tidak bercermin dari kesalahan ibumu. Kamu hadir dalam rumah tangga putriku dan kamu menyalahkan anakku begitu? Sangat menyedihkan. Kamu perempuan yang baik cantik dan masih muda seharusnya kamu menata hidupmu lebih baik lagi tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan ibumu yang tentu mengarahkan kamu ke dalam curang kehancuran, kamu tidak tahu kisah yang sebenarnya terjadi di masa dulu dan kamu hanya mendengarkan apa yang dikatakan Ibumu tanpa bertanya pada kami permasalahan yang sebenarnya. Lihatlah di sini ada orang-orang yang berhubungan langsung dengan masa lalu ibu kamu bisa dengarkan mereka,""Aku tidak peduli dengan mereka yang aku butuhkan sekarang adalah anakmu dan kamu yang harus bertanggung jawab atas kehancuran rumah tanggaku dan ibuku. Terutama putrimu yang sok cantik itu dia harus membebaskan ibuku. Ibuku tidak bersalah semua ini rekayasa putrimu tidak mungkin Ibuku menyakiti orang,"Dari dalam su