Share

Bab 184

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 18:20:07

Alisya yang sekarang bukan Alisya yang dulu.

Wanita itu tak hanya bisa menunduk dan melakukan yang dia katakan.

Duduk dalam satu ruangan bersama wanita ini sebagai suami istri sudah menjadi angan dalam diri Pandu entah sejak kapan dan pelan-pelan menjadi obsesi untuknya sehingga dia menerima saja rencana sang ayah, akan tetapi dia boleh tersenyum senang sekarang rencana Tuhan ternyatag jauh lebih indah meski dia juga harus membereskan beberapa hal setelah ini.

"Apa syarat yang ingin kamu ajukan katakanlah," kata Pandu dengan yakin.

Mungkin sejak dia melihat sendiri kalau Alisya ternyata masih perawan, atau saat melihat wanita itu berusaha keras melawannya untuk menemui sang ibu yang sekarat atau mungkin saja saat Alisya memutuskan pergi dari rumah mereka, cinta itu hadir dalam hatinya.

Dulu dia mengagumi gadis kecil yang dengan berani menolongnya dan menyatakan gadis itu sebagai cinta pertamanya, saat dia menemukan gadis itu Pandu berusaha keras untuk mencintainya meski logikanya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Maylo Talita
duh salah paham Al. pandu cintanya SM kamu
goodnovel comment avatar
Ivon
mana ini kelanjutan nya
goodnovel comment avatar
Andi Andriani
pandu klo ngomong suka ambigu. makanya alisya jd sering salah faham.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 185

    "Kamu yakin mau kerja hari ini?" tanya Pandu entah untuk keberapa kalinya. "Iya aku sudah banyak absen, pekerjaanku pasti menumpuk, belum lagi mbak Sasti bilang Fahri mengundurkan diri," kata Alisya. Pandu yang sedang memangku Bisma sambil minum susu menatap Alisya dengan tatapan yang begitu dalam, yang sama sekali tidak diketahui artinya oleh wanita itu. Alisya menahan lidahnya untuk bertanya lebih jauh. Perkataan Pandu kalau perpisahannya dengan Sekar adalah sebuah kesalahan membuat hatinya terluka, tapi dia berusaha menekan egonya saat terdengar rengekan putra mereka dan bagaimana laki-laki yang sehari-hari itu dilayani oleh beberapa orang mau memandikan putra mereka dan memberi ASIP. Alisya tidak buta untuk bisa melihat kalau Pandu begitu menyayangi Bisma. Alisya pasti akan menyampaikan ganjalannya itu pada Pandu, sekaligus mencari tahu seberapa serius laki-laki itu dengan hubungan yang baru berjalan. "Tidak bisakah kamu resign saja aku bisa memenuhi kebutuhanmu dan Bisma, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 186

    "Aku sedang meeting dengan klien dari Jepang lanjut makan siang nanti. Kamu dan Bisma akan makan siang di mana? Atau aku kirim saja makan siang dari restoran favoritku?" Pesan itu sudah diterima sekitar pukul sepuluh tadi tapi karena ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan Alisya baru bisa membukanya pada pukul sebelas, satu jam sebelum makan siang dan beberapa kali Pandu juga sudah menghubunginya/ Wanita itu tertegun menatap ponselnya, bukan karena berpikir ingin memesan menu apa melalui Pandu tapi karena hal ini adalah sesuatu yang asing untuknya. Selama hidupnya dia tidak pernah mendapat perhatian seperti ini dari laki-laki. Sejak muda dia sama sekali tidak punya waktu untuk mengenal istilah pacaran, hidupnya dulu dihabiskan dengan belajar giat supaya beasiswanya tidak lepas, pun setelah lulus kuliah dia konsentrasi untuk bekerja menggantikan ibunya, apalagi setelah itu sang ibu mulai sakit-sakitan. Laki-laki yang dekat dengannya hanya Pram, itupun tidak pernah melaku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 187

    Alisya berdiri melongo di depan rumahnya. "Lis, kok berdiri bengong saja di situ," tegur Bulek Par, padahal Bisma sudah dibawa masuk oleh Rani, Alisya malah masih bengong di samping mobil yang tadi dikirim oleh Pandu untuk menjemputnya. "Eh iya bulek, memang barangnya harus sebanyak ini ya?" tanya Alisya bego. Tadi setelah bulek Par menghubunginya, Alisya langsung menghubungi ayah mertuanya untuk bertanya kiriman apa yang diberikan, tapi sayang sekali sudah beberapa kali dia melakukan panggilan tapi tidak diangkat membuat Alisya langsung menghubungi Pandu yang langsung dijawab pada deringan pertama. Kiriman barang-barang pribadi laki-laki di rumah orang tuanya, katanya. Akan tetapi Alisya sama sekali tidak memprediksi kalau barang-barang pribadi si tuan muda ternyata sebanyak ini. Tiga koper besar yang Alisya tebak berisi pakaian dan perlengkapan lainnya milik Pandu, ditambah lagi meja lengkap dengan kursi kerjanya juga buku-buku dan baru saja datang lagi seperangkat meja

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 188

    "Mbak Alisya katanya sduah menikah lagi kok nggak ada pestanya?" Alisya hanya meringis saat mendengar ucapan seorang ibu yang sedang berbelanja di warung dekat rumahnya. Hidup di pedesaan membuatnya jauh dari supermarket dengan segala keglamorannya, tapi Alisya tidak masalah sebenarnya toh di sini dia bisa membeli sayuran dan makanan fresh tanpa harus diawetkan atau dibekukan. Selain itu dia juga bisa lebih akrab dengan tetangga sekitar, tapi dengan begitu dia juga harus siap saat tetangga mulai julid padanya. Kadang kalau moodnya sedang baik, dia akan membalas hal itu dengan guyonan, tapi saat ini dia sedang capek setelah kerja rodi di rumahnya, Pandu memang dengan baik hati menawarkannya untuk memesan makan di luar tapi Alisya sedang tidak ingin makan dari restoran mewah manapun, dan karena stock bahan makanan di kulkasnya tinggal sedikit mau tak mau dia harus berbelanja. "Hanya syukuran saja, kemarin," kata Alisya berusaha keras masih tersenyum. "Lho katanya suaminya orang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 189

    Alisya memasukkan potongan apel ke dalam mulutnya untuk kesekian kalinya, sambil menatap Bisma yang berguling-guling malas di karpet sambil meminum ASIPnya. Ternyata membesarkan anak tak sesimpel yang dia duga, Alisya bahkan tidak mengerti dengan pola tidur Bisma sekarang ini. Apa anak ini bisa merasakan kalau hatinya sedang tak baik-baik saja dan tidak bisa tidur karena itu? tapi masak sih? Alisya ingin sekali membawa putranya ke dokter tapi berhubung hari ini tanggal merah dia memutuskan besok saja sekalian ke kota untuk bekerja."Kamu kenapa lihatin Bisma kayak gitu?" tanya Pandu yang sudah duduk di sampingnya sambil mencomot satu potong apel dalam mangkuk. Ini sudah sore dan mereka sekeluarga baru saja bangun tidur dan sekarang kelaparan, jadi Alisya hanya membuatkan mie instan untuk dirinya dan sang suami sebagai pengganjal perut dan menjadikan Apel sebagai pencuci mulut. "Kok Bisma sekarang kalau malam nggak mau tidur ya mas, sudah beberapa malam ini lho sejak aku keluar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 190

    Alisya tahu kok kalau hal seperti ini pasti akan terjadi jika dia memutuskan menerima kembali Pandu dalam hidupnya. "Kalau mau dengan anaknya kamu juga harus mau dengan orang tuanya, mereka satu paket, meski nanti kamu tidak tiap hari bertemu orang tuanya." Bulek Par pernah mengatakan hal itu sih saat dia curhat tentang sikap ibu Pandu yang tak bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Alisya sedikit menyesal tidak menolak kedatangan mertuanya ini, meski ini tempat umum yang siapa saja boleh datang sebenarnya, tapi setidaknya mereka bisa menghindar. "Aku kira setelah kalian menikah Pandu akan lebih terurus, ternyata kamu malah menjadikan anakku tukang angkut barang," kata wanita itu dengan tatapan tajam penuh penghakiman pada Alisya. "Ma! mereka hanya belanja," tegur sang ayah. Alisya meringis merasa bersalah saat melihat sang suami yang berjalan ke arah mereka sambil membawa dua kantong besar belanjaan mereka tadi, sedangkan Alisya menggendong si gembul Bisma. "Ada apa?" tanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 191

    "Mas mau kemana?" Tanya Alisya begitu Pandu bangkit dari ranjang dan bersiap keluar kamar meninggalkan dirinya dan sang putra yang sedang tidur. Elusan tangan Pandu di kepalanya membuat Alisya merasa nyaman dan hampir tertidur tapi saat laki-laki itu menghentikan semuanya, Alisya merasa kehilangan. Ya ampun Lis, kamu murahan banget sih, batin Alisya. "Ternyata belum tidur ya," kata Pandu sambil terkekeh. "Ini sudah lewat tengah malam lho besok kerja kan?" lanjutnya. Dia menengok jam di dinding kamar yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan mereka sama sekali belum tidur padahal harus bangun lebih awal karena lokasi yang jauh. "Iya tapi mas kenapa nggak tidur juga, mau lanjut kerja?" tanya wanita itu tak terpengaruh dengan ucapan Pandu. Pandu kembali duduk di samping Alisya dan membelai rambut sang istri dengan lembut. "Mas?" tuntut Alisya lagi saat Pandu sama sekali tak menjawab pertanyaannya. "Mas juga mau tidur, Al, ngantuk banget," kata laki-laki itu sambil m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 192

    Pandu langsung menerobos masuk ke rumah Alisya dengan khawatir saat melihat banyak orang di sana. Jantungnya berdebar kencang, bahkan dia bahkan tak peduli dengan beberapa orang yang menyapanya, dia hanya ingin memastikan kalau dua orang yang dia sayangi itu baik-baik saja. "Al, kalian kenapa? Apa yang terjadi? Apa ada orang jahat yang masuk kemari?" berondong Pandu dengan napas terengah penuh kekhawatiran. Alisya yang tengah berbicara dengan bulek Par dan beberapa ibu-ibu lainnya sontak menoleh terkejut apalagi Pandu yang langsung menghampirinya dan memutar tubuhnya untuk memastikan sesuatu, setelah puas wanita itu menatap Alisya tajam. "Mana Bisma?" tanyanya. "Sama Rani di kamar." "Apa dia baik-baik saja kenapa banyak orang di sini?" tanyanya. Alisya yang mulai paham dengan semua tindakan Pandu langsung meringis dan meminta maaf pada ibu-ibu yang dia ajak bicara dan segera menarik Pandu untuk ke kamar mereka. "Mas kenapa sih, datang-datang bikin heboh. Aku dan Bisma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 194

    Memang ya wanita meski bisa memaafkan tapi tak mudah untuk melupakan. "Apa kita bisa ke dokter lain saja," kata Alisya. Saat ini mereka memang akan menemui dokter dan juga terapis yang akan membantu Bisma untuk tidur seperti semula lagi, meski Alisya sedikit protes tadi karena di rumah saat ini sedang banyak orang yang sedang membantu mereka untuk persiapan pesta nanti malam. Akan tetapi si tuan muda selalu punya cara yang membuat Alisya tak bisa menolak keinginannya, yaitu dengan mendatangkan bibi juga beberapa orang juru masak dari rumah keluarganya. Jadi dari pada Pandu kembali berulah dia setuju saja untuk jalan sekarang setelah menyerahkan semuanya pada bulek Par dan bibi untuk memantau orang-orang bekerja. Masalah sebenarnya baru muncul saat Pandu mengatakan kalau dokter yang akan mereka datangi adalah kenalan ayah laki-laki itu, membuat Alisya menjadi curiga. "Memangnya kenapa? apa kamu kenal dengan dokter ini?" tanya Pandu penasaran. Jujur saja menghadapi ibu-i

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 193

    "Bolehkah saya pinjam istri saya sebentar kami harus pergi ke suatu tempat," kata Pandu sambil tersenyum pada ibu-ibu yang membantu Alisya memasak di dapur. Sejak pagi Pandu melihat istrinya begitu sibuk di dapur, memang sih sang istri tak melupakannya dan masih menyiapkan semua kebutuhannya tapi tetap saja dia tidak menyukai Alisya yang terlalu sibuk seperti itu. Acara ini tidak untuk menjadikan istrinya babu. Cukup dirinya dulu dia pernah tersesat dengan melakukannya. "Cie mbak Lisya dicari suaminya yang ganteng lho, kangen istrinya ya mas di sini tidak bisa bebas," kata seorang ibu dengan menggoda yang langsung disambut riuh oleh yang lain. Wajah Alisya langsung merah padam, apalagi tangan Pandu yang terulur membantunya untuk berdiri. Dia tidak pernah imun dengan pesona Pandu yang membuatnya tersipu malu seperti gadis perawan. Alisya tidak menampik kalau suaminya itu sangat menarik, meski tidak tergolong sangat tampan seperti Pram tapi Pandu punya daya tarik tersendiri y

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 192

    Pandu langsung menerobos masuk ke rumah Alisya dengan khawatir saat melihat banyak orang di sana. Jantungnya berdebar kencang, bahkan dia bahkan tak peduli dengan beberapa orang yang menyapanya, dia hanya ingin memastikan kalau dua orang yang dia sayangi itu baik-baik saja. "Al, kalian kenapa? Apa yang terjadi? Apa ada orang jahat yang masuk kemari?" berondong Pandu dengan napas terengah penuh kekhawatiran. Alisya yang tengah berbicara dengan bulek Par dan beberapa ibu-ibu lainnya sontak menoleh terkejut apalagi Pandu yang langsung menghampirinya dan memutar tubuhnya untuk memastikan sesuatu, setelah puas wanita itu menatap Alisya tajam. "Mana Bisma?" tanyanya. "Sama Rani di kamar." "Apa dia baik-baik saja kenapa banyak orang di sini?" tanyanya. Alisya yang mulai paham dengan semua tindakan Pandu langsung meringis dan meminta maaf pada ibu-ibu yang dia ajak bicara dan segera menarik Pandu untuk ke kamar mereka. "Mas kenapa sih, datang-datang bikin heboh. Aku dan Bisma

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 191

    "Mas mau kemana?" Tanya Alisya begitu Pandu bangkit dari ranjang dan bersiap keluar kamar meninggalkan dirinya dan sang putra yang sedang tidur. Elusan tangan Pandu di kepalanya membuat Alisya merasa nyaman dan hampir tertidur tapi saat laki-laki itu menghentikan semuanya, Alisya merasa kehilangan. Ya ampun Lis, kamu murahan banget sih, batin Alisya. "Ternyata belum tidur ya," kata Pandu sambil terkekeh. "Ini sudah lewat tengah malam lho besok kerja kan?" lanjutnya. Dia menengok jam di dinding kamar yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan mereka sama sekali belum tidur padahal harus bangun lebih awal karena lokasi yang jauh. "Iya tapi mas kenapa nggak tidur juga, mau lanjut kerja?" tanya wanita itu tak terpengaruh dengan ucapan Pandu. Pandu kembali duduk di samping Alisya dan membelai rambut sang istri dengan lembut. "Mas?" tuntut Alisya lagi saat Pandu sama sekali tak menjawab pertanyaannya. "Mas juga mau tidur, Al, ngantuk banget," kata laki-laki itu sambil m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 190

    Alisya tahu kok kalau hal seperti ini pasti akan terjadi jika dia memutuskan menerima kembali Pandu dalam hidupnya. "Kalau mau dengan anaknya kamu juga harus mau dengan orang tuanya, mereka satu paket, meski nanti kamu tidak tiap hari bertemu orang tuanya." Bulek Par pernah mengatakan hal itu sih saat dia curhat tentang sikap ibu Pandu yang tak bisa menerimanya dengan tangan terbuka. Alisya sedikit menyesal tidak menolak kedatangan mertuanya ini, meski ini tempat umum yang siapa saja boleh datang sebenarnya, tapi setidaknya mereka bisa menghindar. "Aku kira setelah kalian menikah Pandu akan lebih terurus, ternyata kamu malah menjadikan anakku tukang angkut barang," kata wanita itu dengan tatapan tajam penuh penghakiman pada Alisya. "Ma! mereka hanya belanja," tegur sang ayah. Alisya meringis merasa bersalah saat melihat sang suami yang berjalan ke arah mereka sambil membawa dua kantong besar belanjaan mereka tadi, sedangkan Alisya menggendong si gembul Bisma. "Ada apa?" tanya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 189

    Alisya memasukkan potongan apel ke dalam mulutnya untuk kesekian kalinya, sambil menatap Bisma yang berguling-guling malas di karpet sambil meminum ASIPnya. Ternyata membesarkan anak tak sesimpel yang dia duga, Alisya bahkan tidak mengerti dengan pola tidur Bisma sekarang ini. Apa anak ini bisa merasakan kalau hatinya sedang tak baik-baik saja dan tidak bisa tidur karena itu? tapi masak sih? Alisya ingin sekali membawa putranya ke dokter tapi berhubung hari ini tanggal merah dia memutuskan besok saja sekalian ke kota untuk bekerja."Kamu kenapa lihatin Bisma kayak gitu?" tanya Pandu yang sudah duduk di sampingnya sambil mencomot satu potong apel dalam mangkuk. Ini sudah sore dan mereka sekeluarga baru saja bangun tidur dan sekarang kelaparan, jadi Alisya hanya membuatkan mie instan untuk dirinya dan sang suami sebagai pengganjal perut dan menjadikan Apel sebagai pencuci mulut. "Kok Bisma sekarang kalau malam nggak mau tidur ya mas, sudah beberapa malam ini lho sejak aku keluar

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 188

    "Mbak Alisya katanya sduah menikah lagi kok nggak ada pestanya?" Alisya hanya meringis saat mendengar ucapan seorang ibu yang sedang berbelanja di warung dekat rumahnya. Hidup di pedesaan membuatnya jauh dari supermarket dengan segala keglamorannya, tapi Alisya tidak masalah sebenarnya toh di sini dia bisa membeli sayuran dan makanan fresh tanpa harus diawetkan atau dibekukan. Selain itu dia juga bisa lebih akrab dengan tetangga sekitar, tapi dengan begitu dia juga harus siap saat tetangga mulai julid padanya. Kadang kalau moodnya sedang baik, dia akan membalas hal itu dengan guyonan, tapi saat ini dia sedang capek setelah kerja rodi di rumahnya, Pandu memang dengan baik hati menawarkannya untuk memesan makan di luar tapi Alisya sedang tidak ingin makan dari restoran mewah manapun, dan karena stock bahan makanan di kulkasnya tinggal sedikit mau tak mau dia harus berbelanja. "Hanya syukuran saja, kemarin," kata Alisya berusaha keras masih tersenyum. "Lho katanya suaminya orang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 187

    Alisya berdiri melongo di depan rumahnya. "Lis, kok berdiri bengong saja di situ," tegur Bulek Par, padahal Bisma sudah dibawa masuk oleh Rani, Alisya malah masih bengong di samping mobil yang tadi dikirim oleh Pandu untuk menjemputnya. "Eh iya bulek, memang barangnya harus sebanyak ini ya?" tanya Alisya bego. Tadi setelah bulek Par menghubunginya, Alisya langsung menghubungi ayah mertuanya untuk bertanya kiriman apa yang diberikan, tapi sayang sekali sudah beberapa kali dia melakukan panggilan tapi tidak diangkat membuat Alisya langsung menghubungi Pandu yang langsung dijawab pada deringan pertama. Kiriman barang-barang pribadi laki-laki di rumah orang tuanya, katanya. Akan tetapi Alisya sama sekali tidak memprediksi kalau barang-barang pribadi si tuan muda ternyata sebanyak ini. Tiga koper besar yang Alisya tebak berisi pakaian dan perlengkapan lainnya milik Pandu, ditambah lagi meja lengkap dengan kursi kerjanya juga buku-buku dan baru saja datang lagi seperangkat meja

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 186

    "Aku sedang meeting dengan klien dari Jepang lanjut makan siang nanti. Kamu dan Bisma akan makan siang di mana? Atau aku kirim saja makan siang dari restoran favoritku?" Pesan itu sudah diterima sekitar pukul sepuluh tadi tapi karena ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan Alisya baru bisa membukanya pada pukul sebelas, satu jam sebelum makan siang dan beberapa kali Pandu juga sudah menghubunginya/ Wanita itu tertegun menatap ponselnya, bukan karena berpikir ingin memesan menu apa melalui Pandu tapi karena hal ini adalah sesuatu yang asing untuknya. Selama hidupnya dia tidak pernah mendapat perhatian seperti ini dari laki-laki. Sejak muda dia sama sekali tidak punya waktu untuk mengenal istilah pacaran, hidupnya dulu dihabiskan dengan belajar giat supaya beasiswanya tidak lepas, pun setelah lulus kuliah dia konsentrasi untuk bekerja menggantikan ibunya, apalagi setelah itu sang ibu mulai sakit-sakitan. Laki-laki yang dekat dengannya hanya Pram, itupun tidak pernah melaku

DMCA.com Protection Status