Suasana kamar yang remang hanya bercahayakan lampu tidur memenuhi pandangan matanya.Kemudian pandangannya beralih pada ranjang di mana istrinya sedang duduk sambil menatapnya tajam.“Belum tidur, sayang?” tanya Rendra basa-basi seraya meletakan tas dia atas meja kemudian membuka kancing kemejanya.“Kenapa pulang?” bukannya menjawab, Aura malah melontarkan pertanyaan bernada dingin.“Maksudnya?” Rendra mengembalikan pertanyaan Aura dengan kening mengkerut karena tidak mengerti akan maksud dari pertanyaan istrinya.“Kenapa enggak nginep di rumah sakit lagi? Abang lebih suka nginep di rumah sakit ‘kan karena ada kak Alisha di sana!” Nada tinggi dan ketus itu mengudara, terlontar dari mulut Aura.Tatapan matanya seolah ingin menerkam Rendra hidup-hidup.Rendra memejamkan mata, menghirup udara kemudian menghembuskan perlahan mencoba mencari kesabaran karena tangannya sudah mengepal dan rahang lelaki itu mengetat akibat dari rasa kesal tidak terima mendapat tuduhan yang tidak-tida
Bila saja Aura bisa mengendalikan mulut dan sikapnya yang telah dipengaruhi pikiran buruk, mungkin Rendra tidak akan semarah ini.Atau andaikan saja Rendra memeluk Aura kemudian menjelaskan kalau tidak ada hubungan apa-apa antara dirinya dengan Alisha selain sebagai saudara angkat lalu meyakinkan istrinya yang sedang diliputi amarah dengan penuh sayang, mungkin emosi Aura tidak akan membuncah seperti itu.Ke mana Aura yang pengertian, lemah lembut dan selalu berpikiran positif juga suka mengalah?Ke mana perginya sifat Rendra yang sangat mencintai Aura hingga bersedia menukar nyawanya untuk sang istri kesayangan?Kenapa kini keduanya seolah kompak bersikap egois dan tidak ingin saling mengerti dengan keadaan satu sama lain.Rendra menatap macbook yang tersambung dengan CCTV di rumah.Selama satu jam dia melihat Aura duduk di meja makan dengan tatapan kosong menatap halaman belakang tanpa menyentuh sarapannya.Rendra mengesah frustasi, khawatir dengan keadaan mental sang istri.
Semenjak taxi yang dipesan Rahma membawa Aura keluar dari pelataran parkir restoran mewah itu, tangis Aura seolah enggan berhenti.Air matanya tidak berhenti mengalir meski dia sendiri telah mencoba menenangkan perasaan dan menerima dengan ikhlas bahwa Rendra sedang sibuk.Niat lelaki itu yang mengajaknya makan malam untuk memperbaiki hubungan sudah patut diacungin jempol bahkan sampai membelikan bunga, coklat dan juga gaun indah berharga fantastis.Meski harus berakhir dengan kekecewaan karena lelaki itu tidak bisa menepati janji lantaran tertahan beban yang sedang dipikulnya, setidaknya Rendra telah berusaha dan Aura sangat menghargainya.Dia akan menunggu suaminya di rumah setelah semua pekerjaan itu selesai.Aura berjanji tidak akan memperlihatkan wajah masam lagi di depan Rendra dan senyumnya akan terkembang walau hatinya menjerit.Dia harus menerima kesibukan sang suami seperti yang juga pernah grandpa wasiatkan kepadanya.Entah karena matanya yang lelah dampak dari memer
Duka kembali meliputi keluarga besar Gunadhya, setelah kepergian Bapak Rony beberapa tahun lalu kini orang yang paling di tuakan yang merupakan pemimpin tertinggi di AG Group telah berpulang untuk selama-lamanya.Tidak ada lagi nasehatnya yang bisa menenangkan, tidak ada lagi arahannya yang bisa memajukan.Tidak ada lagi senyuman hangat penuh kasih sayang yang akan mereka dapatkan setelah kepergian pria penuh kharisma itu.Aura tidak berhenti meneteskan air mata, terselip rasa bersalah di dalam hatinya.Grandpa mengalami kritis setelah mendengar dia mengucapkan kata menyerah kepada hubungannya dengan Rendra sementara almarhum menginginkan Aura bertahan.Apa dirinya ikut andil dalam kepergian grandpa?Suara tangis keluarga tidak berhenti menggaung mulai dari rumah sakit hingga rumah duka.Tenda telah berdiri memanjang di halaman rumah grandpa.Depan jalan rumah di padati oleh mobil-mobil mewah milik kerabat juga klien yang masih tidak percaya dengan kepergian beliau.Hatinya y
Aura duduk di kursi taman halaman belakang sambil menikmati sinar matahari pagi.Kepalanya menengadah menatap langit biru dengan sedikit awan yang menghiasi.Beberapa minggu berlalu tapi hubungannya dengan Rendra tidak kunjung membaik.Bahkan mereka semakin jauh dan sudah beberapa hari ini tidak bertemu.Elgi pernah memberi kabar kalau Rendra sedang bertemu klien di Luar Negri.Beberapa hari lalu juga sebuah pesan masuk mengabarkan bahwa suaminya sedang berada di luar kota.Aura berusaha tidak peduli namun tidak bisa dipungkiri kalau hatinya sakit karena sepertinya Rendra malah baik-baik saja seakan nyaman dengan renggangnya hubungan mereka.Rendra sudah tidak pernah lagi mengiriminya bunga setiap hari Kamis.Semakin hari keduanya semakin jauh dan Aura semakin terpuruk hingga tidak dapat merasakan nikmat lagi pada lidahnya ketika menyantap makanan.Malam harinya Aura terbangun ketika lampu di kamarnya menyala terang benderang.Sosok suaminya berjalan mendekat ke arah ranjang
“Pak, Ibu belum pulang ...,” kata pak Wawan-sekuriti di rumah Rendra.Lelaki itu tampak khawatir, lebih tepatnya takut Rendra memecatnya karena tidak bisa menjaga Aura dengan baik.Rendra yang baru saja turun dari mobil mengerutkan kening.“Kapan istri saya pergi?” tanya Rendra menuntut.“Tadi pagi Pak, jam sembilan,” jawab pak Wawan cepat.“Pak Rendra, Ibu Aura belum pulang ... tadi bilangnya cuma mau belanja keperluan rumah tangga saja.” Ani yang tergopoh-gopoh keluar dari pintu depan berseru memberitahu.Ekspresi wajahnya pun tidak berbeda dengan pak Wawan, bahkan Ani terlihat pucat pasi.Jelas saja mereka semua panik karena Aura pergi tadi pagi dan saat ini ketika waktu telah menunjukan pukul satu malam, Aura masih belum sampai di rumah.Rendra menghembuskan nafas kasar, sang istri kembali berulah dan jujur dia begitu lelah menghadapinya.“Ya sudah, mungkin menginap di rumah orang tuanya,” balas Rendra malas.Melangkah gontay menuju pintu utama setelah melihat pak Wawan
Setelah mendengar penuturan Elgi yang menyebutkan ada dugaan istrinya pergi menuju Bandara, Rendra langsung berpikir kalau Aura pergi ke London.Meski mustahil karena semua properti di sana telah berpindah tangan dan Aura tidak memiliki tujuan.Hanya Robert dan George yang Aura kenal tapi kakau Aura mengunjungi mereka pasti kedua sahabatnya itu telah memberitahu meskipun Aura meminta untuk merahasiakannya.Namun Rendra tidak yakin jika Aura mengunjungi Maria dan Alvin.Dua sahabat Aura itu pasti tidak akan memberitahunya jika memang benar Aura melarikan diri ke sana.Alfin dan Maria begitu menyayangi Aura dan mereka pasti akan mengikuti keinginan Aura untuk tidak memberitahu keberadaannya.Rendra mengotak-ngatik lagi ponselnya, mencari nama Robert untuk meminta bantuan.Dering ponsel berbunyi memanggil Robert cukup lama hingga terputus karena pria itu tidak menjawab.Rendra mengulanginya kembali dan ketika Rendra akan memutuskannya, terdengar suara dari sebrang sana.“Apa kau
Ponsel di telinga Rendra masih terhubung dengan Robert ketika Tomi memberitahunya kalau kedua orang tua dan mertuanya berada di ruang televisi.“Desak terus Maria dan Alvin, hanya mereka teman Aura dan jika memang Aura ke sana ... Maria dan Alvin pasti merupakan orang pertama yang dikabari Aura,” titah Rendra sambil mengangkat tangan memberi kode kepada Tomi bahwa dirinya sebentar lagi akan keluar menemui para orang tua.Setelah mendapat jawaban ‘Oke’ dari Robert, Rendra memutuskan sambungan telepon kemudian bergegas menemui orang tuanya.Mama berdiri dengan mata menyalang menatapnya, menelan saliva kelat—Rendra menghampiri sang mama untuk memberi kecupan di kening seperti yang selalu dia lakukan.Plak.Satu tamparan, mama layangkan untuk anak kebanggaannya sebelum mami dan papi yang melakukan lebih dulu.“Itu karena kamu nampar menantu kesayangan Mama!” Mama berseru, setelah itu menangis sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangan.Papa menuntun mama duduk lalu memeluknya
Dua bulan kemudian.Rendra melirik arloji di pergelangan tangannya.berwajah masam, pria paruh baya itu berdecak kesal.Dua puluh menit berlalu dan sang putri belum juga tiba di restoran yang telah di janjikan.Rendra dan Aura baru saja tiba di Bandara, bergegas menuju restoran bahkan koper mereka masih berada di dalam mobil.Dua bulan lalu si bungsu menghubungi kalau dia sedang dalam keadaan galau karena seorang lelaki.Rendra tidak tau seperti apa laki-laki yang bisa membuat seorang Kejora galau karena bahkan anak presiden di negaranya pernah menyatakan cinta dan gadis itu tolak mentah-mentah.Belum lagi ketika pertukaran pelajar di negara tetangga sewaktu SMA, Kejora pernah dikejar-kejar anak Sultan.Sempat menjalin kasih selama enak bulan sampai akhirnya dengan tegas Kejora menolak lamaran anak Sultan yang terkenal sangat tampan dengan banyak penghargaan dalam bidang pendidikan dan olah raga hanya karena anak Sultan tersebut terlalu posesif menyukainya.Setiap satu jam se
Seorang gadis buru-buru memasukan laptop ke dalam tas, mata kuliahnya sebentar lagi dimulai tapi dirinya masih berada di dalam coffe shop terlalu asyik melakukan panggilan video bersama keluarganya.Dua kakak kembarnya yang telah menjadi pengusaha sesukses seperti sang ayah tinggal di Vietnam untuk menjalankan perusahaannya di sana.Papa Narendra berhasil menguasai pasar Asia Tenggara, melebarkan sayap hingga ke Negara itu.Maka Kama yang mengambil alih di sana bersama kembarannya yang tidak kalah hebat dalam bisnis.Kalila tumbuh menjadi gadis tangguh, diusianya yang masih muda dia pandai menjerat klien untuk melakukan kesepakatan bisnis dengan perusahaannya dan Kama yang bertindak sebagai pengeksekusi.Sementara Kana dan Kai-adiknya membantu memegang salah satu perusahaan sang ayah di Indonesia.Dan Kejora, si anak bungsu sedang melanjutkan kuliahnya di Jerman.Rendra dan Aura benar-benar mewujudkan keinginan mereka yang ingin memiliki lima anak.Kehidupan keduanya selalu di
Lima Tahun berlalu.“Aura hamil lagi, Bang?” tanya Keanu yang baru saja tiba.Lelaki itu selalu datang terlambat di setiap acara keluarga karena kesibukannya sebagai seorang dokter.Semua keluarga telah berkumpul di Villa papa Andra untuk merayakan tahun baru bersama.Rendra tersenyum sambil menaikan kedua alis berkali-kali sebagai jawaban.“Lo kapan?” tanya Rendra ambigu.“Gue enggak bisa hamil Bang, bini gue yang bisa ... tapi jangankan bini, pacar pun aku tak punya.” Keanu menjawab dengan ekspresi wajah penuh keprihatinan mendramatasir.“Om ... gendong,” kata Kalila seraya mengangkat kedua tangannya yang langsung mendapat sambutan Keanu.Keanu memang menjadi om terfavorit karena lelaki dengan gelar dokter spesialis anak itu paling bisa membuat anak kecil nyaman ketika bersamanya.“Om ... Kana demam ini.” adalah Arkana, adik dari Kalila anak ke tiga Rendra dan Aura yang berkata demikian.Anak laki-laki yang lebih muda hanya satu tahun dari kakak kembarnya-Kama dan Kalila i
Melangkah seringan bulu Rendra mengendap-ngendap memasuki kamarnya.Namun tidak dia dapati sang istri di sana, berpikir mungkin Aura ada di kamar anak-anak mereka lantas membuat langkahnya menaiki anak tangga setelah sebelumnya membersihkan tubuh lalu berganti pakaian.Tangan kekar itu mendorong pintu bercat putih dengan gantungan boneka dari bahan flanel bertuliskan Kama dan Kalila.Sang istri yang sedang menyusui Kama-terlihat dari pakaian berwarna biru yang dikenakan bayi mungil itu, memenuhi pandangan Rendra.“Hai,” sapa Rendra membuat Aura mendongak.“Hai,” balas Aura disertai senyum.Gaun tidur yang dikenakan Aura berbahan satin meski panjang sampai pertengahan betis tapi memiliki belahan hingga paha membuat sang istri terlihat seksi dengan satu kaki menyilang di atas paha satunya.Aura harus menurunkan tali spaghety dari gaun tidur yang dikenakannya karena menyusui, menghasilkan pemandangan indah pundak terbukanya walaupun wanita yang sangat cantik bagi Rendra itu mengena
Semua pamit meninggalkan Rendra dan Aura yang sedang merasakan kebahagiaan kelahiran putra dan putri mereka sekaligus.Rendra tersenyum sambil berjalan ke arah Aura setelah mengantar seluruh anggota keluarganya sampai di pintu.Lelaki itu duduk di sisi ranjang menghadap Aura yang tengah menyandar di bagian kepala ranjang hidrolik yang dibuat tegak.Menatap wajah lelah sang istri yang selalu cantik meski tanpa make up.Rendra meraih kedua tangan Aura kemudian mengecupi sepuluh buku jarinya membuat Aura tertawa pelan.Bola mata bening itu juga menatap Rendra dengan sorot mata hangat penuh sayang.“Makasih,” kata Rendra setelah melepas satu genggaman tangannya kemudian beralih mengelus pipi Aura.“Makasih juga,” balas Aura yang langsung mendapatkan ekspresi wajah penuh tanya dari suaminya.“Karena telah mau jadi suami Aura, menjadi suami yang baik, setia dan sabar ketika Aura khilaf,” sambung Aura menjawab pertanyaan yang ada di benak suaminya.Bagi Aura, suaminya telah banyak berubah da
Satu bayi telah berhasil diangkat dengan penuh kehati-hatian lalu diberikan kepada perawat lain untuk dibersihkan kemudian mendapat pemeriksaan dari dokter anak.Dalam sekejap suara tangis yang begitu kencang membahana di ruang operasi hingga memekakan telinga orang-orang yang berada di dalam ruang tersebut.Mata Rendra menatap makhluk mungil yang sedang mendapat prosedur medis dengan sorot mata haru berlumur kebahagiaan.Mengawasi tanpa jeda setiap gerak-gerik perawat yang sedang membawa bayi hingga Aura harus mengguncang tangan Rendra untuk menanyakan bagaimana kondisi anak mereka.Pandangan Aura yang terhalang kain tentu saja merasa penasaran setelah mendengar tangis bayi yang pecah, bahkan ia merasa khawatir karena bayinya tidak berhenti menangis.“A ... apa dia baik-baik aja?” tanya Aura akhirnya setelah Rendra memusatkan perhatian kembali kepadanya.“Dia baik-baik aja, Anak kita ganteng, kaya Abang,” ucapnya sambil tersenyum jail.Suara tangis kembali terdengar menandakan bila b
Segala fasilitas kemudahan yang dia miliki begitu disyukuri Rendra karena membuatnya hanya beberapa menit saja bisa tiba di atap gedung rumah sakit di mana Aura sedang bersiap melakukan operasi caesar. Rendra mengecek ponselnya lalu dikejutkan dengan banyak pesan dari mama juga keluarga yang lain tapi tidak ada dari Aura membuat kening Rendra berkerut dalam.Langkahnya tidak saja menderap tapi setengah berlari setelah turun dari hellikopter.Dituntun oleh papi yang menunggunya di rooftop, Rendra merasakan jantungnya berdebar kencang.“Aura tadi mengalami kontraksi hebat, tapi dia masih bisa senyum dan ngelawak ... dia selalu gitu, enggak mau bikin semua orang panik atau bersedih,” kata papi dengan nafas tersengal karena beliau pun setengah berlari menuju lift.Rendra mengerti kenapa tidak ada satu pesan pun dari istrinya, Aura memang berubah beberapa bulan terakhir, kembali menjadi Aura yang penurut seperti dulu juga Aura yang tidak ingin merepotkan apalagi membuat orang lain kh
Elgi mendadak resah ketika mendapatkan telepon yang kalau bila istri dari bos besarnya itu tengah dalam perjalanan ke rumah sakit karena mengalami kontraksi pada perutnya.Padahal satu bulan lagi waktu yang dijadwalkan dokter untuk persalinan Aura dengan cara caesar agar bertepatan dengan tanggal ulang tahun pernikahan mereka yang di awali dengan keterpaksaan.Tanggal tersebut diambil untuk mengganti kisah sedih yang kadung tertulis menjadi kisah bahagia kelahiran anak-anak mereka.Selain itu, bulan tersebut memang bertepatan dengan waktunya Aura melahirkan.Sebetulnya bukan saja masalah kapan Aura akan atau harusnya melahirkan tapi juga karena hari ini bertepatan dengan rapat bersama jajaran Direksi.Rapat penting tahunan yang wajib dihadiri Rendra bersama dengan para petinggi perusahaan yang selalu skeptis terhadap kemampuannya menggantikan sang kakek. Jadi bagaimana Elgi mampu mengabarkan kepada Rendra jika istri dari bos-nya itu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit karena
“Baik Pak, sore nanti saya akan menemui klien tersebut ... kirim proposalnya melalui email untuk saya pelajari, sekarang ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya lakukan terlebih dahulu, saya permisi!” Setelah berucap demikian, Rendra menderapkan langkah melewati pintu menuju lift.Pak Sandy di dalam sana terbengong-bengong ria setelah ditinggal Rendra begitu saja.Menghembuskan nafas, pria itu menggelengkan kepala mencari Elgi untuk memaparkan kembali apa yang baru saja dia jelaskan kepada Rendra.Sesampainya di pintu lift, Rendra berpapasan dengan Elgi yang baru saja keluar dari box besi tersebut.“Gi, pinjem motor!” todong Rendra dengan tangan menengadah.Elgi mengerjap, kemudian bergegas mencari kunci motornya yang dia simpan di saku celana tanpa menanyakan untuk apa karena Rendra adalah bosnya.“Temui pak Sandy di dalam, saya pulang dulu sebentar ... istri saya ilang lagi,” ujarnya kemudian masuk ke dalam lift dengan terburu-buru.Elgi menghembuskan nafas berat k