La Rossa berjalan ke arah pintu, ia mengintip dari celah kaca bulat kecil yang ada di daun pintu. La Rossa melihat Jonathan dan Susan di sana. Ia pun membukakan pintu untuk mereka."Jonathan! Susan! Kalian, bagaimana bisa tahu apartement ini?" tanya La Rossa terkejut."Tentu saja aku tahu, karena akulah yang membeli apartemen ini atas nama Tuan Gilbert " jelas Jonathan."Apa Nona, akan membiarkan kami tetap berdiri di luar?" tanya Jonathan kemudian."Oh, sorry! Masuklah!" ajak La Rossa sambil menggeser tubuhnya ke samping, agar mereka berdua bisa masuk.Jonathan dan Susan masuk ke dalam apartemen dengan melewati La Rossa. La Rossa menutup pintu kembali apartemen."Apa urusanmu di sana sudah kelar Jo?" tanya La Rossa sambil mendudukan pantatnya di sofa."Duduklah! Kenapa kalian masih berdiri?" petintah La Rosa ketika melihat Jinathan dan Susan masih berdiri.Mereka akhirnya duduk setelah di persilahkan oleh La Rossa."Apa urusanmu sudah beres Jo?" ulang La Rossa ketika tidak ada jawab
Gilbert memandang La Rossa dengan sorot mata penuh kerinduan. Ia benar-benar telah merindukan kekasih imutnya."Kapan kita akan menikah?" tanya Gilbert."Apa? Menikah?" La Rossa terkejut dengan ajakan Gilbert yang tiba-tiba itu."Iya, menikah?! kapan? Besok atau Lusa?" tanya Gilbert tak sabar."Memangnya semudah itu?" "Tentu saja mudah!""Ayo, kita lakukan?""melakukan apa?"Tentu saja Menikah, kamu pikir melakukan apa?" "Jangan-jangan kamu berpikiran tentang itu ya?" tanya Gilbert sambil tersenyum.La Rossa tak mengatakan apa pun, ia hanya diam tertunduk malu."Aih, kamu nih. Masih kecil sudah mesum," goda Gilbert.La Rossa kesal terus menerus di goda. Ia pun menendang tulang kering Gilbert. Dugh! Sontak Gilbert meringis kesakitan sembari mengelus tulang keringnya.Gilbert mengejar La Rossa yang berlari kabur setelah menendangnya. mereka main kejar-kejaran di rumah dan akhirnya Gilbert menangkap La Rossa yang sudah terpojok. Ia mengungkung La Rossa dengan tubuhnya."Kamu yang mulai,
Gilbert dan rombongan memasuki sebuah gedung aula yang besar. Disana sudah banyak para wartawan dari berbagai media yang meliput acara tak biasa itu.Saat Alfredo bersiap menerima jabatan sebagai CEO sekaligus pemilik tunggal dari "SILVERLINE" tiba-tiba aksinya itu di hentikan oleh Gilbert."Halo Paman!" sapa Gilbert dengan senyum yang mengembang di sudut bibirnya."Siapa kamu?" tanya Alfedo kesal sekaligus marah. Karena acaranya terganggu.Gilbert terus melangkah dengan gagah dan langkah pasti. Sebelah tangannya ia masukan ke dalam saku celana, di sampingnya La Rossa mendampingi Gilbert. Sedangkan di belakangnya ada Lucas, Jonathan, Susan dan para pengawal yang langsung menyebar begitu masuk ke dalam aula."Jangan katakan kalau Paman melupakanku?" jawab Gilbert santai."Kamu! Bukankah kamu sudah mati?" teriak Alfredo tak percaya dengan mata melotot sempurna.Alfredo hapal suara Gilbert. Tapi, bagaimana mungkin orang yang sudah hancur lebur tak berbentuk kini bisa berdiri tegak di hada
Gilbert memutar ulang kejadian tempo dulu, saat orang tuanya mengalami sebuah kecelakaan yang merenggut nyawanya.Saat itu dirinya masih kecil dan berada di rumah La Rossa untuk menyelamatkan La Rossa dari kobaran api yang mengepung rumahnya.Untuk itulah kenapa sebelah dari wajahnya rusak, dan saat itu ia di diagnosa lumpuh, semata-mata hanya untuk mengelabuhi orang yang ingin mencelakai keluarganya.Gilbert mengalami luka bakar di sisi sebelah wajahnya sehingga nampak seperti seorang monster.Dari sejak kejadian itu, Gilbert mengurung diri di Mansionnya, sebuah rumah besar bekas milik orang tuanya yang ada di pinggiran kota.Kali ini gambar kejadian kecelakaan mobil milik orang tuanya diputar ulang. Semua orang memandang ke layar yang sedang menampilkan sebuah adegan di mana mobil tergelincir dari badan jalan dan menabrak pembatas jalan hingga berguling-guling beberapa kali dan mobil itu ringsek hancur tak berbentuk.Mobil yang membawa orang tuanya Gilbert itu hancur, dan orang tu
Alfredo tercengang, ia tak menyadari kesalahannya. Rupanya Gilbert telah menjebaknya.Ia terlihat begitu canggung, apa lagi, saat para tamu undangan mulai saling berbisik mengguncingkan dirinya."Hentikan!" teriak Sisca sekuat tenaga.Ia tak ingin suaminya jatuh miskin apa lagi sampai di penjara.Tayangan tentang kecelakaan kedua orang tua Gilbert itu terus berlanjut hingga pada sebuah tayangan pemakaman.Di sana terpampang jelas peti jenazah masuk ke dalam lubang kuburan, makam kedua orang tua Gilbert bersisian. Awalnya Ayah Gilbert akan di makamkan dekat dengan istri pertamanya, namun, entah kenapa justru ayahnya di makamkam bersisian dengan istri keduanya, yaitu Magdalena.Saat acara pemakaman berlangsung di sana terlihat ada seseorang yang tidak begitu jelas. Ia memakai setelan jas hitam dengan memakai kaca mata hitam juga.Wajahnya tak terlihat, hanya saja ada sebuah lambang di bagian lehernya. Lambang itu adalah sebuah tato bergambar Mawar Hitam.La Rossa yang sedang melihat tay
Ternyata kejadian itu terjadi hampir bersamaan dengan tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tua Gilbert.La Rossa teringat kembali, potongan-potongan kejadian kala itu bak sebuah puzzle yang bergerak di benaknya.Kepingan-kepingan potongan kejadian waktu itu kembali diputar di memory otaknya.Bagaimana kedua orang tuanya di bantai dan di habisi, lalu semua isi rumah juga tak luput dari kekejian mereka.La Rossa, teringat kala itu pengasuhnyalah yang menyembunyikannya di atas loteng tempat ia bermain.Dan dengan kejamnya, orang-orang itu menghabisi nyawa pengasuhnya.Tubuh La Rossa bergetar hebat, ia menahan gejolak emosi dalam dirinya. Tangannya mengepal erat hingga kukunya menembus kulit ari telapak tangannya. Rasa sakit tak ia hiraukan.Perasaannya berkecamuk tak karuan, dari potongan-potongan gambar yang terekam di layar CCTV ternyata ia di selamatkan oleh seseorang yang ia kenal.Saat La Rossa baru saja keluar dari kobaran api yang mengepung rumahnya. Ia langsung di t
Pihak berwajib memang menutup kasusnya hingga berpuluh tahun lamanya, bahkan mereka yang tak tahu diri ini dengan sangat bebas menikmati semua harta hasil dari jerih payah Papanya Gilbert.Tapi, tidak dengan Gilbert. Ia terus mencari bukti dari kebenaran kejadian itu.Selain itu, ia juga berjuang untuk menjadi kuat agar bisa melawan Pamannya yang licik dan jahat itu.Gilbert terus mengumpulkan bukti sedikit demi sedikit dan pada akhirnya ia menemukan sebuah fakta yang mengejutkan."Bagaimana dengan yang ini, Paman? Apa ini juga hasil karya darimu?" Gilbert menyorot dingin ke arah Alfredo."Tidak! Aku tak melakukan semua itu?" elak Alfredo sembari menggelengkan kepalanya, berusaha keras menyangkal.Layar proyektor terus memutar kejadian saat tragedi di rumah La Rossa.La Rossa tak mengedipkan mata demi untuk mengetahui kebenarannya. Ada sebuah adegan di mana ia di tarik oleh seorang pria dewasa menjauh dari sana.La Rossa mengenalinya, "bukankah itu Jhonny?""Tunggu, jadi semua itu ...
Alfredo yang sedang mengendap-endap mendapatkan kejutan dari La Rossa di bagian kakinya. La Rossa melemparkan senjata rahasianya tepat di paha belakang Alfredo, seketika ia ambruk tersungkur di lantai.La Rossa menyorot dengan dingin ke arah Alfredo lalu, memerintahkan pada anak buahnya untuk mengikat mereka bertiga sekaligus. Alfredo, Sisca dan Abraham. Mereka bertiga di amankan. Sementara Gilbert ia turun dari podium dengan melompat, ia mengangkat dagu sniper itu dan baru saja ia akan menginterogasinya, tiba-tiba darah merembes mengalir dari sudut bibirnya dengan retina mata juling ke atas lalu meredup dan bruk! sniper itu ambruk.Gilbert termundur selangkah, ia tak percaya ternyata di dunia nyata ada kisah seperti di film film kerajaan kuno. Gilbert menggelengkan kepalanya tak percaya, La Rossa yang melihat sniper itu mati begitu saja langsung maju kedepan.Ia melihat sniper itu mati dalam keadaan mata melotot dan darah keluar dari setiap lubang di tubuhnya, bahkan dari pori-poriny