Apakah Danu akan menerima ibunya. Yuk ikuti terus ceritanya baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat). 3. Bawa Anak Lelakimu pulang, Bu. (ongoing)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (138)Dani terlihat ragu membuat Alea dan Erlangga heran. Tanpa aba-aba Alea langsung pergi ke lantai bawah untuk melihat sendiri."Melihat wajahmu, aku jadi penasaran, Dan. Ayo kita turun nunggu Bos mu, lambat."Alea langsung pergi menuju lift sedangkan Erlangga kalang-kabut mengejar sang istri. Untung dia ingat sang anak ada di kamar, jadi minta Hani menemani selagi dia pergi bersama Alea.Setelah itu dia berlari mengejar sang istri. Sayang wanita itu keburu masuk lift bersama Dani, pria itu mengomel karena di tinggal begitu saja.Lift terlihat turun terus kebawah membawa Alea dan Dani. Wanita itu segera keluar begitu pintu lift terbuka, matanya melotot melihat pemandangan di lantai satu."Sedang apa kalian di sini? Sejak kapan perusahaan ini menjadi tempat rekreasi?"Alea menatap beberapa orang pegawai yang terlihat menundukkan kepala. Di depan mereka terlihat Citra dan ibunya sedang makan nasi bungkus dengan nikmatnya, sembari duduk lesehan di lantai berala
Maaf, Aku Pantang Cerai! (139)Pada akhirnya ruang tunggu perusahaan Erlangga menjadi panas. Permintaan Bu Wastika begitu luar biasa, dia bahkan membawa nama sang cucu yang tak pernah dia anggap ada selama ini."Selidiki, apa yang sudah terjadi pada mereka, Dan. Aku mau laporan itu sudah ada di ruanganku besok pagi."Erlangga memijit keningnya yang mulai terasa pusing. Perlahan dia terkejut saat merasakan sentuhan lembut di pundaknya."Naik, kita bicara di ruangan mu."Alea menunduk lalu melangkah menuju lift. Dia masih melihat Citra dan ibunya berteriak, sembari di bawa keluar oleh keamanan kantor. Pada akhirnya mereka pergi tanpa membawa sepeserpun uang dari Alea dan Erlangga."Yank," panggil Erlangga."Terima kasih."Alea melompat dalam pelukan sang suami. Airmata yang dia tahan sejak tadi tumpah juga, Erlangga terkejut melihat Alea mencumbui tubuhnya dengan air mata berlinang."Kenapa?"Pada akhirnya Erlangga bertanya setelah berhasil membuat sang istri tenang. Wanita itu memejamka
Maaf, Aku Pantang Cerai! (140)"Kalian berdua hanya wanita miskin yang tak tau diri. Jika tidak karena menjebak anakku, belum tentu ada pria yang mau menikahi anakmu yang sudah rusak itu."Citra dan ibunya masih diam ketika mendengar ucapan Siti mertua Citra. Mereka berdua diam karena wanita itu datang membawa anak lelakinya yang terlihat marah besar."Sudah tau tak berguna tapi kau masih berbuat nekad hingga nyaris membunuhku. Hari ini kalian berdua harus bertanggungjawab, jika tidak masalah ini akan aku bawa ke kantor polisi," ancamnya lagi."Kalau begitu lakukan saja kita lihat apa yang akan polisi lakukan, ketika mendengar aku mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Enam bulan menikah tak ada sehari pun tanpa siksaan dan hinaan dari kalian."Citra terlihat putus asa saat melihat suaminya. Pria itu terlihat santai saat sang ibu menghina dan mengancam istrinya."Bagus mari kita lihat, apa kau masih bisa bicara sombong ketika sosial media melihat pelacur busuk sepertimu."Siti berkata
Maaf, Aku Pantang Cerai! (141)"Bawa mereka masuk dan sekap beberapa hari di sini. Sampai mereka mau menuruti permintaan kita."Beberapa orang preman terlihat membawa Citra dan ibunya yang sudah pingsan. Mereka di culik oleh Siti, yang masih menginginkan sertifikat rumah Bu Wastika."Awasi terus mereka jangan lengah. Sebelum mendapatkan sertifikat rumah mereka, jangan biarkan kedua orang ini bebas," pinta Siti.Citra terbangun dengan keringat di keningnya. Dia mengingat penculikan yang telah dilakukan oleh ibu mertuanya, untunglah dia bisa kabur bersama ibunya, namun sejak itu dia jadi merasa takut keluar rumah."Kita tak harus segera mencari mas Danu, Bu. Apa tak ada kabar sama sekali darinya? Kita bisa mati kalau terus menerus berada di rumah," ucap Citra."Ibu tidak tau harus berbuat apa lagi, Cit. Satu-satunya cara adalah meminta uang dari Alea, dia harus bertanggungjawab karena membuat Wisnu meninggal."Sayangnya, keserakahan tak bisa lepas dari Bu ibu dan anak itu. Setelah memint
Maaf, Aku Pantang Cerai! (142)Bu Wastika lemas mendengar penjelasan dokter. Dia tak menyangka kalau nasib Citra akan seperti ini, anak kesayangannya tidak akan bisa memberinya cucu. Tragisnya lagi satu-satunya cucu yang dia miliki justru anak Wisnu dan Alea."Mau apa lagi kau kemari? Semua ini tak akan terjadi kalau kau tak begitu kejam. Hanya memberi sedikit uang tapi kau tak mau." Ujar Bu Wastika pada tiga orang yang baru saja datang, bahkan belum sampai ke kamar Citra."Turunkan tangan anda dari wajah istriku. Jika tidak aku tak akan tinggal diam lagi, selama ini Alea terlalu lemah sehingga anda semakin tak tau diri. Selain itu sebaiknya gunakan otak sedikit untuk berpikir sebelum menyalahkan orang lain."Erlangga berdiri di depan Bu Wastika. Dia marah mendengar istrinya di hina sedemikian rupa, rasa malu masih bisa dia tahan tapi rasa sakit saat mendengar tuduhan pada sang istri membuat Erlangga murka."Jika kami begitu kejam, bukankah itu karena sikap anda selama ini. Jangan memb
Maaf, Aku Pantang Cerai! (143)"Persiapkan pengacara kita, Dan. Selain tuntutan hak asuh aku juga ingin menuntut mereka semua, kita lihat apa mereka masih bisa sembarangan lagi padaku."Erlangga memberi perintah pada Dani, karena dia mendengar Danu dan ibunya sudah pergi ke pengadilan. Entah apa niat wanita itu hingga lupa segalanya bahkan melupakan rekaman yang di pegang Erlangga.Alea bukan tak dengar suara Erlangga tapi dia pura-pura acuh. Dia tau Bu Wastika memang luar biasa menguji kesabaran mereka, dia tetap diam di tempat duduknya tak mau menganggu pembicaraan suami dan asistennya."Papi."Erlangga tersenyum saat Aska melangkah kecil menuju ke arahnya. Anak kecil itu langsung naik ke pangkuannya lalu menciumi pipinya. Dani langsung pergi setelah melihat tanda dari Erlangga."Sayang sudah makan? Mau papi suapi lagi?"Erlangga bertanya sembari mencubit pipi gembul Aska. Pria itu senang melakukannya, apalagi saat melihat Aska tertawa menunjukkan giginya yang baru tumbuh beberapa bi
Maaf, Aku Pantang Cerai! (144)"Danu di tangkap polisi? Masalahnya apa, Yank?"Alea bertanya karena penasaran dengan berita yang di bawa Erlangga. Meski senang karena tuntutan hak asuh tak lagi berlanjut ke pengadilan, tapi dia penasaran dengan di tangkapnya Danu."Pengedar barang haram termasuk pengedar uang palsu. Di tambah dengan ijasah palsu dan identitas palsu."Alea menarik napas panjang, karena tau apa yang akan terjadi pada pria itu. Masuk penjara dalam waktu yang tak sedikit."Puluhan tahun, jadi kita bisa tenang mulai sekarang. Tinggal kedua wanita itu, aku rasa buka sebuah ancaman bagi kita. Jika masih berkeras berbuat ulah aku bisa mengatasinya dengan mudah."Erlangga mengambil roti dari tangan Alea. Wanita itu melamun jadi tak sadar saat sang suami menatapnya dari tadi."Jangan bilang kau kasihan pada mereka. Aku tak mau berurusan dengan dua wanita itu lagi," ucap Erlangga."Iya, Sayangku."Alea melingkarkan tangannya di leher Erlangga. Saat ini pria itu mencondongkan kepa
Maaf, Aku Pantang Cerai! (145)"Yank," panggil Erlangga."Aku sudah menyiapkan sarapanmu, Yank. Cepat sarapan lalu berangkat kerja. Hari ini aku tak ikut ke kantor ada sedikit urusan."Erlangga terkejut melihat perubahan Alea. Bukannya senang dia takut pada sesuatu yang tak kasat mata, dia lebih memilih Alea berteriak jika marah bukan diam seperti ini. Dia takut sesuatu di rencanakan sang istri."Mau kemana, Al. Hari ini ada imunisasi Rezza kan?"Alea terpaku mendengar ucapan sang ibu. Dia lupa ada jadwal imunisasi tapi tadi dia sudah membuat janji pada seseorang."Bunda tolong antar Rezza bersama mbak pengasuh ya. Hari ini aku ada urusan penting," ucap Alea."Urusan apa yang lebih penting dari anak-anak kita?"Tanya Erlangga acuh membuat Alea mengepalkan tangan. Sejak tadi dia berusaha menutupi masalah, namun Erlangga dengan mudah membukanya di depan sang ibu."Bunda, aku pergi dulu. Siang atau malam aku pulang. Semua keperluan rezza dan Aska sudah aku siapkan."Tanpa memperdulikan su
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,