Tubuh Ferdi kaku terpampang jelas wajah dirinya yang penuh dengan peluh di tubuhnya bahkan raut wajah itu penuh bahagia binar tercetak jelas di sana. Foto menampakkan dirinya setelah melakukan kegiatan panas dengan Esti di kamar tamu yang di siapkan oleh istrinya. Esti, wanita pilihan ibunya untuk menjadi istri keduanya, selain itu Esti masih muda meski wajahnya terlihat lebih dewasa dari umurnya. Bukan itu yang menjadi keinginan Bu Winarti, cucu yang menjadi pemicu hadirnya Esti dalam rumah tangga mereka dan sayangnya Bu Winarti dan Ferdi membawanya."Sayang, dari mana kamu dapatkan foto ini?" gelisah, takut, dan wajahnya yang pias sarat akan kebingungan yang kini mendera Ferdi."Kamu tidak perlu tahu, dari mana aku mendapatkan foto itu. Kamu tinggal jelaskan sejak kapan kamu berselingkuh?""Aku tidak selingkuh, Aisha.""Baik, kamu bisa mengelak mas. Tapi bukti itu sudah lebih dari cukup untukku. Sebaiknya kamu pergi dari rumah ini mas, ajak ibu dan selingkuhan kamu itu. Aku tidak m
Wanita paruh baya itu membulatkan matanya mendengar perkataan Aisha untuk membawa serta besannya yang tak lain adalah Bu Wiranti."Eh, tunggu dulu! Maksud kamu apa? Aku datang ke sini mau tinggal di sini. Kenapa di suruh pergi bawa mereka?"Wanita paruh baya itu menuntut jawaban dari putrinya yang terdiam di tempat."Dia, Aisha. Istri pertama mas Ferdi," lirih Esti."Apa? Jadi dia istrinya Ferdi? Wah, kayaknya kamu belum belajar agama ya. Sini aku kasih tahu, dalam agama kita. Pria boleh menikah lebih dari satu kali. Jika mampu bisa lebih dari itu, Aisha sebaiknya terima saja anakku jadi istri kedua suamimu. Supaya apa? Supaya kamu mendapatkan surga nantinya." Ungkap wanita itu, berlahan mendekati Aisha yang berdiri dengan tenang sebelum kembali berkata di depan wanita berhijab itu."Rumah ini besar dan mewah. Setidaknya berikan sedikit saja pada wanita lain untuk merasakan nikmatnya memiliki kekayaan. Kamu akan viral nanti istri tua mengajak istri muda tinggal di bawah atap yang sama
Esti yang mendengar jika keluarga dari istri pertama Ferdi mengalami kecelakaan membuatnya berada di awan bagaimana tidak. Sebab yang menempati rumah mewah itu adalah dirinya bersama dengan ibu serta mertuanya. Walau ada Bibi Siti namun baginya tidak halangan. Bukan hanya dirinya tapi juga Ibunya menjadi berkuasa setelah tiga hari Aisha tidak kunjung pulang."Bik, Siti!! Cepetan buatkan aku sarapan jangan lupa buat Mama dan ibu. Satu lagi masak yang enak-enak aku tidak mau anakku kekurangan gizi." Esti berdiri angkuh di depan bibi Siti. "Maaf, Saya bekerja untuk Mbak Aisha selain Mbak Aisha Saya tidak akan mau mengerjakannya." Tolak Bibi Siti tegas."Lancang kamu ya! Mau aku pecat sekarang juga?!" sentak Esti."Termasuk mbak Esti pecat saya, itupun hanya bisa dilakukan oleh mbak Aisha dan saya akan keluar dari rumah ini juga karena mbak Aisha sendiri yang memintanya.""Oh, tua menyebalkan. Kita lihat saja nanti, aku pastikan hari ini hari terakhir di rumah ini." Ancam Esti.Bibi Siti
Ferdi berdiri berusaha untuk meraih tangan Aisha namun dengan cepat wanita berhijab itu menepis tangan Ferdi. "Kamu tidak bisa mengambil keputusan seorang diri walau bagaimanapun aku adalah kepala rumah tangga dan aku berhak atas rumah ini meskipun ini adalah harta milik kamu. Selama kamu menikah denganku, aku sudah berjuang mati-matian untuk bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan keluargamu juga kamu. Sedikit banyaknya tentu aku berhak, jika kamu ingin memutuskan semuanya baiklah. Aku akan pergi dari rumah ini tapi berikan sebagian hak aku." Aisha kembali menyunggingkan senyum kali ini senyumnya penuh arti dan begitu dingin. Senyum yang tidak pernah diperlihatkan oleh Aisha di hadapan Ferdi sejak dulu hingga saat ini. "Sampai kapanpun aku tidak akan memberikan rumah ini padamu apa lagi membaginya jangan pernah mimpi, mas. Bangun Mas Ferdi, kamu sedang tidak tidur ini kehidupan nyata dan kamu berdiri di hadapanku sekarang, kamu ingin mendapatkan harta maka bekerjalah dengan bai
Terpaksa mereka pergi dari istana Aisha, segala kemewahan yang di miliki Aisha akan hilang begitu saja. Seandainya mereka lebih bersabar tentu hal ini tidak akan terjadi, namun mereka menyadari jika nafsu lebih besar dari akal sehat mereka."Bu, mama, Esti, sementara waktu kita tinggal di sini ya? Mas janji akan berusaha untuk mendapatkan harta itu agar hidup kita bisa seperti sebelumnya." Ferdi membuka pintu rumah minimalis yang ia kontrak sebab itu adalah pilihan Esti. "Ferdi, kami tidak apa-apa kok. Yang penting sekarang kamu bisa memberikan yang nyaman untuk Esti dan anak kamu," wanita itu, tersenyum puas. Walau harus merima tinggal di rumah minimalis setidaknya ia tidak pusing untuk mencari pekerjaan."Ya, ma, sekarang kita istirahat dulu. Sayang, kamu masak ya, kebetulan mas belanja tadi,""Apa. Aku masak mas? Tidak bisa gitu dong mas, aku lagi hamil capek. Kita pesan makanan aja ngapain repot masak." Esti meninggalkan ruang keluarga di mana Ferdi dan Ibunya berada tak jauh da
"Kamu mau apa mas? Pergilah ke rumah gundik kamu itu. Aku tidak sudi kamu menginjakkan kaki di rumah ini." Sambungnya menahan kemarahannya."Aisha, cobalah untuk menerima Esti. Kalian akan saling melengkapi, aku bisa mewujudkan keinginan ibu memiliki cucu tanpa harus menekan kamu. Mengerti aku sedikit saja Aisha–""Mengerti kata kamu mas? Kamu yang tidak mengerti. Coba kamu pikir apa aku selama ini terlalu menuntut mu? Kamu sama ibu yang tidak mengerti bagaimana persamaan aku. Sudah mas, aku capek mau istirahat. Sebaiknya kamu pulang rumah ini sudah tertutup buat kamu.""Aisha buka pintunya!! Kamu jangan begitu Aisha!!" Ferdi berusaha untuk menggedor pintu rumah Aisha namun dua pria datang dan menariknya menjauh dari rumah Aisha."Lepaskan aku. Apa kalian tidak tahu siapa aku?" "Maaf pak, saya tahu siapa anda. Maka dari itu saya minta anda dengan baik-baik untuk meninggalkan rumah ini sebelum kami berbuat kasar pada anda.""Argh!! Sial, awas kalian." Ferdi meninggalkan rumah Aisha,
Ferdi ingin protes namun semua sia-sia. Sehingga dengan terpaksa Ferdi pergi walau ia tidak terima dengan keputusan Aisha.Ferdi berbalik sebelum meninggalkan ruang kerjanya. Di tatapnya wanita yang ia nikahi lima tahun yang lalu, cantik, anggun dan berkelas. Apapun yang di lakukannya akan menjadi sesuatu yang berarti untuk orang lain dan tentu untuk dirinya."Aisha, apa kamu tidak lagi cinta sama aku? Kita sudah lama menikah, apa hanya karena Esti, kita jadi begini? Dan sekarang, kamu juga pecat aku tanpa alasan dan kesalahan yang jelas." Aisha mencebik suaminya tak jua sadar atas kesalahannya."Kenapa tidak menjawab perkataanku?"Aisha menghela napasnya sebelum ia berkata pada suaminya, yang sayangnya masih sangat ia cintai."Apa kamu tidak sadar atas kesalahan kamu mas? Dengan membawa gundik kamu ke rumah, kamu masih bertanya apa aku masih mencintaimu atau tidak? Cintaku sudah hilang saat kamu pulang membawa wanita itu. Dan kenapa aku memecat kamu, itu juga ada buktinya. Penyelewe
Kebutuhan yang semakin mendesak uang tabungan yang semakin menipis membuat Ferdi semakin di buat gelisah. Tuntutan uang belanja semakin melonjak dan hutang-hutang keluarga Esti yang tidak kunjung selesai. Sehingga memicu pertengkaran Ferdi dan Esti."Kamu jangan begitu dong Mas, biar bagaimanapun hutang Mama sudah banyak dan kamu sendiri yang akan menanggungnya, kenapa sekarang berubah?" kesal Esti."Memangnya berapa ratus juta lagi hutang keluarga kamu? Selama ini aku sudah memberikan uang banyak tapi hutang itu bukannya berkurang kenapa semakin menumpuk atau jangan-jangan keluarga kamu sudah menipu aku, iya?""Mas, kamu ngomong apaan sih! Gimana ceritanya keluargaku nipu kamu? Kamu sendiri sudah tahu berapa hutang keluargaku dan kamu sendiri sudah bertanggung jawab. Jelaskan kenapa sekarang kamu harus melimpahkan kesalahan kamu pada keluargaku?" dengus Esti."Kesalahan aku? Hutang keluarga kamu, aku yang nanggung. Sekarang kamu bilang salah aku? Justru keluarga kamu yang jadi beban.
"Itu tidak sebanding dengan kamu yang menerima cintaku, Aisha. Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya. Tidak ada lagi mahar Sepuluh Ribu atau pun nafkah sepuluh ribu padamu. Ingatkan aku jika lalai dalam memberimu nafkah," ucap Khandra lembut."Kamu adalah segalanya untukku. Dan padamu aku berlabuh, menyerahkan segalanya, cintai aku jika aku layak untuk kamu cintai. Sebaliknya jika aku tak layak maka –" Khandra terdiam. Tatapan Aisha tak biasa."Kamu bicara apa, sih, Dra? Ngelantur aja. Aku suka cincin ini, akan aku pakai.""Alhamdulillah, ayok. Kita pulang, jadi mau ke rumah Wina? Apa bunda tadi, ya?""Mas anterin aku ke pabrik aja ya. Tadi ada telpon katanya ada masalah di sana.""Oke. Jangan lupa sebentar lagi kita akan tunangan. Aku tidak mau kamu lelah.""Ya. Kamu jangan khawatir."Wina yang menikmati hari-harinya sebagai istri dari Arga putra bungsu dari keluarga Rayyan. Tidak ada hari terlewat untuk saling berbagi cerita. Seperti siang ini setelah menyelesaikan pekerjaa
Jawaban Aisha membuat semua yang ada di ruang keluarga pun bersorak bahagia sebab penantian panjang Khandra berakhir dengan manis. Aisha wanita yang ia cintai sejak lama menerima cintanya tanpa syarat. Tidak ingin menunggu lagi Khandra pun meminta pada kedua orang tua Aisha untuk mempercepat pernikahan mereka tentu saja hal itu disambut bahagia oleh kedua orang tua Aisha dan keluarga besarnya. Mengingat mereka sangat mengenal siapa Khandra yang sebenarnya namun sayang dibalik kabar bahagia itu ada rasa rindu dan sedih Khandra tidak bisa memberitahukan kabar bahagia itu pada sang Ibu sebab wanita yang sangat mendukung hubungannya dengan Aisha telah pergi untuk selamanya tepat Aisha pergi ke luar negeri. Mereka sudah sepakat jika seminggu lagi mereka akan bertunangan keluarga ingin mereka segera menikah namun Aisha menginginkan mereka tunangan untuk sementara waktu sampai tiga bulan. Bukan tidak mungkin Aisha hanya menyiapkan semua bukan hanya hatinya tapi juga kesiapan lahirnya.
Suara Aisha kembali terdengar setelah menyelesaikan lantunan ayat suci. Kini wanita bergamis jingga berdiri menghampiri keluarganya yang terdiam di sana menatap tak percaya jika di hadapan mereka adalah Aisha. Keterkejutan dan kesedihan di wajah mereka berubah menjadi air mata bahagia mendapati sosok yang kini tengah berjalan ke arah mereka.Satu tahun mereka menahan rindu, meski mereka mampu untuk datang menemui Aisha namun mereka mengurungkannya mengingat sang putri menolak untuk di temui. Tidak bermaksud untuk membuat kedua orang tuanya tersinggung akan penolakannya tetapi Aisha memiliki alasan sendiri mengapa ia tidak ingin ditemui sebab jika sudah bertemu dengan keluarganya tentu membuat Aisha ingin segera kembali ke rumah. "Sayang kenapa kamu tidak memberi kabar jika pulang?""Kalau aku memberitahu Bunda namanya bukan kejutan. Apa kabar bunda, ayah dan kamu Arga, ah, lupa adik Iparku yang cantik. Bagaimana dengan kalian semua aku merindukan kalian semua.""Kabar kami baik, kak.
Perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya. Seperti yang dialami oleh Aisha setelah pernikahan adiknya dengan sang sahabat dia pun memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan luka hatinya akibat pengkhianatan dilakukan oleh suaminya. Walau hal itu terjadi sudah cukup lama namun luka itu sangat membekas di hatinya sehingga ia memilih untuk menenangkan diri. Lamaran dari sahabat kecilnya pun dia abaikan bukan berarti tidak ada perasaan apapun ia hanya ingin menyelami perasaannya apakah ia benar-benar sudah melupakan Ferdi mantan suaminya, apakah hanya rasa iba yang kelak akan menjadi permasalahan baru jika dia menerima cinta Khandra. Satu tahun berlalu setelah dia pergi ke negeri orang bukan untuk menghindari akan tetapi ia ingin mengobati lukanya sendiri. Senyumnya mengembang melihat seseorang yang sudah menunggunya. "Apa aku terlambat datang?" "Tidak. Justru sebaliknya sepertinya kamu terlalu cepat sehingga kamu harus menunggu aku datan
Kesibukan terlihat di salah satu hotel ternama di ibukota bukan hanya pengantinnya saja tetapi pihak keluarga dari pembelai pria pun sangat sibuk bukan karena tidak percaya dengan orang lain, tetapi mereka ingin memberikan kesan tersendiri untuk salah satu keluarga mereka yang tidak lain adalah Arga yang akan menikah dengan Wina. Pernikahan berlangsung dengan hikmah pagi tadi dan malam nanti dimulainya pesta yang tentu dengan meriah dan mewah. Mengingat Wina hidup sebatang kara sebab sang Bibi yang dulu mengurusnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu sehingga semua disiapkan oleh keluarga Ajeng. Aisha orang yang menyatukan hubungan mereka justru kini ia disibukkan dengan segala kerempongan yang dilakukan adik iparnya yang begitu cemas mengingat mereka akan menghabiskan malam untuk pertama kalinya dengan seorang pria. Berulang kali Aisha menjelaskan bahwa hal itu lumrah terjadi karena ia pun pernah merasakan hal yang sama yang kini dirasakan oleh Wina sebab saat itu Aisha begit
Hari berlalu begitu cepat minggu berganti bulan dan kini setahun sudah setelah kejadian di mana keluarga mantan suaminya datang ke rumah bersama ibu dan istrinya. Aisha sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan tanpa ada rasa dendam dalam hati.Kabar hukuman tiga puluh tahun sampai di telinganya, namun Aisha yang diam-diam meminta pihak berwajib untuk mengurangi hukuman jika terbukti Wulan telah sadar dan bertaubat. Semua ia lakukan mengingat wanita yang berusaha untuk menyingkirkan dirinya seusia Ibunya, mana mungkin Aisha tega melakukan hal itu. Menghabiskan waktu lama di dalam penjara hal yang sangat ia takutkan."Kamu yakin nak?""Ya, bund, kasihan. Bund tahu kan Tante Wulan itu sudah cukup umur. Melihat Tante Wulan, aku ingat Bunda,"Ajeng tersenyum begitu beruntung memiliki anak seperti Aisha dan Arga yang selalu memikirkan perasaan orang lain meski hatinya terluka. "Apa Bunda tidak setuju, dengan keputusan yang aku ambil ini?""Tentu tidak sayang. Justru sebaliknya Bunda sang
Seperti yang diucapkan semalam pagi ini mereka pergi ke rumah Aisha. Bersama dengan Bu Wiranti dan tentu Ahmad anak mereka. Taksi yang di pesan Ferdi telah sampai mereka gegas naik. Dalam perjalanan tak ada yang membuka suara mereka memilih diam tanpa ingin mengatakan sesuatu, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.Bukan hanya Esti tapi juga Bu Winarti yang juga merasa bersalah pada keluarga Rayyan. Sejak Ferdi berpisah dengan Aisha hidupnya benar-benar berada di titik terendah, bahkan dulu saat Ferdi masih kerja serabutan hidupnya tidak sesulit sekarang.Menyadari hidupnya hancur karena ulahnya yang berambisi untuk memiliki cucu dan harta ternyata menantunya yang di anggap miskin dan tidak berguna itu adalah seorang wanita kaya raya. Sungguh ironis harta yang dia inginkan ternyata ada di depannya, setelah semua terungkap kehadiran cucu menjadi masalah yang terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan lagi semua karena keegoisannya kini semua yang ia inginkan menjadi boomerang untuknya."
Esti tercengang mendengar penuturan dari pria di depan yang tak lain tak bukan adalah Ayah tirinya yang pernah menjadi suami dari ibunya. Benarkah yang dikatakan olehnya? Siapa ibu dan siapa dirinya yang sebenarnya? Jika yang dikatakannya benar lalu apa yang ia dapatkan cerita dari ibunya adalah salah semua. Esti terdiam mencerna setiap kata yang tak coba ia dapatkan jawabannya. "Tidak perlu memikirkan apa yang aku katakan ini. Pergilah jaga keluargamu baik-baik apa yang pernah kamu dapatkan dengan cara merebut sesuatu dari orang lain. Maka kamu akan merasakannya juga entah kapan kamu mengalaminya lebih baik bertobat dan tidak perlu mengusik orang yang sudah kamu sakiti dulu agar hidupmu jauh lebih tenang lagi."Tanpa menjawab Esti pergi dari rumah mewah Aisha. Ya, semua begitu suram tak ada yang bisa menjelaskan padanya termasuk tujuan ibunya waktu itu."Kamu dari mana saja Esti? Ibu kewalahan ngurusin Ahmad."Bu Winarti kesal tiga jam yang lalu menantunya pergi tanpa memberikan ka
"Esti, jaga mulut kamu. Lancang kamu sebut anakku, sundal. Ternyata kamu tidak bercermin dari kesalahan ibumu. Kamu hadir dalam rumah tangga putriku dan kamu menyalahkan anakku begitu? Sangat menyedihkan. Kamu perempuan yang baik cantik dan masih muda seharusnya kamu menata hidupmu lebih baik lagi tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan ibumu yang tentu mengarahkan kamu ke dalam curang kehancuran, kamu tidak tahu kisah yang sebenarnya terjadi di masa dulu dan kamu hanya mendengarkan apa yang dikatakan Ibumu tanpa bertanya pada kami permasalahan yang sebenarnya. Lihatlah di sini ada orang-orang yang berhubungan langsung dengan masa lalu ibu kamu bisa dengarkan mereka,""Aku tidak peduli dengan mereka yang aku butuhkan sekarang adalah anakmu dan kamu yang harus bertanggung jawab atas kehancuran rumah tanggaku dan ibuku. Terutama putrimu yang sok cantik itu dia harus membebaskan ibuku. Ibuku tidak bersalah semua ini rekayasa putrimu tidak mungkin Ibuku menyakiti orang,"Dari dalam su