Beranda / Romansa / Maduku Sayang / 130. Ferdila?

Share

130. Ferdila?

Penulis: Bintu Hasan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-06 20:31:11

POV ARDINA

Aku terkejut mendengar apa yang dikatakan Vidia barusan. Beruntung tadi sempat membawa ponsel karena was-was. Akan tetapi, rasa takut tiba-tiba hadir menyelimuti jiwa. Seharusnya menuruti titah Arnila.

Pintu gudang mulai tertutup rapat. Ruangan seketika gelap. Di dalam sini memang ada lampu, tetapi remang-remang. Aku nyalakan dengan membaca basmalah berharap tidak ada sesuatu yang aneh.

Tidak lama kemudian, aku mencari nomor telepon Arnila dan langsung menghubunginya. Tersambung setelah lima menit berlalu. "Arnila!" Suaraku terdengar gemetaran.

"Aku tahu, pasti sekarang kamu terjebak di gudang kan? Lagian kenapa harus membangkang padahal tahu sendiri Vidia itu sangat licik?!" maki Arnila.

"Maafkan aku, tapi Ferdila yang memintaku masuk ke sini nanti dibukakan sama dia." Air mata mulai bercucuran.

"Lagian kalau berhadapan sama Vidia, jangan terlalu lembek. Kamu harus tegas karena dia akan melemah. Lihat saja, dia tidak pernah mampu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Maduku Sayang   131. Maduku Sayang

    WARNING! 21+~"Malam ini aku minta jatah dan kamu tidak boleh menolak lagi!" tukas Ferdila. Aku mengangguk sambil tersenyum manis. Lelaki itu dengan gerak cepat melucuti pakaianku hingga tidak tersisa selembar pun."Semoga dengan ini kita bisa mendapat keturunan," gumamku. Ferdila menatap penuh cinta. Dia tersenyum sangat manis, kemudian dia mengikis jarak hingga semakin dekat. Napasnya berembus tak beraturan.Beberapa jam kemudian ...."Aku lelah," ucapku dengan napas tersengal karena baru saja selesai bergumul dengan Ferdila. Sebelum melakukan itu, lisan tidak pernah luput meminta kepada Allah agar diberikan keturunan.Mungkin bagi mereka, mandul berarti tidak punya anak sampai kapan pun. Akan tetapi, bagiku bisa saja Allah memberi ketika kita meminta dan berprasangka baik pada-Nya. Jika sampai ditiupkan ruh dalam rahim ini, aku janji akan berpuasa sebagai bentuk rasa syukur."Terimakasih, Sayang." Napas Ferdila pun terdengar lemah

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07
  • Maduku Sayang   132. Dua Garis Biru

    Satu bulan berlalu sejak kejadian itu, Vidia masih tetap betah menyendiri dalam kamar dan hanya keluar beberapa kali. Dia mengaku marah pada Ferdila yang cuek padanya. Padahal aku tahu kalau perempuan itu sibuk video call dengan David.Sudah tiga hari ini pula aku merasakan mual dan muntah setiap pagi dan ketika mencium parfum stella di mobil suami. Sekalipun masih sedikit trauma, tetap saja aku membeli tespeck dengan harapan Allah mengijabah doa kami.Aku membuka mata dengan pelan. Jantung berdebar tak ubahnya pacuan kuda. Ada rasa yang tidak bisa dijabarkan. Entah. Ketika mata terbuka pada detik ke lima, aku langsung berdiri sambil menganga."Dua garis biru?" gumamku tidak percaya.Ya, di tespeck itu menampilkan dua garis biru walau salah satunya sedikit buram. Namun, aku tahu kalau hal itu tetap saja dikata positif. Untuk memastikan, jumat besok aku harus ke klinik kandungan.Benda kecil yang kerapkali melukai hati meski bukan kesalahannya itu a

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-07
  • Maduku Sayang   133. Klinik Kandungan

    Kamis sore sekitar pukul 17.06 kami sudah tiba di klinik kandungan dengan perjalanan yang memakan waktu satu jam lebih. Saat ini kami sudah mengikuti antri yang begitu panjang."Aku takut tespeck itu salah, Fer," lirihku menunduk. Ferdila meraih kedua tangan ini dan mengecup lembut telapaknya.Rasa penasaran semakin menjadi, jatung bsrdegup cepat seakan saling berkejaran. Berulang kali aku harus menghela napas panjang untuk melonggarkan dada yang terasa sesak."Berprasangka baik sama Allah, yuk!" ajak Ferdila tiba-tiba sok alim, tetapi aku malah mengikuti."Ibu Ardina!" panggil perawat lima belas menit kemudian.Kami berdua langsung berdiri, masuk ke ruangan dan duduk di hadapan spesialis kandungan. Dia cantik memakai jilbab warna putih. Andai aku seprofesi dengannya, mungkin saja Ferdila enggan mendua karena gajiku banyak.Ah, mungkin."Apa keluhannya, Bu?"Tanpa basa-basi aku mulai menceritakan semua keluhan selama tiga

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-08
  • Maduku Sayang   134. Dia Lenyap

    Pukul 20.53 kami baru tiba di rumah karena menyempatkan singgah di pusat perbelanjaan sebagai hadiah khusus. Aku bahagia karena kasih sayang Ferdila semakin bertambah. Dia selalu mengaku tidak sabar menunggu sembilan bulan ke depan.Vidia tidak membuka pintu tadi, untung aku bawa kunci utama. Tanpa memanggil perempuan itu, Ferdila mengajakku langsung masuk kamar. Bukan menuntun, melainkan menggendong langsung. Setelah tiba, dia meletakkanku dengan pelan di tempat tidur."Andai waktu bisa diputar, aku ingin berada di bulan ke sembilan di mana status suami berubah menjadi ayah. Ya, ayah dari anak kita." Ferdila tersenyum. Aku terharu dan mengusap lembut kepala yang berada di atas perut. Dia mencium penuh kelembutan."Kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanyaku dengan suara pelan.Ferdila bangkit, dia duduk dengan posisi masih menghadapku. Senyum di bibirnya belum juga pudar. Jelas sekali di manik mata itu terpancar kebahagiaan, mungkin tiada tara. Dua

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-08
  • Maduku Sayang   135. Pengaruh Ngidam

    Pukul sepuluh lagi, mobil Naren sudah memasuki halaman rumah. Dia keluar dengan langkah santai, kemudian masuk rumah. Aku dan Ferdila yang duduk di depan televisi sambil menikmati kue bolu memintanya bergabung.Ferdila sudah tahu Naren akan datang karena aku ceritakan tadi sekalipun berbeda. Tidak mungkin memberitahu kalau Falen kejang-kejang dan Shella meninggal.Setelah Naren duduk di dekat kami, aku menyuguhkan minuman milik Vidia yang belum disentuh. Pasalnya perempuan bersmbut pirang itu sok sekali mau dibujuk. Aku mah tidak mau apalagi Ferdila."Ferdila dipecat, kamu ada solusi apa buat usaha?" Aku membuka percakapan.Naren melirik sekilas ke arah Ferdila, lalu menjawab, " Bakso bakar mau?""Kenapa bakso bakar?" Ferdila ikut bertanya.Lelaki tampan itu menjelaskan bahwa saat ini bakso sedang laris di pasaran dan di lingkungan dekat sini belum ada penjualnya. Lagi pula idak mengapa kalau pasang outlet depan rumah sekalian es teh b

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-09
  • Maduku Sayang   136. Rencana Busuk Vidia

    POV VIDIA MAIDA💚Mereka terlalu bahagia di dalam sana sehingga membuat muak untuk melihat terlalu lama. Aneh sekali kenapa Ardina bisa hamil. Apakah ini yang dinamakan keajaiban?Huh, aku mengembus napas kasar begitu ingat tentang Ferdila yang tidak lagi bekerja di kantor. Untuk apa bertahan? Pertanyaan itu sesuatu yang konyol, tentu saja ingin mengais harta lelaki itu. Aku sangat yakin dia memiliki tabungan di bank."Sial!" umpatku ketia Ferdila menoleh dan langsung melangkah ke dekat televisi.Ada ide lain, aku harus melakukan sesuatu yang tidak disukai perempuan itu bahkan kalau bisa menyebar fitnah agar dicerai dalam keadaan hamil. Pasti ada cara yang paling jitu.Mudah! Aku akan melakukan satu rencana yang sangat besar. Bahkan sudah ada dalam pikiran. Naren pasti akan sering ke sini karena Ferdila tidak lagi sibuk di kantor. Kelihatannya bakal ada usaha baru yang akan dikerjakan."Vidia?" Suara Ferdila mengagetkanku yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-09
  • Maduku Sayang   137. Fitnah Venny

    POV ARDINA💚Aku baru selesai mandi ketika mendengar suara tawa perempuan di luar rumah. Namun, samar terdengar karena gemericik air mengganggu pendengaran. Setelah mengenakan pakaian rumah serta mengeringkan rambut, aku melangkah ke luar kamar dan menoleh ke kiri. Rupanya ada tamu Vidia."Sini, Din!" panggil Vidia. Aku mendekat karena menghormati tamu dan duduk di samping adik madu.Perempuan ini cantik sekali. Wajah dan postur tubuhnya terpahat sempurna. Kulit putih bersih bahkan mengalahkan Vidia. Aku kagum, entah darimana asalnya. Akan tetapi, semoga hati perempuan itu tidak seburuk Vidia.Aku tersenyum ketika dia memperkenalkan nama. Dia Venny dan aku–"Dia ini kakak maduku, Ven. Namanya Ardina." Vidia mendahuluiku memperkenalkan diri. Sudahlah, tidak mengapa selagi masih wajar.Perempuan itu tersenyum ramah. Hingga detik ini aku merasa masih aman-aman saja. Vidia menjelaskan kalau temannya itu baru tiba dari Jepang. Aku m

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-10
  • Maduku Sayang   138. Naik Pitam

    Malam menyapa ketika kami bertiga sedang kumpul di depan televisi. Vidia datang dengan senyum merekah dan duduk di dekat kami. Tangannya mengeluarkan ponsel dari saku.Aku cuek saja, lalu meraih gelas dan meneguk isinya. Malam ini tidak boleh stres karena bisa berakibat parah pada janin yang baru saja hadir dalam rahimku."Fer, tidakkah kamu berpikir Ardina mempermainkanmu?" Vidia membuka percakapan. Aku menoleh padanya begitupun Naren, tidak dengan Ferdila."Maksud kamu mempermainkan apa, Vid?" Aku bertanya.Ferdila menatapku dalam. Dia memberi isyarat untuk tidak merespon Vidia. Memang magrib tadi aku juga diperingatkan untuk mendiami perempuan berambut pirang itu agar tidak semakin menjadi atau berbuat sesuka hati.Aku memang setuju, tetapi mendengar kalimat itu membuat darah seketika nendidih dalam hitungan detik. Ingin sekali tangan ini menjambak rambut dan merobek mulutnya. Huh, hidup bersama Vidia memang tidak pernah membawa ketena

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-10

Bab terbaru

  • Maduku Sayang   144. Kasih Untuk Kekasih

    POV AUTHOR 💚 "Jangan pergi atau akan semakin menyakitimu." "Tapi, Ferdila–" "Dia khawatir bukan karena cinta, melainkan rasa bersalah karena telah merobek mulut Vidia. Kamu di sini, tunggu kabar di telepon saja," potong Arnila. Dia tidak ingin adik kembarnya khawatir. Masalah Ferdila salah peluk kemarin biar menjadi rahasiaku sendiri selama Naren tidak tahu juga Vidia maka akan baik-baik saja. Adikku harus bahagia, batin Arnila sedih. Ponsel berdering, ada pesan masuk ke aplikasi hijau. Perempuan tempramental itu mengurangi cahaya layar agar tidak ketahuan kalau ada pesan masuk apalagi jika kabar buruk. Benar saja, Naren mengabari bahwa Vidia meninggal. "Mereka kok lama ya? Gak ada kabar lagi," keluh Ardina. Dia memikirkan suaminya. "Gini, Din ...." Arnila menggigit bibirnya, dia menunduk dalam. Sementara di rumah sakit sedang gaduh. Naren mengurus banyak hal termasuk meminta mereka semua tutup mulut. Pasalnya

  • Maduku Sayang   143. Terungkap Semua

    POV ARDINA💚Selesai makan malam, terdengar deru mobil dari luar. Aku dan Arnila saling berpandangan. Jantung berdegup cepat tak ubahnya pacuan kuda. Beberapa kali aku menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan."Tenang, Ardina. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku yang akan menjelaskan semua ini. Kamu diam dan hanya menyahut ketika kutanya. Oke?"Enak sekali menjadi Arnila karena dia terlihat seperti tidak memiliki beban hidup. Lagi pula jika ada yang mengusik tentu kalah dengan satu pukulan telak. Aku memaksa senyum.Pintu rumah terbuka lebar. Naren dan Ferdila melangkah beriringan. Begitu sampai di hadapan kami, keduanya bungkam. Aku bisa menangkap raut wajah suamiku menyiratkan kebingungan."Ardina yang mana?" tanyanya setelah hening beberapa saat."Fer, biar aku jelaskan semuanya. Aku Arnila saudari kembar istrimu. Kita berpisah sudah lama bahkan ketika kamu menikah, tidak sempat hadir." Arnila menjeda kalimatnya.D

  • Maduku Sayang   142. Wajah Baru

    POV AUTHOR💚Satu minggu pasca operasi, Vidia sudah merasa sehat sekalipun disibukkan dengan mengganti perban. Perawat menyarankan untuk tidak memakai cermin hingga masa penyembuhan selesai, tetapi dia bersikeras."Baiklah," jawab seorang perawat. Dia keluar mengambil cermin.Sementara Vidia dia begitu penasaran dengan bentuk wajahnya setelah digunting Ferdila. Rasa untuk balas dendam semakin membuncah. Dia merasa tidak bisa hidup tenang sampai Ardina merasakan luka yang sama atau bahkan lebih perih.Rambut indahnya pun sudah hilang. Dia memakai rambut palsu sejak kemarin. Tidak ada yang diizinkan masuk menjenguk walau orang itu mengaku sebagai sahabat dekatnya.Orangtua Vidia tidak tahu kabar ini karena Naren menutup mulut semua orang bahkan memalsukan data agar tidak ada yang bisa mengecek keberadaannya.Beberapa menit menunggu, seorang perawat datang dan menyerahkan sebuah cermin. Namun, sebelum itu dia berpesan agar V

  • Maduku Sayang   141. Rumah Sakit

    "Gimana keadaan Vidia, Ren? Ada yang tahu perkara ini?" tanyaku khawatir.Kami sudah berada di rumah sakit sejak sepuluh menit lalu. Ferdila terus diam menangisi kebodohannya. Aku terus menghibur dengan dalih Vidia yang salah."Dia ditangani dokter. Tenang saja, aku bisa membungkam mulut mereka semua. Sekarang kamu fokus pada diri sendiri. Beruntung di outlet tadi lagi sepi," jelas Naren."Terimakasih, Ren. Kami berhutang budi padamu," ucapku tulus, lalu kembali duduk di samping Ferdila.Suamiku benar-benar menyesali perbuatannya. Sekali lagi aku menghibur dengan mengalihkan pikiran. Alhamdulillah, dia bisa tersenyum ketika kukatakan akan pergi dari sini jika terus murung.Tangan kekar itu sekarang mengelus perutku yang rata. Dia menasihati calon anak kami agar tidak pernah selingkuh jika sudah lahir. Ferdila sadar, yang mendua kelak akan diduakan dan rasanya seratus kali lipat lebih sakit."Anak kita harus jadi salihah, tidak boleh se

  • Maduku Sayang   140. Mulut yang Robek

    Dua hari sejak kejadian itu Vidia belum juga pulang. Mungkin dia tahu kalau Falen meninggal di hari yang sama jadi ada rasa galau. Entah, ini hanya praduga.Naren pun tidak pernah datang, hanya ada aku dan Ferdila di sini. Outlet warna merah muda sudah terpasang rapi di halaman rumah. Senin lalu mulai buka. Beruntung banyak pelanggan sampai Ferdila sedikit kewalahan."Jualan bakso?" tanya Vidia tiba-tiba ketika Naren sedang sibuk meladeni satu pelanggan terakhir. "Makanya aku malu balik ke sini karena gak mau punya suami tukang bakso. Mana jualnya di depan rumah, ogah banget!""Kalau begitu silakan pergi dari sini!" geram Ferdila."Iya, walau tidak kamu minta aku akan pergi! Dasar lelaki miskin!" makinya sambil melangkah masuk rumah.Dia memang tidak punya malu. Sudah mengatai suami sendiri, tapi dengan santainya melangkah masuk rumah. Aku sampai geleng-geleng kepala melihat kelakuan Vidia.Sebenarnya Ferdila ingin membahas masalah abo

  • Maduku Sayang   139. Klinik Aborsi

    "Kamu menang kali ini, Din!" gumam Vidia, tetapi aku masih mampu mendengarnya.Dia berdiri, memungut ponsel itu dan melangkah masuk kamar. Pintu dibanting kasar. Aku sampai mengelus dada berulang kali sambil membaca istigfar. Semoga saja janin dalam kandungan ini kuat dan dilindungi sama Allah.Naren meminta kami istirahat saja dulu kbawatir pikiran semakin kacau. Ferdila setuju, lalu menuntunku masuk kamar. Sabtu besok dia harus ke tukang kayu untuk mengambil outlet karena memang tidak melakukan pengiriman khusus weekend."Besok, kamu jangan keluar kamar. Nanti bisa dikerjain Vidia. Kalau bisa pas lagi makan aja. Oke?" Ferdila mengingatkan."Iya, Sayang."Aku menatap langit-langit kamar. Entah kenapa ada firasat hal buruk akan terjadi. Namun, suamiku selalu mengingatkan bahwa kita harus berprasangka baik agar jika ada petaka, dia akan pergi.***Pagi menyapa, dua jam lalu Ferdila pergi bersama Naren. Jarak rumah tukang kayu itu lumay

  • Maduku Sayang   138. Naik Pitam

    Malam menyapa ketika kami bertiga sedang kumpul di depan televisi. Vidia datang dengan senyum merekah dan duduk di dekat kami. Tangannya mengeluarkan ponsel dari saku.Aku cuek saja, lalu meraih gelas dan meneguk isinya. Malam ini tidak boleh stres karena bisa berakibat parah pada janin yang baru saja hadir dalam rahimku."Fer, tidakkah kamu berpikir Ardina mempermainkanmu?" Vidia membuka percakapan. Aku menoleh padanya begitupun Naren, tidak dengan Ferdila."Maksud kamu mempermainkan apa, Vid?" Aku bertanya.Ferdila menatapku dalam. Dia memberi isyarat untuk tidak merespon Vidia. Memang magrib tadi aku juga diperingatkan untuk mendiami perempuan berambut pirang itu agar tidak semakin menjadi atau berbuat sesuka hati.Aku memang setuju, tetapi mendengar kalimat itu membuat darah seketika nendidih dalam hitungan detik. Ingin sekali tangan ini menjambak rambut dan merobek mulutnya. Huh, hidup bersama Vidia memang tidak pernah membawa ketena

  • Maduku Sayang   137. Fitnah Venny

    POV ARDINA💚Aku baru selesai mandi ketika mendengar suara tawa perempuan di luar rumah. Namun, samar terdengar karena gemericik air mengganggu pendengaran. Setelah mengenakan pakaian rumah serta mengeringkan rambut, aku melangkah ke luar kamar dan menoleh ke kiri. Rupanya ada tamu Vidia."Sini, Din!" panggil Vidia. Aku mendekat karena menghormati tamu dan duduk di samping adik madu.Perempuan ini cantik sekali. Wajah dan postur tubuhnya terpahat sempurna. Kulit putih bersih bahkan mengalahkan Vidia. Aku kagum, entah darimana asalnya. Akan tetapi, semoga hati perempuan itu tidak seburuk Vidia.Aku tersenyum ketika dia memperkenalkan nama. Dia Venny dan aku–"Dia ini kakak maduku, Ven. Namanya Ardina." Vidia mendahuluiku memperkenalkan diri. Sudahlah, tidak mengapa selagi masih wajar.Perempuan itu tersenyum ramah. Hingga detik ini aku merasa masih aman-aman saja. Vidia menjelaskan kalau temannya itu baru tiba dari Jepang. Aku m

  • Maduku Sayang   136. Rencana Busuk Vidia

    POV VIDIA MAIDA💚Mereka terlalu bahagia di dalam sana sehingga membuat muak untuk melihat terlalu lama. Aneh sekali kenapa Ardina bisa hamil. Apakah ini yang dinamakan keajaiban?Huh, aku mengembus napas kasar begitu ingat tentang Ferdila yang tidak lagi bekerja di kantor. Untuk apa bertahan? Pertanyaan itu sesuatu yang konyol, tentu saja ingin mengais harta lelaki itu. Aku sangat yakin dia memiliki tabungan di bank."Sial!" umpatku ketia Ferdila menoleh dan langsung melangkah ke dekat televisi.Ada ide lain, aku harus melakukan sesuatu yang tidak disukai perempuan itu bahkan kalau bisa menyebar fitnah agar dicerai dalam keadaan hamil. Pasti ada cara yang paling jitu.Mudah! Aku akan melakukan satu rencana yang sangat besar. Bahkan sudah ada dalam pikiran. Naren pasti akan sering ke sini karena Ferdila tidak lagi sibuk di kantor. Kelihatannya bakal ada usaha baru yang akan dikerjakan."Vidia?" Suara Ferdila mengagetkanku yang

DMCA.com Protection Status