Pagi menjelang, suara kicau burung menjadi alarm alam ketika keduanya masih tertidur pulas dengan posisi saling mendekap erat.Aura mengerjap beberapa kali kemudian membuka matanya yang kini telah bengkak karena memeras air mata semalaman.“Abang! Bangun!! Enggak kerja?” Aura mendongak ketika bertanya demikian.Satu tangan Rendra yang dijadikan bantal oleh Aura dan satunya lagi yang melingkar di pinggangnya semakin mengerat.Membawa Aura masuk semakin dalam ke pelukannya.“Baaaang!” “Hem?” “Udah siang!” “Biarin!!” Rendra menyahut sambil memejamkan mata.Lelaki itu sehari saja ingin bangun siang, otaknya terlalu lelah memikirkan pekerjaan ditambah kelakuan sang istri yang sudah menyita banyak pikirannya.“Kamu kuliah?” lelaki yang masih memejamkan matanya itu bertanya.“Eeemm...bolos aja deh! Sehari aja! Hari ini sekelas sama mereka,” jawab Aura malas.Sudah pasti yang dimaksud mereka oleh Aura adalah Jesica, Lauren dan Briana.“Kalau kamu bolos kapan kuliah kamu kelar?
Cukup jauh perjalanan yang Aura tempuh dengan suami tampannya berada di balik kemudi.Selama perjalanan keduanya hanya diam, Rendra sibuk dengan pikirannya sedangkan Aura memperhatikan suasana dan arsitektur kota London yang jauh berbeda dengan yang ada di negaranya.Mata Aura tidak henti-hentinya berbinar takjub melihat bangunan-bangunan tempo dulu yang masih dipertahankan hingga kini.Sampai akhirnya Rendra menghentikan mobilnya di suatu area parkir.“Turun.” Suara bas itu terdengar datar ketika memerintah Aura untuk turun.Tidak membantah, Aura pun melepas seatbelt kemudian membuka pintu dan segera saja udara sejuk langsung menerpanya.Netra Aura bergerak memandang sekeliling disertai senyum bahagia yang terlukis cantik di wajahnya.Ini kali pertama Rendra mengajak jalan-jalan setelah dua bulan lebih dirinya menginjakan kaki di London.Rendra membawanya ke sebuah taman yang merupakan cagar alam dan taman konservasi seluas sembilan ratus lima puluh lima hektar.“Ra...,” pan
Setelah tadi Rendra membawanya ke sebuah taman dengan pemandangan yang indah, kini Rendra membawanya ke sebuah restoran yang...romantis.Kata itu sepertinya tepat menggambarkan restoran yang baru saja Aura masuki bersama sang suami.Restoran dengan cita rasa Perancis tersebut di masak langsung oleh chef Marceline Marc’s.Selain itu, interior dari restoran yang konon katanya menjadi salah satu restoran yang paling romantis di dunia ini sungguh memanjakan mata karena beratapkan kaca dan langit-langitnya terjuntai bunga rambat yang indah dilengkapi dengan lampu kecil yang membuat suasana menjadi romantis dan hangat.Setelah keduanya diantar pelayan untuk mencari meja yang kosong, wanita dengan pakaian seragam hitam putih dan celemek yang melingkar dipingganya memberikan Rendra dan Aura dua buku menu dengan hardcover berbahan kulit.“Bang,” panggil Aura sambil berbisik namun masih terdengar oleh pelayan membuat bukan hanya Rendra tapi pelayan itu juga melirik Aura.“Pesenin Aura, ap
Selama perjalanan pulang keduanya terdiam hanya mampu bersuara dalam pikiran masing-masing.Sungai Thames menjadi saksi ketika tanpa sengaja bibir mereka bersatu kembali dan Rendra seakan enggan melepas bibir Aura.Kedua tangannya malah membalik tubuh Aura agar bisa melesakan lidahnya lebih leluasa ke dalam sana.Dengan kemampuan yang masih amatir, Aura pun membalas semua perlakuan lembut Rendra pada bibirnya.Sambil memejamkan mata Aura bisa merasakan kalau Rendra menginginkannya, kedua telapak tangan lelaki itu mendekap lebih erat membuat dada mereka merapat.Rendra baru melepaskan pagutan ketika keduanya hampir kehabisan oksigen.Aura menggigit bibir bawah sambil memejamkan mata sekilas tatkala gelenyar asing seperti kupu-kuku beterbangan terasa di perutnya.Saat itu nafas keduanya masih tersengal, udara dingin menghasilkan uap di setiap hembusan nafas lalu setelah itu Rendra menghadiahkan kecupan di kening Aura cukup lama.Orang bilang kecupan di kening itu tanda sayang, t
“Sudah sampai Nyonya....” Suara Jerry membangunkan Aura dari lamunan.Ketika memasuki pelataran parkir kampusnya tadi, ingatan Aura mengenai kejadian di paviliun rumah Alvin datang kembali.Keringat dingin langsung menyerang, telapak tangannya mulai basah.“Jerry...apa setelah mengantarku, kamu akan pulang?” “Tidak Nyonya, saya diperintahkan tuan muda untuk menunggu Nyonya sampai selesai mata kuliah nanti.” “Oke...Thanks Jerry!” Setelah mndapat anggukan dan sebuah senyum dari Jerry, Aura turun dari kabin belakang mobil.Hatinya merasa tenang mengetahui Jerry akan menunggunya. Terlebih perintah tersebut datangnya dari Rendra, ternyata sang suami mengkhawatirkannya.Benarkan dugaan Aura, kalau Rendra telah menyayanginya.Aura mulai melangkah menaiki anak tangga menuju gedung fakultas.Banyak teman-teman satu fakultas Aura yang sedang duduk-duduk di sana.“Aura....” Terdengar suara pria memanggil, membuat Aura menoleh.Mata Aura seketika membulat sempurna dengan tubuh b
“Alvin!” Alvin menoleh ketika mendengar Aura memanggil lalu menghentikan langkahnya.“Ya?” tanyanya seraya membalikan tubuh sempurna menghadap Aura.“Aku belum mengucapkan terimakasih!” Alvin terkekeh. “It's Oke, Aura!” “Bukan hanya yang tadi tapi untuk yang di rumahmu juga! Kalau tidak ada kamu, mungkin aku....”Aura menunduk dengan tangan saling meremat tidak mampu melanjutkan kalimatnya.Kali ini Alvin menghembuskan nafas merasa prihatin, satu tangannya terangkat memegang pundak Aura.“Aku yang minta maaf soal itu, kamu tidak apa-apa,kan?” Alvin bertanya dengan kedua alis terangkat.Aura tersenyum samar kemudian mengangguk lantas menoleh saat Maria merangkul pundaknya.“Ayo kita ke kantin,” ajak Maria sok akrab.Aura mengangguk kemudian pamit kepada Alvin.Selama Maria merangkul pundaknya menuju dinning hall, Aura merasa risih bahkan pundaknya menegang.Maria adalah teman pertama di kampus ini yang menyapa Aura dengan ramah.“Santai saja, aku tidak seperti teman bar
Selang beberapa lama, Aura keluar dari toilet menghampiri Maria bersamaan dengan Jerry yang selesai melakukan panggilan telepon.“Maaf Nyonya, tuan muda meminta Anda datang ke kantor.” Jerry memberitahu.“Ada apa?” tanya Aura sambil mengernyit penuh tanya.“Saya tidak tahu Nyonya.” Jerry berbohong.Padahal tadi Jerry sudah melaporkan kejadian yang dialami sang nyonya kepada tuan muda.“Maria...aku pergi sebentar ya! Nanti jam kedua aku akan kembali, kamu tidak apa ‘kan aku tinggal?” Maria terkekeh. “Aku tidak apa Aura, pergilah! Suami mu membutuhkanmu,” balas Maria sambil mengangkat kedua alisnya berkali, senyum geli pun nampak di wajah Maria membuat Aura mengerti apa maksud perkataan temannya itu.“Aku tidak mungkin melakukannya di kantor suamiku, Maria …,” tukas Aura dengan wajah merona.Aura mengingat kejadian setelah dirinya disiram jus jeruk oleh karyawan Rendra kemudian pria itu membelikannya pakaian baru dan sambil menunggu di ruangannya, mereka malah terlibat aktifita
5 menit kemudian.“Baaaang! Ini baju apaan sih? Masa Aura pake baju cowo kedodoran gini?” Aura bertanya sambil mengerucutkan bibir setelah memakai pakaian yang dibeli Rendra untuknya.“Kenapa memang?” Sang suami bertanya balik dengan sorot mata yang masih fokus menatap MacBook.“Liat dulu!!” Aura berseru sambil menghentakan kakinya kesal.Rendra menoleh, memindai Aura dari atas hingga bawah.“Apa yang salah?” tanya Rendra santai, mengangkat kedua alis.Karena tidak ada sesuatu yang aneh menurut Rendra pada gadis yang sudah dinikahinya selama tiga bulan itu.Aura memakai kemeja flanel lengan panjang berukuran dua kali lebih besar dari size seharusnya dipandankan dengan skiny jeans.Bagian dada dan bokong Aura tertutup sempurna, tidak akan mengundang sesuatu yang bisa membuat lapar mata lelaki ketika memandangnya.“Celananya oke! Tapi masa kemejanya kegedean gini?” balas Aura sambil mengangkat kedua tangannya yang tenggelam dalam lengan kemeja yang kepanjangan.Dengan mengguna