Share

Cemburu?

Penulis: Anis Hidayah
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-21 20:52:47

Melewati bibir pantai berpasir putih, dua insan itu kini saling bergandengan tangan.  Ustaz Subhan sengaja menonaktifkan telephon genggamnya, karena ia benar-benar ingin bersikap adil pada Kiyada.

Masalah hati dan perasaan sampai kapan pun tak akan pernah terbagi sama rata. Di antara kedua istrinya, tentulah rasa cinta Ustaz Subhan lebih besar untuk Shofia. Wanita satu-satunya yang berhasil memikat hati semenjak pandangan pertama.

Di saat seperti ini, wajah istri pertamanya justru menari-nari di pelupuk mata. Sedang apakah wanita itu kini. Terakhir saat telephon, Shofia mengatakan jika ibunya Kiyada mengalami kemajuan cukup pesat pada kesehatannya.

“Ustaz, saya ingin ke kamar mandi.” Sebuah suara renyah menyentak kesadaran Ustaz Subhan.

“Eh, iya. Sepertinya di ujung sana ada kamar mandi untuk umum.” Ustaz Subhan terkesiap.

Laki-laki tersebut merutuki dirinya sendiri. Harusnya di saat seperti ini ia tak boleh memikirkan

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Madu Untuk Suamiku   Pagi yang Syahdu

    Kiyada tak tahu harus bahagia atau bersedih atas peristiwa yang baru saja ia alami. Kini dirinya telah resmi melepaskan pusaka yang selama ini dijaga kepada laki-laki yang halal. Seseorang yang menikahinya karena mengharapkan keturunan. Kiyada mengelus perutnya yang masih rata. Bagaimana jika ia benar-benar hamil dan tiba-tiba ibu pulang. Beliau pasti kecewa besar terhadapnya. Putri yang selama ini dibesarkan sepenuh jiwa raga harus rela menjadi istri ke dua. Dipandangi wajah yang tengah tertidur pulas di sampingnya. Laki-laki yang beberapa jam lalu telah berhasil membawanya ke puncak nirwana untuk pertama kalinya. Rahang tegas juga bulu-bulu halus itu sempat menyentuh area sensitif Kiyada. Melihat jarum jam yang menunjuk pukul dua dini hari, Kiyada perlahan turun dari ranjang. Ia tak ingin mengganggu tidur lelap sang suami. “Akh.” Kiyada mengadu merasakan nyeri di area bawahnya. Ustaz Subhan segera terjaga begitu mendengar rintihan dari

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • Madu Untuk Suamiku   Kecewa

    Panggilan tak terjawab dari sang suami membuat Shofia uring-uringan sepanjang perjalanan. Ia yang terpaksa pulang sebelum melakukan serangkaian terapi, karena mendapat telephon dari Jihan bahwa abah tadi malam drop dan harus dilariakan ke rumah sakit.Shofia pikir Ustaz Subhan sudah berada di sana, ternyata sampai tadi subuh telephon juga chatnya tak kunjung mendapat respon. Padahal biasanya jika penyakit jantung abah ambuh, suaminya yang berada di garda terdepan untuk merekomendasikan perawatan terbaik.Hingga ia melakukan check in di bandara internasional Singapura, nomor sang suami masih tak bisa dihbungi. Jihan mengatakan jika kemungkinan Ustaz Subhan sama sekali belum mengetahui kondisi abah.Selama berada dalam pesawat, pikiran Shofia benar-benar tidak tenang. Satu sisi ia khawatir dengan penyebab jantung abah kambuh. Sisi lain ia juga merasakan cemburu, karena tak biasanya sang suami menonaktifkan HP selama itu.Mungkinkah sang suami tengah menghab

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Madu Untuk Suamiku   Kerinduan Yang Terpendam

    “Kok nggak diangkat, Mas?” Shofia melirik sang Suami.“Nanti saja, nggak baik angkat telephon saat berkendara,” kilahnya. Ia memasukkan kembali penda pipih itu ke dalam saku.Perjalanan yang biasanya diisi dengan banyak diskusi mendadak terasa sepi sunyi. Shofia memandang lurus ke arah jalanan. Ia bukan wanita sepolos itu, Shofia tahu jika panggilan tadi dari Kiyada.Sesampai di Rumah Sakit, keduanya berjalan bersisian dalam diam. Menaiki lift menuju lantai tiga kamar rawat Abah, Ustaz Subhan berinisiatif untuk menggenggam telapak tangan Shofia.Shofia tak menerima atau menolak genggaman sang suami yang begitu pas di telapak tangannya.“Kak Shofi.” Jihan Menghentikan langkah mereka tepat setelah keluar dari lift. Mengetahui Ustaz Subhan tengah menggandeng kakaknya, Jihan melirik sinis laki-laki tersebut.“Bagaimana kondisi Abahh, Dek?” Shofia bertanya khawatir.“Kondisinya sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Madu Untuk Suamiku   Sadar Diri

    Suara azan Asar dari telephon genggam membangunkan Shofia yang tengah terlelap.“Mas, Jihan udah datang. Aku mau pulang dulu.” Shofia berucap serak ketika melihat kedatangan sang adik. Perlahan ia bangkit dari posisnya berbaring.“Kak Shofi pulang aja, biar aku yang jaga Abah. Nanti juga akan ada Syifa nemenin aku.” Kali ini suara Jihan terdengar lebih lembut, karena ia sadar tengah berada di kamar Abah.Shofia mengangguk. Kemudian pamit kepada Abah yang kondisinya sudah lebih stabil.Abah memeluk putri sulungnya cukup lama. Seolah sedang mentransfer kekuatan pada wanita yang rela memilih jalan diduakan tersebut.“Kak Shofi pulang sama siapa?” Jihan bertanya dengan nada sarkas begitu sang kakak menjauhkan tubuh dari Abah.Shofia terdiam. Ia masih gengsi untuk meminta antar pada sang suami.“Pulang sama saya.” Ustaz Subhan dengan sigap menjawab, seolah ia mengerti kegundahan S

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • Madu Untuk Suamiku   Bertemu dengan Masa Lalu

    Berjalan melewati koridor rumah sakit, Kiyada tiada henti membaca salawat dan istighfar dalam hati. Baru saja Ustaz Subhan bersikap manis padanya, kini ia harus siap jika kembali diabaikan. Sebab sampai kapanpun posisinya tetaplah sebagai yang ke dua.“Di sana, Mbak, ruangannya Abah.” Syifa menunjuk ruangan yang terletak nomor dua dari ujung.Kiyada mengangguk, mengikuti langkah Syifa. Gadis belia itu masih tampak canggung terhadapnya. Begitu langkahnya sampai di depan pintu, dari dalam Kiyada mendengar suara yang tak asing di telinganya.“Di dalam ada siapa?” Kiyada bertanya lirih pada Syifa.“Mungkin santrinya Abah. Tadi Ning Jihan bilang mau ada santri alumni yang mau jenguk Abah.”Mendengar penuturan Syifa, entah mengapa perasaan Kiyada menjadi tidak tenang. Namun, tidak mungkin juga ia berbalik arah, sementara pintu telah dibukakan oleh Syifa.“Assalamualaikum,” ucap Syifa dan Kiyada bersa

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-25
  • Madu Untuk Suamiku   Menghindar

    Sungguh Kiyada seperti terjebak dalam sebuah labirin yang cukup menguras hati dan emosi. Tersesat dalam sebuah rasa yang tak pernah terencana. Ingin Kiyada juga bergelayut manja seperti Ustazah Shofia. Namun, siapakah ia. Hanya pemeran figuran yang dipakai saat pemeran utama tak ada.Tak ingin berpapasan dengan Ustaz Subhan dan Ustazah Shofia, Kiyada memilih keluar melalui pintu belakang Rumah Sakit. Kebetulan ia sudah tak asing dengan lorong-lorong di sini. Sebab ibu beberapa kali juga di rawat di tempat ini.“Kamu mau kemana?” Lagi-lagi Farhan mengikutinya.Kiyada mengembuskan napas kasar. Dari jarak sekian meter Ustaz Subhan dan Ustazah Shofia terlihat semakin mendekati lobi.“Motor aku tadi parkir di bagian belakang, Kak,” kilah Kiyada. Dengan tergesa ia menuju lorong yang terhubung ke arah bagian belakang.Farhan memilih lewat pintu depan. Meski hatinya ingin menemani Kiyada, tetapi pernyataan Kiyada yang mengatakan telah

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-26
  • Madu Untuk Suamiku   Kecurigaan Ustaz Subhan

    Keadaan bangsal di lantai tiga tengah sepi. Hanya ada dua orang perawat yang langsung sigap menghampiri Shofia yang tiba-tiba tak sadarkan diri. Mereka memberi instruksi pada Ustaz Subhan untuk membawa istrinya ke ruang pemeriksaan. Raut kekhawatiran tampak jelas di wajah Ustaz Subhan saat menunggu dokter memeriksa keadaan Shofia. Sejak awal kedatangan sang istri, Ustaz Subhan sudah memiliki firasat jika ada yang disembunyikan oleh Shofia. Wanita itu tidak seceria dan seaktif biasanya. Wajahnya tampak lebih pucat meski tertutupi make up. Tubuhnya yang dulu cukup berisi terlihat semakin kurus. Bahkan meskipun ingin, dirinya tak berani meminta jatah pada Shofia. “Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Begitu dokter keluar dari ruang pemeriksaan, Ustaz Subhan dengan sigap menghampiri. “Sepertinya istri Anda butuh pemeriksaan lebih lanjut. Saya menangkap ada gejala penyakit yang cukup kronis pada tubuhnya.” Penjelasan dokter muda berhijab tersebut me

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-26
  • Madu Untuk Suamiku   Pikiran yang Terbagi

    Kiyada sengaja tidak langsung pulang ke rumah. Ia ingin sekalian salat Magrib di masjid depan rumah sakit. Kebetulan tadi ia sempat berbincang juga dengan salah satu suster yang pernah merawat sang ibu.Saat hendak mengambil motor di parkiran, Kiyada kembali disajikan kemesraan sang suami dengan istri pertamanya. Sesuatu yang tak pernah didapatkannya dari Ustaz Subhan. Meski telah dua kali melakukan hubungan suami istri, tetapi sikap Ustaz Subhan masih kerap kaku kepadanya.Wanita itu memilih bersembunyi di balik tiang parkir. Hatinya sakit, tentu saja. Namun, Kiyada sadar di mana posisinya saat ini. Pesan yang Kiyada harapkan dari sang suami tak kunjung muncul di notifikasi. Paling tidak, hanya sekadar pamit jika mau bermalam di rumah istri pertama.Setelah mobil pajero hitam itu benar-benar lenyap dari pandangan, barulah Kiyada berani melangkah menuju parkiran motornya berada. Pujian salawat dari masjid besar di seberang jalan telah berkumandang. Ia tak ingin

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29

Bab terbaru

  • Madu Untuk Suamiku   Bidadari Surga

    Memasuki halaman rumah sakit, ingatan Kiyada kembali pada sang ibu. Saat pertama kali menginjakkan kaki di sini, hingga Allah memanggil ibu untuk pulang. Namun, Kiyada tahu, ia tidak boleh terlalu lama larut dalam kesedihan. Demi bayi yang ada dalam rahimnya, ia harus bisa mengendalikan suasana hati. Meski untuk saat ini itu bukanlah hal yang mudah.“Apakah saya nanti boleh masuk ke dalam menemui Ustazah Shofia?” tanya Kiyada saat ia dan Ustaz Subhan baru saja memasuki lift.“Nanti kita konsultasikan dulu sama dokter.”Kiyada hanya bisa menarik napas panjang seraya mengangguk pasrah. Ia tak bisa memaksa kali ini. Meski dirinya sangat ingin melihat secara langsung kondisi Ustazah Shofia.“Keadaan Shofia dua hari terakhir benar-benar menurun. Tidak sembarang orang bisa masuk ke ruangannya,” ucap Ustaz Subhan memberi penjelasan.Kiyada tahu pasti bagaimana prosedur orang-orang dengan penyakit kronis seperti Ustazah Shofia. Barangkali Ustaz Subhan lupa bahwa Kiyada telah merawat ibu seora

  • Madu Untuk Suamiku   Terjebak Rasa

    Kiyada sangat menikmati makan malamnya. Meski hanya di warung sederhana dan menu seadanya. Namun, kebersamaan dengan sang suami yang membuat suasana terasa istimewa. Semenjak menikah, sepertinya bisa dihitung dengan jari berapa kali Kiyada dan Ustaz Subhan makan berdua saja.Keduanya makan dalam hening. Kiyada diam-diam memperhatikan laki-laki di seberang tempat duduknya yang makan dengan tampak lahap. Entah karena terburu ingin segera kembali ke rumah sakit tempat Ustazah Shofia dirawat, atau memang perutnya merasa sangat lapar.Meski cahaya di tempat itu tidak terlalu terang, tapi Kiyada masih bisa melihat dengan jelas gurat kelelahan di wajah Ustaz Subhan. Ia tahu berada di posisi sang suami saat ini pasti tidak mudah. Memiliki dua istri yang sama-sama membutuhkan kehadirannya.“Kalau boleh saya bisa kok menggantikan menjaga Ustazah Shofia,” ucap Kiyada setelah ia menyantap setengah porsi soto pesanannya. Rasa lapar yang tadi sempat melanda mendadak lenyap melihat keadaan Ustaz Sub

  • Madu Untuk Suamiku   Tak Mampu Menolak Rasa

    Kiyada dan Ustaz Subhan duduk di serambi masjid. Keduanya sama-sama terdiam seraya mengamati lalu lalang para jamaah. Kiyada tak memiliki keberanian untuk memulai pembicaraan. Ia takut salah bicara. Apalagi melihat tampang Ustaz Subhan yang begitu kelelahan. Lingkaran di sekitar matanya amat kentara.“Belum ada perkembangan sama sekali dengan kondisi Shofia.” Ustaz Subhan mulai angkat bicara. Ia menoleh sekilas ke arah Kiyada. “Sepertinya dokter juga sudah pasrah. Tidak banyak hal yang bisa dilakukan.”Selama mengenal sosok Ustaz Subhan, rasanya baru kali ini Kiyada menyaksikan laki-laki itu begitu rapuh. Bahkan Ustaz Subhan tampak berusaha keras untuk menahan air matanya.“Mas, sudah makan?” Tak ingin sang suami terlalu larut dalam kesedihan, Kiyada memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan.Ustaz Subhan menggeleng. “Terakhir makan tadi pagi.”“Bagaimana kalau kita cari makan dulu? Kebetulan saya juga belum makan.”“Ya sudah kita cari tempat makan di dekat sini.”Mendapat sambutan

  • Madu Untuk Suamiku   Harapan dan Doa

    24 jam sudah berlalu, tapi tak ada perkembangan sama sekali terhadap kondisi Shofia. Ustaz Subhan juga hampir tak beranjak dari sisi sang istri, kecuali hanya keluar untuk makan dan salat. Entah mengapa Ustaz Subhan merasa Shofia kian jauh.“Bagaimana perkembangan istri saya, Dokter?” tanya Ustaz Subhan pada dokter yang baru saja memeriksa keadaan Shofia.Dokter laki-laki paruh baya itu terdiam beberapa saat. Tak ada harapan sama sekali dari raut wajah yang mulai keriput tersebut.“Doakan saja yang terbaik, Pak.”Ucapan dokter itu memang terdengar ringan, tetapi Ustaz Paham apa maksud yang tersirat dari kalimatnya. Sepertinya ia sudah harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Dan ia tetap berharap keajaiban itu masih bisa terjadi.“Baik, Dok. Terima kasih.”Sudah hampir 2 hari Shofia tidak membuka mata sama sekali. Tubuhnya dipenuhi berbagai macam peralatan medis. Bahkan jika alat-alat penunjang itu dilepas, Ustaz Subhan tidak terlalu yakin jika sang istri masih bisa h

  • Madu Untuk Suamiku   Angan yang Sirna

    Ustaz Subhan sempat tertegun beberapa saat mendapati Kiyada memutus sambungan telepon secara sepihak. Bahkan tanpa ucapan salam sama sekali. Tak biasanya wanita itu bersikap seperti ini. Apakah sikapnya melarang Kiyada datang ke sini sudah keterlaluan?Meski telah bertahun-tahun hidup dengan Shofia, dan beberapa bulan menjadi suami Kiyada, Ustaz Subhan masih belum bisa memahami keduanya dengan baik. Ia tak memiliki ide apapun untuk membujuk Kiyada, atau sekadar menanyakan sikapnya tadi.Namun, untuk sekarang, tentu kondisi Shofia lebih penting dari apapun. Laki-laki itu melangkah tergesa menuju ruang perawatan Shofia. Berharap setelah ini akan ada kabar baik terkait perkembangan sang istri.Di depan ruangan yang dijaga cukup ketat itu, Jihan duduk termenung. Wajahnya muram, hingga tak menyadari kedatangan Ustaz Subhan.“Kamu sudah makan, Jihan?” Ustaz Subhan mencoba berbasi-basi. Berharap bisa sedikit mengurai aura kebencian dari wanita itu yang timbul semenjak ia menikah lagi.Jihan

  • Madu Untuk Suamiku   Tak Lagi Sama

    Keadaan Kiyada yang masih terasa lemah setelah kehilangan sang ibu, kini harus kembali menerima kabar kurang baik dari sang suami. Meski kerap merasa cemburu dengan kasih sayang Ustaz Subhan pada Shofia, tetapi Kiyada sungguh tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada wanita itu.Walau bagaimanapun, tanpa perantara Shofia, pernikahan ini tak akan pernah terjadi. Dan Kiyada harus berjuang sendiri memikirkan biaya pengobatan sang ibu yang cukup menguras dompet. Apalagi mengingat di kampung ini ia hanya memiliki ibu.“Mas, saya ingin melihat kondisi Ustazah Shofia,” pinta Kiyada pada Ustaz Subhan.“Besok kalau keadaannya sudah membaik, kamu saya ajak ke sini, ya.”Kiyada tertunduk lesu. Meski tidak melarang secara langsung, ia paham jika kalimat itu adalah sebuah larangan secara halus. Padahal berada di rumah seorang diri juga membosankan baginya. Kiyada jadi lebih sering teringat ibu dan itu membuatnya terus-terusan bersedih.“Tapi saya bosan di rumah sendirian. Siapa tahu di sana bisa m

  • Madu Untuk Suamiku   Gelisah Menanti Kabar

    Malam itu perasaan Kiyada sungguh bahagia. Sebab tak dapat dipungkiri bahwa dirinya juga teramat merindukan belaian sang suami. Meski tak banyak kalimat manis yang dilontarkan Ustaz Subhan, setidaknya senyuman dan satu kali panggilan-sayang- sudah lebih dari cukup bagi Kiyada.Namun, sepertinya harapan Kiyada terlampau tinggi. Nyatanya, saat terbangun menjelang waktu Subuh, Ustaz Subhan sudah tidak ada disisinya. Padahal tadi malam ia sempat berpesan untuk dibangunkan salat tahajud. “Mas?” Perlahan Kiyada bangkit dari tempat tidur. Mencari sosok Ustaz Subhan yang ternyata tidak ada di dalam kamar.Perut Kiyada yang semakin membesar membuat ia tak bisa bergerak selincah biasanya. Ia berjalan menuju kamar mandi, barangkali Ustaz Subhan tengah mandi atau mengambil wudhu. Lagi-lagi tak ada siapapun di sana. Suasana rumah terasa sepi dan sunyi. Hanya terdengar suara detak jarum jam juga sesekali suara kokok ayam jantan.Tidak biasanya Ustaz Subhan berangkat ke masjid sebelum Subuh seperti

  • Madu Untuk Suamiku   Kembali Merajut Kedekatan

    Sepertinya Aldi masih belum cukup puas dengan jawaban yang diberikan Ustaz Subhan. Sementara suara qiraat penanda akan masuknya waktu Isya sudah berkumandang dari arah masjid. Obrolan keduanya pun mau tak mau harus berakhir.“Kalau kapan-kapan saya silaturahim ke rumah Ustaz, boleh?” tanya Aldi sebelum Ustaz Subhan beranjak.Meski sempat ragu, Ustaz Subhan akhirnya mengangguk seraya tersenyum simpul. Tidak mungkin ia menolak seseorang yang ingin datang untuk bertanya perihal agama. Namun, Ustaz Subhan masih belum tahu apakah Aldi sudah tahu statusnya sebagai suami yang memiliki dua istri.Hingga selesai jamaah Isya dan menempuh perjalanan menuju rumah Kiyada, percakapan singkat dengan Aldi masih terus saja menghantui hati dan pikiran Ustaz Subhan. Bagaimana jika Aldi belum tahu akan statusnya? Pikiran yang berkelana di sepanjang perjalanan, membuat Ustaz Subhan tak sadar jika ia telah sampai di halaman rumah Kiyada. Suasana rumah itu tak lagi sepi seperti sebelum ia berangkat ke masj

  • Madu Untuk Suamiku   Tertampar Pertanyaan

    Sejujurnya beberapa menit yang lalu Ustaz Subhan telah berbohong pada Kiyada, dengan mengatakan bahwa ia ada urusan dengan remaja masjid setempat. Ia hanya ingin memberi waktu jeda pada hubungan mereka. Sebab sejak perbincangan tadi semua terasa semakin canggung. Entah lah apa penyebab pastinya.Lalu tanpa diduga pertemuannya dengan seorang remaja laki-laki yang mempertanyakan persoalan poligami membuat Ustaz Subhan merasa terusik. Sebenarnya apa yang ingin dipertanyakan, dan mengapa harus dirinya yang mendapat pertanyaan?Benar saja, setelah turun dari salat jamaah, remaja tersebut menunggu di dekat gapura masjid. Ini baru kali pertama Ustaz Subhan bertemu dengan laki-laki itu. Dilihat dari tampilannya, bisa ditebak jika ia bukan seperti penduduk setempat.“Assalamualaikum, Ustaz.” Dengan takzim ia mencium punggung tangan Ustaz Subhan.“Waalaikumsalam.” Ustaz Subhan memasang mimik setenang mungkin.“Sebelumnya maaf, apa saya mengganggu waktunya Ustaz?”Waktu menuju Isya’ masih cukup

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status