Lagi-lagi malam ini Airyn bermasalah. Luka tadi sore baru akan mengering, muncul luka baru. Saat membersihkan ikan, tangannya tidak sengaja kena pisau. Airyn pikir lukanya kecil, ternyata mengeluarkan darah cukup banyak. Dia panik, sampai tak sadar berteriak memanggil Arion.Tubuh Airyn bergetar kecil dengan keringat dingin, pisau itu tajam sekali menyayat daging jari telunjuk kiri Airyn. Sudah Airyn siram air, ternyata darahnya malah semakin banyak.Airyn terisak kecil di hadapan Arion, tiba-tiba menjadi lemah padahal lukanya tak sampai merenggut nyawa Airyn. "Kenapa tidak hati-hati terus? Ikannya yang dipotong, bukan jari kamu." Tidak ada sahutan, Airyn malah semakin menangis. "Tahan, ini sedikit perih.""Aws!" keluh Airyn ketika cairan putih itu mengenai lukanya, tapi tidak lama darah yang keluar mulai berkurang. Arion sangat teliti, seolah terbiasa menangani luka. "Tidak apa, luka kecil saja. Sebentar lagi juga sembuh.""A—aku belum goreng ikannya. Cuman ada sayur. Bapak mau gan
"Dia belum bangun, Ai?" tanya Guntur saat sedang makan siang bersama Airyn. "Belum, Pa. Katanya jangan dibangunin sebelum Pak Arion yang bangun sendiri. Dari tadi ponselnya bunyi—Pak Bagas yang telepon, cuman aku nggak berani angkat. Nggak sopan.""Siapa tahu dia lapar, Ai, kasihan. Papa kaget dia di sini, apalagi sampai nggak tidur semalaman penuh. Pasti nggak terbiasa tidur di rumah sempit gini."Airyn terkekeh. "Kayaknya gitu, Pa, soalnya kursi depan 'kan sempit. Kaki Pak Arion aja sampai keluar, badannya juga besar. Kesian, tadi pagi kayak zombie.""Kamu udah sisain makan siang buat dia?" Airyn mengangguk. "Papa hari ini mau jalan-jalan ke luar, kayaknya mau ke rumah susun Anggrek liat kerjaan di sana. Papa mau hirup udara segar, biar cepat sembuh.""Jangan mabuk-mabukan dulu ya, Pa? Nggak boleh aneh-aneh. Kalau ngerasa udah pegel dan agak pusing, cepetan pulang.""Iya. Kamu nggak usah khawatir, nanti Papa minta temani Oni, dia santai siang ini."Sekarang Guntur melangkah tidak m
Arion sangat bersemangat untuk mencicipi dimsum hasil olahan Airyn. Sekali eksekusi, langsung berhasil. Dari aromanya, Arion tahu jika dimsum ini enak."Dimsum mentai isi udang dan ayam, dimsum udang dan ayam kukus biasa, terus ini yang aku pakein kubis isinya udang dan sayur. Sausnya ada dua, cili oil sama apa ya ini namanya nggak tau. Cuman enak kok—manis pedas segar gitu, aku udah cicipin rasanya. Semoga sesuai sama selera Pak Arion.""Wow, pesta dimsum kita, ya?" Arion tersenyum, kemudian siap melahap mereka satu persatu."Sebenarnya tadi aku kebanyakan bikin isiannya, jadi aku bikin sekalian banyak varian biar nggak kebuang-buang.""Heum, ini kesukaan saya." Menunjuk dimsum mentai, apalagi Airyn tidak pelit memberi toppingnya. "Sausnya juga enak, tidak terlalu pedas, bisa saya nikmatin." Arion memberikan jempolnya, membuat Airyn terkikik geli. "Kamu cicipi, makan sepuasnya."Airyn mengambil piring, mencicipi semua varian dimsum. "Wow, beneran enak. Percobaan pertama aku nggak gag
Airyn Gershon, berusia dua puluh tahun yang baru saja menyelesaikan semester lima dengan nilai terbaik. Airyn mendapatkan beasiswa jalur prestasi di Universitas Harapan Bangsa. Ayahnya memiliki usaha kecil—toko kelontong di pasar dan berkebun, sementara ibunya mengurus rumah tangga. Mereka tinggal di komplek pada salah satu daerah pinggiran kota. Airyn anak satu-satunya yang memiliki prestasi segudang. Selain itu, Airyn juga pandai memasak, menjahit, serta membuat kerajinan tangan seperti menyulam dan merajut."Pantas Arion suka, Mas, gadis ini juga hebat di bidangnya." Megan membaca semua tentang Airyn melalui data diri yang Bagas kirim padanya. "Sederhana, tapi mencuri perhatian. Sejak dulu Arion memang nggak suka perempuan yang berlebihan. Mungkin ada yang spesial dari Airyn, makanya dia berbeda di mata Arion.""Untuk apa mencari data diri orang lain sedetail itu, Sayang? Tidak perlu, Arion tahu siapa yang terbaik untuknya. Arion tidak mungkin memilih perempuan sembarangan, kita se
Hingga subuh, Arion terjaga demi Airyn. Gadis itu baru saja bisa tidur setelah lelah menangis. Dia bahkan lama sekali berada di bawah pancuran shower untuk membersihkan diri. Arion sampai ikutan basah saat menghentikan Airyn menyakiti diri sendiri. Arion paham bagaimana gadis itu merasa kecewa setelah dilecehkan, tetapi tidak membenarkan cara Airyn melampiaskan ke dirinya.Bagaimana pun Airyn tidak salah, dia hanyalah korban dari keberengsekan seorang pria yang tidak berotak seperti Sagara.Arion sudah menyangka jika perbuatan Sagara ini akan berdampak negatif bagi Airyn. Tindakan pria itu benar-benar gila, tidak bisa dimaklumi lagi untuk kali ini. Arion sudah mengurusnya melalui Bagas, menjebloskan Sagara ke penjara tanpa pandang bulu. Arion sama sekali tidak kasihan, bahkan kalau bisa biar dia saja yang menyiksa Sagara. Cuman, Arion masih mengingat reputasi dan kariernya sebagai putra sulung Harrison. Dia akan menjadi penerus dan harus menghindari berita tidak baik tentangnya. Jang
Sehari Arion biarkan Airyn tidak masuk kantor, memberinya waktu menenangkan diri. Namun, bagaimana jika ini sudah hari ke tiga Airyn tak memberinya kabar?Mau tidak mau, Arion terpaksa mendatangi Airyn untuk melihat keadaannya—meski hari itu Arion sudah berjanji tidak akan mengganggu Airyn dulu."Istirahatlah, saya tidak akan mengganggu kamu. Besok, jika keadaan kamu masih tidak memungkinkan, tidak usah masuk kantor. Kamu butuh waktu dan ruang untuk sendiri, saya mengerti."Itulah yang Arion katakan sebelum Airyn turun dari mobilnya. Gadis itu tampak lebih tenang, meski tatapannya masih menyirat banyak kesedihan. Airyn memang menjadi pendiam, bahkan setelah berpelukan dengan Arion di hotel, dia tampak was-was lagi."Airyn ada?" tanya Arion pada Guntur, kebetulan pria itu di rumah.Guntur menatap Arion beberapa saat, lalu tersenyum tipis sebelum mempersilakan masuk. "Terjadi sesuatu pada putri saya, 'kan?" Bukannya menjawab, Guntur malah balik bertanya. Guntur meminta waktu sebentar un
Sekitar jam sembilan malam, Airyn terbangun. Dia terkesiap melihat Arion masih berada di kursi—ketiduran, dengan menjadikan lipatan tangan sebagai bantalan di meja belajarnya. Airyn sadar jika Arion sangat lelah, pulang kantor langsung menyambangi rumahnya.Tidak langsung Airyn bangunkan, dia segera meraih handuk untuk mandi. Terakhir Airyn mandi dua hari lalu, itu pun jika dia tidak salah ingat. Airyn sibuk membereskan kamar, sebab hanya itulah yang dapat dia lakukan saat sedang stress.Selesai mandi, Airyn menyiapkan dua mangkuk mie instan untuknya dan Arion. Kebetulan sekarang Guntur sedang tidak di rumah, tadi Airyn sudah kirimkan pesan pada Veroni, katanya mereka sedang jalan-jalan.Baru berniat masuk kamar untuk membangunkan Arion, ternyata mereka malah berpapasan di pintu. "Bapak ngagetin aja. Badan udah besar, gelap juga di dalam!" decak Airyn memegangi dadanya."Saya lapar, Ai.""Aku masak, tapi cuman mie instan." Arion langsung mengangguk, duluan turun menuju dapur. "Aku tam
Ketika langit mulai menggelap, Arion baru sampai di kediamannya. Airyn menunggu sejak tadi, karena tidak betah sendirian di ruangan sebesar ini. Dia merasa ada seseorang yang mengawasi, padahal tidak ada siapa pun di sana selain dirinya.Airyn terpaksa menginap lagi, karena Guntur dan Veroni keluar kota bersama. Guntur mengantarkan kekasihnya pulang kampung, sekaligus berkenalan dengan keluarga Veroni. Entah mau menikah atau bagaimana, Airyn belum mendengar kabar pasti.Mengejutkan, Guntur menitipkan Airyn pada Arion. Alhasil dia akan menginap dua malam di kediaman Arion, sebab papanya percaya jika hanya pria itu yang bisa melindungi Airyn.Arion tidak berada di kantor seharian, alhasil Airyn benar merasa terkurung. Dia tidak bisa jalan-jalan, takut ada yang menculik lagi. Bagas juga terlihat sibuk, padahal Airyn tidak masalah jika pria itu mengajaknya bertengkar—daripada kesepian.Bohong, kata Arion di kantor banyak kerjaan. Terbukti seharian Airyn hanya mengutak-atik komputernya kar