Share

Bab 21 Tiga Jadi Dua

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 11:00:14

“Kamu sudah siuman?” tanya Damar.

Aina mengerjapkan mata sambil mengedarkan sekeliling. Ia sudah terbaring di atas brankar bersebelahan dengan Zafran. Ada Damar yang duduk di sampingnya menatap penuh gelisah.

Aina tersenyum sambil menganggukkan kepala. Perlahan Aina menggerakkan tubuhnya seakan hendak bangun dari tempat tidurnya.

“Kamu mau ke mana?” Kembali Damar bertanya.

Ia sudah berdiri dan mencegah Aina bangun dari tidurnya.

“Aku baik-baik saja, Damar. Aku … aku ingin turun. Aku tidak suka berbaring seperti ini.”

Damar menarik napas panjang sambil menggelengkan kepala. Kemudian berjalan ke ujung ranjang dan memutar pengait pengatur posisi ranjang di sana.

“Sudah lebih baik?”

Aina urung turun dari brankar dan hanya mengangguk usai posisi ranjangnya diubah Damar.

“Kamu sedang hamil, Aina?” Kembali Damar mengajukan pertanyaan.

Aina terdiam, menata

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 22 Damar Baru Tahu

    “Iya, benar, Pak. Bapak sedang honeymoon bersama Bu Wulan,” ujar Susi.Damar semakin tercengang kaget mendengar penjelasan sekretaris Fakhri itu.“Wulan? Wulan mantan pacar Fakhri saat SMA?”Susi hanya diam sambil mengendikkan bahu. “Saya tidak tahu, Pak. Yang pasti Bapak memang baru saja menikah lagi awal bulan ini dengan Bu Wulan dan tadi malam mereka berangkat honeymoon. Kemungkinan mereka akan di sana tiga minggu.”Damar hanya diam, rahangnya menegang, matanya menyalang marah dan tangannya sudah mengepal seakan sedang menahan amarah.“Kenapa tidak ada yang memberitahu saya jika Fakhri menikah lagi?” geram Damar.Susi hanya diam sambil menatap Damar dengan bingung.“Eh … sebenarnya pernikahan kedua Bapak dilangsungkan dengan mewah, Pak. Bahkan hampir mengundang semua kolega dan semua karyawan di sini tahu.”“APA!!!” Kembali Damar terkejut mendenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 23 Dua Pria Satu cinta

    “Kamu mengizinkannya? Kamu mengizinkan Fakhri poligami?” tanya Damar.“IYA!! Iya, aku mengizinkannya.”Aina bersuara sangat keras dengan beberapa buliran air mata yang mengalir membasahi pipinya. Damar tertegun menatapnya, dia mengatupkan bibir dan tak bisa berkata-kata lagi. Sementara Aina sudah menunduk sambil menyeka air mata dengan punggung tangannya.“Kamu tidak perlu tanya alasannya apa, yang pasti aku dan Mas Fakhri sudah memikirkan dalam-dalam tentang ini,” imbuh Aina.Damar masih membisu hanya sesekali ia melirik Aina. Ia tidak habis pikir pernikahan sepupunya yang adem anyem, penuh rasa cinta dan saling menyayangi satu sama lain harus berubah dengan kedatangan orang ketiga. Damar yakin ada alasan yang sangat kuat dan sayangnya Aina menyembunyikan semua itu darinya.“Aku baik-baik saja kalau kamu mau bertanya tentang keadaanku. Hubunganku dengan Mas Fakhri juga baik. Mungkin kami hanya butuh penyes

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 24 Perlahan Melepasmu

    “SIALAN!!! BERENGSEK!! Apa maksudnya dia kirim pesan seperti ini?” maki Fakhri.Ia sangat kesal dan langsung menonaktifkan ponselnya lagi. Fakhri mendengkus sambil meraup wajahnya. Wajahnya yang putih langsung merah padam usai membaca pesan Damar tadi.“Jangan-jangan Aina yang cerita. Bukankah mereka ada hubungan kerja sekarang?”Fakhri geram, tangannya mengepal sambil sesekali memukul pahanya sendiri.“Dasar tukang selingkuh, pengadu. Mau cari dukungan, kalau yang dia lakukan itu benar dan aku yang salah. Dasar sialan!!!”“Mas!! Kamu ngapain? Kok ngomel-ngomel gak jelas gitu, sih.” Tiba-tiba Wulan menghampiri Fakhri dengan tatapan penuh tanya.Fakhri langsung terdiam sambil sibuk mengatur napasnya. Wulan tersenyum kemudian duduk di depan Fakhri.“Ada apa? Apa urusan kerjaan lagi? Dari tadi aku ngelihat kamu sewot mulu.”Fakhri tidak menjawab hanya menunduk sambil meli

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 25 Kedatangan Sang Mertua

    “Ibu … ,” desis Aina lirih.Ia sangat terkejut saat melihat Bu Rahma, mertuanya tiba-tiba datang ke rumah sakit. Wanita paruh baya yang terlihat masih cantik itu hanya tersenyum datar sembari menatap Aina. Bu Rahma kini mengalihkan pandangannya ke Damar yang berdiri di sebelah Aina.“Kamu di sini juga, Damar? Sejak kapan kamu pulang dari luar negeri?” Alih-alih menjawab sapa Aina, Bu Rahma malah sibuk bertanya ke Damar.“Sudah hampir sebulan. Apa kabar, Tante?”Damar mengulurkan tangan dan menjabat tangan Bu Rahma kemudian mencium punggung tangannya. Bu Rahma hanya tersenyum sekilas sambil menganggukkan kepala kemudian kembali memperhatikan Aina.Damar seakan tahu jika ada yang hendak dibicarakan oleh dua wanita beda generasi ini. Ia bergegas pamit dan bersama Zafran pergi ke kantin. Sementara Aina dan Bu Rahma memilih duduk di taman. Untung saja cuaca hari ini tidak terlalu terik sehingga cukup nyaman dud

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 26 Sang Pelipur Lara

    “Kamu baik-baik saja?” tanya Damar.Damar dan Zafran sudah menghampiri Aina di taman saat melihat Bu Rahma berlalu pergi tadi. Aina tersenyum menganggukkan kepala sambil mengelus kepala Zafran. Zafran tersenyum meringis memperlihatkan gigi susunya.“Bunda, Om Damar janji akhir pekan ini mau ajak Zafran ke kebun binatang. Boleh ya, Bunda?”Aina hanya diam, menatap Zafran kemudian melihat ke arah Damar. Damar tersenyum manis sambil menganggukkan kepala.“Kebetulan akhir pekan ini aku senggang, Aina. Kalau kamu tidak keberatan boleh gabung juga dengan kami. Iya kan, Zafran?”Zafran mengangguk dan kembali memperlihatkan senyum gigi susunya.“Lalu … aku terus menunda menggarap program untukmu begitu?”Damar tersenyum datar. Ia sudah menduga kalau Aina akan menolaknya.“Ya … apa salahnya menunda satu hari saja.”Aina tersenyum dan menggelengkan kepala.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 27 Antara Gosip dan Sakit

    “Tidak!! Tidak mungkin!!” geram Fakhri.Ia sudah meletakkan ponsel Wulan kembali ke tempatnya dan memilih berjalan menuju balkon. Fakhri duduk diam sambil mengamati lalu lalang orang di luar sana. Sementara benaknya sibuk melayang ke mana-mana.“Apa yang dilakukan Aina dan Damar? Apa benar mereka sedang terlibat hubungan kerja? Atau jangan-jangan Damar tahu tentang pernikahan poligamiku lalu mencoba mencari kesempatan mendekati Aina? Tidak, tidak. Damar tidak akan seperti itu.” Fakhri sibuk bermonolog dalam hati.Wulan yang baru saja keluar dari kamar mandi tampak terkejut melihat Fakhri sedang melamun di balkon.“Mas ... jadi perginya?” tanya Wulan.Fakhri menoleh, mendengkus sambil menganggukkan kepala.“Iya, kamu sudah siap?”Wulan mengangguk, tersenyum lebar sambil memutar tubuhnya di depan Fakhri. Fakhri hanya diam mengamati penampilan istrinya. Kali ini Wulan mengenakan dress hitam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 28 Tak Bisa Terganti

    “Apa maksud Ibu?” tanya Aina.Ia benar-benar terkejut saat Bu Wati tiba-tiba bertanya tidak sopan seperti itu. Bu Wati hanya tersenyum menyeringai menatap Aina dengan sinis. Sementara Aina balas menatapnya tak kalah sengit. Selama ini tidak ada tetangganya yang mau tahu urusan rumah tangganya, hanya satu orang ini saja yang selalu sibuk mencari tahu.“Alah … pakai menyangkal segala. Udah ngaku aja, Mbak kalau itu ayahnya Zafran.”Dengan seenaknya Bu Wati kembali berkomentar. Aina berdecak menggelengkan kepala sambil menatap penuh amarah ke wanita paruh baya di depannya ini.“Dengar ya, Bu!! Jangan asal bicara!! Saya bisa menuntut Ibu balik dan melaporkan sebagai pencemaran nama baik.”Seketika terlihat kepanikan di wajah Bu Wati. Ia tidak menduga Aina yang dikenal lemah lembut dan penuh sopan santun akan bicara seperti itu.“Apa maksudnya? Saya … saya kan cuman ngomong aja. Kenapa harus

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 29 Aku Bisa Tanpamu

    “Iya, ada apa, Mas?” sapa Aina.Ia tersenyum saat menyapa lebih dulu di ponsel. Meski perlakuan Fakhri sebelumnya membuat Aina sakit hati, tapi dia tidak mau menunjukkan kebenciannya di depan Zafran.“Mas … .” Suara Aina kembali memanggil karena tidak ada sahutan di seberang sana.Zafran yang duduk di sampingnya mendongak dengan mata penuh selidik. Aina tersenyum, mengurai pelukannya kemudian bangkit berdiri. Bisa jadi sinyal ponselnya kurang baik sehingga membuat komunikasinya tersendat, ditambah saat ini suaminya sedang berada di belahan bumi yang jauh.Aina memilih keluar dari kamar Zafran dan kembali ke kamarnya. Siapa tahu dengan begitu, sinyal di ponselnya lebih baik.“Mas … .” Sekali lagi Aina memanggil dan berharap ada balasan suara Fakhri di seberang sana.Namun, alih-alih suara Fakhri malah terdengar suara cempreng wanita yang sangat dikenal Aina.“Hmm … jadi kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 80 Pernyataan Damar

    Aina berjengit kaget melihat ulah Damar. Namun, tentu saja ia berusaha menyembunyikan reaksinya. Ia tidak mau semua orang yang ada di sana tahu ulah Damar. Bahkan dengan pelan Aina menarik tangannya dari genggaman Damar. Sayangnya, pria manis ini terlalu erat memegang tangannya. Untung saja prosesi makan sudah selesai sehingga tidak membuat Aina kesulitan.Selang beberapa saat mereka sudah berpamitan. Aina tampak diam selama di dalam lift. Damar sudah tidak memegang tangannya lagi dan terlihat terus menatap Aina. Memang hanya mereka berdua di dalam lift kali ini.“Kamu marah padaku, Aina?” tanya Damar.Aina menghela napas sambil mendongak menatap Damar. Tidak disangka pria manis itu sedang tertegun menatapnya.“Iya,” jawab Aina dengan lugas.Damar menarik napas sambil memalingkan wajah. Ia tahu ulahnya tadi tidak sopan dan mungkin bisa dikatakan kurang ajar. Namun, Damar punya alasan sendiri melakukannya.“Aku h

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 79 Dua Pria yang Menggoda

    “Hmmppff … . Mas, lepasin!!” pinta Aina.Ia tergesa mendorong dada Fakhri sambil mengurai pagutannya. Aina takut ada yang melihat ulah mereka. Fakhri menurut dan melepaskan Aina begitu saja. Mereka masih di dalam lift dan belum beranjak sedikit pun. Fakhri memang menahan liftnya agar tidak berjalan dan tidak membuka pintu. Untung saja ada dua lift di gedung ini, kalau tidak pasti banyak orang yang kebingungan karena ulah Fakhri.“Kamu ngapain ke sini?” Kembali Aina bertanya.Fakhri tersenyum sambil menyeka bibirnya. Ada bekas lipstik Aina menempel di sana.“Sudah kubilang aku ingin bertemu kamu. Aku kangen, Aina.”Aina diam membisu. Hanya matanya kini yang menatap Fakhri dengan tajam. Padahal semalam sikap Fakhri yang penurut membuat Aina kesal. Bahkan Aina sempat berpikir akan meneruskan proses gugatan cerainya saja. Namun, kehadiran Fakhri dan sikapnya kali ini benar-benar membuat Aina berubah pikiran la

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 78 Hati yang Gundah

    Fakhri terdiam, matanya berkilatan menatap Wulan. Terlihat ada amarah yang tersimpan di sana, sayangnya Fakhri tidak meluapkannya kali ini. Dengan lambat, dia kembali duduk di sebelah Wulan. Wulan tersenyum lebar sambil menganggukkan kepala.“Nah, gitu, dong!!” ujar Wulan kesenangan.Fakhri tidak mempedulikan Wulan bahkan matanya terus melihat sinis ke wanita cantik berkulit putih ini. Wulan tidak peduli dengan reaksi Fakhri, yang penting dia sangat senang hari ini.Sementara itu Aina sudah meninggalkan gerai fastfood tersebut bersama Zafran. Bahkan dia sengaja jalan memutar tanpa mau melewati jendela tempat Wulan dan Fakhri duduk saat ini. Dia tidak mau Zafran melihat ayahnya bersama Wulan. Aina takut, Zafran akan mengajukan banyak pertanyaan seperti dulu lagi.“Bunda, lain kali kalau ke sini kita ajak Ayah, ya?” ujar Zafran di tengah perjalanan.Mereka sudah di dalam mobil menuju pulang. Aina yang mengemudi hanya menganggu

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 77 Madu yang Egois

    “WULAN!!” seru Aina.Ia langsung bangkit dan berdiri di samping Wulan. Wajah Aina tampak tegang kali ini. Selama ini dia tidak masalah jika Fakhri atau Wulan menyakitinya, tapi jangan Zafran. Dia masih kecil, tidak tahu apa-apa dan tidak seharusnya menanggung kesalahan orang tuanya.Wulan terkekeh melihat ulah Aina. Ia melipat tangan di depan dada sambil menatap Aina dengan penuh ejekan. Aina hanya diam, dadanya kembang kempis dengan bahu naik turun mengolah udara. Ulah madunya ini memang sudah keterlaluan dan Aina tidak akan mentolerir jika Wulan menyakiti Zafran.“Ada apa, Bunda?” Tiba-tiba Zafran sudah mendekat dan berdiri di depan mereka. Wajahnya tampak bingung melihat Aina dan Wulan bergantian.Aina tersenyum, mengelus wajah Zafran dengan lembut kemudian bersuara, “Gak papa. Zafran main lagi sana. Setengah jam lagi kita pulang, ya!!”Zafran tersenyum, rambutnya yang lurus menutupi sebagian matanya dan terli

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 76 Madu yang Beracun

    “Eng … apa kamu tidak sibuk, Damar?” ujar Aina.Sebenarnya ingin sekali Aina menolak, tapi dia juga bingung harus mengatakan kalimat apa sebagai bentuk penolakannya. Damar terlalu banyak membantunya dan dia tidak enak sendiri. Damar tersenyum menatap Aina dengan sendu.“Sepertinya kamu yang keberatan jika aku ikut. Apa kamu takut Fakhri?”Seketika Aina tercengang. Mata indahnya membola menatap Damar kemudian terdiam untuk beberapa saat. Damar menarik napas panjang sambil menganggukkan kepala.“Oke, baiklah. Aku tidak akan memaksa. Aku ---”“Boleh. Kamu boleh ikut, kok.” Tiba-tiba Aina memotong kalimat Damar dan bodohnya malah mengizinkan pria manis itu untuk ikut serta bersamanya nanti.Damar tersenyum lebar sambil menggelengkan kepala kemudian berjalan menghampiri Aina dan menepuk bahunya berulang.“Enggak. Aku gak ikut. Aku gak akan mempersulitmu, Aina.”Aina terdiam, entah mengapa ada rasa lega tiba-tiba menyusur relung hatinya. Ia bersyukur Damar sangat pengertian padanya. Damar su

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 75 Damai Sejenak

    “Apa Wulan tahu jika kamu ke sini?” tanya Aina.Kali ini mereka sudah tidur bersebelahan dengan tangan Fakhri yang tak lepas memeluk Aina. Fakhri tidak menjawab hanya diam sambil mempererat pelukannya. Aina mendongak dan melihat suaminya sedang melamun.“Mas … .”Fakhri langsung tersenyum, mengelus lembut lengan Aina sambil sesekali mendaratkan sebuah kecupan di kening Aina.“Wulan sedang tidur saat aku keluar tadi. Nanti sebentar lagi aku akan kembali.” Fakhri akhirnya bersuara dan ucapannya membuat Aina tenang.“Oh ya, apa kata Dokter tadi? Apa dia baik-baik saja?” Kini Fakhri mengalihkan topik pembicaraan dan tangannya sudah mengelus lembut perut Aina.Aina tersenyum sambil mengangguk. “Semua baik saja kok, Mas. Dia tumbuh dengan sempurna.”Fakhri tersenyum lega, tapi matanya masih tertuju ke perut Aina. Sesekali Fakhri mengelus lembut, menggerakkan tangannya memuta

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 74 Aku Yakin Kamu Bisa

    “Aina … Sayang. Aku … aku bisa jelaskan ini,” ucap Fakhri.Entah mengapa pria tampan itu terlihat gugup saat bertemu dengan Aina. Bisa jadi dia merasa bersalah karena sudah mengikari janjinya untuk mengantar Aina kontrol kehamilan hari ini. Sementara Aina hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Aku tahu kok, Mas. Pasti Wulan sedang hamil juga, kan?”Fakhri terdiam. Jakunnya naik turun, tapi matanya tetap fokus menatap wanita cantik di depannya. Banyak kata yang ingin diucapkan Fakhri, tapi entah mengapa lidahnya terasa kelu. Aina menyadari keadaan canggung ini. Pasti kini mereka sudah menjadi perhatian banyak orang dan Aina tidak mau membuat keadaan makin runyam.“Aku pulang dulu, ya!! Permisi.”Tanpa menunggu jawaban dari Fakhri maupun Wulan, Aina langsung berlalu pergi begitu saja. Sementara Fakhri hanya diam bergeming di tempatnya. Namun, matanya tak lepas sedikit pun dari punggung wanita c

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 73 Tak Siap Berbagi

    “AINA!! Kamu masih di sini?” tanya Damar.Aina sangat terkejut saat melihat Damar menghampirinya di lobby. Aina hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Apa Fakhri belum menjemputmu?” Kembali Damar bertanya. Aina tersenyum sambil menggeleng.“Eng … belum datang. Mas Fakhri masih perjalanan. Mungkin terjebak macet.” Aina terpaksa berkata bohong kali ini.Damar terdiam dan mengawasi Aina beberapa saat. Aina buru-buru menghindar. Ia tidak mau Damar tahu jika dia sedang menunggu Fakhri. Aina sendiri tidak tahu Fakhri di mana bahkan ponselnya sudah tidak bisa dihubungi kali ini.“Kalau kamu tidak keberatan, aku antar, ya?”Sontak Aina terbelalak dan spontan menggelengkan kepala dengan cepat.“Gak usah. Mas Fakhri udah jalan, kok. Pasti sebentar lagi akan tiba.”Damar menghela napas panjang sambil menatap Aina dengan sudut matanya.“Ya sudah kalau be

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 72 Adil atau Berat Sebelah?

    “Damar, hari ini aku izin pulang cepat, ya?” pinta Aina pagi itu.Dua hari berselang usai berita kehamilan Wulan dan hari ini Aina sengaja menemui Damar di ruangannya untuk izin pulang cepat.Damar hanya diam menatap Aina dengan kedua alis yang mengernyit. Kemudian tak lama Damar sudah bersuara.“Memangnya kamu mau ke mana? Apa ada keperluan mendesak, Aina?”Aina tersenyum, matanya kini tertuju kepada perutnya. Damar ikut memperhatikan dan refleks tersenyum mengikuti Aina.“Kamu mau kontrol kehamilan?” tebak Damar kemudian.“Iya. Kebetulan aku dapat nomor awal dan jam setengah enam harus di sana. Takutnya kalau aku tidak pulang lebih cepat malah kemalaman sampai sana.”Damar manggut-manggut mendengar penjelasan Aina. Sebuah senyuman sudah tersungging di wajah pria manis itu.“Iya, aku izinkan. Apa perlu aku antar juga?”Aina dengan cepat menggelengkan kepala. Ta

DMCA.com Protection Status