Selang beberapa lama, Aura keluar dari toilet menghampiri Maria bersamaan dengan Jerry yang selesai melakukan panggilan telepon.“Maaf Nyonya, tuan muda meminta Anda datang ke kantor.” Jerry memberitahu.“Ada apa?” tanya Aura sambil mengernyit penuh tanya.“Saya tidak tahu Nyonya.” Jerry berbohong.Padahal tadi Jerry sudah melaporkan kejadian yang dialami sang nyonya kepada tuan muda.“Maria...aku pergi sebentar ya! Nanti jam kedua aku akan kembali, kamu tidak apa ‘kan aku tinggal?” Maria terkekeh. “Aku tidak apa Aura, pergilah! Suami mu membutuhkanmu,” balas Maria sambil mengangkat kedua alisnya berkali, senyum geli pun nampak di wajah Maria membuat Aura mengerti apa maksud perkataan temannya itu.“Aku tidak mungkin melakukannya di kantor suamiku, Maria …,” tukas Aura dengan wajah merona.Aura mengingat kejadian setelah dirinya disiram jus jeruk oleh karyawan Rendra kemudian pria itu membelikannya pakaian baru dan sambil menunggu di ruangannya, mereka malah terlibat aktifita
5 menit kemudian.“Baaaang! Ini baju apaan sih? Masa Aura pake baju cowo kedodoran gini?” Aura bertanya sambil mengerucutkan bibir setelah memakai pakaian yang dibeli Rendra untuknya.“Kenapa memang?” Sang suami bertanya balik dengan sorot mata yang masih fokus menatap MacBook.“Liat dulu!!” Aura berseru sambil menghentakan kakinya kesal.Rendra menoleh, memindai Aura dari atas hingga bawah.“Apa yang salah?” tanya Rendra santai, mengangkat kedua alis.Karena tidak ada sesuatu yang aneh menurut Rendra pada gadis yang sudah dinikahinya selama tiga bulan itu.Aura memakai kemeja flanel lengan panjang berukuran dua kali lebih besar dari size seharusnya dipandankan dengan skiny jeans.Bagian dada dan bokong Aura tertutup sempurna, tidak akan mengundang sesuatu yang bisa membuat lapar mata lelaki ketika memandangnya.“Celananya oke! Tapi masa kemejanya kegedean gini?” balas Aura sambil mengangkat kedua tangannya yang tenggelam dalam lengan kemeja yang kepanjangan.Dengan mengguna
“Buru-buru sekali, mau ke mana?” George menghampiri Rendra yang sedang menunggu lift terbuka.“Pulang, kamu?” jawab Rendra diakhiri pertanyaan.“Kita mau ke club, kamu ikut?” sambar Robert yang baru saja tiba diikuti Patricia.Rendra menggelengkan kepala. “Ada yang harus aku kerjakan di rumah.” Rendra menolak secara halus seraya mengangkat tas yang di jinjingnya.“Kerjaan kantor atau kerjaan rumah?” sindir George membuat Robert tergelak.“Aku mengerti! Kalian masih pengantin baru, ambil lah cuti dan pergi honeymoon.” Robert memberi saran.Ting...Setelah pintu lift terbuka, mereka berempat masuk ke dalamnya.“Itu gampang, bisa nanti saja!Pekerjaanku tidak bisa ditinggal,” balas Rendra beralasan, masih melanjutkan obrolan mereka tadi.Alasan yang menurut George dan Robert tidak masuk akal membuat mereka berdua mendengus kemudian melengkungkan bibirnya ke bawah meledek Rendra namun lelaki itu tidak ingin menanggapi malah tersenyum membalas godaan kedua sahabatnya.“Aku duluan!
Hening, adalah suasana yang terjadi ketika makan malam.Setelah Aura tertangkap basah oleh suaminya saat sedang menyanyikan lagu tentang jatuh cinta yang begitu merdu, Aura langsung menyelesaikan acara masak secepat kilat dengan perasaan malu luar biasa yang hingga saat ini gadis itu lebih memilih diam meski beberapa kali Rendra menggodanya.Rendra tidak bisa menahan tawanya lagi, tepat di depan Aura, bibir Rendra membentuk satu garis senyum.Beruntung sedari tadi sang istri menghabiskan makan malamnya sambil menunduk.“Abang kalau mau ketawa ya ketawa saja,” sindir Aura dengan nada ketus.Oh, ternyata Aura menyadarinya.Sontak suara tawa Rendra menggema di seluruh ruangan, mengusir hening yang sedari tadi menyelimuti.Aura mendongak dengan bibir yang mengerucut dan alis menukik tajam.Wajah cantik bak malaikat itu kini tampak seperti devil ditambah dengan rona merah di wajah yang sudah menjalar hingga telinga.“Memang suara Aura jelek banget ya?” tanya Aura usai tawa Rendra
“Abang?” “Iya ini Abang, Ra...” “Abaaang...hiks...hiks...hiks...” Aura berhamburan memeluk Rendra sambil terisak, mencari perlindungan dari suatu trauma yang sedang di membelenggunya.Tangis pilu Aura sungguh menyayat hati Rendra, sambil mengusap rambut Aura yang basah karena keringat, Rendra tidak segan mengecup puncak kepala Aura berkali-kali.Putra mahkota konglomerat Gunadhya itu bingung harus berkata apa untuk menenangkan Aura.Dia memang tidak pandai berkata-kata percis sang Papa.Jadi yang dia lakukan adalah membawa Aura kembali berbaring di atas ranjang sambil memeluk tubuh Aura yang masih bergetar.Perlahan tangan Rendra mengusap lembut punggung Aura dan selalu berhasil membuat Aura tenang.Aura berhenti menangis, jantung Aura pun kembali berdetak normal tidak seperti ketika tadi pertama kali Rendra memeluknya.Rendra sampai dapat merasakan jantung Aura yang menggedor rongga dadanya saat pertama kali dada mereka menempel.Masih mengelus punggung Aura yang nampakny
"Jordan? Sedang apa di sini?" Kening Aura terlipat dalam saat mendapati Jordan sendirian di ruang kelas yang telah kosong. "Ingin bertemu denganmu,” jawab pria itu dengan sorot mata serius."Hah? Ada apa?" Aura mundur beberapa langkah ketika Jordan melangkah mendekat. "Ikut aku,” paksanya menerima bantahan."Ke mana?" tanya Aura penuh tanya."Nanti juga kamu tau... Ayo!" Jordan menarik tangan Aura namun gadis itu meronta.Sayang, gedung yang telah kosong membuat suara Aura menggema tanpa dapat terdengar oleh siapapun.Dari balik pintu Harry, Jesica, Lauren dan Briana keluar menghampiri drama tarik menarik yang dilakukan Aura dan Jordan.“Ikuti kemauan Jordan, Aura! Kalau kamu ingin selamat!” Jesica berucap dingin kemudian melangkah mendekat.Tanpa malu Jesica menyatukan bibirnya dengan Jordan membuat Aura membuang tatapannya kearah lain.“Aku sudah membantumu, setelah kau mendapatkan keinginanmu! Kamu harus menepati janjimu,” kata Jesica dengan nada menggoda kepada Jordan.
Aura masih meratap saat pintu kabin terbuka, Jordan mengayunkan langkah panjangnya memburu Aura hendak membawanya ke ranjang tapi lagi-lagi Aura meronta dengan sisa kekuatan yang dia punya.Merasa kesal karena sikap bar-bar Aura yang begitu menyulitkan, Jordan mencengkram dagu Aura menggunakan tanganya.Wajah cantik Aura kini terlihat mengenaskan dengan luka dan jejak ungu di beberapa bagian."Jangan melawan kalau kamu masih ingin hidup,” ancam Jordan.Tapi Aura terus memukul, berteriak dan menendang dengan sekuat tenaga.Harapannya kali ini adalah Jordan membunuhnya saja, dia tak akan sanggup menanggung beban hidup setelah nanti Jordan berhasil memaksakan kehendak padanya.Tanpa perasaan Jordan menarik rambut Aura kemudian menyeret tubuh ringkih itu ke ranjang. Aura berteriak sekuat yang dia bisa berharap seseorang menolongnya walau itu mustahil.Brak!!!Aura dan Jordan menoleh ke arah pintu yang dibuka paksa.Sudah ada beberapa orang polisi, George, Jerry, dan Rendra juga
"Grandpa janji, anak laki-laki itu akan seumur hidup berada di penjara!" Grandpa berujar sambil menggeretakan geraham menunjukan betapa geramnya beliau.Setelah para dokter melakukan CT Scan dan mengobati luka Aura, gadis itu langsung dibawa ke ruang perawatan.Aura sudah sadar saat itu tapi tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa melihat grandma Mery menangis ditemani Maria dan Alvin yang berdiri di ambang pintu."Bang... kamu harus balas perbuatan orang yang sudah membuat cucu Grandma menderita.” Grandma Merry berseru dengan amarah yang tak terbendung.Tanpa mengomentari ucapan sang grandma, Rendra mematung menatap Aura di mana ternyata gadis itu juga tengah menatapnya.Kedua tangan Rendra yang mencengkram ujung tempat tidur hidrolik menampakan buku jarinya yang memutih tanda jika Rendra mencengkeramnya begitu kuat karena sedang diliputi emosi."Sayaaaang Grandma... Kenapa bisa seperti ini, sayang...." Grandma terisak sambil memegang tangan Aura di sisi ranjang."Grandma... Aur