Raline menatap pintu kamar yang sudah tertutup rapat. Tristan sudah meninggalkannya dan masuk ke dalam kamar sendiri.
Perkataan yang tadi Raline ucapkan, sebenarnya karena dirinya takut akan kembali berharap kepada Tristan. Ia takut cinta lamanya akan bersemi kembali, Ia takut akan mengalami sakit hati lagi, dan ia takut kalau Tristan sebenarnya tidak pernah mencintai nya.
Wajar saja Raline berpikir seperti itu,dia pernah melihat sorot mata Tristan yang hanya tertuju kepada Kanaya, karena hal itu Dia Harus menahan kecemburuannya selama 3 tahun. Walaupun terlihat baik-baik saja dan selalu ceria di mata orang lain, sebenarnya Raline selalu menangis sendiri di kamarnya setelah pulang dari sekolah. dan dia cukup trauma akan hal itu.
Pada saat ia melihat pandangan Tristan kepada Kanaya saat sedang berdua di taman bunga dua bulan lalu, membuat benteng di dalam hatinya semakin kuat. ia tidak ingin itu runtuh, hanya karena sikap Tristan yang berubah lembut dan
"Kau sangat menyebalkan!!" Pekik Raline yang terus memukul Tristan dengan kedua tangannya.Tristan terlihat Pasrah dengan apa yang istrinya lakukan kepadanya.lebih dari 5 menit Raline terus memukul Suaminya ini, hingga nafasnya tersengal.Ia mengistirahatkan tubuhnya setelah membuang banyak tenaga,dengan duduk di kursi yang ada di meja Bar dapur.Ia mengatur Nafas nya dalam-dalam,hingga amarahnya mereda."Apa saja yang sudah kau lihat?" Tanya Raline yang sedang memeloti Tristan yang sedang mengusap-usap tangan dan bahunya yang kesakitan atas bogem mentah dari Raline."Semuanya" Jawabnya santai."Apa!!!" Raline kembali berteriak,dan memukuli Tristan.20 menit setelah perkelahian mereka...Sembari mengutak atik remote televisi yang ada di tangannya,Raline terus menunjukkan wajah masamnya. kemarahannya belum reda, "Sembarangan melihat tubuh ku" Gumamnya sepanjang menonton acara televisi yang terus
Tristan menoleh kebelakang.. Di lihatnya tatapan tajam Raline menatap mereka berdua. ia tahu ini akan menjadi masalah nantinya, sudah susah payah ia membujuk istrinya itu untuk mau menerimanya,dan dia tidak ingin Raline kembali bersikap dingin kepadanya. "Boleh masuk?" Tanya Kanaya yang masih di depan pintu. Dengan membawa sesuatu di tangan kanannya,Wanita ini melangkah kan kakinya untuk masuk ke dalam apartemen mereka. Raline masih terus berdiri di depan pintu kamarnya,wajahnya terlihat masam. Langkah kaki Kanaya terhenti tepat di hadapan Raline,lalu ia menunjukkan sesuatu. "Ini,aku bawa sup tulang" sembari mengangkat termos makan berisi sup. Tristan yang berada di belakang Kanaya,mempersilahkan tamu nya ini untuk duduk. Sedangkan Raline,masih terlihat Acuh. "Ayo" Tristan merangkul pinggang istrinya ini untuk duduk bersama di sofa. "Raline,aku dengar dari dokter victor kamu sakit. jadi aku kesini untuk melihat kondisimu" Ucap kanaya s
"Kalau begitu ayah bisa panjang umur hingga ratusan tahun" ucap Ayah dengan senyum cerahnya.Tristan melirik ke arah Raline yang sudah terdiam, ia hanya bisa tersenyum melihat wajah pasrah istrinya itu.Bukan hanya itu yang mengejutkan Raline,lagi-lagi ayah meminta sesuatu yang membuatnya tertegun."Ayah sudah pesan tiket ke bali,dan juga resort disana. jadi kalian bisa Honeymoon selama 5 hari" Ucap Ayah."Yah,Raline masih banyak pekerjaan. hari ini saja tidak masuk kerja,pasti sudah menumpuk dokumen yang akan di tandatangani,apalagi harus 5 hari di bali" Ucap Raline yang menolak permintaan kedua ayahnya ini.Ayah bersih keras agar anak dan menantu nya itu dapat menghabiskan waktu berdua di bali."ini biar ayah cepat dapat cucu,sweety" jawab Ayah dengan wajah memelas."Yah.." Jawab Raline yang menekan suaranya."Baiklah yah,kami akan pergi honeymoon sesuai rencana" ucap Tristan memotong ucapan Istrinya.Raline yang sedan
"Bahagia?" Gumam Raline dalam hati. Pandangannya kosong.. Tetapi banyak hal yang menumpuk dalam pikirannya.. Sedangkan Tristan masih meladeni ibu ini,yang sejak tadi memuji dirinya dan istrinya. "Sayang.." "Sayang.." "Raline.." Panggil Tristan,yang menyadarkan lamunan Raline. Raline menoleh kearah Tristan yang sedang merangkulnya. Kemudian melepaskan Rangkulan hangat suaminya ini. "Ahh..?" Gumamnya yang tersadar. "Ayo pulang" Ucap Tristan sebelum mengambil Troli yang ia letakkan di belakang mereka. Kaki Raline melangkah terlebih dahulu meninggalkan Tristan yang tepat dibelakangnya. Sesampai di Apartemen... Raline tertegun,ia terus menopang Dagu. Sedangkan Tristan tengah sibuk di dapur membuat mie goreng telur mata sapi untuk istrinya itu. Suara televisi tidak menganggu konsentrasi Raline yang sedang termangu. ia memandang jauh ke imajinasinya, entah ap
"Kenapa Disini?" Tanya Raline. "Aku ada urusan pekerjaan di Bali" Jawab Roy dengan Nada santai nya yang khas. "Wah, bisa kebetulan sekali" Ucap Raline yang terlihat senang. Tristan terus saja merangkul pinggang istrinya ini. Tatapan mata nya Tajam, ia tidak bisa menyembunyikan Rasa ketidaksukaannya terhadap Lelaki yang terlalu bergaya kebarat-baratan ini. "Come on Tristan, aku tidak akan menculik istrimu ini" Gumam Roy sembari bercanda. Kemudian terkekeh. Raline spontan melepaskan Rangkulan Tristan yang terlalu Erat terhadap tubuh nya. Tetapi, Tristan merangkul pinggang istrinya ini kembali. Raline tidak bisa berbuat apa-apa, karena ia kalah kuat atas suaminya ini. "Dimana nanti menginap?" Tanya Raline. "Di Nusa dua" Jawab Roy. Raline tersenyum simpul setelah mendengar Jawaban Roy. "Kenapa tersenyum,Kau membuat ku Takut line" Gumam Roy sembari bercanda. "Kami juga sudah menyewa Resort di Nu
Bibir Tristan terus menciumi Bibir Raline... Melumatnya... Dinikmati nya... Raline terlena,ia membalas ciuman suaminya Dengan penuh Gairah... Ciuman ini terus berlanjut.. Tristan melingkar kan tangannya ke pinggang istrinya ini.. Ia lanjutkan aktivitas penuh kehangatan ini.. Dibawa nya tubuh Raline menuju ke ranjang besar kamar ini... Perlahan... Perlahan... Dijatuhkan tubuh ramping istrinya dengan lembut di kasur yang empuk ini. Tubuh Gagah Tristan berada diatas tubuh Ramping Raline sekarang. Dicumbui terus menerus Bibir lembut ini... Lalu menjalar ke tekuk leher.. Hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh Raline,ia merasakan kenikmat yang tidak pernah ia Rasakan. Nafasnya tersengal.. Matanya terpejam.. Diciuminya tekuk leher Kanan dan kiri Raline,yang membuat Raline semakin merasakan merinding disekujur tubuhnya. Tristan kembali mencumbu bibir
TING...Pintu Lift terbuka..Raline bersama dengan Tristan kembali ke lantai 20 untuk beistirahat.Kaki Raline melangkah terlebih dahulu untuk sampai ke kamar yang berada di ujung lantai ini,tubuhnya tampak sudah lelah. ditambah kondisi kesehatannya yang masih belum pulih seutuhnya."Sayang,tunggu"panggil Tristan yang masih berada dibelakang.Raline terus saja berjalan dan berpura-pura tidak mendengar panggilan dari suaminya itu. perkataan Tristan masih melekat dalam ingatannya,dan itu membuat sekujur tubuhnya bergidik malu. ia tidak menyangka hanya dalam waktu singkat rasa suka nya terhadap cinta pertamanya itu muncul kembali,padahal tujuan ia menikahi suaminya tidak lain adalah untuk melindungi Ayah.Tubuh Raline terdiam di depan pintu,ia ingat ia tidak membawa kunci kamar. kunci itu berada di suaminya yang terdengar kakinya melangkah perlahan mendekatinya yang sedang berdiri diam.Tangan Tristan Melingkar di pinggang istrinya dari
Tristan terus mengelus dan mengusap perut istrinya ini, ia sesekali menghela nafas panjang karena terus merasa khawatir akan keadaan Raline yang masih terlihat pucat pasi.Melihat Istrinya yang sudah tertidur pulas,Tristan menyudahi usapannya. ia menarik selimut agar menutupi tubuh Raline,Tatapannya nanar melihat istrinya yang tidak merasakan sakit lagi setelah tertidur. dielusnya Kepala ,kemudian mengusap lembut Pipi Raline.Tubuhnya beranjak saat Cahaya matahari tampak menyentuh wajah teduh istrinya yang tengah tertidur.Ditutupnya perlahan gorden berwarna abu-abu itu..Hingga tidak dapat membuat Matahari menyentuh wanita berharganya kembali.Ia yang sejak bangun tidak sempat membersihkan diri,melangkah menuju Kamar mandi untuk mandi.Tubuhnya ia rebahkan di dalam Bathub yang cukup untuk dua orang masuk di dalamnya ini. Pandanganya tampak kosong,kemudian ia ambil gelas yang sudah berisi Wine yang ia pesan tadi malam.Ia
Hi, Terimakasih untuk para pembaca My Enemy My Husband,yang sudah mengikuti kisah cinta manis antara Raline dan juga Tristan. Terimakasih juga atas Support nya dengan memberikan bintang dan juga memberikan Review yang membuat saya semakin bersemangat untuk menyelesaikan novel pertama saya di GoodNovel.Semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi dan membuat kalian menghargai akan keberadaan orang-orang terkasih yang selalu berada bersama kalian, selalu mencintai, dan memberikan yang terbaik untuk kalian.Jangan lupa katakan cinta untuk keluarga, pasangan, dan teman-teman kalian.Jika ada pertanyaan, atau hal lain, kalian bisa kirim melalui komentar.Stay terus untuk menunggu novel kedua saya di GoodNovel ^_^Thank you so much,...Nellamuni
Ballroom Hotel, Pukul 11.00.Baru saja prosesi ijab qabul dilaksanakan, Lala dan juga suami nya Roy tengah mengambil gambar dengan buku nikah yang ada di tangan mereka. Mereka saling merangkul dan memeluk dengan mesra hingga membuat Raline terus tersenyum bahagia melihat kedua sahabatnya itu akhirnya di persatukan dalam ikatan pernikahan.Tristan yang berada disamping sang istri,terus menemani dan menggenggam tangan Raline, yang sudah sibuk sejak tadi pagi hingga menjelang siang ini mengurusi setiap persiapan,karena ia tidak mau pernikahan sahabatnya terjadi satu saja kesalahan."Sayang,duduk dulu" Ucap Tristan yang terus menemani Raline berdiri.Mereka lalu duduk di kursi tamu, Tristan dengan cepat berjongkok dan melepaskan sepatu Raline dengan tinggi 3 cm ini."Sudah aku katakan, jangan pakai High heels. lihat kaki kamu jadi bengkak" Gerutu Tristan."Cuma 3 cm sayang" Jawab Raline"Ya tapi kamu yang susah" Gerutu Tristan sembari mem
Di dalam kamar Apartemen, Pukul 20.30.Raline yang sedang bersender di kasur, sedang memegangi ponselnya. Ia sedang merekam video saat Tristan yang tengah memijat telapak kaki nya.“Tristan Handoko, menurut anda siapa wanita paling cantik di dunia?” Tanya Raline dengan terus memegangi ponsel merah nya ini.Tristan terkekeh, ia ambil minyak zaitun di dalam botol yang terletak diatas nakas lalu ia tuangkan di tangannya. Kemudian ia pijatkan dengan lembut di telapak kaki sang istri.“Ehmm,nama nya Raline Putri Darmawan” Jawab Tristan.Raline mencicit senang, ia lalu mendekatkan ponselnya ke wajah sang suami, lalu ia perlihatkan Tristan yang tampak menggemaskan dengan piyama pasangan yang ia beli tadi sore bersama dengan Lala.Raline lalu membalik ponselnya,lalu ia rekam dirinya sendiri.“Ini dia Raline Putri Darmawan” Ucapnya sembari tersenyum malu.Ia rekam kembali suaminya yang sedang memijat
Di dalam Butik Gaun Pengantin,Pukul 13.30. Raline sudah tampak bosan duduk di sofa hitam,tepat di depan ruang ganti calon mempelai perempuan. Ia tidak henti nya menguap, menunggu Lala yang sejak tadi terlalu banyak protes mengenai gaun nya yang kekecilan. Tidak berapa lama,Lala keluar kembali dengan gaun putih yang sudah diperbaiki. Gaun putih berlengan panjang, dengan Garis leher yang memperlihatkan pundak nya. Sahabatnya itu yang sudah cantik, Semakin mempesona dengan gaun pernikahan dengan bahan terbaik yang ditaburi batu swarovski yang sudah di rancang sejak dari empat bulan lalu ini. Dengan mengacungkan ponsel nya,Raline memeperlihatkan Kecantikan Lala melalui panggilan video ini untuk Roy yang sekarang sedang berada di Amerika. Calon suami Lala itu, sedang melakukan perjalanan bisnis sekaligus akan menjemput Nenek nya untuk menghadiri pesta pernikahan mereka yang akan diadakan dua minggu lagi. "Cantik sekali,pengantin ku" Gumam Roy.
"Raline aku akan membunuh mu !!"Pekik Kanaya.Nafas Raline terasa sesak, hampir saja wanita itu mencengkeram lehernya. Beruntung sang suami, bersama dengan Pengawal pribadi mereka terus menjaganya.Teriakan Kanaya tidak terkendali, entah apa yang membuat ia berpikir kalau semua ini adalah salah Raline. Hingga kedua petugas polisi wanita itu,harus mengamankan Kanaya kembali ke dalam mobil."Kamu tidak apa-apa,sayang?"Tanya Tristan.Raline mengangguk,ia hanya terkejut dengan serangan mendadak dari Kanaya.Tidak lama kemudian Tante Debby dan Om Reinald keluar dari rumah ini. Tante Debby langsung memeluk Raline,sedangkan Om Reinald mendekati Tristan untuk mengetahui tentang apa yang sudah terjadi. Tristan menjelaskan semuanya kepada Paman dan Tante nya ini, lalu ia meminta tolong agar Raline segera di bawah ke rumah lama mereka yang tepat berada di sebelah. karena Tristan akan mengurusi Kanaya terlebih dahulu.***Di dalam Rumah Kanaya..
Lala baru saja masuk ke ruang kerja Presiden perusahaan ini, Raline Putri Darmawan. Ia dengan senyuman khas nya mengajak Sahabat tercinta nya ini untuk segera memeriksakan kandungan nya siang hari ini.Raline yang masih memeriksa beberapa dokumen, langsung menghentikan pekerjaannya.Ia melangkahkan kaki untuk mengambil Blazer panjangnya yang tergantung di pengait pakaian yang ada di ruangan ini, lalu ia kenakan ditubuhnya."Ayo" Ucap Lala,langsung merangkul tangan sahabatnya ini.Mereka berjalan menyusuri lantai 30 ini hingga berpapasan dengan Tristan yang sepertinya baru saja akan menuju ke ruang kerja Raline. Untuk kali ini Tristan akan lebih keras kepala, ia akan ikut untuk memeriksakan kandungan istrinya."La,biar aku saja" Ucap Tristan, lalu ia gantikan Lala menggenggam tangan Istrinya.Raline menatap Lala dengan tajam, dengan bahasa rahasia yang hanya diketahui oleh kedua sahabat ini mengisyaratkan bahwa Raline akan memarahinya nanti.
Dua bulan kemudian..Rumah kediaman Keluarga Darmawan, Pukul 07.00Drrt...Drrt..Drrt..Pesan masuk !Raline yang masih tertidur diatas kasur empuknya, terbangun lalu ia buka pesan yang biasanya dari sang suami yang selalu membangunkannya di pagi hari. Walaupun pesan-pesan yang dikirimkan Tristan tidan pernah ia balas, Raline selalu rutin membaca pesan masuk itu."Good morning, Sayang. Aku hari ini bingung akan memakai Jas yang mana" Pesan masuk dari Tristan.Drrt..Pesan masuk kembali !Tristan mengirimkan foto beberapa Jas yang sudah ia letakkan di atas ranjang besar di kamar Apartemen mereka."Yang Biru malam" Gumam Raline, tanpa ia balas pesan tersebut.Setelah menerima pesan dari sang suami, biasanya ia akan bersemangat untuk mengawali aktifitas pagi ini. Tidak lama setelah ia terbangun, pelayan mengetuk pintu kamarnya."Masuk"Sahut Raline yang masih duduk di atas Ranjang besarnya.Pelayan ini me
Tidak berapa lama setelah itu, Lala mendatangi Tristan dan Raline yang sudah berada di ruangan rawat inap VIP.Pintu Kamar ini ia buka, lalu ia melangkahkan kaki untuk melihat Raline. Tapi, saat ia sudah masuk ke dalam ruangan ini ada pemandangan yang membuatnya harus menarik nafas dalam-dalam. Di lihatnya Raline terus menangis, dan meminta Tristan untuk keluar dari Kamar ini."Aku tidak mau melihat mu Tristan !" Pekik Raline sembari menangis terisak-isak.Tristan terus menjauh dari Istrinya, tetapi kakinya tidak berani melangkah untuk meninggalkan Raline di ruangan ini sendiri. Hingga Lala mendekati Raline yang sedang memarahi suaminya itu. Lala spontan memeluk tubuh Raline dengan erat, ia tenangkan Sahabatnya ini."Line, tenang..Tenang Sweety"Gumam Lala sembari mengusap kepala Raline.Raline semakin menjadi menangis dalam pelukkan Lala, Tristan yang melihat Istrinya yang sedari tadi menangis tanpa sadar meneteskan air mata."La, Ayah menin
Tristan berjalan dengan terburu-buru sembari menggendong tubuh Raline dalam dekapan nya.Setelah masuk Ke rumah sakit, ia langsung membawa Raline menuju ke Ruangan unit gawat darurat.Tangannya bergetar, jantung nya berdetak dengan kencang, ia terus memikirkan hal terburuk yang akan terjadi kepada Istrinya dan calon bayinya.Sejak di dalam mobil tadi, Raline belum juga sadarkan diri.Setelah masuk ke unit gawat darurat, Tristan langsung merebahkan tubuh Raline di atas kasur rumah sakit. Perawat berdatangan, tidak lama kemudian Dokter yang berjaga datang dan langsung memeriksa keadaan Raline."Anda sebaik nya menunggu di luar" Ucap Perawat dengan seragam putih ini.Tristan melangkahkan kaki nya sedikit menjauh, Kevin yang ikut dengannya mendekati Tristan."Langsung lakukan" Ucap Tristan memberi perintah pada Kevin.Kevin segera pergi setelah Tristan Perintahkan, sedangkan Tristan terus gelisah menunggu hasil pemeriksaan is