Siapakah pria itu? Wisnu atau hanya orang yang mirip dengannya. Yuk ikuti terus ceritanya baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat).
Maaf, Aku Pantang Cerai! (133)"Target sudah ketemu, Bos. Dia berada di hotel Angkasa."Laporan Dani satu jam yang lalu, membuat Erlangga dan anak buahnya segera meluncur ke tempat target. Siapa tau, kalau di sana Erlangga justru melihat, Alea berpelukan dengan target yang dia cari."Sial, bagaimana bisa dia berada di sini dan berpelukan dengan si bedebah itu."Erlangga menatap Dani yang justru mengelengkan kepalanya. Pria itu juga tidak mengerti darimana Alea tau penemuan ini."Berhenti Lang, biarkan Alea mengurus masalah ini. Aku rasa dia bisa mengatasinya."Erlangga terkejut melihat Arifin, kini dia paham kenapa Alea bisa tau pria yang dia cari. Meski berat pria itu terpaksa menurut, walau ada rasa takut Alea akan terperdaya oleh pria misterius itu.****"Kau bukan suamiku? Siapa kau sebenarnya?"Alea melepaskan pelukannya dari pria yang berwajah Wisnu. Dia merasa lega karena sudah yakin dia bukan suami pertamanya, walau serupa tapi dia tau pasti pria yang di depannya bukan Wisnu."
Maaf, Aku Pantang Cerai! (134)"Anak sialan tak berguna itu pantas sengsara. Dia hidup cukup lama dalam kemewahan, tapi dia lupa mencari ibu dan saudaranya. Dia datang justru saat dia sudah menghabiskan banyak harta ayahnya. Anak setan dasar pembawa sial."Umpatan dari mulut ibu Wisnu membuat Alea Tremor. Tangannya ingin mencabik-cabik mulutnya, tapi dia juga merasa kasihan pada wanita malang yang tak tau diri itu."Seharusnya ibu sadar. Bukan mas Wisnu yang sial tapi kau, Bu. Kehilangan harta membuatmu buta, hingga lupa ada harta yang jauh lebih berharga. Cinta, kasih-sayang dan perhatian seorang anak. Jika banyak orang tua berharap belas kasih anak-anaknya di hari tua nanti, kau justru membuangnya setelah merasakan semua perhatian mas Wisnu."Alea menyeka airmatanya, sembari menatap ibu Wisnu yang juga mantan mertuanya. Hatinya sedih melihat kesombongannya dan kekejamannya."Berapa lama Wisnu mengabdikan diri padamu, Bu? Apa sebanding dengan bakti kedua anakmu yang lain? Asal tau saj
Maaf, Kau Pantang Cerai! (135)"Dia sudah bekerja keras semenjak ikut dengan ayahnya. Sayangnya harta mereka ludes juga untuk kesembuhan pria yang dia ikuti. Setelah ayahnya meninggal, baru dia punya kesempatan mencari sang ibu. Sialnya dia kembali menjadi kerbau, yang harus berkerja siang-malam demi membahagiakan sang ibu."Alea meremas map yang dia pegang. Hatinya hancur mengetahui rahasia kelam Wisnu, pria itu terlalu pintar menjaga rahasianya."Katakan tentang pria itu?" pinta Alea."Danu?" tanya Dimas."Pria itu pergi setelah kedatangan Wisnu. Dia bergabung dengan para pengusaha hitam, melakukan bisnis ilegal hingga memiliki perusahaan sendiri. Dia memakai identitas Wisnu untuk semua usahanya, sedang di dunia hitam dia mengunakan nama Danu. Mungkin ini karma baginya, tak bisa mengunakan namanya untuk berbuat baik," ucap Dimas lagi."Setelah Wisnu meninggal dia ingin memiliki identitas itu selamanya. Karena itu dia mencari ku, untuk memperbaiki hidupnya yang telah rusak," ujar Alea
Maaf, Aku Pantang Cerai! (136)"Kalau tak sanggup kau bisa pergi. Jangan takut, aku tak akan melarangmu jika itu yang kau mau."Citra berbalik dan menatap sang suami yang tersenyum menjijikan. Sejak menikah pria itu berubah, mungkin tak mau menerima pernikahan mereka yang terpaksa dilakukan."Jangan takut, aku masih punya kekuatan untuk bertahan di sini. Percayalah kau akan tau betapa kuatnya aku menghadapi semua tekanan ini, hingga waktunya tiba dan aku bisa pergi dengan tenang," cibir Citra."Bagus, kalau begitu aku tak akan sungkan lagi padamu. Ini uang untuk keperluan rumah, ingat hemat jangan boros mempergunakan uangku." Ucap suami Citra sembari melempar uang di atas meja. Tersenyum sinis Citra menatap uang di atas meja."Dua juta untuk empat orang. Apa kau yakin ibu dan adikmu tahan makan seadanya? Aku takut uang ini bahkan tak bertahan seminggu."Citra tersenyum sinis sembari menatap suaminya. Dia berharap pria itu sadar diri kalau ibu dan adiknya suka makan enak dan tak bisa d
Maaf, Aku Pantang Cerai! (137)"Jadi sudah dia bulan dia tak lagi bekerja? Kenapa kau baru bilang?" tanya Alea."Bukan urusanku juga, Yank. Aku hanya memberinya pekerjaan kalau dia tak mau ya sudah, di kantor temanku dia mendapat posisi bagus tapi tetap saja tak bersyukur."Erlangga menjawab pertanyaan Alea. Matanya melotot menatap tubuh sang istri yang polos hanya memakai celana dalam, seperti tanpa dosa wanita itu menghampiri Erlangga lalu berdiri membelakanginya."Jam berapa sih sekarang," tanya Erlangga."Aku minta bantu kaitkan Bra ku. Buat apa tanya jam segala?" Tanya Alea bingung."Setengah jam, aku rasa cukup untuk olahraga." Selesai bicara Erlangga langsung menerkam sang istri. Alea hanya bisa terpekik pelan."Hah ...selesai," ucap Erlangga memeluk pinggang sang istri. Napas wanita itu naik-turun dengan cukup kencang."Yank, aneh gak sih. Tiba-tiba dia muncul dalam keadaan hamil, apa kau yakin dia tak mengalami hal yang menyakitkan di kantor temanmu?"Erlangga tersentak menden
Maaf, Aku Pantang Cerai! (138)Dani terlihat ragu membuat Alea dan Erlangga heran. Tanpa aba-aba Alea langsung pergi ke lantai bawah untuk melihat sendiri."Melihat wajahmu, aku jadi penasaran, Dan. Ayo kita turun nunggu Bos mu, lambat."Alea langsung pergi menuju lift sedangkan Erlangga kalang-kabut mengejar sang istri. Untung dia ingat sang anak ada di kamar, jadi minta Hani menemani selagi dia pergi bersama Alea.Setelah itu dia berlari mengejar sang istri. Sayang wanita itu keburu masuk lift bersama Dani, pria itu mengomel karena di tinggal begitu saja.Lift terlihat turun terus kebawah membawa Alea dan Dani. Wanita itu segera keluar begitu pintu lift terbuka, matanya melotot melihat pemandangan di lantai satu."Sedang apa kalian di sini? Sejak kapan perusahaan ini menjadi tempat rekreasi?"Alea menatap beberapa orang pegawai yang terlihat menundukkan kepala. Di depan mereka terlihat Citra dan ibunya sedang makan nasi bungkus dengan nikmatnya, sembari duduk lesehan di lantai berala
Maaf, Aku Pantang Cerai! (139)Pada akhirnya ruang tunggu perusahaan Erlangga menjadi panas. Permintaan Bu Wastika begitu luar biasa, dia bahkan membawa nama sang cucu yang tak pernah dia anggap ada selama ini."Selidiki, apa yang sudah terjadi pada mereka, Dan. Aku mau laporan itu sudah ada di ruanganku besok pagi."Erlangga memijit keningnya yang mulai terasa pusing. Perlahan dia terkejut saat merasakan sentuhan lembut di pundaknya."Naik, kita bicara di ruangan mu."Alea menunduk lalu melangkah menuju lift. Dia masih melihat Citra dan ibunya berteriak, sembari di bawa keluar oleh keamanan kantor. Pada akhirnya mereka pergi tanpa membawa sepeserpun uang dari Alea dan Erlangga."Yank," panggil Erlangga."Terima kasih."Alea melompat dalam pelukan sang suami. Airmata yang dia tahan sejak tadi tumpah juga, Erlangga terkejut melihat Alea mencumbui tubuhnya dengan air mata berlinang."Kenapa?"Pada akhirnya Erlangga bertanya setelah berhasil membuat sang istri tenang. Wanita itu memejamka
Maaf, Aku Pantang Cerai! (140)"Kalian berdua hanya wanita miskin yang tak tau diri. Jika tidak karena menjebak anakku, belum tentu ada pria yang mau menikahi anakmu yang sudah rusak itu."Citra dan ibunya masih diam ketika mendengar ucapan Siti mertua Citra. Mereka berdua diam karena wanita itu datang membawa anak lelakinya yang terlihat marah besar."Sudah tau tak berguna tapi kau masih berbuat nekad hingga nyaris membunuhku. Hari ini kalian berdua harus bertanggungjawab, jika tidak masalah ini akan aku bawa ke kantor polisi," ancamnya lagi."Kalau begitu lakukan saja kita lihat apa yang akan polisi lakukan, ketika mendengar aku mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Enam bulan menikah tak ada sehari pun tanpa siksaan dan hinaan dari kalian."Citra terlihat putus asa saat melihat suaminya. Pria itu terlihat santai saat sang ibu menghina dan mengancam istrinya."Bagus mari kita lihat, apa kau masih bisa bicara sombong ketika sosial media melihat pelacur busuk sepertimu."Siti berkata
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,