Share

16. Sakit

last update Last Updated: 2023-09-01 20:47:13

"Bangun terlalu siang, rejeki kamu nanti bisa dipatuk ayam!" Sindir ibu mertuaku saat aku baru saja keluar dari kamar. Tubuh ini mendadak demam dan kepalaku juga sangat berat, tetapi perut juga lapar. Aku tidak menyahut ucapan mertua. Aku lebih memilih langsung berjalan ke dapur untuk mengambil air minum. Pukul enam pagi baru aku ada tenaga untuk keluar kamar.

Ya, Tuhan, dapurku masih seperti semalam. Sangat berantakan dan tidak ada yang membereskan. Piring kotor di mana-mana dan sedikit berminyak. Belum lagi aroma dari tong sampah kecil yang ada di dapur.

"Bu, Sasa ke mana ya?" tanyaku dengan suara pelan.

"Saya tidur, kenapa?"

"Bu, ini dapur belum dibereskan sejak kemarin," jawabku.

"Itu tugas kamu, Hanun. Kenapa malah tanya Sasa? Saya alergi air sabun. Apa Biru gak cerita? Kamu saja yang bereskan semuanya. Setelah itu bikin nasi goreng. Ibu tadi udah masak nasinya, tinggal kamu goreng tuh! Harusnya bersyukur banget kamu dekat dengan mertua. Apalagi mertuanya seperti saya yang mau
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yunita Anisyah
om leon coba cweet amat sih.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    17. Simpanan Hanun

    POV Biru"Bu, Hanun udah berangkat?" tanyaku pada ibu yang tengah duduk santai di teras. Ibu menoleh sekilas, lalu kembali lagi menatap lalu-lalang tetangga yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing."Udah dari pagi dia berangkat. Ibu suruh masak, dia gak mau," kata ibuku lagi dengan wajah masam."Ibu tuh di sini tamu, malah jadi kayak babu! Kamu ini milih istri gimana sih? Bisa-bisanya modelan Hanun? Kamu mau sarapan ada di atas meja. Ada nasi goreng buatan Hanun, setelah itu kamu ke warung soto, belikan Ibu soto untuk makan siang. Ini udah mau siang," kata ibuku mengoceh tiada henti. Aku tanya satu kalimat, ia jawab satu bab novel. Begitulah orang tua bila sedang kesal."Soalnya tadi katanya sakit, Bu, makanya saya kirain gak kerja. Berarti udah sehat. Mama Sasa? Tumben Ibu duduk sendiri?" tanyaku. "Sasa lagi bikin surat lamaran di dalam. Dia kerjakan pake HP. Ke sini niat mau kerja, malah susah dapat kerjaan. Kamu bilangin Hanun, biar Sasa kerja di restoran Hanun." Aku hany

    Last Updated : 2023-09-02
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    18. Shopping

    Aku begitu senang memiliki uang cash dua belas juta di tangan. Tentu saja aku tidak langsung pulang, melainkan mampir ke toko pakaian; membelikan ibu dua buah daster dan juga daster buat Hanun. Tidak lupa aku juga belikan baju kaos untuk Sasa. Semua wanita di dalam rumahku, aku belikan oleh-oleh. Hanun pasti senang karena ia aku belikan baju. Hubungan suami istri kamu pasti kembali membaik.Lima ratus ribu aku keluarkan untuk berbelanja pakaian, masih tersisa sebelas juta lima ratus ribu lagi dan uang ini aku bawa ke showroom motor seken. Ya, sudah aku putuskan untuk membeli motor seken secara cash, agar aku tidak perlu pusing memikirkan cicilan. Tidak apa tidak keren, asalkan ada kendaraan untuk pergi ke sana kemari atau untuk aku bekerja jadi ojek online nanti. Motor Honda Levo masih bagus adalah plihanku setelah melihat beberapa unit roda dua yang lainnya. Semua motor matic seken harganya mahal, hanya motor manual yang harganya jauh miring dari pada yang lain. Dengan uang tujuh ju

    Last Updated : 2023-09-03
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    19. Pemaksaan

    "Kamu udah sehat? Tapi kayaknya masih pucat," tanyaku pada Hanun. Aku memeriksa keningnya, tetapi ia tepis pelan. "Masih kurang sehat, makanya mau langsung istirahat setelah bersih-bersih. Saya gak mau mandi, dingin." Hanun keluar lagi dari kamar sambil membawa handuk. Mood istriku belum sepenuhnya kembali, ditambah Hanun yang masih sakit. Seprei yang tadi sempat berantakan, aku rapikan kembali. Aneka hadiah aku taruh di atasnya, agar istriku senang saat ia melihatnya nanti. Segelas air putih dan obat yang biasa pun sudah aku siapkan untuk Hanun. "Wah, udah langsung rapi kamarnya! Siapa yang rapikan, Mas?" tanya Hanun bignung. Ia sudah mengganti baju dengan daster kebesaran yang sudah pudar warnanya."Aku dong!" Jawabku bangga. Hanun melirik bungkusan yang aku taruh di atas ranjang."Apa ini?" tanyanya."Baju buat kamu.""Kamu habis ngerampok di mana, Mas? Kenapa tiba-tiba banyak uang untuk beli baju? Bukannya selama ini gak pernah? Terus apa motor di depan itu juga motor kamu?" ce

    Last Updated : 2023-09-04
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    20. Ceraikan Saja!

    POV Hanun. Aku sadar bahwa aku sekarang sedang berada di ruang perawatan rumah sakit. Suara suster hilir mudik di telinga ini dan ada juga suara dokter. Suara Mas Biru dan mertuaku. Semua dapat aku dengar dengan baik, tetapi aku sengaja menutup mata. Aku terus berpura-pura tidur karena aku tidak mau bicara dengan Mas Biru dan juga mertuaku. Hatiku terlalu sakit dan kecewa terhadap perlakuan Mas Biru. Entahlah, setelah ini aku harus bagaimana dengan pernikahanku?"Ya, halo, siapa ini? Benar, ini saya suaminya Hanun. Ibu siapa? Apa, Marissa? Pelanggan restoran? Oh, maaf, Bu, saya gak tahu soalnya. Istri saya berbohong karena selama ini bilangnya kerja di restoran, rupanya kerja di rumah Ibu. Iya, maafkan istri saya, Bu. Hanun lagi sakit, Bu. Cukup parah sih dan ada sedikit tindakan. Sayang sekali BPJS gak punya. Entah ini saya mau bagaimana, soalnya saya juga baru kena PHK. Oh, Ibu gak perlu ke rumah sakit, Bu. Gak papa, doakan saja Hanun lekas pulih, semoga aja ada orang baik yang ma

    Last Updated : 2023-09-05
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    21. Rencana Leon

    "Suaminya ke mana, Mbak?" tanya perawat saat aku sedang kesusahan bangun untuk pergi ke kamar mandi. "Biar saya bantu!" Kata perawat lagi sembari memapah tubuh ini agar bisa berdiri."Mau BAB atau BAK, Mbak?""Mau BAK, Sus. Terima kasih." Aku pun diantarkan olehnya sampai ke depan pintu kamar mandi. Aku bercermin dan mendapati wajahku sangat pucat. Sampai saat ini aku tidak tahu apa penjelasan dokter atas tubuh lemah ini. Wajahku jadi semakin terlihat tua, kusut, tidak segar, dan benar-benar tidak ada semangatnya. Jelas saja, karena bukan hanya tubuhku yang sakit, tetapi juga mentalku. "Mari, saya bantu naik ke ranjang, Mbak," kata perawat dengan begitu sabarnya. Aku kembali mengangguk sembari menyunggingkan senyum. Kaki ini berjalan amat pelan karena tenagaku belum pulih. Lemas sekali, padahal aku sudah dapat dua botol infus. Semua terkuras habis ulah Mas Biru."Om Leon," gumamku terkejut saat melihat pria dewasa berkaus putih itu sudah duduk di kursi samping brangkar.Bagaimana bi

    Last Updated : 2023-09-05
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    22. Keluar Rumah Sakit

    Penulis"Hanun gak kita jenguk, gak papa, tuh?" tanya Bu Wati pada Biru. "Dia yang kagak mau lihat saya, ngapain juga kita jenguk, Bu? Nanti Hanun makin marah, ngamuk, malah jadi kena omel petugas rumah sakit. Kita di sini saja. Bos Hanun baik ya, Bu, kita dapat tiket nginep tiga hari. Saya cek di internet, satu hari menginap di sini harganya dua juta, Bu. Kalau tiga hari berarti enam juta," jawab Biru enggan bergerak dari depan televisi. "Wah, kalau gitu kenapa gak kita dikasih mentahnya aja? Lumayan buat modal makan kita, Ru. Apalagi Hanun sakit dan gak bisa kerja, pasti gajinya Hanun dipotong," kata Bu Wati dengan perasaan cemas. Biru menoleh sekilas pada ibunya, lalu tersenyum."Masih ada uang dari Bu Marissa itu, Bu. Yah, meskipun gak dua belas juta, tetapi untuk makan kita sebulan ada.""Kalau gitu, Sasa kamu belikan motor saja. Seken gak papa. Waktu itu, dia dapat panggilan mau diajak kerja temannya, tetapi karena Sasa gak ada motor, gak jadi deh!" "Oh, gitu, ya sudah, besok

    Last Updated : 2023-09-06
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    23. Kelanjutan Perjodohan Leon

    Hanun adalah orang yang paling terkejut, karena yang ia tahu, Bu Marissa tahu kalau ia sakit, bahkan Bu Marissa menelepon suaminya.“Kamu sakit apa?” tanya Bu Marissa menghampiri Hanun yang masih berdiri di dekat Leon. “Hanun sakit lambung, Ma, tapi udah baikan. Mulai hari ini, Hanun tinggal di sini dan bekerja di sini. Jadi gak perlu pulang setiap hari. Hanun bisa pulang setiap seminggu sekali atau sebulan sekali,” jawab Leon sembari melirik Hanun yang berdiri dengan canggung. Wanita itu terus menunduk karena takut dengan Bu Marissa.“Oh, sakit maag. Ya sudah, langsung istirahat saja. besok saja kamu beresin rumahnya,” kata Bu Marissa paham. “Makasih, Bu. Saya ke kamar dulu. Maaf jadi merepotkan Pak Leon dan Bu Marissa.” “Gak papa, namanya lagi sakit. Masa harus tetap disuruh kerja, nanti kalau kamu kenapa-napa, anak saya yang repot. Udah, masuk ke kamar sana!” Hanun mengangguk patuh. Wanita itu berjalan ke kamar belakang yang biasa ia gunakan untuk beristirahat saat ia

    Last Updated : 2023-09-08
  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    24. Biru Mencari Hanun

    "Kamu mau ke mana, Ru?" tanya Bu Wati pada Biru yang baru saja menyalakan mesin motornya."Mau ke rumah sakit, Bu. Mau lihat Hanun. Ini udah empat hari. Siapa tahu Hanun udah boleh pulang. Setrikaan dan cucian udah numpuk. Sasa kan gak bisa kerjain semuanya. Ibu apalagi. Saya juga gak mungkin terus-terusan jadi ibu sekaligus bapak rumah tangga. Biar Hanun di rumah, istirahat sekalian beberes apa yang bisa ia lakukan. Gosok atau masak, itu kan gak berat," jawab Biru. Pria itu sudah memakai jaketnya dan juga helem."Ibu baru mau ngomong sama kamu. Kita sehati. Cucian udah numpuk banget tuh yang dari kita ke hotel. Untung yang pertama udah kamu laundry," komentar Bu Wati."Iya, makanya masa harus laundry lagi. Lumayan lima puluh ribu cuci gosok, Bu. Mending Hanun yang kerjain. Kalau dia capek, tinggal saya pijitin." Bu Wati mengangguk setuju. Biru mengucapkan salam, sebelum melajukan motornya menuju rumah sakit. Cuaca sangat terik dan juga berdebu. Sebenarnya ia ingin tetap di rumah, te

    Last Updated : 2023-09-08

Latest chapter

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    72. Ular dalam Rumah (Spesial Part)

    "Bagaimana mama?" tanya Leon pada Angel."Masih mengunci diri di kamar, Mas." Angel menaruh segelas air putih di atas meja untuk Leon. "Untuk apa menangisi bajingan." Leon tertawa pendek. Angel hanya bisa mengangkat bahunya. "Apa kita gak terlalu keras pada mama? Mama bisa sakit loh, Mas.""Kita bis jatuh miskin kalau Xabir dibiarkan lama menjadi benalu." Angel yang tadinya duduk di depan Leon, kini berpindah duduk menjadi di samping kakaknya itu."Lalu bagaimana, Xabir? Bisa-bisa dia mati dipatok ular, Mas," tanya Angel sambil berbisik."Bisa banget. Itu yang Mas harapkan. Biar dia kapok!""Lalu ibu dan sodaranya itu?""Ada di hutan. Entah sudah mati atau belum. Mereka manusia-manusia benalu yang kalau hidup lama itu, bakalan nyusahin orang. Lagian, jika mereka berani muncul, maka polisi sudah siap menangkap mereka.""Mama mungkin akan susah menerima takdir ini, tapi nanti juga mama bisa paham apa yang aku lakukan ini juga demi mama. Lagian mama udah tua, udah harusnya hidup tenang

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    71. Kenyataan yang Harus Diterima

    "Mama, apa yang terjadi pada Mama? Kenapa Mama sendirian di villa? Mana Biru dan keluarganya?" Bu Marissa yang baru saja membuka matanya, langsung merasa kepalanya bertambah sakit setelah Angel mencecarnya."Apa, Xabir? Ini di mana?" tanya Bu Marissa sambil memperhatikan keadaan sekelilingnya."Mama di rumah sakit. Ini sudah malam. Mama baru sadar setelah Mama tidur sejak pagi. Ada apa, Ma?" Bu Marissa semakin mengerutkan keningnya. "Gak mungkin, Mama ada di villa bersama Xabir dan juga keluarganya.""Ma, Xabir gak ada di villa saat Mas Leon sampai di sana. Keluarganya juga. Ponsel Mama pun tidak ada keduanya. Mama diperdaya lelah bajingan itu!" Bu Marissa terdiam. Matanya tiba-tiba berair."Gak mungkin, Xabir mencintai Mama. Mau apa dia bikin Mama kayak gini. Semua udah Mama kasih sama dia." Bu Marissa menangis. Pintu kamar perawatan VVIP terbuka. Leon masuk dengan wajah murung. "Leon, Angel barusan cerita omong kosong!" Leon tersenyum miring. Ia mengeluarkan amplop coklat dari da

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    70. Menyusul ke Bogor

    Malam ini Leon bisa tidur dengan nyenyak. Semua bukti sudah ia kumpulkan, setelah lewat Hanun, ia mendapatkan banyak foto dan juga data diri dari Xabiru. Termasuk data dari pabrik, tempat Biru kerja hampir tujuh tahun. Foto Bu Wati pun ada. Semua ia print dan masukkan ke dalam amplop coklat. Semua data sudah lengkap dan tidak perlu ada yang ia ragukan. Biru akan mendekam dalam penjara bersama ibu dan sepupunya.Keesokan harinya, Leon yang baru saja keluar dari kamar mandi, mendengar notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Pria itu setengah berlari untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan.MamaLeon, Mama sedang bersama Xabir, lagi liburan sebentar. Mungkin dua sampai tiga hari. Kamu gak usah cari mama ya, mama baik-baik aja.Syukurlah mama baik-baik aja. Ada yang mau Leon beritahu tentang Xabir. Mama harus pulang secepatnya ya.SendMamaAda apa? Kamu mau fitnah Biru seperti apa lagi? Sudah ya. Jangan sirik dengan kebahagiaan yang saat ini sedang mama nikmatiLeon langsung menekan pan

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    69. Foto dari Media Sosial

    Leon menghubungi dua adiknya untuk menanyakan keberadaaan bu Marissa, tetapi keduannya tidak ada yang tahu. Keon mencoba menghubungi rekan bisnis mamanya yang lain untuk mengecek janji temu, tetapi ia tidak mendapatkan ada jadwal meeting dengan rekan bisnis untuk tiga hari ke depan. Hal ini ia ketahui dari sang Sekretaris. Disaat Leon sibuk mencari mamanya, disaat itu pula Xabir sedang menikmati waktu berdua dengan istrinya. Ya, mereka sedang berada di sebuah villa yang ada di Bogor, setelah kemarin keduanya pergi ke bank untuk memindahkan sejumlah uang. “Anak-anak mungkin perlu diberitahu agar mereka tidak khawatir,” kata Xabir pada istrinya. Bu Marissa menggelengkan kepala dengan pelan. Ia kehabisan tenaga menghadapi kegagahan Xabir yang sepertinya begitu perkasa lebih dari biasanya. “Nanti saja, Sayang. Nanti aku akan kirim pesan.” Bu Marissa menyentuh punggung suaminya. “Memangnya kenapa tidak diberitahu saja sejak awal?”

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    68. Satu Per Satu Masalah Selesai

    "Benar-benar memalukan! Jauh-jauh ke sini hanya untuk dibikin malu sama si Leon itu. Jumawa sekali dia menolak putri keraton!" "Sudahlah, Bu, mungkin belum jodoh." Renata menjawab dengan malas. Tatapannya kini fokus pada jalan di depannya. Hujan cukup deras mengantarnya pagi ini menuju bandara. Keputusan Leon sudah bulat dan lelaki itu menolak bertanggung jawab. "Lalu, siapa yang akan bertanggung jawab atas kehamilan kamu? Masa mau cari lelaki lain?""Saya mengasingkan diri saja sampai bayi ini lahir." "Kamu bicara dengan mudah, Rena. Kamu gak pernah pikirkan dampak perbuatan nekat yang kamu lakukan!" "Bu, sudah, sudah! Nanti biar kita pikirkan jalan keluarnya." Pak Cokro menengahi perdebatan ibu dan anak itu. Rena juga tidak mau ambil pusing karena mau dipaksa seperti apapun tetap saja Leon tidak akan mau bertanggung jawab."Jadi, Leon itu sukanya pembantu?" tanya Pak Cokro yang mendadak kepo. Rena mengangguk."Jika nama yang Rena dengar tadi adalah Hanun, maka gak salah lagi ka

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    67. Pertemuan Dua Keluarga

    "Sayang, kamu cemburu sama pembantu? Ya ampun, udah jelas lebih unggul kamu dari wanita mana pun," elak Biru dengan cepat. Lelaki itu tidak mau istrinya sampai curiga. "Lalu, kamu tahu dari mana kalau Hanun masih punya suami?""Aku asal nebak, Sayang. Hanun dari kampung'kan? Orang kampung itu rata-rata menikah muda. Umur enam belas tahun sampai sembilan udah dinikahin sama orang tuanya. Jadi mungkin aku ....""Tidak perlu bahas Hanun. Udahlah, aku mau ke dapur dulu." Bu Marissa pergi ke dapur, meninggalkan Biru yang masih dalam keadaan cemas. Ia khawatir Bu Marissa curiga atau malah mencari informasi atas dirinya.Sore hari, Biru melihat sang Istri sudah berdandan dengan begitu rapi, sedangkan ia tidak dapat informasi apapun dari wanita itu."Kamu mau ke mana udah sore, Sayang?" tanya Biru."Mau ke rumah Leon. Ada urusan." Bu Marissa mengoleskan lipstik di bibirnya. "Aku boleh ikut?""Kata Leon ini pribadi. Maaf, Sayang, kali ini aku jalan sendiri ya. Kamu di rumah saja. Aku gak lam

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    66. Naksir Hanun?

    "Jadi menurut kamu, saya cukup tanggung jawab saja?""Betul, kalau pun tidak mau tanggung jawab sebenarnya gak papa. Orang Pak Leon dijebak. Dia dan keluarganya mengakui. Jelas bayinya nasab ke ibunya. Beda kalau dilakukan atas dasar suka sama suka dan Pak Leon dalam keadaan sadar. Ini Bapak beneran gak inget apapun?" Leon mengangguk."Saya ingat betul waktu ke rumahnya, memang gak ada siapa-siapa. Saya disuguhi minum, terus saya juga lupa lagi ngapain. Besok paginya kebangun udah di kamar. Saya pikir malah karena terlalu lelah, makanya ketiduran." Hanun mendengarkan dengan seksama."Ya, jika mereka ingin lapor polisi, saya rasa mereka tidak akan kuat untuk menjebloskan Pak Leon ke penjara atau mungkin menuntut. Malah mereka mungkin akan malu." Sepanjang hari, Leon cukup terganggu dengan kehadiran Renata dan juga kedua orang tuanya. Belum lagi saran dari Hanun yang sangat masuk akal. Pria dewasa itu tidak ingin salah langkah, sehingga ia memutuskan untuk bicara dengan salah satu peng

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    65. Keputusan Leon

    "Saya tidak merasa melakukan hal bodoh seperti itu pada Rena. Bagaimana kalau itu bukan anak saya?" Leon menatap Renata dengan wajah dingin. Ia tahu saat ini Hanun tengah menguping pembicaraannya dari balik pilar. "Kamu paham maksud Nak Leon, tapi kami sebagai orang tua ingin Nak Leon bertanggung jawab sampai bayi ini bisa untuk tes DNA." Leon menatap mamanya."Jeng Rissa kan pengusaha, pasti tidak enak kalau sampai hal ini terdengar oleh relasi bisnis yang lain. Apalagi anak lelaki satu-satunya." Bu Marissa ingin menjawab, tetapi bibirnya kelu. "Tapi anak saya dijebak. Ini sama artinya yang menginginkan hal ini terjadi adalah Renata. Saya hampir tidak percaya, putri keturunan keraton bisa melakukan hal memalukan seperti ini. Bagaimana jika para leluhur kalian tahu semua ini? Jelas saya membela putra saya." Bu Marissa membuka suara."Karena kami ada foto dan bukti. Kami ingin selesaikan ini secara kekeluargaan saja Jeng Rissa. Kami gak mau berurusan dengan polisi. Leon harus bertang

  • Maaf, Om, Saya Masih Punya Suami!    64. Tamu tak Diundang

    Tok! Tok!"Pak, ada tamu!" Seru bibik dari depan pintu yang dikunci Leon. Kedua pasangan yang sedang melakukan foreplay itu pun tersentak kaget. Bahkan Hanun tersadar terhadap apa yang sudah ia lakukan. Wanita itu mendorong Leon dan langsung memakai pakaiannya yang berserakan di lantai. Hanun bersembunyi di balik meja kerja majikannya, sedangkan Leon ikut memakai kembali pakaiannya. "Siapa?" tanya Leon datar. Seolah tidak terjadi apa-apa selama dua puluh menit "A-ada tamu, Pak. Bapak lihat sendiri saja, katanya jangan bilang Bapak." Leon mengerutkan keningnya."Suruh Hanun buatkan teh, yang punya saya tawar saja," kata pria itu memerintah. "Oh, Hanun saya gak tahu ke mana, Pak. Soalnya tadi bilang mau bangunin Bapak.""Hanun saya suruh beli nasi uduk. Tiba-tiba saya pengen nasi uduk yang depan komplek.""Oh, gitu, baik, Pak. Gak papa, biar saya aja yang buat. Permisi, Pak." Begitu bibik berjalan ke dapur, Hanun pun langsung keluar dari kamar Leon. "Bilang sedang tidak jualan ya."

DMCA.com Protection Status