Home / Romansa / MY HANDSOME CEO / Bab 3 : Tinggal Serumah?

Share

Bab 3 : Tinggal Serumah?

Author: Alex Avolino
last update Last Updated: 2024-01-30 23:08:50

Hari ini hari pertama Alya bekerja jadi seorang Asissten Dari Arya Nugraha. Alya datang Tiga puluh menit lebih awal karena takut terlambat. Sambil menunggu waktu kerja Mulai, alya menunggu di Loby Hotel sambil membaca Informasi tentang Hotel.

 Saat Alya sedang asyik membaca Informasi. Tiba tiba Alya memanggil Mbak Ratna yang Baru saja melewatinya. " Mbak Ratna" Teriak Alya sambil melambaikan tangan.

" Eh, Alya. Ini hari pertama kamu bekerjakan kan. Slamat ya, kamu sudah diterima kerja di sini." Ucap Ratna sambil menyalami Alya.

" Siapa Yang harus saya temui pagi ini mbak? Soalnya saya belum tahu Apa yang harus saya kerjakan?" Tanya Alya pada Ratna.

" Kamu naik aja di Ruangan Kemarin. nanti kamu akan ketemu satu Ruangan Tepat di sebalah Ruangan pak Arya. nanti kamu bertanya dengan Sekertaris Pak Arya di sana. Namanya Dewi. Tapi mungkin kalau sekarang dia belum datang, Tapi paling sebentar lagi dia sampai kok." Ucap Ratna yang sambil mengarahkan Alya.

" Tapi mbak Ratna Bisa kan kasi Gambaran tentang pekerjaanku nanti,? Takutnya aku bingung Mbak kalau nggak dapat pengarahan terlebih dahulu." ucap Alya Yang kembali meminta arahan pada Ratna lagi.

"" Gimana ya Al.? Pokoknya bisa di Bilang seperti Pesuruh lah." Jawab Ratna sambil tertawa.

"Aku sih mendengar ini cuma dari Asisstennya Pak Arya sebelumnya. Dia lebih dulu bekerja di sini dibanding aku. Namun Pak Arya memecatnya karena Kurang disiplin dan banyak pekerjaannya yang Kurang rapi." Ucap Ratna menjelaskan.

Mendengar Itu Alya Langsung bergegas menuju Ruangan Yang Telah di Tunjukkan Oleh Ratna." Kok Bisa di pecat nanti setelah enam Bulan Mbak? kenapa Nggak dari awal aja. Kan pekerjaannya Berantakna. Kenapa Harus dipertahankan?" Tanya Alya penasaran.

" Kalau itu sih Mbak juga nggak tahu Al. soalnya semua keputusan berada di tangan Pak Arya. Dan Pak Arya juga Orangnya sangat Susah ditebak."

" Terus mbak. Apakah ada Asissten lain yang menjadi Asissten Pak Arya?"

"Ada sih beberapa. Namun semuanya nggak Ada yang bisa bertahan."

"Loh kenapa Mbak?"

" Mbak Juga nggak tahu. pokoknya sekarang kamu jalani aja dulu dan Paling nnti juga kamau akan rasain." Jelas ratna.

Saat Alya menuju Ruangan yang telah di Tunjuk Ratna Tadi. Tiba tiba Jantungnya Deg degan.

Alya Yang baru sampai di depansalah satu ruangan yang di tunjuk Ratna merasa bingung harus ngapain. Karena Saat Tes Wawancara kemarin, Alya Tidak pernah melihat Sosok Yag beranama Dewi ini.

Sambil menunggu Dewi Tiba, Alya Duduk di sebuah Sofa Yang Tepat Berada di samping Ruangan Pak Arya. Sambil melihat pemandangan Kota Jakarta Dari Kaca Jendela.

" Wow, Indah Banget ya." Ucap Alya Sambil mengambil Ponsel yang ada di Tasnya Untuk memotret beberapa Gambar.

Saat Alya sedang mengambil Gambar Pemandangan Kota Jakarta itu, Tiba tiba ia di Kagetkan dengan Sentakan Kaki yang sedang berjalan. Alya yang mendengar Itu langsung berbalik dan menyimpan Ponselnya di dalam tas. Ternyata Itu adalah Dewi, Sekertaris arya.

Alyapun langsung memperkenalkan dirinya. " Halo Mbak. Nama saya Alya angraeni. Saya Asissten Barunya Pak Arya."

" Oh, Asisstennya Pak Arya. Unglah Kamu sudah datang. Cpat bantu aku. Sebentar Pak Arya akan ada rapat jam sembilan. Tolong kamu Print berkas berkas yang ada di sini habis itu kamu Fotocopy di ruangan sebelah sana". Ucap Dewi sambil menunjuk Ruangan Fotocopy."

Saat Alya hendak Pergi untuk melaksanakan Tugas yang diberikan Oleh Dewi. Tiba tiba Dewi Memanggilnya kembali.

" Oh iya Alya. waktu wawancara kemarin Kamu diminta membuatkan Kopi kan. Sekarang Tolong kamu buatkan Kopi Untuk Pak Arya. Aku akan keluar sebentar membeli Sarapan Untuk pak Arya. Soalnya Tadi aku buru buru, sampai Lupa Beli Sarapan." Ucap Dewi.

" Iya mbak. Nanti akan saya Buatkan." Ucap alya Sambil mengangguk menegrti.

Dewipun meninggalkan Alya untuk membeli Sarapan Pak Arya.Ssedangkan Alya Langsung bergegas menuju Ruang Fotocopy.

Saat itu tidak ada orang di Ruang Fotocopy. Alya langsung menyalakan mesin fotocopy dan memfotocopy semua berkas yang diberikan Dewi.

"Fotocopy Dan print berkas sudah Seslesai. Sekarang saatnya Buat Kopi." Ucap Alya Berlalu menuju Pantry.

Saat Alya hendak pergi ke pantry, Alya Di kagetkan dengan kedatangan Arya yang baru saja keluar dari Lift.

" Maaf Pak" Ucap alya.

"mau kemana Kamu?" Tanya Arya.

" Saya mau ke pantry buat kopi untuk bapak"

"Oh ok. Kalau begitu kamu cepat sedikit ya, Sebentar lagi akan ada rapat." Ucap Arya.

" Baik Pak"

Alya langsung buru buru menuju Pantry membuatkan Kopi untuk Arya. Saat berada di dalam Lift, Alya meletakkan Tangannya di dada. Alya merasakan Jantungnya yang bergegup Kencang.

" Sudah seperti Jailangkung saja. Datang tak di jemput, Pulang Tak Di antar. Munculnya sangat tiba tiba, bikin Orang jantungan Saja.' Gerutu Alya yang melihat Arya Muncul Secara Tiba tiba tadi.

Saat di Pantry Alya bertemu dengan Staf dan OB. ia tak punya banyak waktu untuk berbasa basi dengan mereka. Alya hanya menyapa sekedarnya dan bergegas menuju mesin kopi.

Saat alya sedang ingin membuat kopi, Tiba tiba ia teringat pada saat iya wawancara. Saat itu Alya membuat kopi dengan menggunakan Metode Shypon dan itu yang membuatnya bisa bekerja di sini." Aku harus membuat Kopi yang sama seperti wawancara kemarin." Ucap alya dalam hati.

Alya pun langsung membuat kopi sesuai dengan yang Arya sukai. Setelah Alya selesai membuat kopi, ia langsung segera bergegas menuju Ruangan Arya dan membawa kopi buatannya itu.

Tok tok tok!

" Masuk" Ucap Arya dari dalam Ruangannya.

" Ini pak Kopinya. Silahkan diminum." Ucap Alya sambil Meletakkan Kopi Disamping piring Sandwich yang tadi dibeli Dewi dan  menawarkan kopi Pada Arya.

" Terima kasih. Oh iya, Tim HRD pasti sudah menjelaskan apa pekerjaanmu kan.? Jadi, nanti kamu lansgung saja menuju Ke alamat ini ya?" Ucap Arya sambil meletakkan memberikan Selembar kertas pada Alya.

" Apa ini pak?" Tanya Alya dengan Wajah Heran.

" Itu alamat Rumahku. Mulai nanti malam Kamu tinggal di Rumahku." Ucap Arya.

Alya yang mendengar Perkataan Arya langsung melongo Kaget. Ia Baru saja masuk kerja Hari ini, dan dia  sama seklai Belum beretemu dengan HRD Hotel Itu." Kok aku nggak tahu sama sekali ya kalau aku harus tinggal di Rumah Pak Arya. Apa sebenarnya kemarin aku harus ke ruang HRD dulu ya, sbelum ke Ruangan Pak Arya.?" Ucap alya yang bertanya tanya dalam hati.

" Tinggal Di Rumah Bapak?' Tanya Alya heran.

" Iya kamu kana Asissten Pribadiku, jadi kamu harus bisa mengontrol semua apa yang aku lakukan. Termasuk Saat aku di Rumah." Jelas Arya.

Alya yang mendengar Itu Hanya Heran dan tidak bisa berkata kata lagi.

Related chapters

  • MY HANDSOME CEO   Bab 4 : Istri atau Pegawai?

    " kenapa saya harus Tinggal di Rumah pak Arya?" Rumah saya tidak jauh kok dari sini pak. Bapak Bisa lihat saja kan sendiri, hari ini saya datang tiga puluh menit lebih awal dari jam Kantor. Lagian Nggak enak Pak kalau saya harus Tinggal di Rumah bapak. Apa Kata Orang nantinya, melihat Seorang Pria dan wanita yang bukan Muhrimnya sudah Tinggal Satu Atap." Ucap Alya.Arya yang mendengar perkataan Alya itu merasa Bingung. "Kan tadi saya sudah bilang. Kamu harus bisa mengontrol semua apa yang aku lakukan. Termasuk Saat aku di Rumah.Sebenarnya, kamu sudah tahu tugas kamu atau belum sih? Atau jangan jangan Kamu juga belum tanda tangan Kontrak?" tanya Arya yang bingung dengan semua jawaban Alya." Belum pak." Jawab Alya sambil menggelengkan kepalanya." Apa kamu bilang? Belum Tanda tangan Kontrak?. Pergi ke ruangan HRD sekarang!" Ucap Arya dengan Raut wajah yang sangat Emosi.Melihat kemarahan di wajah Arya. Alya buru buru keluar dan menuju Ruangan HRD. Saat Alya keluar dari Ruangan Arya, dia

    Last Updated : 2024-02-01
  • MY HANDSOME CEO   Bab 5 : Arya Dijodohkan

    Alya membuang semua ragu yang ada di Hatinya setelah melihat Jumlah gaji yang tertera di kontrak dan yang akan ia dapatkan. Ia tidak munafik. Sekarang ia sangat membutuhkan Uang. Ia yakin akan mendapatkan sangat banyak tekanan dalam pekerjaan ini. Tapi ia tidak menghawatirkan itu semua. Ia hanya perlu bertahan sambil mengumpulkan Uang Untuk modal usahanya sendiri. Ia akan hidup sehemat mungkin dan jika Uangnya sudah terkumpul, ia akan segera pergi dari Hotel ini dan membuat usahanya sendiri.Setelah menandatangani Kontrak. alya kemudian Begegas menuju Ruangan Arya. "Saya sudah membaca Kontrak kerjanya Pak. Saya akan membawa Barang barang saya nanti malam ke Ruamh Bapak."" Kalau begitu, Tak perlu ku jelaskan panjang lebar lagi. Kamu sudah pasti tahu apa yang harus kamu lakukan kan?" Tanya Arya." Iya Pak." Jawab Alya sambil mengangguk." Baguslah Kalau begitu." Ucap Arya sambil memberika sebuah ponsel pada Alya. "Ini ponsel kerjaku. Kamu berikan padaku kalau ada telepon dari orang pe

    Last Updated : 2024-02-01
  • MY HANDSOME CEO   Bab 6 : Karma

    Alya kembali ke ruang rapat setelah menerima Telpon dari Monica. Ia berjalan Sepelan Mungkin agar tidak menimbulkan suara. Karena ia tidak mau menganggu karyawan yang sedang persentasi. Sejak Awal Rapat, alya sangat bingung dengan pembahasan rapat kali ini. Ia semakin bingun karena sempat keluar sebentar saat menerima Telpon dari Monica, Sementara pembahasn Rapat tetap terus berlanjut. Ia tidak Tahu apa yang harus Ia catat sekarang. Ia hanya menatap ke arah layar Monitor dan sesekali melirik ke Arah Ayra, Yang sedang fokus dengan Rapat kali ini.Setelah Satu jam Raptpun akhirnya selesai. Semua Staff satu per satu meninggalkan Ruangan Rapat.Hanya tersisa Alya dan Arya." apa yang dikatakan Monica tadi?" Tanya Arya." Bu Monica Sedang menunggu bapak di Butik Melati. Dan katanya bapak harus datang ke sana." Jelas Alya." Oke. Terima Kasih Atas Infonya." Ucap Arya sambil beranjak dari tempat duduknya." Apakah bapak Akan pergi ke Butik Itu?" tanya Alya Sembari berjalan di belakang Arya.

    Last Updated : 2024-02-03
  • MY HANDSOME CEO   Bab 7 : Sok Kenal Sok Dekat

    " Kamu dengar Aku nggak sih? Ap kamu meremehkanku? Kamu nggak tahu siapa aku ya?"Ucap Monica Lalu melayangkan Tangannya Di udara dan Mendarat di Pipi alya.Alya merasakan Panas di pipinya."Kamu masih nggak mau bilang dimana Arya?" Tambah Monica."Maaf Bu. Bukannya sayaNggak mau. Tapi memang pak Arya pergi setelah menerima telpon tadi. Pak Arya Hanya Bilang ada Rapat di Luar. Tapi Dia tidak mengatakan kalau Tempatnya di mana." Jelas Alya sambil memegang pipinya yang masih memerah." Jadi.Dia sengaja menghindar dariku?. Oke. Aku Akan Buat Kamu agar tidak bisa kabur lagi dariku." Ucap Monica sambil bergegas pergi meninggalkan Alya.Setelah menica Pergi. barulah Dewi menghampiri Alya. " Kamu Nggak Apa apa Al? Maaf ya. Aku nggak Bisa Bantu kamu. Bu Monica Itu orangnya sangat keras kepala dan tidak mau mendengar apa yang orang lain katakan. Kalau ada yang tidak seseuai dengan Kehendaknya, Dia Pasti akan main tangan.Alya yang masih merasa sangat kesal tidak memperdulikan apa yang Dewi katak

    Last Updated : 2024-02-07
  • MY HANDSOME CEO   Bab 8 : Sandiwara Arya dan Alya

    Alya yang saat itu sudah merasa khawatir akan ketahuan, mencari alasan agar mereka segera pergi dari tempat itu." Aduh.!"Alya merintih sambil memegang perutnya yang terasa sangat sakit."Kamu Kenapa?" Tanya Arya." Sepertinya maag Saya kambuh Pak."Arya mendengar keluhan Alya langsung menggelengkan kepala." Ya. Sudah. Ayo makan. Habis Itu jangan Lupa Minum Obat. Kamu Bawa Obatnya kan?"Alya Mengangguk. Rasa-rasanya ia Ingin menegajak Arya untuk segera pergi dari restoran Itu." Sejak kapan kamu maag?" Tanya Boby sembari melirik ke arah Arya. Boby pun merasa bingung dengan tingkah Alya. Karena setahunya, Alya adalah orang yang sangat memperhatikan pola makannya saat masih kuliah dulu. Bahkan ia tak pernah telat makan walaupun tugas kampus sedang menumpuk."Apa aku harus melapor padamu dulu kalau aku punya maag? memangnya kamu siapa?Arya kemudian mengelengkan kepala saat melihat perdebatan antara Alya dan Boby. Ia lantas melewati Alya, dan berjalan menuju ruangan paling ujung.Alya bar

    Last Updated : 2024-02-08
  • MY HANDSOME CEO   Bab 9 : Pacar Pura-Pura.

    Pukul lima belas, Arya dan Alya kembali ke kantor. Untunglah, Monica tidak ada disana ketika mereka sampai. Karena waktu yang tinggal sedikit, Arya kembali bekerja di Ruangannya. Begitu pula dengan Alya yang kembali ke ruangannya.Tepat Pukul Setengah Lima sore, Alya meninggalkan kantor. Ia harus pulang dan mengemas barang barangnya untuk pindah ke Rumah Arya.Ia juga sudah mencatat tugasnya di sebuah buku catatan Baru.Karena Alya hanya tinggal seorang diri saja, Ia tak perlu berpamitan pada siapapun. Ia mengemas semua barang barangnya sendirian. Tak banyak yang di bawa. Hanya baju yang biasa ia pakai saja. Satu koper saja sudah cukup.Karena kemacetan jakarta, Tepat Pukul dua puluh barulah Alya sampai di sebuah alamat yang ia tulis di Secarik kertas di tangannya.Keningnya menerut ketika berdiri di depan Gerbang. Rumah yang bernomor 505 di depannya itu tampak sangat sepi. Ia ragu kalau Arya sudah Pulang ke Rumah.Alya kemudian menekan Bel. Ia terus menekan hingga seorang Security berla

    Last Updated : 2024-02-09
  • MY HANDSOME CEO   Bab 10 : Gelisah

    Pada kahirnya ia hanya berdiam diri ketika Bibir mereka berpisah dan mereka saling menatap satu sama lain. Untuk beberapa detik mata Alya tak berkedip. Ia memandangi wajah orang yang tepat berdiri di depannya, Tak percaya dengan apa yang terjadi. Marah, Kesal, Bingung bercampur menjadi satu.Mangabaikan Tangannya Yang siap menampar Arya, Jantung Alya berdegup kencang. Seolah belum cukup dengan mencium Alya, Arya menyusuri pergelangan tangan Asisstennya Itu. Arya memaksa Tangan Alya membuka Hingga ia berhasil menautkan Jemarinya."Apa harus aku tunjukkan yang lebih lagi?" Ujar Arya mengangkat tangannya yang menggenggam tangan alya setinggi dada.Mulut Monica Terbuka. Ia menggeleng, Menolak menerima kenyataan ini. Tidak mungkin seporang seperti Arya bisa menyukai Wanita Desa seperti Alya. Ia sudah mencari tahu tentang Arya sebelum mereka bertemu pertama kali. Arya beberapa kali berpacaran. Dan semuanya merupakan Gadis dari keluarga terpandang. Tidak pernah sekalipun Ia berpacaran dengan

    Last Updated : 2024-02-10
  • MY HANDSOME CEO   Bab 11 : Merasa Jadi Istri?

    Tepat pukul enam pagi, Alya sudah siap siap untuk berangkat ke kantor. Ia berdiri di depan cermin memperhatikan penampilannya. Semuanya sudah sangat rapi. Akan tetapi, Ia masih kepikiran tentang apa yang terjadi antara dia dan Arya. Itu membuat pikiran Alya menjadi tidak karuan.Tepat pukul setengah tujuh, Alya turun ke lantai satu dengan membawa tasnya. Rumah yang sangat besar itu kelihatan tampak sangat sepi. Sejak semalam, Alya hanya melihat Bi Iyem dan Pak Toni yang merupakan pekerja di rumah itu."Kemana keluarga Pak Arya? apakah Pak Arya seorang yatim piatu?" Tanya Alya dalam hatinya.Alya yang sudah merasa lapar, menuju dapur. Disana ia bertemu dengan Bi Iyem."Mbak Alya, tolong bangunkan Pak Arya. Tadi saya sudah mencoba mengetuk pintu kamarnya, tapi nggak ada jawaban. Mungkin Pak Arya masih tidur mbak." Ucap Bi Iyem.Tanpa pikir panjang lagi,Alya pun langsung bergegas menuju kamar Arya. Karena itu juga merupakan salah satu tugasnya sebagai asissten pribadi Arya.Tok...Tok..Tok

    Last Updated : 2024-02-13

Latest chapter

  • MY HANDSOME CEO   Bab 24 : Hadiah Untuk Alya

    Ini tidak benar. Apa yang dirasakannya salah. Ia harus menghancurkannya sebelum benar-benar tumbuh atau ia akan ada dalam masalah besar.Hari ini, Alya berangkat ke kantor seperti biasa. Ia fokus mengecek jadwal Arya hari ini, sementara Arya duduk di belakang sambil memainkan ponselnya.Sesampainya di kantor, Alya tidak ikut Arya naik ke lantai tujuh belas. Ia ke pantry lebih dulu untuk membuat kopi. Ketika naik ke lift, Alya bertemu dengan Ratna,sekretarisnya Pak Hendry, kepala HRD."Kopi untuk Pak Arya?" tebak Ratna."Iya, Mbak.""Panggil Ratna aja.""Ah, iya. Lupa." Ucap Alya tertawa."Bagaimana pekerjaanmu?Masih bisa kamu handle?"Alya mengedik. Yang ada di kepalanya bukan masalah pekerjaan, melainkan hubungannya dengan Arya mulai terasa aneh sekaligus rumit."Masih bisa aku handle."Ratna menoleh pada wanita yang berdiri di sampingnya. Sebagai lulusan jurusan psikologi, Ratna menyadari ada tekanan yang dihadapi Alya."Kalau kamu butuh orang untuk diajak ngobrol, aku ada, kok. Bag

  • MY HANDSOME CEO   Bab 23 : Kevin Babak Belur

    Alya bukan orang yang suka memperpanjang masalah. Jika ada cara tercepat untuk menyelesaikannya, ia akan melakukan itu. Ia juga tidak terlalu peduli dengan orang-orang kurang kerjaan yang mengusik. Banyak mahasiswa lain yang mengganggunya saat kuliah karena Alya tak mau membalas. Bukan Alya takut, tapi ia tak ingin membuang waktu dengan meladeni orang-orang berotak dangkal.Namun, untuk hari ini, situasinya berbeda. Pikirannya sedang kacau.Sejak kemarin, ia bingung untuk meluapkan emosi aneh yang memenuhi dadanya. Jadi, dengan senang hati Alya meladeni Kevin serta lima teman pria itu.Alya mengepalkan tangan dan memasang kuda-kuda. "Maju," ujarnya dengan santai.Satu per satu teman-teman Kevin menerjang. Mereka melayangkan tongkat baseball sembarangan.Melihat serangan itu, Alya memutar bola matanya. "Serius, cuma seperti itu? Kalian dari mana sih dapat tongkat baseball? Kalian sama sekali nggak bisa main baseball atau main bola kasti? Kalian baru membelinya tadi, ya? Memukul saja ng

  • MY HANDSOME CEO   Bab 22 : Alya dikeroyok

    Arya benar-benar bingung dengan apa yang terjadi antara dia dan Alya. Jika yang ada di kepalanya bukan mimpi, berarti ia yang menyebabkan tanda merah di leher Alya. Arya memijat keningnya. Ia benar-benar tidak ingat bagaimana rasanya saat bibirnya menyentuh leher Alya hingga tanda merah itu ada di sana."Sekarang Papa dan Kevin pergi dari sini. Aku yang akan membuat keputusan untuk hidupku sendiri. Jadi, jangan ikut campur apa pun." Ucap Arya menarik tangan Pak Hendra dan Kevin ke arah pintu.Awalnya, Arya berencana untuk mencium Alya di depan Pak Hendra langsung seperti yang sudah mereka sepakati. Ia ingin melihat kemarahan ayahnya hingga titik tertinggi. Namun, melihat tanda merah yang ada di leher Alya itu, rasanya ia tak perlu melakukan apa pun lagi. Pak Hendra dan Kevin pasti bisa membayangkan mereka sudah melakukan hal yang lebih jauh."Kak Arya!" Ucap Kevin sambil menahan pintu."Pergi dari sini!" Ucap Arya sambil menendang bokong adiknya itu.Arya menahan kakinya agar tidak me

  • MY HANDSOME CEO   Bab 21 : Mimpi atau Kenyataan?

    Alya keluar kamar mandi dengan tangan di leher sedangkan Bi Iyem masih saja berdiri di samping meja makan."Kenapa Mbak Alya?" tanya Bi Iyem."Digigit nyamuk kayaknya, Bi. Badanku jadi nggak enak gini. Aku ke kamar bentar ya, Bi.""Ke dokter aja, Mas.""Nggak usah, Bi. Kayaknya, aku kecapean, doang. Paling bentar lagi baikan. Habis sarapan, aku akan tidur lagi"Tidak mau memperpanjang percakapan itu lagi, Alya bergegas ke kamar. Ia mengambil hoodie untuk menyembunyikan tanda merah dileher.Matahari di luar cukup terik, membuat Alya sedikit kegerahan memakai hoodie. Namun, ia tak punya pilihan. Tanda merah di lehernya bukan sesuatu yang dibanggakan.Alya lantas turun kembali ke meja makan. Bi Iyem sudah menyiapkan mangkuk, kotak sereal, dan susu untuknya. la tinggal makan saja.Rumah tampak sepi seperti biasa. Jadi, Alya makan dengan santai. Diturunkannya penutup kepala karena kegerahan."Bi Iyem!"Terdengar suara Arya dari arah ruang tengah menuju meja makan. Tangan Alya dengan sigap m

  • MY HANDSOME CEO   Bab 20 : Tanda Merah di Leher

    Semakin Alya mencoba melepaskan diri, semakin kuat cengkeraman Arya. Ia berusaha menjaga bibirnya tetap mengatup. Namun, pada akhirnya ia membuka mulut untuk bernapas.Lidah Arya menerobos bibir Alya. Dapat Alya rasakan ujung lidah pria itu bersentuhan dengan lidahnya sendiri.Degup jantung Alya semakin kencang. Dadanya naik turun dengan cepat. Tangan Arya perlahan ia rasakan mulai masuk lewat bagian bawah bajunya, menahan punggung agar tidak menjauh.Saat Alya tak melakukan perlawanan, ciuman Arya perlahan berubah lembut. Bibir yang tadi terasa seperti buah mengkudu, pahit dan menyiksa, kini bagaikan permen kapas yang lembut, manis dan menyenangkan.Tangan Alya berpindah ke leher Arya. Lidahnya mulai mengimbangi permainan lidah pria itu. Ia pun mulai mengambil alih. Ia melahap bibir Arya layaknya santapan yang tak boleh disia-siakan.Arya mendorong dada Alya, memberi waktu mereka untuk bernapas. Mata keduanya saling bersirobok.Sudut bibir Arya terangkat, membentuk senyuman yang sanga

  • MY HANDSOME CEO   Bab 19 : Ungkapan Perasaan Arya

    Celine menarik celana panjang yang dikenakan oleh Arya. Dilemparnya celana itu ke samping kemeja yang sudah ada di lantai lebih dulu.Tak sabar, ia pun menarik paksa celana dalam, satu-satunya pakaian yang tersisa di tubuh Arya." Wow!" Seru Celine menatap bagian tubuh Arya yang tersembunyi di balik celana dalam. Senyuman Celine semakin lebar sambil membayangkan bagaimana permainan Arya di ranjang nanti.Celine kemudian berdiri di pinggir ranjang. Ia berpikir sejenak, apakah lebih baik ia berbaring menunggu Arya sadar atau mandi saja.Setelah berpikir panjang, ia kemudian memutuskan untuk mandi. Ia tak ingin sedikit pun bau keringat mengganggu malam indahnya bersama Arya nanti.Di dalam kamar mandi, Celine bersenandung riang. Setelah menunggu bertahun-tahun, Akhirnya kesempatan ini datang juga. Ia yang dulunya hanya bisa menggigit jari ketika mendengar Arya berpacaran dengan wanita yang berbeda setelah putus dari pacar sebelumnya, kini punya kuasa penuh atas tubuh Arya. Kini ia bebas me

  • MY HANDSOME CEO   Bab 18 : Jebakan Penuh Nafsu

    Sebelum Celine naik ke mobil, Arya mengirimkan alamat apartemen wanita itu pada Alya. Ia malas naik taksi. Ia berpikir apa gunanya punya asissten pribadi yang dibayar mahal, kalau menjemputnya saja tidak bisa. Itu pasti bukanlah hal yang sulit,mengingat mengingat mereka masih dalam satu kota. Dan tidak terlalu jauh untuk menjemput.Namun Celine berdehem begitu masuk ke dalam mobil. Dan membuat Arya terkejut hingga hampir melemparkan ponselnya." Sudah aku bilang, jangan ganggu Alya. Ini kan malam minggu. Biarkan dia menghabiskan malam minggunya dengan tenang. Aku yakin dia itu juga butuh hiburan. Pasti dia sudah mearasa sangat lelah dengan semua pekerjaannya selama seminggu ini, masa kamu nggak ngerti sih?" Ucap Celine yang masih memegang perutnya." Maaf." Arya memasukkan ponsel kembali ke dalam saku.Ia hanya sempat mengirim alamat tanpa mengirim perintah apapun lagi.Setelah mengemudi hampir dua puluh menit, Arya dan Celine sampai di apartemen.Arya memarkirkan mobil, lalu segera ber

  • MY HANDSOME CEO   Bab 17 : Arya Dalam Bahaya

    Sabtu tiba. Alya bermalas-malasan di dalam kamar. Ia hanya sarapan ke bawah, lalu naik lagi ke kamarnya.Dinyalakannya TV untuk menonton salah satu series favoritnya. Ada beberapa telpon dan chat yang masuk ke ponsel Arya yang ada padanya. Namun, ia mengabaikan semua chat dan panggil itu. Hari ini, ia tidak mau berurusan dengan pekerjaan. Bahkan, ia tidak ingin bertemu Arya hari ini. Bahkan Alya juga berharap tidak akan bertemu dengan salah satu anggota keluarga Arya lagi.Pukul lima sore, pintu kamar Alya diketuk oleh seseorang. Ia pun berjalan untuk membuka pintu." Pak Arya?" Alya terkesiap melihat Arya yang sudah berdiri di depan kamarnya. Pria itu mengenakan kaos hitam dengan rambut yang acak-acakan seperti orang yang baru bangun." Ini Hari sabtu pak. Ini hari libur." Ucap Alya mengingatkan sebelum Arya kembali memberinya pekerjaan." Ini memang hari libur. Tapi, kamu sendiri yang mencari masalah. Kenapa kamu mematikan Hp yang aku berikan?" Tanya Arya.Alya menoleh melihat ponse

  • MY HANDSOME CEO   Bab 16 : Alya Cemburu?

    Semalaman, Alya memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan pada Arya besok pagi. Hati kecilnya berseru untuk setuju, namun ada penolakan besar dari sisi hatinya yang lain.Alarm di ponsel Alya berbunyi. Ia bangun dan bergegas mandi. Pukul enam ia turun ke lantai satu. Sebelum turun ke bawah, ia lebih dulu membangunkan Arya. Namun, saat ia baru saja tiba di kamar Arya yang tidak terkunci itu, Alya melihat sudah tidak ada orang di sana. ia menghela napas lega ketika mendengar suara shower dari kamar mandi.Dengan wajah lesu, Alya pergi ke meja makan. Ia duduk menatap meja yang masih kosong." Mba Alya lagi sakit ya?" Tanya Bi Iyem yang datang menghampiri Alya." Nggak kok Bi. Saya baik-baik aja. Cuma sedikit kecapean saja." Jawab Alya." Mba itu harus bisa mengatur waktu. Jangan terlalu kecapean. Kemarin,Bibi lihat Mba Alya sudah bisa bersikap sedikit tegas. Kalau mba nggak begitu, Pak Arya nggak akan sarapan Mba."" Pak Arya tetap sarapan kok di kantor, kalau dia nggak sarapan di sini

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status