Share

Bab 291

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-11 23:04:00

“Tuan masih belum mengangkat panggilannya, nyonya. Apa saya harus menghubungi tuan dan nyonya besar?” tanya bibi ikut panik melihat Alisya yang merintih kesakitan memegang perut besarnya.

Alisya memejamkan matanya berusaha keras agar tak merintih kesakitan, benar apa yang dia khawatirkan tak ada yang bisa dia andalkan untuk mengambil keputusan saat dia kesakitan seperti ini, seharusnya dia tinggal saja di rumahnya di desa sejak minggu lalu, bulik Par pasti dengan senang hati akan menemaninya tidur di rumahnya itu.

“Tolong bawa saya ke rumah sakit saja, Bi. Masih lama memang tapi itu lebih baik dari pada menunggu di rumah dan tolong panggil Rani untuk menjaga Bisma,” kata Alisya mengambil keputusan cepat saat rasa sakit masih tak menghilangkan akal sehatnya.

Sore itu setelah memastikan Bisma aman bersama Rani dan ibunya, Alisya berangkat ke rumah sakit hanya ditemani bibi saja. Dia berusaha tetap tenang dan berpikiran jenih meski kadang ra

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 292

    “Ya nggak bisa gitu pak, hpl itu bisa maju atau mundur, suka-suka bayinya mau keluar kapan. Kecuali bapak sudah merencanakan operasi, nah itu bisa tuh pilih tanggal cantik,” kata salah satu manager yang ikut makan siang bersama mereka.Meski sang istri sudah tidak bekerja lagi, tapi Alisya tetap mengirimkan makan siang untuk suaminya melalui sopir, kecuali hari di mana Pandu harus meeting di luar dan menemani kliennya makan, baru dia bilang pada sang istri untuk tidak perlu memberikan bekal. Jika dulu dia lebih suka menjelajah restoran mahal saat jam makan siang, sekarang dia akan anteng saja makan di kantor dan tak perlu kepanasan atau kena macet. “Memang bisa begitu ya, pak?” tanya Pandu bingung, kali ini memang bukan kehamilan pertama untuk Alisya, tapi ini kali pertama dia benar-benar menemani seorang istri yang hamil dan akan melahirkan, bukan itu saja dia bahkan juga ikut merasakan ngidamnya. Dulu saat Sekar hamil, mereka memang masih suami istri tapi wanita itu menolak saat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-12
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 293

    Pasangan paruh baya itu berjalan tergopoh-gopoh di lorong rumah sakit, yang menurut mereka terlalu panjang. Rasa khawatir terpancar jelas di wajah keduanya. “Ayo, Ma, kita harus lihat keadaan mereka,” kata sang laki-laki yang langsung meraih tangan sang istri dan menggandengnya supaya berjalan lebih cepat. “Kenapa mereka tidak menghubungi kita lebih awal, kalau Pandu dan Alisya tidak sempat para pembantunya kan banyak, ini yang mama tidak suka kalau mereka mengambil pekerja sembarangan,” gerutunya sambil berusaha tetap mengimbangi langah cepat sang suami. “Sudahlah, itu tidak penting. Keselamatan mereka lebih penting,” kata sang suami yang berusaha tenang dalam menghadapi kabar yang mengejutkan ini. Suasana masih gelap ketika mereka tiba di rumah sakit ini, terlihat sekali mereka datang dengan tergesa bahkan nyonya besar Wardhana yang biasanya berpenampilan glamor terlihat hanya mengenakan over coat panjang untuk melapisi piamanya tanpa ada perhiasan yang menempel satupun ditubu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 294

    Alisya baru saja akan bangun saat mendengar rengekan kecil di box sampingnya. Tapi gerakan disampingnya menghentikannya. “Tidurlah lagi biar aku lihat putri kecil kita.” Tentu saja Alisya tak bisa tidur lagi meski dia masih meletakkan kepalanya di atas bantal. Dari balik bulu matanya wanita itu mengawasi sang suami yang mengecek popok putri mereka, lalu menggantinya dengan cekatan lalu menimang sang putri yang masih merengek. Ibunya dulu pernah bercerita bahwa sang ayah tidak pernah canggung mengganti popoknya, membersihkan pupnya dan juga memandikannya, hanya memberi nenen yang tidak bisa ayahnya lakukan. Waktu itu Alisya hanya tertawa mendengar cerita sang ibu dan dalam hati berharap semoga suaminya nanti bisa membantunya mengurus anak-anak mereka seperti sang ayah dulu. Akan tetapi harapan itu langsung Alisya buang jauh-jauh saat menyadari kalau Pandu dalam kesehariannya masih dibantu oleh para pelayan, mana mungkin laki-laki bisa membantunya mengurus anak mereka, tapi sekara

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 295

    Hari ini Laras gajian Laras sudah membeli sekotak martabak telur kesukaan ibunya. Rutinitas yang selalu Laras lakukan, sejak mereka pindah ke kontrakan ini.Gaji Laras tentu saja cukup jika untuk membeli martabak telur setiap hari, tapi ibunya menolak dengan keras, sang ibu ingin Laras menabung gajinya tentu saja setelah semua kebutuhan mereka tercover dan... Menyisihkan untuk ayahnya. Hal yang sangat tidak disukai Laras, tapi ibunya selalu mengatakan sebagai anak Laras harus berbakti pada orang tua, diantaranya dengan membantu sang ayah yang kesulitan keuangan."Bu Aku pu-" Laras baru saja memasuki halaman rumah kontrakannya yang mungil saat dilihatnya sang ayah dan beberapa orang seperti menunggunya, mereka langsung tersenyum melihat kedatangannya dan Laras tak menyukai itu. "Akhirnya kamu pulang juga, nak. Kami sudah menunggu sejak tadi," kata sang ayah sambil tersenyum lebar. "Apa yang ayah lakukan di sini? bagaimana ayah tahu rumah kami? di mana ibu?" tanya Laras yang lan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 296

    "Turunkan aku di sini," kata Laras dengan kalut. "Apa, ini belum sampai, tunggu. Jangan aneh-aneh," kata Pram sedikit melirik gadis di sampingnya. "Siapa yang aneh-aneh! Dengar ya gini-gini aku cewek baik-baik! Aku masih perawan!" Kata Laras sambil melotot pada laki-laki di sampingnya itu. Pram menoleh dan mengerutkan kening bingung pada gadis di sampingnya yang tiba-tiba saja tantrum ini. "Hah! Apa maksudmu?" Tanyanya bingung. "Aku makasih banget sudah kamu tolong dari kejaran ayahku tadi, dan sebagai manusia beradab tentu aku akan balas budi untuk kebaikanmu ini, tapi tidak dengan tidur denganmu!" Kata Laras sambil melotot tajam. Brak.Pram spontan yang tadinya menatap Laras seolah gadis di sebelahnya ini berubah menjadi monster langsung menatap ke depan dengan kaget dan spontan menginjak rem. "Aww!" "Eh maaf kamu nggak apa-apa?" Tanya Pram setelah memastikan yang dia tabrak adalah tempat sampah di pinggir jalan, saking kagetnya dia tak sadar kalau sudah mengemudi keluar jal

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 297

    “Apa yang terjadi? Ibumu baik-baik saja kan?” tanya Pram mengikuti langkah cepat Laras keluar dari hotel. Laras itu meski kecil orangnya tapi sangat gesit lihat saja Pram yang bahkan tiga puluh lebih tinggi darinya kewalahan mengimbangi cara jalan wanita itu. Tak ada jawaban dari mulut Laras terpaksa Pram meraih lengan wanita itu. “Kamu belum jawab apa yang terjadi?” tanyanya lagi. Laras memejamkan mata, dia tidak ingin merepotkan Pram lagi, bukankah mereka sudah saling menolong jadi impas bukan. “Ibuku ehm... baik-baik saja, aku harus pergi sekarang, kita sudah tak punya urusan lagi,” kata Laras cepat-cepat, tapi Pram tentu saja tidak membiarkan hal itu terjadi apalagi melihat wajah pucat gadis itu setelah menerima telepon tadi, dan jangan lupakan matanya yang berkaca-kaca. Pram memang sering mematahkan hati para gadis, tapi tentu saja gadis yang memang pantas dia perlakukan seperti itu, tapi tentu saja Laras bukan salah satunya. “Biar aku antar tenangkan dirimu dulu, ang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 298

    Pram kali ini tidak punya alasan kenapa dia melakukan semua ini. Dua milyar bukan uang yang sedikit. Dia pasti sudah gila.Meski dia punya jauh lebih banyak dari itu. Pram memang selalu royal pada pacar-pacarnya sebelum diputuskan dengan menyedihkan, tapi dua milyar dalam satu hari tetap saja terlalu banyak untuknya, bahkan tidak untuk Alisya sekalipun, meski dia tidak akan keberatan jika teman tersayangnya itu meminta padanya. Pram menyayangi Alisya, sangat sayang. Dia bahkan pernah berpikir mungkin suatu hari nanti mereka bisa menikah dan hidup bahagia. Semua hal yang diimpikan para laki-laki dari istrinya ada dalam diri Alisya, dan Pram juga akan dengan rela hati mengkristalkan segala rasa takut dan traumanya pada pernikahan. Tapi Alisya memilih Pandu. Laki-laki yang bahkan sangat tidak pantas untuk temannya tersayang itu, dia tahu sejak awal. Akan tetapi Alisya bisa jadi orang paling keras kepala jika sudah punya mau dan sebagai orang yang menyayangi wanita itu dengan tulus

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 299

    Alisya bohong ternyata. Dia bilang Pram adalah teman yang baik dan suka membantu. Nyatanya sekarang laki-laki itu seperti sengaja mengerjainya. Dia DIPERINTAHKAN untuk ada di lapangan golf yang jaraknya satu jam perjalan dari kantornya berada pada pukul lima lebih sepuluh dan TIDAK BOLEH TELAT.Jam pulang kantor Laras memang jam lima sore, tapi tidak mungkin bukan dia bisa sampai di sana tepat waktu. Memangnya dia jin yang bisa langsung pindah tempat. “Aku pulang dari kantor jam lima, kamu pasti tahu karena pernah menjemput Alisya,” kata Laras kesal, rasanya dia ingin berteriak di ponselnya supaya telinga laki-laki itu budeg sekalian. “Aku tidak mau tahu, jam lima lebih sepuluh kamu harus sudah sampai, ingat aku sudah membelimu dua milyar.” Sialan Laras tidak punya uang sebanyak itu. bahkan meski nolnya dikurangi dua sekaligus. Dia benci ayahnya yang lagi-lagi menjerumuskannya dalam masalah seperti ini, tapi dia juga membenci ibunya yang keras kepala tidak mau menceraikan ayah

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 346

    Beberapa kali Pram menengok Arlojinya dengan gelisah. Ini sudah hampir jam sepuluh malam, dia lalu menengok ponselnya tidak ada pesan sama sekali. Kemana dia? Padahal Pram sudah ada di rumah tepatnya di ruang kerjanya sejak selesai makan malam, malam ini dia makan sendiri di meja makan besar itu. Laras belum kembali sejak minta izin meninggalkan kantor lebih cepat tadi siang. Dan Clara wanita yang katanya baru sembuh dari sakit itu menghilang entah kemana, bahkan dia juga tidak mengatakan apapun pada para pembantu. “Tuan, nyonya sudah pulang.” Pram menghela napas lega. “Baiklah terima kasih, Bi. Tolong siapkan makanan untuknya dan juga susu hangat dia pasti sangat lelah.” “Ehm... tuan. Tapi nyonya sama sekali tidak makan setelah jam tujuh malam, biasanya hanya makan buah saja itupun kalau benar-benar lapar.” “Apa maksudmu dia pemakan segala, bahkan kami pernah makan nasi goreng di pinggir jalan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 345

    Clara tak ingin seperti ini. Dia mencintai Pram. Belum pernah dia memiliki rasa cinta seperti pada laki-laki itu. Tapi dia juga realistis, dia tentu saja memilih ayah Pram yang lebih royal padanya dan memanjakannya dengan kasih sayang. Pram memang sesekali mengajaknya jalan tapi tak sekalipun memberikan barang-barang mahal, apalagi waktu itu sang papa butuh suntikan dana dan ayah Pram mau memberikannya asalkan mereka menikah. Clara tak punya pilihan lain, ayah Pram memang masih tampan meski sudah berumur. Clara tentu saja tak menolak, tapi lambat laun dia sadar kalau cintanya hanya untuk Pram seorang dan dia bertekad akan mengejarnya tak peduli kalau statusnya saat itu ibu tiri laki-laki yang dia cintai. “Kenapa kamu membuatnya mati lebih cepat! Seharusnya kamu memastikan dulu isi surat wasiatnya!” “Kenapa papa menyalahkan aku, surat wasiatnya semula aku menerima dua puluh lima persen kekayaannya tapi dia mengubahnya, dan pengacara itu sama sekali tidak bisa diandalkan, harusnya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 344

    Laras menatap rantang yang dia bawa. Dia sengaja masak daging dan juga ayam hari ini. Sejujurnya dia sama sekali tak tahu apa makanan kesukaannya. Lebih dari seperempat abad dia mengenalnya tapi mereka bahkan bisa dibilang orang asing dalam satu rumah. Ini akan canggung, tentu saja. Laras tidak pernah bersikap baik pada ayahnya seumur hidupnya pun demikian dengan sang ayah. Yang dia ingat dari sosok itu hanya bentakan dan pukulan, tak ada yang lain. Tapi hari ini dia mau menyempatkan diri untuk menjenguk serta membawakan makanan. Bukan karena dia memaafkannya atau ingin minta maaf karena laki-laki itu harus terlibat masalah seperti ini. Laras tidak bersalah dia selalu menekankan hal itu pada dirinya sendiri. Ini salah ayahnya sendiri kenapa begitu lancang meminta uang pada mertuanya, kenapa ayahnya begitu tak tahu malu melakukan itu semua. Padahal uang milyaran yang diberikan Pram saja sudah dia berikan semua. Laras tahu meski kecil dalam hati kecilnya dia masih menyayang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 343

    Pram menatap Alisya yang makan dengan tenang. “Tumben suamimu membiarkanmu lepas seperti ini.” Alisya tak menanggapi dia mengaduk jusnya dan menyerutnya dengan tenang, Clara sudah pergi sepuluh menit yang lalu tak tahan dengan sikap dingin Alisya dan juga sikap Laras yang menganggap wanita itu tak ada di sana. Hanya Pram yang masih sesekali berbicara dengannya, meski itu juga seolah terpaksa, wanita itu merajuk. Pram tahu itu tapi dia tidak wajib membujuknya, tentu saja jadi yang dia lakukan adalah meneruskan makan siang mereka dengan tenang. Baik Laras maupun Alisya seperti tak peduli dengan kepergian Clara, hanya saja saat Laras pergi ke kamar mandi Pram tidak tahan dalam keadaan seperti ini, hubungan keduanya sangat baik dan hangat tentu saja Pram tak ingin membuat masalah dengan Alisya. Karena bagaimanapun dia menyayangi wanita itu. Alisya melambaikan tangan pada pelayan yang lewat dan memesan dua mangkuk ice cream strawberry dan setelah pelayan menghidangkannya dia memberika

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 342

    “Aku suka caramu membuat format laporan simple dan praktis, aku minta kamu melakukan hal yang sama untuk laporan yang masuk siang ini.” Ini pengalaman pertamanya bekerja dengan Pram, ternyata suaminya itu sangat teliti dan perfecsionis, untung saja Laras bukan tipe orang yang menye-menye bahkan tadi Pram menegurnya dengan keras saat membuat kesalahan tapi tak segan memuji jika pekerjaan Laras memuaskan. Pram di kantor dan di rumah sangat berbeda, Laras tak tahu dia lebih menyukai versi suaminya yang mana, tapi yang jelas Laras sangat tidak menyukai suaminya saat ada di dekat wanita ini. “Pram apa semua baik-baik saja? kamu sepertinya sangat sibuk apa perlu aku juga bekerja di sini?” Laras langsung mengangkat kepalanya dan menatap Clara yang tiba-tiba datang lalu memeluk Pram seolah mereka sepasang kekasih. Pram yang tak enak hati langsung melepaskan pelukan Clara tapi wanita itu sepertinya urat malunya sudah putus bahkan beberapa karyawan yang melintas sempat menoleh pada ruangan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 341

    Pram tahu kalau sang istri ingin sekali pergi dari tempat ini secepatnya, tapi dia tidak akan membiarkan hal itu. Pram tak perlu obat tidur untuk membuat sang istri tidur lelap. Kekenyangan adalah obat tidur paling mujarab untuk Laras, Pram bahkan yakin istrinya itu tidak akan bangun meski ada gempa saat sudah tidur. Hidup bersama dalam satu atap beberapa bulan ini membuat Pram tahu sekali kebiasaan istrinya itu. Setelah yakin Laras tertidur Pram masuk ke kamar bibi yang ditempati wanita itu, bukan masalah jika kamar itu terkunci, Pram tahu dimana letak kunci cadangannya. “Wah kamu benar-benar seperti beruang yang sedang hibernasi,” gumam Pram yang melihat Laras sudah pulas padahal baru saja mereka berdebat. Perlahan dia mengangkat tubuh sang istri dan memindahkannya ke kamar utama, benar dugaannya jangankan terbangun saat dipindahkan terganggu saja tidak. “Astaga benar-benar kamu ini,” kata Pram sambil menggeleng

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 340

    Laras tak bisa tidur malam ini, bahkan setelah meminum pil pereda nyeri. Padahal badannya sakit semua serasa baru dipukuli orang satu kampung.Tapi...Perutnya lapar dan itu berbahaya. Karena Laras tidak suka kelaparan. Tapi kali ini dia akan bertahan di dalam kamar ini. Dia tidak pernah kembali kekamar utama dan memilih tidur di kamar bibi, agak sempit memang dan tentu saja fasilitasnya tidak seperti kamar utama, tapi tentu saja kamar ini lebih baik dari kontrakan Laras dan ibunya dulu paling tidak kasurnya sangat empuk dan atapnya tidak bocor dan yangpaling penting... tempat tidurnya kecil. Pram tidak akan mau tidur di sini. Bukan Laras terlalu percaya diri kalau sekarang Pram memang mau tidur dengannya. Laki-laki itu sendiri yang mengatakan, terutama setelah kejadian tadi. Sayangnya perutnya benar-benar tak bisa kompromi, dengan kesal Laras bangun dan mengendap masuk ke dapur, dia tidak tahu apa masih ada sisa bahan makanan atau tidak. “Sabar ya, Sayang. Kita cari dulu,” ka

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 339

    "Apa kamu bermaksud ingin menggodaku." Laras berbalik untung saja dia tidak refleks menyiramkan air yang dia pegang pada Pram. "Apa maksudmu dengan menggoda, aku sedang minum?" Pram tersenyum miring dan menatap Laras dari atas ke bawah terang-terangan, Laras yang mengikuti arah pandangan Pram langsung sadar kalau sekarang dia hanya menggunakan baju tidur kurang bahan. "Sialan! Mau aku colok matamu," jawab Laras ketus. Laras meletakkan gelasnya dengan kasar dan buru-buru lari ke kamar sial kenapa dia bisa lupa. Tapi Pram tak membiarkan sang istri untuk pergi dari hadapannya. "Siapa yang menyuruhmu pergi, kamu harus tanggung jawab." "Apa maksudmu?" tanya Laras sambil menelan ludah. "Tentu saja karena membuat aku menginginkanmu," kata Pram sambil tersenyum jahil. Laki-laki itu menarik tangan sang istri kuat. Kalah tenaga, Laras teerhuyung ke depan dan jatuh tepat dipelukan suaminya. "Lepas! ini pelecehan!" "Hahaha... kamu lupa kita suami istri bahkan aku berhak m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 338

    "Percaya diri sekali aku. Pram tidak akan masuk ke kamar ini, kami tidak perlu pura-pura di sini." Laras memilih baju-baju yang tergantung di sana, bukan seleranya memang tapi dia tidak mungkin memakai baju yang tadi untuk tidur. Lagi pula ada selimut, dia bisa menggulung tubuhnya seperti kepompong dan tidur nyenyak sampai pagi. Laras mengangguk itu rencana yang sangat bagus menurutnya. Dia segeraa mengambil satu baju asal saja, dan membawanya ke kamar mandi saat keluar dari kamar mandi Laras langsung berlari ke atas ranjang dan menggulung dirinya dengan selimut tebal, tapi tak lama dia kembali membuka selimut itu karena panas dan pengap, akhirnya dia hanya menutupi tubuhnya dengan selimut meski masih kepanasan tapi dia harus bisa bertahan, menurunkan suhu ruangan menjadi pilihannya. Laras menunggu dengan tegang di dalam kamar, dia memang sudah mengunci pintu kamar ini khawatir Pram tiba-tiba masuk dan melihatnya yang sedang berpakaian tak layak. Sampai jauh malam Laras sama se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status