Share

Bab 198

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-06 21:19:15

"Mas mau makan atau mandi dulu?" tanya Alisya sambil mengulurkan air putih dalam gelas pada Pandu, sedangkan tangan kirinya menggendong Bisma yang terlihat sangat senang melihat ayahnya datang.

"Biar aku gendong Bisma dulu," kata Pandu yang siap mengulurkan tangannya tapi dengan sigap Alisya menjauhkan anak itu.

"Mas cuci tangan dulu deh, baru dari luar," katanya.

Tanpa banyak bicara Pandu mengembalikan gelas kosong ke tangan Alisya lagi dan masuk ke kamar mandi tak lama kemudian dia keluar lagi sambil mengeringkan tangannya.

Benar-benar cuma cuci tangan ternyata.

"Sudah boleh kan? Adek main sama papa ya," kata Pandu sambil mengambil Bisma dari gedongan sang istri.

Alisya yang akan mencegah hanya menghela napas panjang, mungkin Pandu memang sangat merindukan putra mereka.

"Mau disiapkan makan malam sekarang?" tanya Alisya.

Pekerjaan Pandu memang sudah tidak terlalu sibuk jadi dia bisa tiba di rumah Alisya sebelum makan malam.

"Boleh tadi juga aku belum makan siang sepertinya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Arti
Semangat thor
goodnovel comment avatar
Arti
Semangat tahir
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 199

    Bahkan sudah beberapa kali Pandu membukakan pintu mobil untuknya dengan penuh perhatian tapi tetap saja membuat Alisya salah tingkah. Pernikahan mereka memang terjadi secara mendadak dan tanpa perencanaan sama sekali, tapi sebagai dua orang dewasa dan beradab tentu mereka harus menghargai komitmen yang telah mereka buat. Pandu sudah berusaha membuktikan dirinya untuk mau berkomitmen dengannya, setidaknya itu yang terlihat di depan Alisya saat ini, dan Alisya harus melakukan hal yang sama juga bukan. "Terima kasih, Mas," katanya sambil tersenyum. Pandu membalas senyum itu sambil mengelus rambut Alisya lalu mengambil Bisma yang seperti tak sabar untuk digendong papana. "Aku antar kalian sampai masuk ruanganmu," kata Pandu yang diangguki oleh Alisya, sejak mereka menjadi suami istri lagi Pandu selalu melakukan hal ini setiap mengantar Alisya ke kantor, mulanya wanita itu mencoba menolak tapi bukan Pandu namanya kalau menuruti apa maunya dengan mudah. "Bu Alisya, tunggu!" Alisya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 200

    Alisya tahu dengan melibatkan Pandu untuk menghandle 'mantan teman' laki-laki itu adalah tindakan paling logis yang harus dia lakukan saat ini. Tindakan laki-laki itu yang menawarinya pekerjaan lain di tempat dan kerjanya bisa dibilang sangat kurang ajar, Sasti pasti akan sangat marah jika tahu, tapi Alisya tidak ingin wanita itu tahu. Beban Sasti sudah cukup banyak tanpa dia harus merengek seperti anak-anak karena masalah ini. "Mas berangkat saja ini sudah siang, aku yakin bisa menghandlenya," kata Alisya sambil mengetuk jam tangannya saat melihat Pandu tak juga pergi, malah laki-laki itu sudah duduk nyaman di sofa sambil membuka tabletnya dan sibuk dengan benda itu.Satu jam sudah berlalu sejak mereka datang dan jam kerja sudah dimulai tiga puluh menit yang lalu tapi Pandu tetap duduk santai di ruangan ini. "Aku bisa bekerja dari mana saja, tidak ada yang memecatku juga meski aku datang terlambat," kata Pandu datar, meski itu benar tapi kok ya menyebalkan ya. "Kamu kerja saja se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 201

    Alisya tak menyangka kalau Pandu bisa sekejam ini. Ini keadaan yang sulit untuknya, belum pernah dia mengalami sesulit seperti ini."Kamu kenapa menangis? apa ada yang menyakitimu? Al ada apa?" nada suara Pandu yang panik membuat Alisya makin sesenggukan. Oh dia sebenarnya tak ingin menangis, apalagi untuk hal yang tidak jelas seperti ini. Tanpa sepengetahuannya Pandu benar-benar memasukkan nasi goreng buatannya tadi pagi ke dalam kotak yang dia tunjukkan dan saat ini mereka sedang melakukan video call dan laki-laki itu menunjukkan kotak bekal itu sebagai makan siang. Sontak saja hal itu membuat Alisya merasa bersalah, dia merasa makin menjadi istri terburuk di dunia, selama ini dia sibuk melindungi diri dan hatinya dari Pandu yang menurutnya adalah suami yang buruk, dan itu membuatnya tak bisa melihat kebaikan laki-laki itu. Dengan uang berlimpah yang dia miliki laki-laki itu bahkan bisa membeli makanan semewah apapun di restoran, tapi sekarang laki-laki itu lebih memilih makan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 202

    "Biar saya bantu, bu. Ibu ingin masak apa?" Alisya menoleh ke belakang dan melihat kepala chef berdiri di sana, laki-laki berusia awal lima puluhan itu tersenyum ramah."Maaf ya, pak. Saya pinjam dapurnya untuk membuatkan suami saya makanan, dia sedang tidak bisa makan kalau tidak masakan saya," kata Alisya sambil meringis. Kalau dipikir-pikir konyol memang tapi Alisya tahu kalau Pandu tidak pura-pura, laki-laki itu memang sudah terbiasa makan masakan yang memang diperuntukkan untuknya, tapi tidak dapat dipungkiri keadaan ini juga sedikit meningkatkan rasa percaya dirinya, dia merasa dibutuhkan."Bu Alisya sedang hamil?" tanya si bapak yang membuat telur di tangan Alisya hampir saja tergelincir. "Hah! kok bapak bisa berpikir begitu, anak saya saja belum setahun," kata Alisya saking kagetnya. Pernikahannya dengan Pandu bahkan belum berumur satu minggu dan mereka bahkan belum pernah melakukan hubungan suami istri bagaimana mungkin dia bisa hamil? ada-ada saja. Tapi tentu saja selain

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 203

    Biasanya Alisya orang yang selalu punya rencana untuk hidupnya, kehilangan orang yang menjadi sandarannya sejak kecil membuat wanita itu harus berhati-hati dalam bertindak karena jika dia terjatuh tidak akan ada lagi yang membantunya bangkit. Akan tetapi semenjak mengenal Pandu entah kenapa Alisya selalu bertindak sembrono, seperti kali ini. Kenapa bisa dia lupa kalau dulu Pandu melarang keras dirinya untuk datang lagi ke kantor yang pernah menjadi tempatnya mencari nafkah ini. Dulu saat dirinya begitu tergantung pada laki-laki itu untuk pengobatan ibunya, lagi pula memang dia tidak melihat jalan lain selain menuruti keinginan Pandu. Pandu suaminya dan dia sangat berharap hubungan mereka juga sama kuatnya seperti hubungan orang tuanya dulu, sampai maut memisahkan. Meski sekarang mereka dalam tahap hubungan yang baru, tapi Pandu sekalipun tidak pernah mengundang Alisya untuk datang ke kantornya. Jadi seharusnya dia tidak sepercaya diri ini. "Alisya? kamu Alisya bukan?" A

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 204

    Sepanjang lobi sampai mereka masuk ke dalam lift banyak orang yang melongo menatap mereka. Alisya tahu sebentar lagi pasti dia akan menjadi gosip terhangat di sini. Pemandangan saat ini memang cukup epik, dengan direktur utama mereka yang sedang memeluk pinggang wanita yang mereka kenal sebagai mantan istrinya dan Bisma, tidak akan ada yang meragukan kemiripan bayi itu dengan wajah papanya. Alisya sedikit menggeliatkan tubuhnya supaya tangan Pandu yang ada di pinggangnya terlepas, tapi tangan itu seperti sudah dilem di sana. "Mas, malu banyak karyawan mas di sini," bisik Alisya berharap dengan begitu laki-laki itu melepaskanya. Pandu hanya menatap mereka sekilas dan melepaskan pinggangnya hanya untuk menekan tombol lift lalu tangan itu kembali ke sana. "Kenapa harus malu? mereka harus tahu kalau kamu istriku," kata Pandu enteng. Ini lift khusus direksi, dan di jam makan siang seperti ini tak banyak anggota direksi yang terhormat itu masih menggunakannya, mereka biasa makan si

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 205

    Alisya menggeliatkan tubuhnya, keadaan di luar masih gelap, dia menatap jam di dinding ini memang sudah waktunya dia bangun. Saat itulah dia sadar ada seseorang yang bergelung dalam pelukannya. Awalnya terasa aneh karena untuk pertama kalinya dia memeluk versi dewasa dari putranya, seminggu pernikahan dadakan mereka banyak hal yang terjadi, dan semuanya melibatkan energi dan emosi yang tidak sedikit, Alisya kelelahan tentu saja, tapi setelah melihat sosok yang masih tidur pulas sambil memeluknya erat ini membuat rasa lelah itu hilang tak berbekas, apalagi mengingat tawa renyah sang anak saat bermain bersama ayahnya.Semalam Pandu memang pulang agak sore untuk ukuran Pandu tapi pembicaraan yang mereka lakukan memaksa mereka untuk tidur lebih larut, apalagi kondisi Pandu yang akhir-akhir ini malas makan membuat Alisya khawatir. "Mau kemana?" Padahal Alisya sudah sangat hati-hati jangan sampai membangunkan sang suami tapi ternyata laki-laki itu tipe yang gampang bangun. "Mau sholat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 206

    Alisya tahu bagaimana Sekar juga mama mertuanya, mereka tipe wanita yang gemar bermewah-mewah tak peduli bagaimana sulitnya mencari uang, dia bahkan dulu pernah tak sengaja mendengar kalau biaya salon Sekar dalam satu bulan mencapai seratus juta, belum lagi dengan keperluan gaya hidupnya yang Alisya yakin lebih dari itu. Sedangkan untuk Alisya Pandu hanya memberi uang bulanan separuh dari biaya salon Sekar. Dia tidak pernah iri karena tahu Pandu juga menanggung biaya pengobatan sang ibu yang tidak sedikit, tapi saat dulu Pandu meminta Alisya mengembalikan uang perawatan untuk ibunya, dia benar-benar sakit hati. Sekarang mereka kembali bersama, Pandu memang mempercayakan hartanya pada Alisya dan membebaskan dia untuk menggunakannya, tapi Alisya yang tahu sekali bagaimana susahnya mencari uang tentu saja tidak akan pernah menggunakan uang itu jika tidak benar-benar membutuhkannya. Gaya hedon dan mewah sangat bukan Alisya sama sekali dan tentu saja dia tidak mau hidup dengan menj

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 259

    Sesiang ini Alisya masih santai nonton televisi di kamarnya dan Pandu. "Kamu nggak kerja?" tanya Pandu yang baru saja keluar dari kamar mandi. Laki-laki itu menatap jam di dinding lalu pada sang istri lagi yang masih sibuk memencet-mencet remote televisi dengan gemas. "Sayang," panggil Pandu lagi mungkin saja kan istrinya itu tidak mendengar pertanyaannya tadi karena sibuk dengan televisinya. "Mas kok ngusir sih," jawab Alisya menbuat laki-laki itu sedikit terkejut, padahal sebelum dia masuk kamar mandi istrinya masih baik-baik saja, tapi sekarang berubah seperti singa."Kok ngusir sih. Kan mas tanya," jawab Pandu lembut. Pandu sudah pernah bersama Sekar selama hampir sepuluh tahun, dia tahu kalau Sekar bukan orang yang mudah berkompromi meski dengan dirinya yang saat itu berstatus pacarnya. Sekar egois dan mau menang sendiri membuat Pandu harus banyak mengalah karena dia sangat berharap kalau Sekar adalah satu-satunya wanita dalam hidupnya sampai maut memisahkan mereka. Saat it

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 258

    Sejak ayah dan ibunya meninggal Alisya sering merasa sendiri tapi sekarang dia tidak merasa begitu lagi terutama setelah bertemu wanita paruh baya baik hati yang sekarang sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Oalah, Nduk. Kamu baik-baik saja kan?" Bulek Par langsung memeluk Alisya dengan erat wanita itu bahkan membolak-balik tubuh Alisya untuk memastikan wanita muda di depannya ini baik-baik saja. Alisya tersenyum, hatinya menjadi gerimis bukan karena peristiwa yang  baru saja menimpanya tapi karena wanita paruh baya di depannya ini yang begitu tulus mengkawatirkannya seperti seorang ibu.Sejak ibunya meninggal Alisya pikir dia tidak akan lagi mendapatkan pelukan sehangat ini lagi, tanpa sadar air matanya menggenang, dia bahkan tak peduli, suami, anak juga para pegawai di rumah ini melihat semuanya, dia hanya ingin menikmati sekali lagi pelukan hangat seorang ibu yang begitu sangat dia rindukan. 

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 257

    Dua hari di rawat di rumah sakit kondisi Pandu sudah mulai membaik, dia sudah bisa tidur dengan telentang dan menggendong Bisma, meski masih selalu manja pada Alisya mengalahkan putranya. "Mau kita apakan bunga sebanyak ini, mas," kata Alisya dengan pandangan putus asa pada deretan bunga yang memenuhi ruang rawat Pandu. Alisya bukan orang romantis, sejak kecil dia terbiasa berhemat dan hanya membeli apa yang memang penting saja untuk dibeli dan tentu saja bunga bukan item yang akan dia beli apalagi jika tujuannya hanya untuk pajangan saja. Lagi pula dia tidak terlalu suka bunga, satu-satunya bunga yang dia suka adalah bunga deposito. Ayah mertuanya yang menempatkan penjaga di luar untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan membuat rekan dan juga kerabat Pandu tidak bisa bebas menjenguk, jadi mereka hanya mengirimkan ucapan semoga lekas sembuh dengan bunga beraneka ragam, membuat ruangan ini berubah menjadi toko bunga. "Buang saja," kata Pandu gampang. Alisya m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 256

    Ini adalah mimpinya sejak dulu. Dia akan menjadi orang nomer satu di kota ini, dia sangat yakin meski pemilihan belum berlangsung. Kekuatan nama besar keluarganya juga koneksi yang dia miliki tentu akan membuatnya bisa melenggang dengan tenang menduduki posisi itu. Sayang... Dia tidak memperhatikan satu kerikil kecil yang membuatnya tergelincir seperti ini. Tidak... Dia belum kalah, dia akan membuktikan kalau dia tidak bersalah dalam hal ini, dia akan menemui laki-laki tua itu, kalau perlu dia akan bersujud di kakinya untuk mendapatkan fasilitas dan dukungannya. Sudah saatnya bukan dia mendapatkan apa yang menjadi haknya selama ini, dia sudah banyak mengalah sejak usianya remaja. Panji yang diberi hak istimewa baik pendidikan bahkan kedudukan dalam keluarga, seharusnya pewaris adalah anak pertama, tidak peduli dia laki-laki atau perempuan, laki-laki tua kolot itu pasti akan menyesali keputusannya ini. Dia pasti akan membuatnya membuka mata dan melihat kenyataan yang sebenarny

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 255

    "Kenapa mas ngomong seram begitu." "Mas akan meminta beberapa orang untuk mengawalmu mulai sekarang." "Untuk apa?""Tentu saja untuk berjaga-jaga, apalagi Silvia pasti lebih nekad sekarang tadi saja dia berani datang kemari." Alisya terdiam dia menatap suaminya dalam, entah bagaimana reaksi Pandu mendengar berita kematian Silvia."Silvia tak akan bisa mencelakakan siapapun lagi, karena dia sudah meninggal," kata Alisya pelan tanpa memalingkan muka dari sang suami."Oh?" "Kenapa?" "Mas tidak penasaran kenapa dia bisa meninggal?" Pandu menghela napas panjang lalu menatap sang istri sambil tersenyum. "Dia bukan orang yang penting untukku, jadi tidak penting juga apa yang terjadi padanya," katanya ringan. "Mas yakin tidak punya perasaan lebih padanya, rasa simpati atau bela sungkawa seperti itu bagaimanapun kalian sudah lama saling kenal?" Alisya tahu pertanyaannya ini sangat konyol, dia bukan ingin meyakiti diri dengan mendengar suaminya perduli pada wanita lain sih, bukan sepert

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 254

    Rasanya seperti sedang menikmati pemandangan indah di puncak gunung tiba-tiba didorong ke dasar jurang.Itulah yang Alisya rasakan sekarang.Seharusnya Alisya tidak menaruh harap, apalagi pada manusia Agar dia selalu terlindung dari rasa kecewa. Tapi apa boleh dikata nasi sudah menjadi bubur tak akan bisa kembali lagi. "Silvia." Nama itu seperti penyakit yang menggerogotinya. Orangnya memang sudah meninggal tapi masih mampu memberikan rasa sakit untuknya. Kemarin saat melihat suaminya berlumuran darah Alisya bahkan tak mampu untuk mengeluarkan air mata, dia terlalu terkejut dengan ini semua, sangat berharap kalau sang suami segera bangun tapi begitu harapannya terkabul kenapa rasanya begitu sakit saat mendengar sang suami menyebut nama itu.Andaikan bisa Alisya ingin menghapus ingatan sang suami pada nama itu, sayangnya itu tak mungkin dia lakukan.Bersamaan dengan bibi yang datang bersama dokter jaga, kaki Alisya melangkah mundur, dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Bahkan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 253

    Alisya menghela napas lelah, dia menatap dua orang polisi di depannya dengan seksama. "Saya tidak tahu apa Silvia kecelakaan atau ada orang yang sengaja mensabotase mobilnya," kata Alisya tegas entah untuk yang ke berapa kalinya.Entah bukti apa yang sudah didapat oleh para polisi ini sampai mereka mencerca Alisya dengan berbagai pertanyaan yang nyudutkan, padahal bisa dibilang dia adalah korban dari keegoisan Silvia, meski wanita itu sudah meninggal sekarang, tapi sejak tadi tak ada pertanyaan kenapa suaminya bisa berakhir di rumah sakit seperti ini. "Apa ibu yakin tidak tahu akan hal itu?" tanya sang polisi lagi. Alisya tahu sih mereka hanya melakukan pekekerjaan mereka, tapi kok dia jadi kesal ya, kenapa seolah dia yang dijadikan tersangka, sedikit sesal di hati Alisya karena tidak menuruti saran bibi untuk menghubungi ayah mertuanya dan mendapatkan bantuan pengacara.Alisya pikir dia hanya perlu menceritakan kronologi kejadiannya saja, tapi ternyata... "Saat Silvia melajukan m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 252

    "Dasar pembawa sial!" Teriakan itu langsung menggema di ruang vip tempat Pandu dirawat saat Alisya baru saja membuka pintu. Dia tidak menyangka ada orang yang cukup gila berteriak di rumah sakit seperti ini, meski ruangan ini agak terpisah dengan ruangan lain tapi teriakan keras itu bahkan bisa membangunkan orang mati. Alisya menoleh ke belakang, dia sedikit berharap Pandu terganggu dengan teriakan itu dan membuka mata, dia tidak keberatan dimaki atau diomeli asal suaminya bisa bangun lagi, tapi nyatanya Pandu masih tetap anteng dalam tidurnya. "Jangan berisik tante ini rumah sakit," tegur Alisya pelan. Alisya pasti sudah gila kalau berpikir wanita di depannya ini akan menurut dengan kalimatnya, sang tante langsung meringsek masuk dan menatap Pandu dengan tatapan... Kesal. Sungguh manusia ajaib memang. "Semua ini gara-gara kamu, kalau kamu mau menerima Silvia semuanya tidak akan seperti ini!" "Ini tempat umum, anda pasti tahu apa yang akan terjadi jika saya memanggil satp

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 251

    Jika diberi pilihan hidup sekali lagi apa orang-orang itu akan memilih pilihan yang berbeda atau masih keras kepala kalau pilihannya sudah tepat. Meski pilihan itu mengorbankan orang lain atau bahkan dirinya sendiri?"Seharusnya saya tadi tidak bicara dengannya," kata Alisya lirih penuh penyesalan. Sungguh Alisya menyesal dengan apa yang terjadi pagi ini, wanita itu menunduk dengan kedua tangan saling menggenggam erat. Saat ini dia ada di ruang tunggu ruang perawatan Pandu, bersama sang ibu mertua tentu saja karena ayah mertuanya harus mengurus insiden yang terjadi pagi ini. "Seharusnya memang begitu." Alisya langsung mendongak mendengar suara dingin ibu mertuanya, suara yang sejak kemarin tidak dia dengar lagi. "Kamu memang bodoh, bukankah aku sudah bilang untuk menjauhinya tapi kamu sok baik dengan meladeninya bicara." Kalimat itu memang menyakitkan tapi Alisya tak bisa menyangkal kebenaran kalimat itu. "Maaf." Hanya itu yang bisa dia katakan, andaikan waktu bisa diputar lag

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status