Masih dengan dalam diam aku melihat Jessen tak percaya. Tangan wanita itu merangkulnya membuat wajah Jessen berpaling padanya.
Aku membalikkan badan dan pergi menjauh sambil menahan rasa sesak di dada.
***
Aku cengo sendiri di dalam toilet berdiri di depan cermin. Apa yang terjadi tadi luar biasa di luar dugaan.
Aku coba menelepon Jessen.
Dia mengangkat panggilanku. "Hm."
"Kau. Kau tunangan?!"
"Hm."
Dia kok ngomong kayak ngak bersalah sih. "Kau kan pacarku!"
"Jadi?"
"Kau gila ya... Masa ngak ngerti sih?!"
Terdengar hembusan berat darinya. "Ck. Dengar, sekalipun kita pacaran bukan berarti apapun bagiku. Tugasmu hanyalah berusaha menyelesaikan misi, bukan mencampuri urusan pribadi percintaanku. Kau paham."
Apa-apaan sih dia!
Aku mematikan telepon sepihak.
"Maksudnya apa coba? Dia mempermainkanku?" Aku memukul wastafel. "Ah."
Tiba-tiba ada cahaya yang melingkupi ruangan ini sesaat,
Aku membaca buku sejarah yang pernah di berikan Jessen. Aku kembali menangis, aku mengelus buku itu. "Kenapa?" Aku melap air mataku, walau itu terus mengalir.Mataku kupalingkan ke arah buku mistis. "Misinya bertambah... Apa dia merasa bahagia?"Aku tersenyum lirih. "Sepertinya."Begitu kejamnya rasa bahagia Jessen yang nampar hatiku ini. Ini sangat sakit.Aku berjalan ke tempat tidurku dan membaringkan diriku.DrettPonselku bergetar, Jessen menelpon.Kuangkat panggilannya. "Hm.""Aku di luar. Keluarlah.""Kau pergi saja dengan wanitamu. Jangen dekati aku. Dasar berengsek!" Kumatikan ponselku. Aku tak ingin melihatnya lagi, hatiku terlalu sakit.Aku menutup wajahku dengan bantal tak peduli apapun yang terjadi.***"Val." Panggil Tessa."Hm."Tessa mengerucutkan bibirnya. "Kau jangan jutek-jutek terus dong. Jelek tau ngak."Aku memeluk Tessa. "Aku males Tes. Moodku buruk terus be
Dia berhenti di satu ruangan, ini gudang sekolah. Pintu ruangan ini terbuka, dia membawaku masuk kedalam ruangan gelap ini dan menutupnya dengan menendang pintu. Dia melepaskanku.Aku langsung menjauh dan mencari benda keras untuk menukulnya.Ctak.Lampu ruangan ini hidup menapakkan sosok lelaki yang kukenal. "Kak Rio?!"Aku memasang kuda-kuda dan memegang sapu yang kuambil tadi untuk memukulnya. "Kalau kau mendekat, aku akan memukulmu. Tak peduli kau akan mati atau tidak!" Aku mengancam Rio dengan keras."Val. Please dengerin aku dulu."Dia menghembuskan nafas berat. "Aku ngak tau mau ngomong apa lagi. Ataupun mau bicara denganmu gimana lagi. Aku ngak tau. Aku cinta sama kamu. Sangat cinta."Dia mengacak rambut prustasi. "Kamu salah pengertian. Aku ngak mungkin berlaku mesum dengan gadis itu. Sumpah!""Dia yang mengajakku ke belakang sekolah dan kemudian dia langsung mencium aku Val!""Dia sangat agresif menolak badanku
2 Tahun Kemudian...Aku berlari secepat kilat pergi ke kampus, aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul 08:30. "Sial. Terlambat!" Aku terus berlari dan berlari.Aku berhenti di halte bis. Aku terus berdecak kesal sambil terus mengenhentak-hentakkan kaki. "Lama banget sih busnya... Ck."Ponselku bergetar. Aku mengangkatnya."Val.. Kau di mana?! Udah masuk!.. Kakak pembinaan udah mulai Acara MOS-nya.""Ish.. sabar dong Tess, aku lagi nunggu bis nih.""Hah?! Kau masih nunggu bis. Terserahmulah Val.." Tessa yang kesal lihat aku langsung mematikan sambungannya."Ah elah... Gitu aja marah."Bushh.Suara angin dari kenalpot bus pun menguap ketika berhenti di hadapanku. Aku langsung masuk."Geser-geser." Seseorang datang bersamaan dari pintu masuk menyosorku be
"Hari ini harus lebih baik dari pada kemarin!" Aku menyemangati diri pergi ke kampus.Aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul 7 pagi.Aku mengepal tanganku meyakinkan diri. "Huf, semangat Val. Semangat."Aku duduk di halte bis menunggu kehadiran bis datang, di sini ramai juga, banyak mahasiswa mahasiswi di sini. Walaupun kami bukan dari kampus yang sama, tapi memiliki arah jalan yang sejalan.Bip bip.Terdengar klekson kereta yang berhenti tepat di depanku. Orang itu memakai helm full face, arahan kepalanya tampak mengarah padaku. Dia membuka penutup helmnya. "Naik."Itu si Psikopat bis."Ngak." Tolakku.Dia turun dari keretanya dan berjalan ke arahku. Aku berdiri hendak memukulnya, aku benci setiap orang yang mirip tingkahnya dengan Jessen, apalagi dia juga guantengnya setaraf dengan si Jessen. Aku takkan mengulang kesalahan yang sama.Dia membuka helmnya. "Sayang yuk naik." Katanya lembut sambil tersenyum.Be
Prov Kenzo DwigantaraAku berlari sekencang mungkin berharap bis belum berangkat. "Sial... Kenapa bisa ketiduran sih." Aku memaki diri karena tak disiplin waktu.Baru pertama kali aku begini. Ck.Aku menatap depan, ternyata bis belum berangkat. "Yosh."Aku semakin mempercepat lariku."Geser-geser." Aku menyenggol seseorang di hadapanku. Gerakannya sangat lamban, aku benci harus menunggu.Aku mencari bangku kosong.Ah itu dia.Aku berjalan menuju bangku itu.Wanita lamban itu menyosor bangku yang mau kududuki tadi. Ck."Aku deluan, haha." Ucapnya bangga.Cari masalah dia. Aku menatapnya tajam.Dia yang tadi sekilas menatapku, malah tak menggubrisku.Ck. Terpaksa aku harus berdiri sepanjang perjalanan memeg
Aku mencoba mendorongnya keras. Dia tak mau melepaskan pelukannya. "Lepasin woy!""Aku lepasin. Tapi cium aku dulu." Katanya sambil sedikit tertawa.Aku memukul kepalanya. "Gila ya!! Pacarku aja ngak pernah aku cium... Gimana lagi kau.." Kataku marah.Eh tunggu. Aku bilang pacarku?...Aku masih menganggap Jessen pacar?Apasih yang kau pikirkan Val!!!Dia menjauhkan badannya dari padaku. Dia menatapku serius. "Kau udah punya pacar?"Hm. Sepertinya ini bisa jadi alasan biar dia menjauh dariku."Iya.. Makanya kau jangan dekati aku lagi!" Bentakku.Dia menatapku tak percaya. "Apa buktinya?"Aku jadi kaku.Aduh... Malah udah aku hapus lagi nomor si Jessen.Ah... Aku tau... Telpon si Tessa aja!"Lihat... Tak ada bukti." Katanya."Sabar... Buktinya aku telpon dulu temanku... Sebagai bukti."Dia menyentil jidatku. "Ngapain telpon temanmu kalau bisa telpon pacarmu. Dasar tukang ngeles."
Pulang kuliah ini sangat melelahkan. "Tes." Aku memulai pembicaraan dengan Tessa yang ada di sebelahku."Ya?"Aku memeluk Tessa manja. "Beliin nasgor ya.""Hem.. Giliran ada maunya kau baik sama aku. Modus.""Eh... Engak ya... Aku kau selalu baik." Gerangku."Aku yang beliin." Bisik seseorang dari sebelah kananku.Si Psikopat.Aku menegakkan badanku melepaskan pelukanku dari Tessa. "Ngak aku ngak mau. Ngak jadi laper."Tessa tersenyum aneh. "Emm. Aku pergi dulu ya.."Tessa pergi menjauh."Eh.. Tes. Kok aku di tinggal." Kataku.Tanpa memperdulikanku Tessa hanya pergi dengan riang.Ck.Aku melihat ke si Psikopat kesal."Karena kau ngak mau nasgor. Kita sekarang nonton." Katanya."Dengar ya.. Aku bahkan ngak tau siapa namamu. Dan kau udah sok kenal denganku. Please ya... Pergi aja sana.. syuhh syuhh." Aku mengusirnya."Hah. Kau ngak kenal dengan pacarmu sendiri?" Dia memandan
Kami pun keluar theater bioskop setelah film selesai. Aku masih tersenyum senyum malu karena tingkah Jessen yang ketakutan tadi. Bahagia ku sederhana ya... Haha"Film horor kok riang?" Ken menatapku aneh.Aku melihat ke arahnya. "Ngak apa. Hehe."Senyuman ku menular padanya. "Manis." Katanya singkat.Aku berhenti tersenyum bingung dengan kalimatnya. Menyadari aku berhenti tersenyum juga. "Eh. Maksudnya tadi aku makan permen. Rasanya manis." Katanya kaku."Hem. Oke." Aku jadi ikutan kaku."Kok jadi kaku gini sih. Hahaha." Dia memelukku menghentikan langkah kami. Dia kembali memberi jarak sedikit di antara kami. "Aku cium ya." Godanya.Dia mendekatkan wajahnya ke arahku.Mataku membulat kaget.Aku tau dia itu nekatan, tapi ngak di depan Jessen juga!!!Seketika Jessen menarik kerah baju Ken membuat dekapan Ken melepas dari ku.Jessen menarik badan Ken dengan keras, menjauhkan nya dari hadapanku. "Dia. Mi
20 Tahun Kemudian"Mama. Cepetan. Fian ngak bisa terlambat ma."Valen cepat cepat memasang sepatu vansusnya dan segera berjalan ke arah anak lelaki nya yang cerewet. "Sabar dong sayang. Ini masih juga jam 7." Valen mengacak rambut anaknya.Sedangkan Jessen terkekeh kecil melihat anak dan istrinya. Bukan tanpa sebab, kenapa anak anak lebih taat waktu di bandingkan ibunya? Ckck, ada saja.Kemudian Fian masuk ke dalam mobil susuk di kursi belakang begitu pun Valen masuk ke dalam mobil tapi duduk di kursi d pan bersebelahan dengan Jessen yang mengemudikan mobilnya.Fian mengomel ngomel tanpa suara karena kesal dengan keterlambatan mamanya yang tak taat aturan. Di lain sisi Valen terkekeh melihat anaknya yang kopas banget dengan papanya.Brum...Mobil pun melajudengan kecepatan sedang.Fian: A
1 Tahun kemudianDrretRio terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang bergetar."Em..." Rio merenggangkan badan. Dan langsung mengangkat ponselnya. "Ha apa. Aku udah punya pacar, ngak usah kecentilan." Rio langsung mematikan ponselnya malas dan kembali tidur.Selama Rio berkuliah memang banyak sekali gadis yang mendekatinya. Dia sangat muak, ntah dari mana mereka dapat nomor Rio. "Dasar Psikopat." Ucap Rio.DrettKen mengusap wajah nya jengah.Dia mengangkat ponselnya dengan kesal. "Apa sih! Kau budeg ya!""Rio." Kata orang yang ada di seberang sana.Mata Rio melotot mengenali suara ini. "Sayang?" Rio langsung melihat nama kontak yang menelpon nya.'Sayang ✨❤️'Buru buru Rio langsung duduk dan kembali menempelkan ponselny
"Jessenn.... Aku cape banget..." Kata Valen manja sambil memeluki Jessen yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.Jessen tersenyum kecil dan menoleh ke belakang melihat Valen yang mengenakan pyama tidur nya. "Tidur luan gih... Besok kan masih MOS."Valen mendengus kesal mengingat doa besok harus kuliah juga. "Hm.."Valen menegakkan badannya dan melepas rangkulannya kemudian berbalik berjalan ke ranjang. Namun langkah Valen terhenti mengingat sesuatu. "Oh ya." Valen kembalikan badan. "Temen kamu yang namanya Ken itu.."Mendengar nama Ken Jessen langsung kesal. Jessen tak suka kalau istrinya menyebutkan nama lelaki lain selain daripada nya. "Ken apa." Tanya Jessen datar."Kok marah.." Valen bingung.Jessen bangkit dari bangkunya dan langsung memeluk Valen. "Ngapain sih bahas dia. Dengar nya sayang. Aku ngak suka kamu nyebutin nama lelaki lain."Valen terkekeh. "Apa sih sayang. Aku cuma mau nanya, kamu itu ada ngasih tau kalau kamu
Beberapa hari kemudian.Jessen berjalan keluar dari parkiran mobil kampus bersama Valen menuju halaman kampus. Hari ini adalah hari pertama Valen berada di kampus. Menginjakkan kakinya sebagai Mahasiswa Baru atau dapat di sebut Maba.Ini adalah hari MOS pertama Valen!Jessen tak hentinya menatap sang istri yang sama sekali takkan bosan bagi matanya untuk di tatap. Di tambah lagi karena kejadian beberapa hari lalu yang benar-benar memuaskannya di kamar membuat Jessen ingin lebih sering melakukan nya lagi.Setelah berada di lapangan. Terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan baju serba putih dan celana serta rok hitam. Menandakan mereka juga merupakan Maba di sini.Valen menghentikan langkahnya dan menatap Jessen dengan senyuman. "Sampai sini aja antarnya. Kamu ke kelas aja gih.." Suruh Valen.Jessen tersenyum. "Oh... Jadi ceritanya ngusir aku nih..." Jessen pura pura ngambek.Valen mencubit pipi Jessen sesaat kemudian melepaskannya. "S
Author POV(1 setengah tahun kemudian)"JESSEN!!!...." Valen menjerit kegirangan.Jessen menjauhkan ponselnya dari telinganya yang berdengung sakit mendengar teriakan Valen kemudian kembali mendekat kan ponselnya lagi. "Kenapa sayang?""AKU LULUS DI JURUSAN KEDOKTERAN!!!!!" Pekik Valen sekali lagi. Sedang orang yang di telpon di seberang sana malah terkekeh mendengar istrinya yang seperti bocil dapat lolipop."Selamat sayangggg....""AAAA.... AKU SENENG BANGET TAU NGAK..."Jessen tersenyum sumringah."Pokoknya, kalau kamu nanti kamu pulang, aku bakalan ngasih apapun... Hehe... Lagi baik soalnya..." Valen cengengesan.Jessen yang mendengar itu menaikkan satu alisnya. "Semuanya?""Iya.. semuanya."
Author POVRio duduk di meja makan sambil membaca buku sejarah. Mulai hari ini dia tak membiarkan waktu yang dia punya untuk bermalas malasan. Dia harus bisa meraih prestasi di sekolah.Pertama yang harus dia lakukan adalah mendapatkan nilai ujian yang tinggi, kemudian Ranking kelas dan bahkan Juara umum sekolah.Well. Agak berlebihan sih. Tapi itu harus dia lakukan demi Tessa.'Tessa. Kau harus jadi milikku! Titik!'Mama dan papa Rio cengo melihat anak nya yang bertingkah aneh.Mereka saling tatap dan kembali melihat ke arah Rio."Nak. Kalau makan, makan aja dulu. Belajar nya kan bisa nanti." Mama Rio menegur.Rio tak menggubris dan tetap makan sambil kembali membaca buku."Iya Rio. Lagipula. Tumben kamu belajar." Papa Rio bingung melihat anaknya.
Author POVRio duduk di kelasnya bersama Jessen di sebelah nya. Rio bingung harus mulai dari mana agar bisa jadi anak emas seperti Jessen."Apa." Ucap Jessen tiba tiba tanpa melihatnya membuat Rio terkejut ternyata si Jessen peka di lihati.Rio menggeleng cepat dan memalingkan wajahnya kembali menatap papan tulis dan memperhatikan guru mengajar.Rio kembali curi pandang melihat ke arah Jessen.'Apa coba yang buat dia pintar, hm.''Kayaknya di mulai dari fokus belajar deh.''Oke kalau gitu.'Rio terus bermonolog dalam hati.Rio memperhatikan kembali papan tulis dan kemudian fokus untuk belajar.***Jam istirahat berlangsung.Rio terus memperhatikan gerak gerik Jessen. Sungguh dia ingin menjadi idaman Tessa, jad
Author POVRio berjalan menyusuri koridor sekolah. Berharap menemukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Tessa. Dia sangat merindukan wanita itu, padahal semalam baru saja berjumpa."Ck. Mana sih." Decak Rio kesal tak kunjung menemukan Tessa.Mata Rio sibuk mencari keberadaan Tessa. Dan akhirnya matanya puas karena menangkap sosok yang di nanti.Tessa duduk di dalam kelas. Valen tak datang dan Tessa tak tau kenapa.Tessa memukul meja pelan. Rasanya menyebalkan. Di saat dia ingin cerita betapa menyebalkannya orang tuanya kemarin, di saat itu Valen malahan ngak hadir, di telfon ngak di balas dan bahkan sudah di spam chat juga ngak di tanggepi."Pokoknya hari ini aku harus ke rumah Valen." Ucapnya dengan nada pelan tapi dengan penekanan.Kelas Tessa tiba tiba riuh karena kedatangan ses
Aku terbangun dari tidurku. "Whoam." Aku menguap.Ku rengangkan tanganku, kemudian aku tersadar dari tadi tangan Jessen masih ada di perutku bersentuhan langsung dengan kulit ku... Aku masih telanjang hanya berbalut selimut bersama Jessen!Ingatanku kembali terulang saat pergumulan panas kami kemarin. Jessen agresif sekali, membuat aku benar-benar kewalahan. Aduh... Malu banget aku sekarang. Bahkan aku sekarang ngak mau lihat Jessen.Tiba tiba tangan Jessen menarikku dan membuat aku berada di atasnya yang juga masih telanjang. Dia memelukku, membenamkan wajahnya di bahu depanku. Mencium lembut kemudian menatap ku, "Mandi bareng aku."Deg!Wajah ku memanas. Aku langsung menutup wajahnya dengan kedua tanganku.Dia terkekeh. "Aku udah lihat seluruh badanmu. Kenapa harus malu lagi, hem?"Kalimat Jessen semakin membuat ku tambah malu. Jessen membalikkan posisi kami, membuat dia berada di atas ku. Membuat tangan ku terlepas dari wajahnya.