Klik tanda vote ya kak agar bisa tetap eksis di aplikasi. Jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya: 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(ONGOING)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (22)- ERLANGGA POV-"Aku tanya apa yang terjadi pada pernikahanmu, Al. Kalau soal harta tak mungkin karena gaji yang aku beri cukup besar, tahta? Juga sama karena aku beri kedudukan Manager cabang pada wisnu, tinggal satu hal lagi. Wanita? Apa Wisnu selingkuh?"Alea menarik napas mendengar pertanyaanku. Apa mungkin Wisnu benar-benar selingkuh kalau iya berani sekali dia. Perlahan dengan suara lirih dia memberitahukan masalahnya."Anak? Maksudnya?"Aku bingung dengan apa yang Alea katakan. Aku masih menunggu wanita itu menjelaskan masalahnya. "Dua tahun menikah tapi belum memiliki anak. Kami sudah periksa dan semua baik-baik saja, jadi semua karena Allah yang belum mempercayai kami untuk memiliki seorang anak itu saja. Sayang ibu mertuaku tak bisa sabar menunggu, sepertinya dia berniat menikahkan mas Wisnu dengan wanita lain, sialnya suamiku mematuhi perintah itu."Aku mengepalkan tangan. Tak menyangka kalau aku salah telah mempercayai Wisnu, sakit saat meliha
Maaf, Aku Pantang Cerai! (23)-ERLANGGA POV-"Lepaskan jika kau ingin dia bahagia. Si Bodoh itu memang pantang bercerai Nu, tapi kau bisa menjatuhkan talak dan dia tak akan bisa menolak hal itu. Sudah cukup aku memberimu waktu, sekarang waktunya aku yang bahagiakan dia."Aku mencoba memprovokasi Wisnu agar dia menceraikan Alea. Selama ini aku menuruti permintaan Alea, tapi selama dua hari ini aku justru melihat wanita itu menangis seperti orang gila. Lagi-lagi semuanya karena ulah ibu dan adik Wisnu."Aku ....tak akan pernah menceraikan Alea. Kau tau sendiri kalau dia selalu bilang, pantang cerai selama pernikahan kami masih bisa di selamatkan dia akan bertahan."Aku mengepalkan tangan, menahan agar tak memukuli wajah pria tak punya malu itu. Dulu aku mengalah kali ini aku akan memperjuangkan kebebasan Alea."Apa yang bisa di selamatkan, Nu? Kau tau pasti kalau ibumu tak akan bisa menerima Alea, apalagi kau tak bisa membela atau melindungi istrimu. Selama ini dia menelan sendiri rasa s
Maaf, Aku Pantang Cerai! (24)"Apa kau benar-benar mau pergi bersamaku ke Jepang, Al," tanya Erlangga pelan."Aku ....""Aku mengerti maksudmu. Tak perlu jelaskan apapun lagi," Erlangga memotong ucapan Alea.Wanita itu menarik napas saat melihat Erlangga berjalan pergi meninggalkannya. pria itu bahkan melepaskan gengaman tangan mereka, apakah Erlangga marah dengan keputusannya untuk bertahan dengan Wisnu dia tak tau."Wah pasangan paling serasi di dunia. Wajah kalian kenapa? Apa tak terpuaskan berbagi peluh semalam?""Diam! Keluar dari rumahku sekarang. Kalau tidak aku akan panggil polisi."Alea marah besar mendengar ucapan ibu mertuanya. Berani sekali wanita itu menghina dia dan Erlangga."Apa kau tak punya malu perempuan tua. Selama ini kau tak mengiginkan aku jadi menantu, kau bahkan menikahkan Wisnu dengan wanita yang bekerja di klab malam. Kau juga tau wanita itu dalam keadaan hamil waktu itu, daripada kau sibuk menganggu ku lebih baik kau urus anak gadismu, takutnya karena terlal
Maaf, Aku Pantang Cerai! (25)"Erlangga sayang tunggu!"Erlangga dan Alea berbalik, untuk melihat siapa yang memanggil dengan nada manja itu. Alea langsung mengenali wanita bertubuh indah dengan pakaian kurang bahan itu."Aiko Wijaya."Alea dan Erlangga menyebut nama wanita itu bersamaan. Setelah itu Alea memberi jarak antara dirinya dan Erlangga."Tuan Erlangga, saya pergi makan siang dulu. Akan kembali sebelum jam makan siang berakhir."Tanpa menunggu persetujuan Erlangga. Alea segera pergi meninggalkan pria itu, untuk menghadapi wanita pilihan orangtuanya.Tit ...tit ...tit ....Alea terkejut saat berada di samping mobil Erlangga. Benda itu berbunyi sebagai tanda kalau kuncinya terbuka."Masuk, tunggu aku sebentar."Alea berbalik setelah mendengar ucapan Erlangga. Dia bingung dengan apa yang harus dia lakukan."Maaf pak Erlangga, saya sedang ingin makan di pinggir jalan. Sebaiknya saya pergi duluan.""Alea! Silahkan pergi kalau mau menyesal karena mengabaikan perintahku."Alea terdi
Maaf, Aku Pantang Cerai! (26)"Mas ...."Alea tak melanjutkan panggilannya saat melihat Wisnu melintas di depan rumah. Pria itu bahkan tak menoleh sama sekali, ada rasa sakit namun dia coba tahan, mungkin ini yang terbaik agar pria itu bisa berubah menjadi lebih baik lagi."Masuk Al, sudah sore pergi mandi dan istirahat. Aku tak mau kau sakit, jangan berpikir sesuatu yang tak penting. Aku pulang sekarang."Alea mengangguk lalu masuk ke rumah. Pak Jaja terlihat kembali menutup pintu pagar, setelah memastikan Alea tak lagi berniat keluar dan Erlangga melajukan mobilnya pergi setelah mengantar Alea."Bibi masak apa? Harum banget aromanya."Alea melangkah ke dapur menghampiri pembantunya. Wanita itu melihat di atas kompor ada kolak yang baru mendidih, entah kenapa dia jadi sangat ingin merasakan kolak itu."Mbak Alea, itu masih panas."Alea tak memperdulikan ucapan pembantunya. Dia mengambil mangkok dan menuang sedikit kuah kolak lalu meminumnya."Enak sekali Bi. Bisa di jual kalau begini.
Maaf, Aku Pantang Cerai! (27)"Hamil Dok?"Erlangga tak tau harus merasa bahagia atau sedih saat mendengar kehamilan Alea. Di satu sisi dia senang wanita yang dia cintai ternyata tidak mandul, sedang di satu sudut yang lain dia merasa kalau anak itu akan semakin menguatkan ikatan antara Alea dan Wisnu."Kenapa dengan wajahmu itu, Lang? Jangan bilang kau membawa kabar buruk padaku."Alea mencoba duduk di tempat tidur. Wajahnya terlihat bingung dengan ekspresi Erlangga."Aku hanya bingung harus bilang apa, Al? Ini sungguh kejutan yang luar biasa, sayangnya aku bingung kau akan senang atau sedih setelah mendengarnya?"Erlangga masih belum siap untuk mengatakan pada Alea soal kehamilannya. Dia hanya takut wanita itu semakin stress memikirkan masalah rumahtangganya."Apa ini tentang kehamilanku?"Prang ....Terkejut membuat Erlangga menjatuhkan gelas di tangannya. Alea menarik napas panjang, berarti benar kalau dia sedang hamil sekarang."Miris betul nasibku Lang. Rumahtangga ku kacau-balau
Maaf, Aku Pantang Cerai!(28)"Jadi kau tak tau kemana Wisnu pergi? Tak bilang atau pamitan gitu?"Sela bertanya setelah dia berada di taman belakang bersama Alea. Sedangkan Erlangga memilih pergi ke kantor, tentu dengan perasaan tak rela harus pergi tanpa Alea."Dia pamitan Sel, hanya tak bilang mau kemana."Alea menitikkan airmata lagi. Meski sudah menguatkan tekad demi merubah nasib pernikahannya, tapi masih saja dia sedih berpisah dengan suaminya. Sela menarik napas saat melihat kerapuhan hati sahabatnya."Pantang cerai tapi kau harus rela terpisah dengan suamimu Al. Terus apa bedanya dengan bercerai, aku masih tak habis pikir denganmu, bisa terpikir hal konyol ini. Aku tak tau apa yang akan Wisnu lakukan kalau dia tau yang sebenarnya terjadi."Sela memeluk Alea yang terus menangis. Sepertinya hormon wanita hamil itu mulai mendominasi perasaan Alea. Jadi semakin cengeng."Kita pergi jalan yuk, daripada kau sedih terus memikirkan Wisnu yang tak tau pergi kemana. Kita habiskan waktu s
Maaf, Aku Pantang Cerai! (29)WISNU :"Kau pikir pakai otakmu itu Nu. Mau sampai kapan kau menyusahkan ibu, sampai sekarang kau tak mendapat kerja. Kalau begini lebih baik kau pergi, muak ibu melihat wajahmu itu masih saja kau mengurusi Alea sampai babak belur begitu."Aku benar-benar tak menyangka ibu bisa bicara seperti itu. Apa dia lupa kalau semua ini terjadi karenanya, sampai kesialan terus melanda hidupku. Sampai sekarang aku tak tau kenapa bisa terlibat korupsi yang tidak aku makan hasilnya.Semua bermula dari keputusanku mengikuti permintaan ibu. Saat itu aku hanya ingin membuat suasana tenang, tanpa berpikir kalau tindakanku menyakiti Alea. Pernikahan kedua itu hanya siri makanya aku rahasiakan, siapa sangka Alea mengetahuinya. Dia bahkan meminta bantuan Erlangga pria yang sangat mencintainya."Mau apa kau? Kalau mau makan beli sendiri. Itu hanya cukup untuk ibu dan Citra."Sakit sekali hatiku mendengar ucapan ibu. Apa ini balasan atas perbuatan ku pada Alea, berkali-kali dia
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,