Share

Bab 176

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-12-21 20:05:31

"Mas pulang saja, di sini pasi tidak nyaman," kata Alisya yang melihat Pandu masih duduk dengan tablet di tanganya, laki-laki itu memang tak banyak bicara setelah bulek Par meninggalkan mereka tadi.

Pandu meletakkan tabletnya dan mendekati Alisya, dia lalu mengambil botol air mineral dan memberikannya pada Alisya.

"Aku tidak ingin minum," kata wanita itu dengan nada protes.

"Kata dokter kamu harus banyak minum kalau mau cepat sembuh."

"Susah kalau bolak balik ke kamar mandi," bantah wanita itu.

"Aku akan menggendongmu ke kamar mandi tenang saja," Alisya menghela napas lalu menerima air itu dan meminumnya sedikit.

"Aku serius, mas. Aku tidak masalh di sini sendiri ada suster yang bisa aku panggil kalau butuh bantuan, lagi pula aku takut Bisma nangis dan kasihan papa dan mama."

Pandu malah menarik kursi di samping ranjang Alisya dan duduk di sana.

"Kenapa kamu hobi sekali mengusirku, ini bukan di rumahmu tidak akan ada tetangga yang usil, lagi pula seperti kata bulek aku akan be
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Aisyah Rajab
keganjenan banget Alysa
goodnovel comment avatar
Aisyah Rajab
cinta Pandu pada sekar luntur karena pengjianatan....mestinya cinta Alysa pada Pandu juga hilang karena Pandu mengjianat dan berzinah...dasar Alysa matre dan gak punya harga diri
goodnovel comment avatar
Ulil Hidayah
kapan episode selanjutnya rilis ya?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 177

    "Ups maaf, sepertinya papa menganggu."Alisya buru-buru menyelesaikan kunyahannya. Astaga. Seharusnya tadi dia menolak keras Pandu yang ingin menyuapinya, dia sudah sembuh hanya tinggal sedikit pusing dan lemas. "Ma...ma!" jerit Bisma tak terima saat sang kakek ingin membawa anak itu keluar. "Biar Bisma sama saya, Pa," kata Alisya meminta putranya."Asip yang kamu berikan habis jadi papa bawa dia kemari."Alisya mengangguk dia bisa menduganya."Terima kasih, Pa. Sudah menjaga Bisma.""Sama-sama, Nak. Papa dan mama senang bisa menjaga Bisma."Rengekan Bisma yang terlihat sangat kehausan membuat laki-laki paruh baya itu tersenyum dan berpamitan menunggu di luar.Alisya menatap Pandu yang masih anteng duduk di tempatnya. "Apa mas sudah tanya pada dokter aku boleh menyusui Bisma apa tidak?" tanyanya. "Oh iya, aku lupa bilang, kamu boleh menyusui Bisma, obat yang kamu minum tidak berpengaruh padanya." Alisya mengangguk, menunggu sampai Pandu berdiri dan keluar api sepertinya laki-lak

    Last Updated : 2024-12-22
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 178

    "Aku tahu aku tidak berhak mengatakan ini tapi aku tahu kamu bukan orang yang ceroboh."Suara Pandu membuat Alisya menoleh, laki-laki itu juga sedang menatapnya dengan tatapan yang dalam yang mampu membuat dada Alisya berdebar kencang. "Mas terlihat tidak suka jika aku menerima jabatan baru itu?" Alisya berusaha bersikap tenang yang tentu saja sangat sulit dia dapatkan di bawah tatapan Pandu.Seperti yang dia katakan, Pandu sama sekali tak berhak untuk berkomentar, tapi tentu saja, laki-laki itu tak mungkin berkomentar sembarangan tanpa alasan."Bukan tak suka." Pandu menghentikan ucapannya dan menatap Alisya dengan khawatir."Aku hanya tidak ingin kamu mengabaikan Bisma, aku tahu kamu pasti akan menolak jika aku memberikan uang meski dengan alasan untuk Bisma. Lagi pula apa kamu tidak merasa ini terlalu cepat, Fahri dan ayahnya mungkin saja menerima di depan pak Amin tapi dunia bisnis sangat penuh dengan tipu muslihat, aku tak mau kamu menjadi korbannya." Lahir dan besar di keluar

    Last Updated : 2024-12-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 179

    Setelah lima hari di rawat di rumah sakit akhirnya Alisya diperbolehkan pulang juga. Ruangan di rumah sakit yang dia tempati memang presindent suit, dan fasilitas yang dia berikan bahkan lebih baik dari hotel tempat di bekerja, tapi tetap saja dia merindukan kamarnya yang sempit dan hanya menggunakan kasur busa. Sebenarnya Alisya sudah boleh pulang sejak dua hari yang lalu tapi karena dia masih terlihat lemas dan pucat, Pandu yang entah bagaimana ceritanya menjadi walinya menolak saat dokter memperbolehkannya pulang. Konyol memang di saat banyak orang yang ingin cepat keluar dari rumah sakit karena biayanya yang selangit, juga karena tidak nyaman di sana. "Sudah semua tidak ada yang tertinggalkan?" tanya Pandu."Sudah semua dari tadi," kata wanita itu, sambil menepuk-nepuk punggung Bisma yang terlihat sekali tak ingin jauh darinya. Kasihan sekali putranya itu harus terpisah darinya selama dia dirawat di sini. Kadang memang papa atau mama mertuanya membawa Bisma padanya untuk ASI

    Last Updated : 2024-12-24
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 180

    "Jadi itu mantan suamimu, Lis. Kok masih nempel padahal kalian sudah bercerai." Mulut orang kalau sudah nyinyir memang menyebalkan sekali. Alisya memang sangat menyukai suasana di desa ini, pemandangannya yang indah, suasananya yang sejuk dan nyaman juga kekeluargaan yang masih terikat erat, tapi juga tak bisa menampik hal yang mengikuti itu semua yaitu para tetangga yang suka nyinyir dan ikut campur meski dengan dalih peduli sesama.Seperti kali ini, para tetangga langsung datang berbondong- bondong menjenguk begitu tahu Alisya sudah keluar dari rumah sakit, tapi tentu saja pertanyaan demi pertanyaan yang mereka lontarkan membuat Dia jengah."Ada beberapa hal yang membuat kami berpisah," kata Alisya berusaha bersikap seramah mungkin."Oalah anak jaman sekarang ya gitu, nikah ada masalah dikit langsung cerai sukanya malah pacaran yang nggak jelas begitu, ingat Lis itu dosa, lebih baik kalian rujuk. Rumah tangga itu tidak selamanya indah dengan siapapun itu." Alisya hanya meringis da

    Last Updated : 2024-12-25
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 181

    Tidak pernah ada dalam bayangannya sekalipun hal ini akan terjadi padanya. Dia sangat malu tentu saja.Apalagi salah satu dari mereka bilang. " Kasihan ayah dan ibunya dulu mereka orang yang sangat taat, kenapa anaknya jadi seperti itu." Alisya sudah berusaha menjelaskan bahkan sampai berderai air mata, tapi mereka sama sekali tak percaya sedangkan Pandu yang juga mencoba menjelaskan semua juga bernasib sama.Alisya tahu ini memang kecelakaan yang tak disengaja, tapi tetap saja dia kesal pad Pandu. Andai laki-laki itu mau menuruti perkataannya dan pulang lebih awal tentu hal ini tak perlu terjadi. "Ma..ma!""Maaf mbak, ini Bisma nangis terus manggil mamanya," kata Rani yang terlihat sekali lebih suka disuruh gendong si gembul Bisma seharian dari pada masuk ke kamar Alisya. Wanita yang sejak tadi hanya duduk melamun di atas ranjangnya itu langsung menoleh dan menatap penuh rasa bersalah pada putranya. "Sini Bisma Ran, tolong bantu bulek di dapur," kata Alisya dengan pelan."Baik,

    Last Updated : 2024-12-25
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 182

    Alisya sudah siap jika Pram akan mencercanya dengan semua stock kata-kata kasar yang laki-laki itu miliki saat mereka duduk bersama seperti ini. "Untung aku tidak terkena serangan jantung saat kamu menghubungiku tadi," kata Pram tenang, terlalu tenang membuat Alisya malah menatap sengit teman baiknya itu. "Jangan lebai deh Pram, kamu nggak punya bakat jantungan aku tahu itu," kaa Alisya dengan tidak suka. "Jantungan itu biasanya karena kaget bukan karena bakat, kamu tuh kalau soal duit aja pinter tapi kok bisa jatuh di lubang yang sama dua kali," omel laki-laki itu yang membuat Alisya menarik napas dengan lega. "Syukurlah kamu sudah normal, hampir saja aku tadi suruh pak ustad untuk sekalian rukiyah kamu." Pram langsung melotot tak terima dan menggeplak kepala Alisya galak, dia bahkan tak peduli saat wanita itu mengaduh berlebihan. "Aku baru keluar dari rumah sakit tahu," omelnya kesal. "Terus kamu mau ngadu sama suamimu gitu," ejek Pram. Alisya terdiam dan kali ini wajahnya be

    Last Updated : 2024-12-26
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 183

    "Awalnya saja kamu sok jual mahal, ternyata malah membuat drama murahan seperti ini."Semua orang sudah pulang, bahkan bulek Par yang terlihat kelelahan juga sudah permisi pulang meninggalkan Pandu beserta kedua orang tuanya di sini. "Ma!" tegur dua orang laki-laki dewasa itu bersamaan. Alisya langsung menunduk, dia tahu cepat atau lambat ini akan terjadi, seharusnya dia lebih keras berusaha untuk menolak dan menjelaskan semuanya dengan lebih baik. Saat bekerja tidak jarang dia melakukan negosiasi dengan para klien tapi entah kenapa tadi dia sama sekali tidak bisa meng-argue para tetangga yang datang begitu juga dengan Pandu yang terlihat sama sekali tidak bisa berbuat banyak. "Maafkan saya." "Kamu tidak salah, Al. Pak RT hanya datang di saat yang tidak tepat saja, kamu tahu diantara kita berdua tidak ada yang salah, itu kecelakaan," kata Pandu sambil menggenggam tangan Alisya erat. "Papa senang kalian akhirnya kembali bersama," kata ayah Pandu yang langsung menghentikan perd

    Last Updated : 2024-12-27
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 184

    Alisya yang sekarang bukan Alisya yang dulu. Wanita itu tak hanya bisa menunduk dan melakukan yang dia katakan.Duduk dalam satu ruangan bersama wanita ini sebagai suami istri sudah menjadi angan dalam diri Pandu entah sejak kapan dan pelan-pelan menjadi obsesi untuknya sehingga dia menerima saja rencana sang ayah, akan tetapi dia boleh tersenyum senang sekarang rencana Tuhan ternyatag jauh lebih indah meski dia juga harus membereskan beberapa hal setelah ini. "Apa syarat yang ingin kamu ajukan katakanlah," kata Pandu dengan yakin. Mungkin sejak dia melihat sendiri kalau Alisya ternyata masih perawan, atau saat melihat wanita itu berusaha keras melawannya untuk menemui sang ibu yang sekarat atau mungkin saja saat Alisya memutuskan pergi dari rumah mereka, cinta itu hadir dalam hatinya. Dulu dia mengagumi gadis kecil yang dengan berani menolongnya dan menyatakan gadis itu sebagai cinta pertamanya, saat dia menemukan gadis itu Pandu berusaha keras untuk mencintainya meski logikanya

    Last Updated : 2024-12-28

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 289

    “Masih juga belum tidur,” gerutu Alisya.Ini hampir jam satu dini hari, dia bahkan tidak tahu suaminya pulang jam berapa tadi malam.Sudah satu bulan sejak usia kandungan Alisya menginjak bulan ke delapan Pandu selalu pulang larut malam.Awalnya Alisya menunggunya di sofa ruang tamu sambil terkantuk-kantuk dengan gelas berisi teh hangat yang sudah dingin, satu dua hari dia bisa bertahan melakukan itu, tapi pada hari ketiga Alisya menyerah karena tubuhnya tak bisa lagi berkompromi dan kantuk begitu hebat menyerangnya bahkan setelah makan malam berakhir.Dan Pandu yang sejak awal mengatakan pada sang istri untuk berhenti menunggunya pulang, dengan senang hati akan menyiapkan sendiri apa yang dia butuhkan setelah bekerja, Pandu yang sekarang memang sudah lebih bisa diandalkan dalam mengerjakan hal-hal kecil.Dia sudah bisa menyapu lantai dengan baik, membuatkan susu dan makanan untuk Bisma bahkan menggoreng telur mata sapi untuk dirinya sendiri karena harus mengumpat kulit telurnya yang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 288

    “Aku seperti tahanan saja,” keluh Alisya untuk kesekian kalinya. Dia menatap putus asa pada empat orang yang menatapnya, dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. Mereka terlihat siap siaga melakukan apapun untuknya, bahkan meski mengorbankan nyawa. Ini terlalu berlebihan. Alisya sangat sadar dia menikahi siapa, meski bukan keturunan bangsawan apalagi sultan, tapi Pandu salah satu orang penting sebagai penggiat ekonomi negeri ini, dia adalah pewaris perusahaan yang di dalamnya mempekerjakan puluhan ribu karyawan. Sekarang dia salah salah satu kelemahan Pandu yang harus dijaga dengan baik, dari musuh yang bahkan tak terlihat sekalipun. Tapi tetap saja ini berlebihan. Alisya merasa dia sangat mampu menjaga dirinya sendiri dan juga anak-anaknya. Dia terbiasa bebas dan mandiri tanpa ada orang lain yang diandalkan jadi saat mendapati sekarang dia dikelilingi orang-orang yang siap siaga membantunya dia merasa... tak biasa. “Maaf, tapi dengan adanya mereka membuatku menjadi tenang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 287

    "Benarkah Pram pernah mengalami hal seperti itu? Kapan?" Nada tak percaya dalam suara sang istri membuat Pandu menoleh dan mengernyitkan kening, dia menoleh ke bangku belakang dan melihat Bisma sudah tertidur di kursi bayinya. Untunglah kursi itu terlihat nyaman untuknya. "Kamu tidak tahu? Kok bisa?" Ingin sekali Alisya menggeplak kepala sang suami supaya ingat siapa yang telah membuatnya melakukan semua ini, tapi tentu saja dia masih tahu itu dosa."Apalah dayaku yang ingin jadi istri solehah yang menurut pada suami," kata Alisya dengan gaya ukhti-ukhti soleha yang sering dia lihat di medsos, berharap sang suami tertawa tapi Pandu malah menatap sang istri sambil tertegun."Aku tahu aku memang orang yang sangat beruntung bisa menjadi suamimu kembali," kata Pandu dengan serius. Alisya berdehem untuk mengurangi kecanggungan, apalagi sang suami mengatakan sambil menatapnya penuh arti, untung saja lalu lintas sudah menyala hijau. "Mas terlalu berlebihan, aku yang beruntung dengan m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 286

    "Enak banget ya sampai nambah," kata Alisya geli sendiri melihat sang suami yang sudah menghabiskan mangkok soto yang keduanya. Tempat ini ternyata sebuah rumah makan khas jaman dulu yang menyediakan menu soto yang khas dengan gerobak di depan, penyajiannya menggunakan mangkuk kecil yang penuh dengan rempah dan daging, dengan nasi yang disediakan terpisah di piring. Rasanya memang enak apalagi cara memasaknya yang menggunakan arang. "Porsinya kecil," bisik Pandu sambil tersenyum mengangkat mangkuk keduanya yang sudah licin. Alisya tertawa, untuk ukuran Pandu porsi yang disuguhkan memang kecil, tapi sangat pas untuk Alisya. Bukan hanya Pandu yang menyukai rasa soto ini, tampaknya sang putra juga suka, meski dengan tambahan lontong dan kuah saja. Seperti biasa mereka makan bergantian untuk menyuapi sang putra. "Mau bawa pulang?" tanya Alisya menggoda. "Boleh saja, tanya saja orang bibi masak atau tidak," kata Pandu enteng. "Bibi tadi masak ayam bakar madu, maksudku untuk mas l

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 285

    Senyum tak bisa lepas dari bibir Pandu. Sambil menyetir dia beberapa kali ikut bernyanyi bersama Bisma. Lagu anak-anak yang menurut Alisya entah kenapa nadanya berubah tak karuan seperti itu. Terlihat sangat bahagia sekali. Kehamilannya kali ini memang sangat menyenangkan untuk Alisya, dia  tidak lagi merasa sendiri, ada suami dan mertuanya yang memperhatikannya, meski kadang dia sebal juga jika mereka terlalu melarangnya untuk melakukan ini itu. Bahkan si kecil Bisma juga sangat antusias saat diberi tahu dia akan punya adik kecil, anak itu suka sekali mengelus perut besar sang mama, dan berbicara dengan bahasanya sendiri. “Mas senang sekali hari ini? apa baru menang tender?” tanya Alisya usil meski dia tahu apa alasan senyum yang tersungging di wajah sang suami itu. “Iya, ini tender yang lebih berharga dari semua tender yang aku punya,” katanya sambil tersenyum. “Oh ya, bagus dong kalau begitu, pasti nilainya san

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 284

    Alisya bangun dengan tubuh yang segar keesokan harinya. Tanpa dia sangka Bisma juga sudah bangun dan berceloteh riang dengan bahasa bayinya, membuat wanita itu menghela napas lega, setidaknya hari ini suasana hati Bisma membaik. “Bisma mau main?” tanya wanita itu, tapi bukannya mengangguk seperti biasa, Bisma malah memeluk mamanya erat seolah takut untuk ditinggal. “Wah kamu masih mau tidur sambil mama peluk ya,” kata Alisya sambil memeluk putranya erat menciumi wajahnya hingga anak itu tertawa kegelian. Keseruan mereka langsung terhenti saat mendengar suara benda jatuh keras sekali dari dalam kamar satunya. Seolah mengerti ada yang tak beres anak itu terdiam, Alisya menduga kalau Pandu hanya sedang menunjukkan aksi protesnya saja, tapi itu tak membuat rasa penasarannya berakhir. Wanita itu bangun dari ranjang dan mengulurkan tangan pada Bisma untuk menggendongnya, tapi saat ingat peringatan keras sang suami, Alisya menurun

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 283

    "Jangan cuma bisa cengar-cengir seperti itu, Ndu! katakan pada kami bagaimana hasilnya." kata sang ayah geram karena sejak tadi Pandu hanya memamerkan senyum lebarnya. "Memangnya papa nggak bisa menebak dari senyumku," kata Pandu sombong. "Papa tidak mau main tebak-tebakan, jadi katakan langsung apa papa akan punya cucu lagi?" tanya laki-laki paruh baya itu lagi. Wajah laki-laki itu masih sembab, karena duka kehilangan sang ayah, tapi tidak menyurutkannya untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan menantunya itu. "Saya memang hamil, Pa. seperti tebakan tante," kata Alisya merelakan diri menjawab pertanyaan mertuanya pada sang suami. Panji Wardhana terperangah sejenak, dia menatap snag istri lalu pada sang putra yang masih tersenyum lebar, lalu menatap menantunya. Alisya sudah yakin senyum lebar akan menghiasi wajah mertuanya, tapi keyakinan itu runtuh saat dia lihat air mata yang mengalir deras, dan dengan susah payah laki-laki itu mengusap air matanya. "Papa sangat senang s

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 282

    Bahkan Pandu tidak bisa menunggu sampai esok hari untuk ke dokter seperti saran istri dari omnya. “Apa mas yakin dokternya masih menerima pasien jam segini?” tanya Alisya dengan ragu.Pandu melirik sebentar pada sang istri lalu menjawab dengan acuh. “Kita lihat saja nanti.” Alisya lupa dia menikahi laki-laki tak biasa yang bisa mewujudkan yang dia inginkan selama itu bisa dibeli dengan uang. Dan membuka tempat praktek pada tengah malam sekalipun akan dilakukan sang dokter bila itu keluarga Wardhana yang meminta. “Baiklah, semoga saja memang masih buka,” kata Alisya lemah.Alisya menyandarkan tubuh lelahnya dengan mata menerawang, perlahan tangan kanannya mengelus lembut perut ratanya. Dia bukannya tidak senang kemungkinan akan hamil lagi, apalagi sang suami yang terlihat sangat bersemangat, dia tidak perlu khawatir akan mengalami masa kehamilan sendiri lagi. Yang dia khawatirkan hanya satu. Bisma. Putranya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 281

    Meski berusaha keras untuk tidak mengalaminya lagi, nyatanya takdir Tuhan tak bisa dikendalikan oleh manusia. Alisya memang sudah cukup akrab dengan rasa ini. Pertama ayahnya, lalu ibunya kemudian anaknya. Rasa sesak yang membuatnya seolah ingin ikut bersama mereka, hanya karena dia punya Tuhan dan orang-orang yang menyayanginya juga dia sayangi yang mencegahnya melakukan semua itu. Meski sudah beberapa kali merasakan kehilangan, Alisya tidak pernah terbiasa dengan hal itu. Raungan penuh air mata sampai rintihan memang selalu mewarnai  suasana kehilangan seperti ini, tapi baru kali ini dia merasa muak dengan rintihan dan tangisan kehilangan dari wanita yang duduk tak jauh darinya. Raungan itu entah kenapa bagi Alisya seperti tidak tulus sama sekali. Alisya memejamkan matanya sejenak, dia berdoa dalam hati untuk dijauhkan dari prasangka buruk yang akan merusak hatinya, saat ini sedang suasana berduka, sungguh-sungg

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status