Suara Ferdi terbata salah untuk kesekian kalinya memanggil. Sudah menjadi hal biasa bagi Aisha.Dengan tergesa Ferdi mendekati Aisha yang berdiri terpaku, tapi sorot mata Aisha jelas menatap wajah Esti yang terlihat tanpa bersalah."Aisha, eh, sayang," Ferdi meraih tangan Aisha yang seketika di tepis.Aisha tertawa sumbang, Ferdi mengulang lagi kesalahan saat menyebut namanya yang akhirnya diganti dengan kata sayang. "Kamu dari mana Mas? Ah, aku lupa kalau kalian habis belanja." Tatapan Alice kini pada paper bag yang lebih dari sepuluh di tangan Esti dan Bu Winarti. Bahkan beberapa tergeletak di lantai."S– sayang, kamu belum jawab pertanyaan aku, sejak kapan kamu pulang?""Apa harus aku laporan sama kamu kalau aku akan pulang jam berapa? Pada dasarnya kamu sudah tahu jam berapa aku pulang ke rumah. Selama ini apa aku pernah pulang larut malam? Apa aku pernah pulang lewat dari jam enam petang?""Bukan begitu hanya saja kamu membuatku terkejut. Kamu jangan salah paham aku mengajak Es
Ya, Tuhan, ujian apa ini. Apa yang mereka lakukan di dalam rumahku? Siapa mereka? Aisha berlari meninggalkan kamar Esti rasa lapar lenyap seketika. Tangisannya pecah di dalam kamar, kamar yang kini begitu dingin suara aneh yang dari kamar sepupu suaminya adalah suara merdu mereka berdua.Di kamar itu mereka saling berbagi peluh dan suara menjijikan itu membuat isi perutnya meronta ingin dikeluarkan. Sakit? Aisha kecolongan hubungan terlarang berbalut saudara sepupu. Lalu kenapa Bibi Siti diam saja?Langkah kaki mendekati kamar Aisha menyembunyikan tubuhnya di balik selimut. Sepintas Aisha melihat jam di atas nakas sudah jam dua, bodohnya menangisi pria yang tidak tahu diri itu.Pagi seperti biasa, Aisha menyiapkan makanan tapi kali ini untuk dirinya sendiri. Namun, ada hal yang terasa janggal Bibi Siti yang biasanya sudah bangun lebih dulu kini tidak terlihat batang hidungnya.Bu Winarti mencolek lengan Ferdi, bertanya tanpa suara mengenai sikap dingin Aisha. Berapa kali terlihat Ai
Tanpa memperdulikan perkataan Esti, Aisha kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar pribadinya. "Dek, aku merindukan kamu. Sudah lama kita tidak melakukannya kamu tidak kasihan padaku juga padanya?" Ferdi mana aja ke bawah.Mual, jijik, marah hati ini menyatu menjadi satu tetapi mengingat suara suaminya yang menyebut nama Esti saat pelepasan."Aku datang bulan.""Kita sudah lama tidak melakukannya, masa kamu bisa datang bulan terus?""Datang bulan akan setiap bulan datang dari kamu tidak perlu kaget Mas apa kamu lupa aku pernah hamil dan selalu hamil aku tidak sayang bulan. Sudah berapa bulan kamu tidak menyentuhku dan hari ini di saat kamu meminta perdebatan dengan hadirnya tamu bolehkan Apa kamu juga akan menyalahkan aku?""Maaf, dek.""Mas, aku mau kita makan malam bersama. Kita kumpul, pas waktunya kamu ada di rumah sekarang.""Oke, sayang, aku tunggu di bawah."Sayang? Kata-kata yang menjijikan bagi Aisha. Buru-buru masuk ke dalam kamar membuang semua jejak tangan Ferdi di sa
Tubuh Ferdi kaku terpampang jelas wajah dirinya yang penuh dengan peluh di tubuhnya bahkan raut wajah itu penuh bahagia binar tercetak jelas di sana. Foto menampakkan dirinya setelah melakukan kegiatan panas dengan Esti di kamar tamu yang di siapkan oleh istrinya. Esti, wanita pilihan ibunya untuk menjadi istri keduanya, selain itu Esti masih muda meski wajahnya terlihat lebih dewasa dari umurnya. Bukan itu yang menjadi keinginan Bu Winarti, cucu yang menjadi pemicu hadirnya Esti dalam rumah tangga mereka dan sayangnya Bu Winarti dan Ferdi membawanya."Sayang, dari mana kamu dapatkan foto ini?" gelisah, takut, dan wajahnya yang pias sarat akan kebingungan yang kini mendera Ferdi."Kamu tidak perlu tahu, dari mana aku mendapatkan foto itu. Kamu tinggal jelaskan sejak kapan kamu berselingkuh?""Aku tidak selingkuh, Aisha.""Baik, kamu bisa mengelak mas. Tapi bukti itu sudah lebih dari cukup untukku. Sebaiknya kamu pergi dari rumah ini mas, ajak ibu dan selingkuhan kamu itu. Aku tidak m
Wanita paruh baya itu membulatkan matanya mendengar perkataan Aisha untuk membawa serta besannya yang tak lain adalah Bu Wiranti."Eh, tunggu dulu! Maksud kamu apa? Aku datang ke sini mau tinggal di sini. Kenapa di suruh pergi bawa mereka?"Wanita paruh baya itu menuntut jawaban dari putrinya yang terdiam di tempat."Dia, Aisha. Istri pertama mas Ferdi," lirih Esti."Apa? Jadi dia istrinya Ferdi? Wah, kayaknya kamu belum belajar agama ya. Sini aku kasih tahu, dalam agama kita. Pria boleh menikah lebih dari satu kali. Jika mampu bisa lebih dari itu, Aisha sebaiknya terima saja anakku jadi istri kedua suamimu. Supaya apa? Supaya kamu mendapatkan surga nantinya." Ungkap wanita itu, berlahan mendekati Aisha yang berdiri dengan tenang sebelum kembali berkata di depan wanita berhijab itu."Rumah ini besar dan mewah. Setidaknya berikan sedikit saja pada wanita lain untuk merasakan nikmatnya memiliki kekayaan. Kamu akan viral nanti istri tua mengajak istri muda tinggal di bawah atap yang sama
Esti yang mendengar jika keluarga dari istri pertama Ferdi mengalami kecelakaan membuatnya berada di awan bagaimana tidak. Sebab yang menempati rumah mewah itu adalah dirinya bersama dengan ibu serta mertuanya. Walau ada Bibi Siti namun baginya tidak halangan. Bukan hanya dirinya tapi juga Ibunya menjadi berkuasa setelah tiga hari Aisha tidak kunjung pulang."Bik, Siti!! Cepetan buatkan aku sarapan jangan lupa buat Mama dan ibu. Satu lagi masak yang enak-enak aku tidak mau anakku kekurangan gizi." Esti berdiri angkuh di depan bibi Siti. "Maaf, Saya bekerja untuk Mbak Aisha selain Mbak Aisha Saya tidak akan mau mengerjakannya." Tolak Bibi Siti tegas."Lancang kamu ya! Mau aku pecat sekarang juga?!" sentak Esti."Termasuk mbak Esti pecat saya, itupun hanya bisa dilakukan oleh mbak Aisha dan saya akan keluar dari rumah ini juga karena mbak Aisha sendiri yang memintanya.""Oh, tua menyebalkan. Kita lihat saja nanti, aku pastikan hari ini hari terakhir di rumah ini." Ancam Esti.Bibi Siti
Ferdi berdiri berusaha untuk meraih tangan Aisha namun dengan cepat wanita berhijab itu menepis tangan Ferdi. "Kamu tidak bisa mengambil keputusan seorang diri walau bagaimanapun aku adalah kepala rumah tangga dan aku berhak atas rumah ini meskipun ini adalah harta milik kamu. Selama kamu menikah denganku, aku sudah berjuang mati-matian untuk bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan keluargamu juga kamu. Sedikit banyaknya tentu aku berhak, jika kamu ingin memutuskan semuanya baiklah. Aku akan pergi dari rumah ini tapi berikan sebagian hak aku." Aisha kembali menyunggingkan senyum kali ini senyumnya penuh arti dan begitu dingin. Senyum yang tidak pernah diperlihatkan oleh Aisha di hadapan Ferdi sejak dulu hingga saat ini. "Sampai kapanpun aku tidak akan memberikan rumah ini padamu apa lagi membaginya jangan pernah mimpi, mas. Bangun Mas Ferdi, kamu sedang tidak tidur ini kehidupan nyata dan kamu berdiri di hadapanku sekarang, kamu ingin mendapatkan harta maka bekerjalah dengan bai
Terpaksa mereka pergi dari istana Aisha, segala kemewahan yang di miliki Aisha akan hilang begitu saja. Seandainya mereka lebih bersabar tentu hal ini tidak akan terjadi, namun mereka menyadari jika nafsu lebih besar dari akal sehat mereka."Bu, mama, Esti, sementara waktu kita tinggal di sini ya? Mas janji akan berusaha untuk mendapatkan harta itu agar hidup kita bisa seperti sebelumnya." Ferdi membuka pintu rumah minimalis yang ia kontrak sebab itu adalah pilihan Esti. "Ferdi, kami tidak apa-apa kok. Yang penting sekarang kamu bisa memberikan yang nyaman untuk Esti dan anak kamu," wanita itu, tersenyum puas. Walau harus merima tinggal di rumah minimalis setidaknya ia tidak pusing untuk mencari pekerjaan."Ya, ma, sekarang kita istirahat dulu. Sayang, kamu masak ya, kebetulan mas belanja tadi,""Apa. Aku masak mas? Tidak bisa gitu dong mas, aku lagi hamil capek. Kita pesan makanan aja ngapain repot masak." Esti meninggalkan ruang keluarga di mana Ferdi dan Ibunya berada tak jauh da