Sepulang suamiku dari restorannya, kami semua segera bersiap siap untuk pergi menghabiskan waktu dan bergembira ke taman hiburan. Anak anak antusias dan senang sekali karena untuk pertama kalinya kami akan pergi ke wahana permainan terbesar di kota ini."Aku hanya dengar kabar dan lihat gambarnya di hp, jadi aku ingin main ke sana sesekali Om," ujar Raihan."Zahra pun ingin memainkan banyak permainan dan beli pernak pernik," balas Zahra."Tapi, kurang lengkap kalau tidak ajak Icha," ujar Raihan."Bagaimana kalau dijemput saja Mas," usulku."Uhm, aku akan bicara pada ibunya agar dia menyiapkan Icha," jawab Mas Irsyad dengan senyum lebarnya."Kira kira diizinkan gak?""Ya pasti dong, selama ini juga begitu," jawab suamiku sambil menekan ponselnya.Ketika benda itu dijawab dari seberang sana, Mas Irsyad agak menjauhi kami untuk bicara."Assalamualaikum Elsa," sapanya."Walaikum salam, ada apa?""Aku ingin mengajak Icha ke taman hiburan, tolong siapkan dia," suruh suamiku dengan lembut
"Aku hanya terkenang, kok, Mbak,. Bukan maksudku untuk menggoda." Wanita itu membela diri dengan wajah sedikit kesal dan memberengut."Dan aku juga memberi tahu, tidak bermaksud menyindir," jawabku santai sambil melipat tangan di dada, "... jadi, perginya Mas?" tanyaku sambil melirik Mas Irsyad."Gimana dong, ini Elsa sakit .....""Kita hubungin aja orang tua atau keluarganya agar bisa menjaga Elsa sementara,," usulku."Masalahnya ... keluargaku sangat jauh dan orang tuaku juga sudah tua dan lemah, menjaga diri ini akan menyusahkan mereka. Lagipula ini malam, Papa dan Mamaku gak mungkin datang," jawabnya parau."Jadi, kau ingin kami semua tetap tinggal di sini dan menemanimu?""Bukan begitu, kalau kalian tetap bersikeras ingin pergi ke taman hiburan maka berangkat saja. tapi tolong, izinkan Mas Irsyad tetap di sini siapa tahu aku butuh ke rumah sakit," jawabnya tanpa mempedulikan perasaanku.Enak saja!"Maaf ya aku tidak bisa meninggalkan suamiku berduaan dengan wanita yang bukan
Berkat perdebatan yang terjadi di mobil, kini kami sekeluarga berada dalam situasi canggung. Bahkan setelah sampai di rumah pun, kami tetap saling mendiamkan satu sama lain.Aku bisa merasakan anak-anak merasa kali kepada ayah tirinya, terbukti mereka tidak berani bertanya di mana harus tidur dan apa yang mereka lakukan. Kedua putra dan putriku hanya duduk di ruang tamu sambil melipat tangan mereka dengan ekspresi kecewa yang tidak bisa disembunyikan."Ada 2 kamar kosong di lantai 2 kau bisa menyuruh anak-anak untuk tidur di sana," bisik suamiku dengan lembut."Baik, terima kasih, Mas."Kuhampiri anak-anak di ruang tamu dan dengan senyum hangat kusapa mereka, lalu menyuruhnya untuk segera pergi tidur karena Mereka terlihat lelah sekali."Ada kamar untuk harian di lantai 2, kalian bisa tidur dan beristirahat dengan nyaman.""Maaf Bund, Kami ingin pulang ke rumah saja.""Tapi ini sudah malam nak terlalu jauh dan Bunda tidak berani menyetir kemalaman," balasku."Kami tidak nyaman ber
"Siapa yang membuatmu kesal sampai ekspresi wajahmu sekesal itu?" tanya Mas Irsyad yang tanpa sengaja melihat ekspresiku menekan keyboard."Hamdan.""Boleh tidak, jika aku memintamu untuk memblokir nomornya agar kau dan dia tidak lagi saling berhubungan?""Kalau untuk perhubungan khusus antara laki-laki dan perempuan itu tidak lagi, Mas. paling-paling yang aku bicarakan hanya tentang anak-anak dan keadaan mereka.""Kalau Hamdan ingin menemui anak-anakmu dia bisa langsung mendatangi rumah," balas Mas Irsyad."Dia harus datang dengan cara mengabariku terlebih dahulu agar situasi nyaman untuk semua orang, aku juga tidak mau dikunjungi di saat waktu yang tidak tepat." Aku tersenyum sambil menghampiri suami dan menepuk pelan pundaknya."Aku hanya risih, Bund.""Serisih diriku pada Mantan istrimu, dia cukup agresif," balasku tertawa kecil."Seagresif apapun, selagi aku tak menanggapinya, kau tak perlu khawatir. Andai aku masih mencintainya maka tak akan kunikahi kau Bunda," balas suamiku de
Entah apa reaksi Maura mendapatkan pesan pesan yang diteruskan dari kiriman suaminya padaku. Pesan betapa menyesal dan merindunya dia pada wanita yang sudah jadi istri orang lain. Aku sudah bisa membayangkan betapa panasnya perasan dan amarah wanita muda itu pasti akan membuncah.Harusnya dia yang sedang hamil dibahagiakan tapi wanita itu mendapatkan ujian yang lebih pahit setelah merebut suamiku dan mengandung anak Hamdan. Tuhan memang selalu adil dan punya cara sendiri untuk membalas seseorang.Tak habis pikir diri ini mengapa Mas Hamdan begitu putus asa dan terobsesi padahal dia sendiri sudah punya istri yang lebih cantik dan menggairahkan dibanding aku yang sudah ditinggalkannya. Andai kugunakan sikap jahat, akan kuberi dia pelajaran dengan memberi tahu sifatnya pada keluarganya, akan ku ungkap semua pesan-pesan yang dia kirimkan agar pria itu malu dan tahu rasa.Tapi entah kenapa aku selalu memberinya pengampunan dan memaklumi, harusnya aku tak selembut itu. Harusnya aku membabat
Seperti janjiiku di pesan kemarin, maka hari ini kuputuskan untuk pergi menemui mantan ibu mertua yang berhati lembut dan bijaksana. Kukendarai motor lalu memarkirkannya di dalam halaman rumah mertua yang cukup luas dan besar.Kulangkahkan kaki menuju pintu utama lalu mengetuknya, ucapkan salam sebelum masuk ketika ibu mertua terdengar menjawab salamku."Aisyah akhirnya kamu datang juga,", ucapnya dengan senyumgembira."Iya, Bu." Kusalami tangannya dan kucium kedua pipi kanan dan kirinya."Ayahmu sedang pergi ke luar bersama Hamid, duduklah ibu akan ambilkan minum," pintanya dengan ramah."Tidak usah ambil minum, Aisyah tidak akan lama lama, cuma mau bicara sebentar saja, Bu.""Baiklah," jawabnya dengan wajah maklum dan dia segera duduk di dekatku."Ira sudah memberi tahu masalah yang kau alami dengan Hamdan, Ibu benar benar menyesal atas hal itu.""Mas Hamdan, terus meneror dan menggangguku, Bu. Aku benar benar tak nyaman dan malu pada suamiku, kadang mas Hamdan datang sembarang wakt
"sebenarnya aku membuat sebuh masalah Mas." Begitu ucapku ketika kami sedang berbaring berdua di peraduan."Jadi itu kah yang membuat dirimu terlihat resah dan lesu?""Uh-humm," gumamku."Apa masalahnya?" Pria itu mendekat lalu merangkul tubuhku."Kamu tahu sendiri kan kalau Hamdan selalu mengirimkan pesan dan menggangguku, dia bilang masih cinta dan ingin kembali ....""Ya, lalu kenapa?""Aku sudah meneruskan pesan itu kepada istri dan keluarganya agar semua orang tahu dan bisa mencegah perbuatan Mas Hamdan, minimal bisa menyadarkannya," desahku."Ya, apa yang kau lakukan itu mungkin tidak terlalu salah," jawab Mas Irsyad."Tapi Hamdan sangat murka dan mengancamku, dia bilang akan menghancurkan rumah tanggaku, sebagaimana aku menghancurkan dirinya.""Tidak akan ada yang menggoyahkan kita selagi kita sendiri sadar bahwa para pengganggu itu hanya ingin kita berpisah. Aku pribadi tidak akan terpengaruh, kecuali kau istriku, kau bisa saja terpengaruh kan?""Tidak, aku tidak akan terpenga
"Pastikan kalian sudah menguji kualitas sayuran dan bumbu yang akan kalian kirimkan ke kota. Semuanya harus kualitas terbaik karena akan digunakan untuk menjamu tamu di restoran," perintahku pada para pekerja yang sedang membungkus sayur dengan plastik."Iya, Bu.""Kirimkan juga pepaya segar, mentimun, melon dan semangka yang terbaik.""Siap.""Terima kasih semuanya."Baru saja kubalikkan badan tiba tiba Mas Hamdan datang dan langsung membeliak padaku."Setelah kau nikmati rumah yang kubangun dengannya, kini kau juga gunakan isi kebun ini untuk mendukung usaha suamimu, kau benar benar lancang.""Lalu apa maumu?!" tanyaku, "sekarang akulah yang bertanggung jawab atas modal dan pengelolaan kebun ini, memangnya kenapa kalau di pasok ke restoran Mas Irsyad bukankah itu juga bisnis?""Rugi atau untungnya tidak akan kau perhitungkan, Bodoh. Pria itu makin untung karena pengeluaran restorannya berkurang, pundi pundi rupiahnya makin bertambah sementara kamu hanya dapat sedikit uang belanja,"