Share

Bab 190

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-12-31 20:26:19

Alisya tahu kok kalau hal seperti ini pasti akan terjadi jika dia memutuskan menerima kembali Pandu dalam hidupnya.

"Kalau mau dengan anaknya kamu juga harus mau dengan orang tuanya, mereka satu paket, meski nanti kamu tidak tiap hari bertemu orang tuanya."

Bulek Par pernah mengatakan hal itu sih saat dia curhat tentang sikap ibu Pandu yang tak bisa menerimanya dengan tangan terbuka.

Alisya sedikit menyesal tidak menolak kedatangan mertuanya ini, meski ini tempat umum yang siapa saja boleh datang sebenarnya, tapi setidaknya mereka bisa menghindar.

"Aku kira setelah kalian menikah Pandu akan lebih terurus, ternyata kamu malah menjadikan anakku tukang angkut barang," kata wanita itu dengan tatapan tajam penuh penghakiman pada Alisya.

"Ma! mereka hanya belanja," tegur sang ayah.

Alisya meringis merasa bersalah saat melihat sang suami yang berjalan ke arah mereka sambil membawa dua kantong besar belanjaan mereka tadi, sedangkan Alisya menggendong si gembul Bisma.

"Ada apa?" tanya
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 191

    "Mas mau kemana?" Tanya Alisya begitu Pandu bangkit dari ranjang dan bersiap keluar kamar meninggalkan dirinya dan sang putra yang sedang tidur. Elusan tangan Pandu di kepalanya membuat Alisya merasa nyaman dan hampir tertidur tapi saat laki-laki itu menghentikan semuanya, Alisya merasa kehilangan. Ya ampun Lis, kamu murahan banget sih, batin Alisya. "Ternyata belum tidur ya," kata Pandu sambil terkekeh. "Ini sudah lewat tengah malam lho besok kerja kan?" lanjutnya. Dia menengok jam di dinding kamar yang sudah menunjukkan pukul satu dini hari dan mereka sama sekali belum tidur padahal harus bangun lebih awal karena lokasi yang jauh. "Iya tapi mas kenapa nggak tidur juga, mau lanjut kerja?" tanya wanita itu tak terpengaruh dengan ucapan Pandu. Pandu kembali duduk di samping Alisya dan membelai rambut sang istri dengan lembut. "Mas?" tuntut Alisya lagi saat Pandu sama sekali tak menjawab pertanyaannya. "Mas juga mau tidur, Al, ngantuk banget," kata laki-laki itu sambil m

    Last Updated : 2024-12-31
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 192

    Pandu langsung menerobos masuk ke rumah Alisya dengan khawatir saat melihat banyak orang di sana. Jantungnya berdebar kencang, bahkan dia bahkan tak peduli dengan beberapa orang yang menyapanya, dia hanya ingin memastikan kalau dua orang yang dia sayangi itu baik-baik saja. "Al, kalian kenapa? Apa yang terjadi? Apa ada orang jahat yang masuk kemari?" berondong Pandu dengan napas terengah penuh kekhawatiran. Alisya yang tengah berbicara dengan bulek Par dan beberapa ibu-ibu lainnya sontak menoleh terkejut apalagi Pandu yang langsung menghampirinya dan memutar tubuhnya untuk memastikan sesuatu, setelah puas wanita itu menatap Alisya tajam. "Mana Bisma?" tanyanya. "Sama Rani di kamar." "Apa dia baik-baik saja kenapa banyak orang di sini?" tanyanya. Alisya yang mulai paham dengan semua tindakan Pandu langsung meringis dan meminta maaf pada ibu-ibu yang dia ajak bicara dan segera menarik Pandu untuk ke kamar mereka. "Mas kenapa sih, datang-datang bikin heboh. Aku dan Bisma

    Last Updated : 2024-12-31
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 193

    "Bolehkah saya pinjam istri saya sebentar kami harus pergi ke suatu tempat," kata Pandu sambil tersenyum pada ibu-ibu yang membantu Alisya memasak di dapur. Sejak pagi Pandu melihat istrinya begitu sibuk di dapur, memang sih sang istri tak melupakannya dan masih menyiapkan semua kebutuhannya tapi tetap saja dia tidak menyukai Alisya yang terlalu sibuk seperti itu. Acara ini tidak untuk menjadikan istrinya babu. Cukup dirinya dulu dia pernah tersesat dengan melakukannya. "Cie mbak Lisya dicari suaminya yang ganteng lho, kangen istrinya ya mas di sini tidak bisa bebas," kata seorang ibu dengan menggoda yang langsung disambut riuh oleh yang lain. Wajah Alisya langsung merah padam, apalagi tangan Pandu yang terulur membantunya untuk berdiri. Dia tidak pernah imun dengan pesona Pandu yang membuatnya tersipu malu seperti gadis perawan. Alisya tidak menampik kalau suaminya itu sangat menarik, meski tidak tergolong sangat tampan seperti Pram tapi Pandu punya daya tarik tersendiri y

    Last Updated : 2025-01-01
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 194

    Memang ya wanita meski bisa memaafkan tapi tak mudah untuk melupakan. "Apa kita bisa ke dokter lain saja," kata Alisya. Saat ini mereka memang akan menemui dokter dan juga terapis yang akan membantu Bisma untuk tidur seperti semula lagi, meski Alisya sedikit protes tadi karena di rumah saat ini sedang banyak orang yang sedang membantu mereka untuk persiapan pesta nanti malam. Akan tetapi si tuan muda selalu punya cara yang membuat Alisya tak bisa menolak keinginannya, yaitu dengan mendatangkan bibi juga beberapa orang juru masak dari rumah keluarganya. Jadi dari pada Pandu kembali berulah dia setuju saja untuk jalan sekarang setelah menyerahkan semuanya pada bulek Par dan bibi untuk memantau orang-orang bekerja. Masalah sebenarnya baru muncul saat Pandu mengatakan kalau dokter yang akan mereka datangi adalah kenalan ayah laki-laki itu, membuat Alisya menjadi curiga. "Memangnya kenapa? apa kamu kenal dengan dokter ini?" tanya Pandu penasaran. Jujur saja menghadapi ibu-i

    Last Updated : 2025-01-02
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 195

    "Oalah, syukurlah kalian cpat pulang, bulek sudah mau lapor polisi saja tadi." Alisya langsung meringis lalu melirik sedikit pada Pandu yang terlihat sekali juga tidak enak hati. Ini pertama kalinya memang mereka menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga. Setelah mengunjungi dokter tadi mereka memutuskan untuk mengajak bermain Bisma di wahana bermain, keputusan yang tidak tepat karena di rumah mereka pasti sudah ditunggu. Akan tetapi senyum dan tawa sang buah hati membuat pasangan itu lupa segalanya. "Maaf, bulek," kata Alisya sambil menunduk merasa bersalah, ini sudah jam enam sore dan di depan sudah banyak warga yang datang padahal tuan rumah sendiri belum sampai rumah. "Ya sudahlah, kamu langsung temui para bapak-bapak undangan saja, Nak Pandu, dan Alisya sebaiknya lewat belakang saja," kata bulek. Tak ingin membuat masalah yang berpotensi mempermalukan dirinya sendiri Pandu langsung masuk ke dalam ruang tamu dan bersaalaman dengan para tamu. Satu hal yang sangat berbeda

    Last Updated : 2025-01-03
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 196

    "Sekarang katakan padaku, apa ini karena kejadian kamu pingsan itu?" tanya Sasti to the point. Tiba-tiba saja Sasti datang ke kantor Alisya dan menyeret wanita itu untuk pergi makan siang di mall yang memiliki fasilitas taman bermain untuk Bisma. Kemarin malam memang Alisya sengaja mengundang atasannya itu dan dia datang bersama sang kakek. Kalau dipikir-pikir lucu juga melihat para konglomerat yang biasanya berada di tempat mewah tiba-tiba berkumpul di rumahnya yang sangat sederhana, tapi syukurlah baik Pandu maupun orang tuanya bersikap sangat baik mereka bisa mengimbangi obrolan tamu yang datang. "Atau kalian memang sudah berencana rujuk waktu itu?" tanya Sasti tak sabar. Padahal aroma dan rasaa soto ayam pesanananya ini sangat menggugah seleranya, Alisya bahkan sudah hampir menghabiskannya, tapi kalimat Sasti membuat napsu makannya hilang, padahal dia harus banyak makan karena Bisma membutuhkan asinya. "Maaf, bu. Apa ini nanti ada hubungannya dengan kerier saya?" tanya Ali

    Last Updated : 2025-01-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 197

    "Kenapa Ran?" Rani menggigit bibirnya dengan resah, terlibat sekali dia tak enak hati ingin bicara sedangkan Bisma masih anteng dalam gendongan gadis itu. "Nggak sih, saya hanya khawatir pada mbak Alisya, atasan mbak tadi sampai bicara seperti itu, Rani sih nggak ngerti tapi permasalahannya pasti berat? apa mbak Lisya baik-baik saja?" Mereka memang kembali ke hotel diatar oleh Sasti langsung, dengan dalih dia adalah orang yang bertanggung jawab maka dia akan mengantar Alisya dan rombongannya kembali ke tempat kerjanya tapi selama perjalanan Alisya harus menebalkan telinga mendengar ocehan Sasti. Selama ini dia mengenal atasannya itu sebagai orang yang judes dan dingin tapi ternyata bila sudah kenal bisa menjadi cerewet juga. "Kamu jangan kasih kesempatan untuk wanita-wanita penggoda di luar sana untuk mendekati suamimu, kalau ada indikasi dia akan tergoda dengan mereka segera bertindak jangan diam saja," kata Sasti, untung saja Bisma ada di kursi belakang bersama Rani jadi di

    Last Updated : 2025-01-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 198

    "Mas mau makan atau mandi dulu?" tanya Alisya sambil mengulurkan air putih dalam gelas pada Pandu, sedangkan tangan kirinya menggendong Bisma yang terlihat sangat senang melihat ayahnya datang. "Biar aku gendong Bisma dulu," kata Pandu yang siap mengulurkan tangannya tapi dengan sigap Alisya menjauhkan anak itu. "Mas cuci tangan dulu deh, baru dari luar," katanya. Tanpa banyak bicara Pandu mengembalikan gelas kosong ke tangan Alisya lagi dan masuk ke kamar mandi tak lama kemudian dia keluar lagi sambil mengeringkan tangannya. Benar-benar cuma cuci tangan ternyata. "Sudah boleh kan? Adek main sama papa ya," kata Pandu sambil mengambil Bisma dari gedongan sang istri. Alisya yang akan mencegah hanya menghela napas panjang, mungkin Pandu memang sangat merindukan putra mereka. "Mau disiapkan makan malam sekarang?" tanya Alisya. Pekerjaan Pandu memang sudah tidak terlalu sibuk jadi dia bisa tiba di rumah Alisya sebelum makan malam. "Boleh tadi juga aku belum makan siang sepertinya

    Last Updated : 2025-01-06

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 259

    Sesiang ini Alisya masih santai nonton televisi di kamarnya dan Pandu. "Kamu nggak kerja?" tanya Pandu yang baru saja keluar dari kamar mandi. Laki-laki itu menatap jam di dinding lalu pada sang istri lagi yang masih sibuk memencet-mencet remote televisi dengan gemas. "Sayang," panggil Pandu lagi mungkin saja kan istrinya itu tidak mendengar pertanyaannya tadi karena sibuk dengan televisinya. "Mas kok ngusir sih," jawab Alisya menbuat laki-laki itu sedikit terkejut, padahal sebelum dia masuk kamar mandi istrinya masih baik-baik saja, tapi sekarang berubah seperti singa."Kok ngusir sih. Kan mas tanya," jawab Pandu lembut. Pandu sudah pernah bersama Sekar selama hampir sepuluh tahun, dia tahu kalau Sekar bukan orang yang mudah berkompromi meski dengan dirinya yang saat itu berstatus pacarnya. Sekar egois dan mau menang sendiri membuat Pandu harus banyak mengalah karena dia sangat berharap kalau Sekar adalah satu-satunya wanita dalam hidupnya sampai maut memisahkan mereka. Saat it

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 258

    Sejak ayah dan ibunya meninggal Alisya sering merasa sendiri tapi sekarang dia tidak merasa begitu lagi terutama setelah bertemu wanita paruh baya baik hati yang sekarang sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Oalah, Nduk. Kamu baik-baik saja kan?" Bulek Par langsung memeluk Alisya dengan erat wanita itu bahkan membolak-balik tubuh Alisya untuk memastikan wanita muda di depannya ini baik-baik saja. Alisya tersenyum, hatinya menjadi gerimis bukan karena peristiwa yang  baru saja menimpanya tapi karena wanita paruh baya di depannya ini yang begitu tulus mengkawatirkannya seperti seorang ibu.Sejak ibunya meninggal Alisya pikir dia tidak akan lagi mendapatkan pelukan sehangat ini lagi, tanpa sadar air matanya menggenang, dia bahkan tak peduli, suami, anak juga para pegawai di rumah ini melihat semuanya, dia hanya ingin menikmati sekali lagi pelukan hangat seorang ibu yang begitu sangat dia rindukan. 

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 257

    Dua hari di rawat di rumah sakit kondisi Pandu sudah mulai membaik, dia sudah bisa tidur dengan telentang dan menggendong Bisma, meski masih selalu manja pada Alisya mengalahkan putranya. "Mau kita apakan bunga sebanyak ini, mas," kata Alisya dengan pandangan putus asa pada deretan bunga yang memenuhi ruang rawat Pandu. Alisya bukan orang romantis, sejak kecil dia terbiasa berhemat dan hanya membeli apa yang memang penting saja untuk dibeli dan tentu saja bunga bukan item yang akan dia beli apalagi jika tujuannya hanya untuk pajangan saja. Lagi pula dia tidak terlalu suka bunga, satu-satunya bunga yang dia suka adalah bunga deposito. Ayah mertuanya yang menempatkan penjaga di luar untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan membuat rekan dan juga kerabat Pandu tidak bisa bebas menjenguk, jadi mereka hanya mengirimkan ucapan semoga lekas sembuh dengan bunga beraneka ragam, membuat ruangan ini berubah menjadi toko bunga. "Buang saja," kata Pandu gampang. Alisya m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 256

    Ini adalah mimpinya sejak dulu. Dia akan menjadi orang nomer satu di kota ini, dia sangat yakin meski pemilihan belum berlangsung. Kekuatan nama besar keluarganya juga koneksi yang dia miliki tentu akan membuatnya bisa melenggang dengan tenang menduduki posisi itu. Sayang... Dia tidak memperhatikan satu kerikil kecil yang membuatnya tergelincir seperti ini. Tidak... Dia belum kalah, dia akan membuktikan kalau dia tidak bersalah dalam hal ini, dia akan menemui laki-laki tua itu, kalau perlu dia akan bersujud di kakinya untuk mendapatkan fasilitas dan dukungannya. Sudah saatnya bukan dia mendapatkan apa yang menjadi haknya selama ini, dia sudah banyak mengalah sejak usianya remaja. Panji yang diberi hak istimewa baik pendidikan bahkan kedudukan dalam keluarga, seharusnya pewaris adalah anak pertama, tidak peduli dia laki-laki atau perempuan, laki-laki tua kolot itu pasti akan menyesali keputusannya ini. Dia pasti akan membuatnya membuka mata dan melihat kenyataan yang sebenarny

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 255

    "Kenapa mas ngomong seram begitu." "Mas akan meminta beberapa orang untuk mengawalmu mulai sekarang." "Untuk apa?""Tentu saja untuk berjaga-jaga, apalagi Silvia pasti lebih nekad sekarang tadi saja dia berani datang kemari." Alisya terdiam dia menatap suaminya dalam, entah bagaimana reaksi Pandu mendengar berita kematian Silvia."Silvia tak akan bisa mencelakakan siapapun lagi, karena dia sudah meninggal," kata Alisya pelan tanpa memalingkan muka dari sang suami."Oh?" "Kenapa?" "Mas tidak penasaran kenapa dia bisa meninggal?" Pandu menghela napas panjang lalu menatap sang istri sambil tersenyum. "Dia bukan orang yang penting untukku, jadi tidak penting juga apa yang terjadi padanya," katanya ringan. "Mas yakin tidak punya perasaan lebih padanya, rasa simpati atau bela sungkawa seperti itu bagaimanapun kalian sudah lama saling kenal?" Alisya tahu pertanyaannya ini sangat konyol, dia bukan ingin meyakiti diri dengan mendengar suaminya perduli pada wanita lain sih, bukan sepert

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 254

    Rasanya seperti sedang menikmati pemandangan indah di puncak gunung tiba-tiba didorong ke dasar jurang.Itulah yang Alisya rasakan sekarang.Seharusnya Alisya tidak menaruh harap, apalagi pada manusia Agar dia selalu terlindung dari rasa kecewa. Tapi apa boleh dikata nasi sudah menjadi bubur tak akan bisa kembali lagi. "Silvia." Nama itu seperti penyakit yang menggerogotinya. Orangnya memang sudah meninggal tapi masih mampu memberikan rasa sakit untuknya. Kemarin saat melihat suaminya berlumuran darah Alisya bahkan tak mampu untuk mengeluarkan air mata, dia terlalu terkejut dengan ini semua, sangat berharap kalau sang suami segera bangun tapi begitu harapannya terkabul kenapa rasanya begitu sakit saat mendengar sang suami menyebut nama itu.Andaikan bisa Alisya ingin menghapus ingatan sang suami pada nama itu, sayangnya itu tak mungkin dia lakukan.Bersamaan dengan bibi yang datang bersama dokter jaga, kaki Alisya melangkah mundur, dia butuh waktu untuk menenangkan diri. Bahkan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 253

    Alisya menghela napas lelah, dia menatap dua orang polisi di depannya dengan seksama. "Saya tidak tahu apa Silvia kecelakaan atau ada orang yang sengaja mensabotase mobilnya," kata Alisya tegas entah untuk yang ke berapa kalinya.Entah bukti apa yang sudah didapat oleh para polisi ini sampai mereka mencerca Alisya dengan berbagai pertanyaan yang nyudutkan, padahal bisa dibilang dia adalah korban dari keegoisan Silvia, meski wanita itu sudah meninggal sekarang, tapi sejak tadi tak ada pertanyaan kenapa suaminya bisa berakhir di rumah sakit seperti ini. "Apa ibu yakin tidak tahu akan hal itu?" tanya sang polisi lagi. Alisya tahu sih mereka hanya melakukan pekekerjaan mereka, tapi kok dia jadi kesal ya, kenapa seolah dia yang dijadikan tersangka, sedikit sesal di hati Alisya karena tidak menuruti saran bibi untuk menghubungi ayah mertuanya dan mendapatkan bantuan pengacara.Alisya pikir dia hanya perlu menceritakan kronologi kejadiannya saja, tapi ternyata... "Saat Silvia melajukan m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 252

    "Dasar pembawa sial!" Teriakan itu langsung menggema di ruang vip tempat Pandu dirawat saat Alisya baru saja membuka pintu. Dia tidak menyangka ada orang yang cukup gila berteriak di rumah sakit seperti ini, meski ruangan ini agak terpisah dengan ruangan lain tapi teriakan keras itu bahkan bisa membangunkan orang mati. Alisya menoleh ke belakang, dia sedikit berharap Pandu terganggu dengan teriakan itu dan membuka mata, dia tidak keberatan dimaki atau diomeli asal suaminya bisa bangun lagi, tapi nyatanya Pandu masih tetap anteng dalam tidurnya. "Jangan berisik tante ini rumah sakit," tegur Alisya pelan. Alisya pasti sudah gila kalau berpikir wanita di depannya ini akan menurut dengan kalimatnya, sang tante langsung meringsek masuk dan menatap Pandu dengan tatapan... Kesal. Sungguh manusia ajaib memang. "Semua ini gara-gara kamu, kalau kamu mau menerima Silvia semuanya tidak akan seperti ini!" "Ini tempat umum, anda pasti tahu apa yang akan terjadi jika saya memanggil satp

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 251

    Jika diberi pilihan hidup sekali lagi apa orang-orang itu akan memilih pilihan yang berbeda atau masih keras kepala kalau pilihannya sudah tepat. Meski pilihan itu mengorbankan orang lain atau bahkan dirinya sendiri?"Seharusnya saya tadi tidak bicara dengannya," kata Alisya lirih penuh penyesalan. Sungguh Alisya menyesal dengan apa yang terjadi pagi ini, wanita itu menunduk dengan kedua tangan saling menggenggam erat. Saat ini dia ada di ruang tunggu ruang perawatan Pandu, bersama sang ibu mertua tentu saja karena ayah mertuanya harus mengurus insiden yang terjadi pagi ini. "Seharusnya memang begitu." Alisya langsung mendongak mendengar suara dingin ibu mertuanya, suara yang sejak kemarin tidak dia dengar lagi. "Kamu memang bodoh, bukankah aku sudah bilang untuk menjauhinya tapi kamu sok baik dengan meladeninya bicara." Kalimat itu memang menyakitkan tapi Alisya tak bisa menyangkal kebenaran kalimat itu. "Maaf." Hanya itu yang bisa dia katakan, andaikan waktu bisa diputar lag

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status