Niel berjalan menuruni tangga. Namun langkahnya terhenti ketika didapatinya sang Raja dan Ratu membicarakan mengenai Putri Kanna. Menguping pembicaraan orang lain itu tidaklah baik terlebih ini bukanlah seperti dirinya, hanya saja dia harus melakukan hal ini demi keamanan sang Putri.
"Yang Mulia, sepertinya kau harus memperketat aturan untuk Putri Kanna," ucap sang Ratu kepada Raja Antonio. Sang Raja sedikit terkejut mendengarnya, hingga beberapa detik kemudian barulah akhirnya ia ikut angkat bicara menanggapi pernyataan sang Ratu.
"Tidak. Aku tidak akan memperketat aturan untuk putriku lagi, dia adalah satu-satunya yang aku miliki. Aku tak ingin membuatnya semakin merasa bahwa aku mengekangnya, kau tahu itu bukan, Ratu Isabella," ucap Raja Antonio kepada sang Ratu yang diketahui bernama Isabella Lauren itu.
Ratu Isabella merasa kecewa ketika mendengar pernyataan dari suaminya itu. Dia mencoba untuk meyakinkan sang raja untuk memperketat aturan kepada Putri Kanna, karena dia tahu semakin Putri Kanna merasa terpenjara di sini maka sang Putri pasti akan memberontak dan memilih untuk meninggalkan kerajaan. Sehingga rencananya untuk menguasai tahta kerajaan semakin mudah.
Takkan kubiar raja merasa kasihan kepada Putri Kanna, aku harus menperbanyak ramuan itu agar efeknya cepat menyebar, gumamnya dalam hati dibarengi dengan wajahnya yang nampak menahan kekesalan.
Bagi Ratu Isabella, Putri Kanna adalah penghalang keberhasilannya untuk menjatuhkan raja dan kerajaannya. Akanku buat putri manja itu membenci ayahnya. Setelah itu, membuatnya keluar dari istana ini tanpa harus mengotori tanganku. Semudah aku menyingkirkan Ratu Claris maka aku juga akan mudah menyingkirkan Putri Kanna, gumamnya dalam hati.
Niel mencoba mencerna semua pembicaraan raja dan ratu. Terlebih apa yang Ratu Isabella baru saja katakan mengenai menyingkirkan Putri Kanna. Ah iya, Niel memiliki kekuatan yang disembunyikannya selama ini demi melindungi sang putri. Mind reader.
Selain itu Niel memiliki kekuatan lain juga yang masih tersembunyi, Niel bisa membaca pikiran orang-orang yang sedang berada di sekitarnya. Itu membuat dia dengan mudah mengetahui siapa yang berniat jahat kepada sang putri.
Tak ada satu orang pun yang mengetahui kemampuannya ini, terkecuali Ratu Claris. Namun, kemampuannya sebagai Mind Reader ini tidak dapat digunakannya kepada sang putri, hingga sekarang itu masih menjadi pertanyaan baginya.
Niel yang masih terpaku mendengar semua itu. Dia mencoba untuk menahan amarahnya. Tubuhnya gemetar, kuku-kukunya memutih karena dirinya mengepalkan tanganya sangat kuat. Bahkan dia hampir saja lepas kendali, untungnya ia teringat akan janjinya kepada Ratu Claris. Akhirnya Niel dapat mengatur nafasnya kembali dan kembali fokus mendengarkan pembicaraan kedua orang itu.
"Tapi Yang Mulia, apakah kau tidak melihatnya? Putri Kanna semakin kelewatan sekarang, dia semakin menjadi pembangkang dan lagi banyak peraturan yang telah dilanggarnya. Seharusnya kau memberinya hukuman agar dia menyadari kesalahannya. Tapi apa yang kau lakukan... kau malah membuatnya semakin manja karena kau terlalu lembut kepadanya, jika kau tetap seperti ini maka putri akan ...." kata-katanya menggantung dan diapun menunjukkan wajah sedihnya yang membuat sang Raja terpengaruh oleh kata-katanya.
"Apa yang harus aku lakukan Ratu Isabella? Aku telah kehilangan segalanya dan aku tidak ingin kehilangan hartaku satu-satunya," ucap Raja Antonio sembari menatap foto keluarga yang terpanjang tepat di depannya.
"Kau hanya perlu sedikit keras kepadanya. Kau tak bisa memanjakannya seperti ini terus. Dia tidak akan menjadi seorang putri seperti yang kau harapkan. Kau hanya perlu memperketat sedikit aturanmu itu kepadanya. Kau tak perlu mempermasalahkan apapun, aku yakin dia tidak akan marah kepadamu. Bukankah dia itu putrimu? Kau harus percaya kepadaku, Yang Mulia," tegas Ratu Isabella kepada Raja Antonio.
Entah apa yang Raja antonio pikirkan. Sepertinya ramuan itu mulai memberi dampak kepada Raja Antonio. Sehingga Raja Antonio terpengaruh oleh kata-kata Ratu Isabella.
Raja menatapi pajang foto itu, untuk sekilas raja teringat akan Ratu Claris. Setelah sedikit pertimbangan, Raja menarik nafas panjang lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Ratu Isabella.
"Aku akan memikirkannya lagi hingga besok pagi. Aku akan kembali ke kamar," ucap raja antonio sembari melenggang pergi.
Ratu Isabella memberi hormat kepada Raja Antonio yang mulai menjauhinya. Segaris senyum licik terukir di wajah liciknya.
"Aku akan segera mendapatkannya dan menjadi Ratu kerajaan ini. Setelah itu akan ku lenyapkan sang Putri. Karna jika sang Putri masih hidup maka ramalan itu mungkin akan terwujud. Hanya butuh waktu beberapa hari saja dan setelah itu akulah yang memenangkan permainan ini" ucap Ratu Isabella sembari tersenyum licik.
Niel yang sedari tadi berdiri di balik salah satu pilar, dapat mendengarkan seluruh pembicaraan mereka. Niel dapat menyimpulkan bahwa Raja Antonio terpengaruh oleh perkataan Ratu Isabella itu. Sayangnya tak ada yang dapat dirinya perbuat selain selalu berada di sisi sang putri.
Jika saja dia tidak berhutang budi kepada Raja Antonio dan Ratu Claris, mungkin saat ini juga dia sudah menghabisi semua pengkhianat yang ada di kerajaan itu. Terbesit dibenaknya mengenai tentang janji yang dibuatnyakau kepada Ratu Claris saat itu.
"Yang mulia, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau berdarah seperti ini? Yang mulai tolong jawab aku kumohon, Ratu Claris kumohon bertahanlah aku akan mencari bantuan," tangis seorang bocah laki-laki tepat di sebelah seorang wanita yang sedang sekarat saat itu.
Disaat bocah kecil itu akan beranjak mencari bantuan, wanita yang diketahui merupakan Ratu Claris menghentikan langkahnya dan menarik tubuh mungilnya.
Wanita itu, meraba pipi bocah laki-laki itu dan menghapus air mata yang mengalir di pipinya.
"Niel, Kau percaya kepadaku bukan. Maukah kau mendengarkan kata-kataku ini, Nak?" Tanya Ratu Claris dengan suara yang mulai melemah.
Bocah kecil itu pun mengangguk mengisyaratkan bahwa ia mengerti. Namun isak tangisnya masih menggema ke seluruh penjuru tempat.
"Dengarkan aku baik-baik Niel. Aku tau kau memiliki kemampuan istimewa dan kau tahu itu bukan, aku sudah menganggapmu sebagai putraku. Bisakah kau berjanji padaku Niel?" tanya ratu claris sembari mengenggap erat tangan niel kecil yang tubuhnya bergetar hebat karena terus menangis.
"Be... berjanji?" tanyanya polos.
"Ya Niel. Kau harus melindungi putriku dari apapun, karena apa yang terjadi kepadaku saat ini karena mencoba melindunginya dari dia yang ingin melenyapkan putriku. Aku tak ingin sesuatu terjadi kepadanya. Karena hanya dialah satu-satunya harapan kita. Bisakah kau berjanji untuk terus berada di sisinya dan membantunya tanpa kau harus menunjukkan kemampuanmu itu kepadanya. Kau pasti bisa melindungi." Ratu Claris mencoba menceritakan dengan singkat karena dia tak memiliki banyak waktu sampai mereka kembali.
"Ta... tapi Yang Mulia, dia? Siapa?" tanyanya polos.
"Kau akan mengetahuinya sebentar lagi, tapi apa yang kau lihat baru sedikit dari orang-orang itu. Aku tau kau sangat menyayanginya, bukan? Untuk itu jadilah orang yang selalu melindunginya, genggam tangannya saat dia terpuruk, bantu dia keluar dari masalahnya, dan satu hal yang terpenting jangan biarkan emosi mengendalikanmu agar kau bisa selalu bersama dengannya. Siapapun yang kau tahu akan melakukan hal buruk kepadanya tetap awasi saja dia dan lindungi putri kecilku dari jauh jika kau ingin menggunakan kekuatanmu. Apa kau mengerti Niel?" tanya ratu Claris menyakinkan bahwa penjelasannya dapat dimengerti oleh Niel yang masih kecil.
Niel mengangguk pelan, mencoba mencerna semua yang dikatakan sang Ratu yang telah menyelamatkannya itu.
"Pergilah sekarang Niel, dan bantu Kanna menemukan semua jawabannya. Kalian pasti bisa menemukan kepingan-kepingan jawaban dari semua pertanyaanmu. Ce... uuhuk." Ratu Claris batuk dibarengi dengan darah yang mulai keluar bersamaan dari mulutnya itu.
"Ce... pat pergi Niel, jangan biarkan mereka menemukanmu. Bersembunyilah dan pergilah sekarang cepat Niel," perintah ratu claris.
Sesaat sebelum Niel akan beranjak dari tempatnya. Ratu Claris menarik tangannya dan memeluknya sembari berkata, "Niel, sampaikan salam sayangku kepada Kanna," ucap Ratu Claris lalu melepaskan Niel kecil. Niel pun pergi menjauhi Ratu Claris sembari terus menangis. Mendengar ada orang yang datang, dirinya pun langsung bersembunyi di balik pepohonan.
Untungnya Niel cepat bersembunyi, beberapa orang langsung datang dan membawa Ratu Claris pergi. Niel yang bersembunyi di balik pepohonan itu memperhatikan orang-orang yang membawa ratu Claris pergi.
Yang Niel lihat pasti itu adalah dayang sang Ratu sendiri. Mata Niel membelalak menyaksikan apa yang ada di depannya itu, tubuhnya bergetar hebat. Dirinya terduduk di balik pohon besar yang menyembunyikan tubuh mungilnya itu. Dirangkul kedua kaki yang sudah ditekuknya dengan erat sembari terisak.
Dengan langkah gontai, akhirnya dia kembali ke istana dengan tubuh yang dipenuhi darah dari sang ratu. Dan Kanna kecil yang melihat kedatangannya itu, langsung berlari menghampiri dan memeluknya.
Sedikit kilasan kenangan itu membuat hati Niel teriris. Karena itulah Niel mencoba selalu berada di dekat sang putri. Namun setelah mendengar semua itu, membuat Niel semakin tak sanggup untuk menahan amarahnya. Kekuatannya nyaris saja terlepas. Untungnya Niel dapat dengan cepat mengontrol kembali emosinya.
Niel pun beranjak dari tempatnya. Tak ada seorang pun yang menyadari keberadaannya. Saat dirinya hendak kembali ke kamar, Ia berpapasan dengan seorang pelayan yang membawa nampan makanan dari arah kamar Putri Kanna. Niel menghentikannya menanyakan dia kembali dengan nampan yang masih penuh.
"Hei, kenapa kau membawa makanan ini lagi. Bukankah seharusnya kau memberikan ini kepada Putri?" tanya Niel tegas. Dari nada bicaranya, Niel sebenarnya menunjukkan kekhawatiran. Namun ternyata malah membuat si pelayan sedikit takut dan berdebar.
"Ma-maaf Tuan. Tu-tuan Putri menolak u-untuk makan malam dan menyuruh saya membawa kembali makanan ini Tuan," jawab si pelayan gugup. Karena pelayan tersebut juga sebenarnya sangat jarang berinteraksi dengan Niel. Err, bukan mereka sih tapi si Niel-nya yang sangat tertutup.
Jika kalian tahu Niel itu sangat terkenal di kerajaan itu karena ketampanannya. Walaupun mungkin sifatnya sedikit dingin dan datar tapi hanya jika bersama Putri Kannalah sebuah senyuman terukir di wajah tampannya itu.
Niel menghela napasnya sebelum akhirnya mengambil nampan berisikan makanan itu dan membawanya ke kamar sang putri.
"Berikan itu kepadaku," ucap Niel kepada si pelayan sembari merebut nampan itu. Dengan ragu si pelayan memberikan nampan itu. "Ta-tapi Tuan, Tuan Putri bilang dia sedang tidak ingin diganggu," ucap si pelayan itu dengan polosnya.
"Tenanglah, aku tahu apa yang harus aku lakukan untuk menghadapi Putri. Kau boleh kembali. Serahkan saja Putri kepadaku," perintah Niel kepada pelayan itu yang langsung dituruti tanpa penolakan sedikitpun. Rona merah menghiasi pipi pelayan itu, sehingga pelayan itu langsung pergi begitu saja.
Niel menatap ke arah di mana dirinya menguping tadi, setelah beberapa saat akhirnya dia melangkahkan kakinya menyusuri anak tangga itu. Sebelum akhirnya dia sampai tepat di depan kamar Kanna, dia menarik napasnya. Ia sudah tau apa yang akan terjadi dia masuk ke dalam kamar itu. Setelah beberapa saat akhirnya diapun mengetuk pintu dan masuk ke dalamnya.
Note : Bagian yang diitalic adalah bagian flashback.
Kanna masih belum bergerak dari posisi awalnya. Setelah dirinya merasa cukup tenang, Kanna pun beranjak dari posisinya. Kanna mencampakkan tas yang sedari tadi dipegangnya ke sembarang arah.Kemudian dirinya pun mengempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya. Ditelungkupkannya salah satu lengan tangannya di wajahnya, menutupi kedua mata indahnya.
Niel berjalan menyusuri barisan anak tangga sembari membawa nampan berisikan makan malam untuk Kanna.Putri Kanna sepertinya kau ingin mengerjai aku, dengan membuatku membawakan makanan ini untukmu. Ah, lihat saja, akan ku buat kau menyesali ini seperti dulu, gerutunya dalam hati.Kanna masih berdiri memperhatikan foto itu. Tanpa dia sadari, airmatanya mulai membasahi pipinya. Hanya isak tangisnya yang lirih yang terdengar memenuhi ruangan itu. Hingga suara ketukan pintu membuatnya
Seseorang berdiri di balik kegelapan yang berada di sebuah ruangan. Seorang wanita berdiri menghadap ke arah luar jendela. Tubuhnya yang diselimuti cahaya rembulan membuatnya nampak mencolok. Sementara di sekitarnya hanya ada kegelapan. Wanita itu tak bergeming dari tempatnya bahkan menoleh ke arah belakangnya pun tidak."Yang Mulia," ucap sosok di balik kegelapan itu. Ya, Sudah pasti ini adalah sang ratu, Ratu Isabella tepatnya. Wanita itu hanya menarik napasnya dan tersenyum sembari membalikkan tubuhnya perlahan. Tak terliha
Raja Antonio sedang berdiri menatap ke luar jendela. Wajahnya sendu dan iris matanya memancarkan kesedihan. Di ruangan itu hanya ada yang dirinya dan sang ratu. Ratu Isabella menatap Raja Antonio dengan seringai licik. Kemudian Ratu Isabella memberikan segelas anggur kepada sang raja yang telah di berinya sedikit ramuan. Sang ratu pun menghampiri Raja Antonio."Yang Mulia ... ini minuman Anda," ucap Ratu Isabella sembari menyodorkan segelas anggur itu kepada Raja Antonio. Raja Antonio menerimanya dengan senang hati, lalu memin
Niel yang kini berada di penjara. Dia sangat mengkhawatirkan sang putri. Ia mencoba menyakinkanguardyang ada di sana untuk mengizinkannya keluar, agar dia bisa bertemu dengan sang putri untuk sesaat saja. Sang putri sangat terpukul dan pasti sangat membutuhkannya saat ini."Kumohon ... biarkan aku menemui sang putri. Dia pasti akan sangat terpukul dengan semua ini. Kumohon ... sekali saja, setelah itu...." Ucapan Niel menggantung. "Setelah itu ... aku akan siap dieksekusi ta
Teng teng teng teng.Deting lonceng telah berbunyi. Lapangan utama kerajaan kini mulai dipenuhi oleh warga desa setempat yang ingin menyaksikan eksekusi itu. Kanna berdiri di tepi jendelanya. Ia hanya memandangi gerombolan orang orang yang semakin padat dan terus berdatangan itu. Hingga suara pintu di ketuk pun, memaksanya untuk beranjak dari tempatnya.
Hari hari Kanna dilalui dengan penuh kekosongan. Kanna yang sekarang bukanlah Kanna yang dulu. Kanna yang sekarang bahkan tak pernah tersenyum lagi. Tak ada cahaya indah yang menerangi irisdiamond pinkmiliknya. Yang ada dimatanya hanya kebencian yang semakin besar. Kanna dulu yang sangat menyenangi belajar bahkan kini selalu melewatkan pelajarannya.Walaupun ia yang dulu tak menyukai aturan apapun, namun Kanna yang dulu bahkan tak memiliki niat sedikit pun untuk melanggar at
"Putri Kanna, apa yang kau ...." Ratu Isabella sedikit tersentak begitu pula dengsn seluruh orang ysng berada di sana termasuk sang raja."KUBILANG DIAM KALIAN!!!" Suara lantang Putri Kanna membuat seluruh orang terdiam dan di saat yang bersamaan gelas yang sedari tadi di genggamnya itu pun ikut memecahkan keheningan.
"Moon zone," ucap gadis itu lirih.Tiba-tiba sebuah simbol mawar muncul tepat di bawah kaki Valinca. Dia tak bisa melakukan pergerakan apapun. Bahkan semua sihir yang dia gunakan lenyap begitu saja."Moon zone?" gumam sosok misterius itu cukup kuat sehingga Niel yang berada tepat di sampingnya dapat mendengarnya dengan jelas. Niel menatap sosok itu bergantian lalu menatap Kanna di sana.Bagaimana dia bisa tau?"Moon zone? Apa maksudmu?" tanya Niel bingung. Sosok itu tak menoleh sedikit pun pada Niel. Dia terus menatap Kanna terkejut. Namun di detik berikutnya dia berhasil menutupi ke bingungannya."Moon zone adalah satu diantara tiga segel
Sebelum benar-benar menghilang di dalam sihir teleporter milik Rea, Kanna meminta bantuan kepada Rea dan Roy."Bisakah aku meminta bantuan kepada kalian?" keduanya mengangguk bersamaan."Ku mohon, apapun yang terjadi bertahanlah sampai aku dan Niel kembali."Kanna yang telah berhasil keluar dari portal itu langsung mencari keberadaan Niel di hutan itu. Namun, dia kembali terpikir bagaimana caranya agar bisa menemukan Niel di hutan seluas dan selebat ini.Di tengah kebingungannya, tiba-tiba kalung milik Niel terjatuh tepat di hadapannya. Di ambilnya kalung itu dan di genggamnya erat. Ditutupnya matanya dan tenggelam dalam pikirannya.Sekelebat penglihatan tiba-tiba muncul saa
Di tengah candaan Kanna, Roy dan Rea, tiba-tiba saja seberkas penglihatan muncul di kepala Kanna. Hingga membuat Kanna nyaris tersungkur karenanya. Untunglah tepat di belakangnya ada Roy yang dengan sigap berhasil menahan tubuh Kanna.Kanna menatap Roy cemas. Begitu juga Rea dan Roy menatap Kanna. Wajah Kanna yang menyiratkan kecemasan membuat dua kakak beradik itu sedikit khawatir."Kanna ada apa?" tanya Rea panik. Roy membantu Kanna untuk duduk di sofa yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Roy langsung menuang air minum ke dalam gelas dan memberikannya pada Kanna.Dengan tangan yang bergetar, Kanna menerima gelas berisi air itu dan meminumnya. Roy mengenggam tangan Kanna, mencoba untuk menenangkannya. Kanna hanya menatap Roy dalam diam. Seolah tahu apa yang baru saja terjadi Roy
Mereka tak menyadari bahwa mereka tengah diawasi oleh seseorang. Sosok itu bersembunyi di balik kegelapan. Hanya senyuman seramnya saja yang nampak di sana. Senyuman yang seolah telah menemukan target yang dicarinya."I found you!" gumam sosok misterius itu. Sosok itupun langsung melesat pergi.Niel yang awalnya mengawasi Kanna, Rea dan Roy sedari tadi, kini ikut mengawasi sosok misterius yang baru saja melesat itu. Tanpa ada yang mengira, sedari tadi Niel juga memperhatikan sosok misterius itu.Setelah kepergian sosok itu, Niel langsung mengikutinya. Namun, sepertinya sosok itu menyadari bahwa Niel mengikutinya. Sosok misterius itu mengarahkan Niel ke arah hutan di sebelah barat. Tepatnya hutan terlarang.Menyadari bah
Tiba-tiba Kanna kembali teringat dengan percakapan antara ke-empat orang yang menolongnya tadi. Salah satu di antara mereka menyebutkan nama 'Sang Cahaya'."Ka ... yato," sontak saja satu kata itu membuat Rea dan Roy tersentak. Namun di detik berikutnya Kanna kembali bergumam."Ah sudahlah. Yang terpenting sekarang adalah ... kesembuhan Rea," ucap Kanna disela-sela pemikiran Roy dan Rea. Kedua kakak beradik itu tampak menghela napas lega. Tadi itu nyaris saja jika Kanna sampai bertanya tentang siapa itu maka terbongkarlah sudah semuanya.Yang tadi itu nyaris saja!Roy kembali bermain dengan pikirannya. Hingga suara lembut Kanna menyadarkannya kembali."Tapi tunggu sebentar!" ucap
Kanna menghentikan langkahnya. Kanna begitu sangat merindukan rumah tua itu beserta isinya, terutama ibunya. Kanna menatap lekat rumah tua itu, matanya berkaca-kaca. Pikirannya berkelana ke masa kecilnya dulu. Masa di mana ketenangan dan keceriaan menguak di rumah itu. Hingga suara Roy menyadarkannya. Buru-buru gadis itu menghapus air matanya. Dia tak ingin Roy ataupun Rea ikut bersedih karenanya."Putri, masih ingin menatap dari luarnya saja? kau tak ingin masuk?" tanyanya mengejutkan Kanna. Kanna tersentak lalu di detik berikutnya dia kembali tersenyum."Ah iya kak. Aku kesana!" serunya. Gadis itu lalu mengikuti Roy memasuki rumah tua itu.Matanya berbinar ketika dia sudah berada di dalam rumah itu. Matanya menyusuri seluruh isi di dalam rumah itu.
Merasa ada yang memperhatikan, kelimanya pun langsung segera pergi dari sana. Begitu pula Niel. Dia membawa Putri Kanna kembali ke dalam perpustakaan itu. Niel meletakkan Kanna, di atas sebuah tempat tidur yang berada tepat di atas perpustakaan rahasia itu. Dibaringkannya dengan perlahan tubuh Kanna.Awalnya Niel ingin membawa Kanna kembali ke kamarnya namun, karena mereka sedang diawasi jadi Niel tak mungkin membawa Kanna kembali ke istana. Tak ada yang menyadari bahwa Kanna belum kembali ke kamarnya. Untunglah, mata-mata tadi tidak melihat ada Kanna di sana, sehingga Niel bisa terus berada di samping Kanna sampai dia sadar besok.Niel terus memperhatikan sosok yang tengah tidur di hadapannya itu. Wajahnya yang sangat damai, meneduhkan hati Niel. Baru kali ini Niel bisa memperhatikan gadis itu dengan seksama. Matanya tak sengaja menang
"Ya. Dia adalah sang rembulan." Kanato menghela napasnya. Kanna yang sedari tadi tak mengerti apa apa hanyaa memperhatikan keempatnya yang hanya berbisik. Kanato menghampiri Kanna."Percayalah pada dirimu. Maka kau akan membuka segel yang selama ini mengurungmu. Kami akan mengulur waktu, pikirkan keputusanmu." Ucapan Kanato membuat Kanna bingung.Ia terus berpikir, ia takkan bisa melakukannya. Dia hanyalah seorang putri biasa. Namun, melihat perjuang keempat orang itu yang entah darimana yang tiba-tiba saja menolongnya bahkan rela mengorbankan diri mereka hanya demi dirinya. Lalu dia hanya akan diam saja melihat mereka yang berkorban seperti itu.Tidak. Jangan lakukan itu. Kalian tidak harus mengorbankan diri kalian untukku, gumam Kanna. Tiba-tiba suara seorang gadis menyadark
Darah segar mulai mengaliri telapak tangan dan kakinya. Kanna berlari terus tanpa henti. Hingga sebatang pohon yang tergeletak di jalannya itu membuatnya tersandung dan jatuh.Bruuk!"Aaakh!" teriak Kanna. Kini ia sudah tak sanggup