Raline terus memandangi poster besar yang sudah terpajang di depan Ranjang.
Ia terus mengusap perutnya sembari mengucapkan kalimat pujian untuk lelaki tampan yang ada didepannya ini.
"Kalau anakku laki-laki,pasti mirip dengan oppa"Gumam Raline.
Tristan tertegun sejenak,saat mendengar anaknya akan mirip aktor yang menurut nya jelek itu.
Ia lalu merengkuh tubuh Raline yang sedang berada disampingnya.
"Coba katakan lagi,anak ku akan mirip siapa?" Ucap Tristan dengan wajah dingin nya.
Raline meneguk Saliva nya lalu menjawab pertanyaan Tristan dengan senyuman palsu.
"Nanti kalau anak aku laki-laki,pasti Ganteng seperti Papa nya"Jawab Raline.
Tristan tersenyum Simpul. Kemudian Spontan menciumi bibir istrinya ini dengan intens.
Hingga nafas Raline terdengar terengah-engah.
"Trist..an.."Desah Raline saat bibir Tristan terus mencumbui Bibirnya.
Tristan melepaskan bibirnya yang sedari tadi mengunci bibir Raline
Tristan bersama dengan Raline memasuki Ballroom hotel,tempat di mana perayaan penyambutan CEO baru dari TC Group. Dengan mengenakan Gaun berwarna hijau tosca,lengan panjang,dan juga Block Heels berwarna hitam yang merupakan sepatu wanita yang tidak terlalu tinggi dengan hak yang tidak runcing, sehingga membuat Raline nyaman berjalan disaat ia sedang hamil. Sedangkan Tristan mengenakan Jas hitam dengan dasi berwarna hijau tosca yang cocok di padu padankan dengan gaun milik Raline.CEO TC Group yang baru,Robert Smith yang merupakan anak dari pimpinan perusahaan ini menyambut kedatangan Pimpinan dan wakil pimpinan Dari DM Coompany and Coorporation."Selamat datang Mr. and Mrs. Handoko" Sambut lelaki yang berusia sekitar 30 tahunan ini. Wajahnya yang khas orang Amerika tersenyum Ramah kepada Raline dan juga Tristan. mereka bukan baru pertama kali bertemu, Raline bahkan sudah beberapa kali bertemu dengan Robert disaat ia masih menjadi mahasiswa di Amerika serikat."C
Raline Langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tristan mendekati istrinya yang tampak lelah. Ia pijat kaki Raline, lalu ia pijat bagian tubuh lainnya."Lain kali pakai sepatu flat saja"Gumam Tristan."Ehmm.."Jawab Raline.Tristan meneruskan pijatan nya hingga Raline tertidur."Sayang..ganti baju dulu"Ucap Tristan.Raline terlihat enggan untuk beranjak,ia lalu memeluk guling yang ada di Sampingnya.Tristan tidak ingin istrinya tidur dalam keadaan tidak nyaman.Lalu ia membuka resleting di Gaun Raline, Kemudian ia balikan tubuh Raline Dengan pelan. Lalu ia lepaskan Gaun Hijau ini dari tubuh Raline.Tristan Kemudian mengambil Gaun tidur Raline yang ada di lemari. Ia Pakaikan di tubuh istrinya.Lal ia selimuti Raline dengan selimut putih yang ada di atas kasur ini.Setelah selesai memakaikan Gaun tidur Tristan beranjak ke kamar mandi.Ia mengambil handuk kecil,ia basahi kemudian ia peras. Tristan kembali ke
Raline sedang meringkuk di lantai.. Ia pegangi perutnya yang terasa sangat sakit. Ia sedang mencoba meraih ponselnya yang tergeletak di depannya. Tetapi, Raline sudah tidak sanggup untuk meraihnya,hingga ia berteriak memanggil Anita yang ada di luar pintu itu. "Anita..!" Teriaknya terdengar parau "A...nit..a..!" Teriak Raline sekali lagi. Hingga pintu terbuka.. Anita melihat atasannya sudah terbaring di lantai, dengan panik Anita memapah Raline yang terus memegang perutnya. Di rebahkan tubuh Raline di sofa, setelah itu Anita meraih ponselnya untuk memanggil ambulance. ia bahkan lupa mengabari Tristan,atasannya. "Ibu Tahan ya, nita sudah panggil ambulance" Ucap Anita yang terlihat khawatir dengan suara bergetarnya. Tidak lama kemudian.. Tristan yang tidak tahu apa yang sudah terjadi masuk dengan santai ke dalam ruangan. betapa terkejutnya dia saat melihat Raline sudah terbaring di sofa dengan wajah yang pucat Pasi.
"Selamat pagi ibu Raline"Sapa seorang dokter kandungan.Dokter wanita yang bersama dengan satu perawat wanita dan satu orang Dokter magang laki-laki ini, sedang memeriksa Raline sebelum pulang.Ia memeriksa dengan teliti hingga yakin bahwa Raline sudah lebih sehat."Ibu Raline sudah Boleh pulang hari ini, tapi ingat jangan sampai stress. Karena Kalau ibunya stress, maka akan ikut berdampak pada janin yang ada ada di dalam rahim" Ucap dokter ini sembari memegang stetoskop nya di tangan kanan.Perawat bergerak untuk melepaskan Infus yang ada di ditangan Raline."Ahh.."Celetuk Raline.Tristan langsung melihat tangan Istrinya yang baru saja di lepaskan dari jarum infus."Sakit..?"Gumamnya sembari Mengusap kepala istrinya."Tidak apa-apa, Aku hanya terkejut" Jawab Raline.Tristan lalu berbincang sebentar dengan dokter ini sebelum mereka bersiap akan pulang ke Apartemen.Setelah pemeriksaan Selesai, Tristan membantu Ral
"Tristan.. Ini semua mau diletakkan dimana?"Celetuk Raline.Perlengkapan Bayi yang sudah dibeli oleh Tristan ini hampir memenuhi ruang tamu Apartemen mereka.Raline bahagia sekaligus pusing karena harus memikirkan akan diletakkan dimana. Sedangkan kamar Tamu di apartemen ini masih menjadi gudang, dan belum dibereskan.Raline menghela nafas,lalu duduk di sofa yang sudah penuh dengan Beberapa Boneka, Mainan bayi, dan juga Baju bayi.Tristan tertawa melihat Raline diantara tumpukan Itu.Raline mengernyitkan dahi nya,Ia diamkan saja Tristan yang tidak berhenti tertawa.Setelah beberapa menit kemudian..."Sudah tertawanya?"Tanya Raline,Ia lalu beranjak dan meminta Tristan untuk memandikan nya."Dengan senang hati Ratuku.."Jawab Tristan dengan wajah sumringah.Ia lalu masuk ke kamar mandi untuk mengisi air di dalam Bathtub,dan menuangkan Aroma Aloe Vera di dalam air."Sayang sudah selesai.."Panggil Tristan.
Raline sedang mempersiapkan Jas untuk suaminya, Hari ini tepat malam tahun baru mereka akan menghadiri perayaan yang sudah disiapkan oleh Kanaya,ibu tiri mereka.Dengan cekatan ia mempersiapkan semuanya dan diletakkan di atas kasur. Sedangkan Tristan baru saja menerima panggilan telepon dari Seseorang dan akan menemui nya di bawah.***"Thank you Kev.."Ucap Tristan saat Kevin memberi sesuatu yang berkaitan dengan Jessica.Tristan lalu membuka Dokumen itu dengan hati-hati,Ia lihat isi dokumen dengan teliti."Jessica Semenjak baru pulang dari Perancis ia lebih fokus di bidang desain pakaian,Baru kali ini ia tertarik dengan saham milik ayahnya"Ucap Kevin saat sedang duduk di dalam mobil hitam miliknya bersama dengan Tristan.Tristan terdiam saat melihat foto Jessica bersama Kanaya sedang bersama di suatu cafe. ia perhatikan tanggal di foto tersebut."Kebetulan pemilik cafe itu adalah sepupu ku"Ucap Kevin lagi."17 Juni?"Gumam Tris
Lala datang dengan tergesa-gesa..Ia lalu berjalan menaiki anak tangga untuk segera sampai ke kamar Raline."Ada apa ini ,Tan?" Tanya Lala saat baru saja Sampai di lantai dua.Tristan yang sedang berdiri di depan pintu kamar menyambut Lala."Maafkan aku, Urusan keluarga mu jadi terganggu" Ucap Tristan."Tidak masalah, sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Lala.Tristan lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi setengah jam lalu. Lala mendengarkan dengan seksama dan mengambil kesimpulan."Lalu kenapa kamu bisa bersama dengan Jessica?"Tanya Lala.Tristan menghela nafas,ia berjanji akan menceritakan semuanya. Tapi yang paling penting sekarang adalah bagaimana membujuk Raline yang tidak mau keluar kamar sejak tadi."Tenang saja"Ucap Lala.Lala mengetuk pintu..TOK.. TOK..TOK.."Line, Ini Lala.."Panggil Lala.Tidak lama kemudian Raline membuka pintu. Ia langsung memeluk Lala yang yang sudah ada di
Senyuman manis Tristan menyambut Raline yang baru saja membuka Pintu Apartemen ini.Dengan membawa piring yang sudah ada Nasi goreng dengan tulisan I love you diatasnya, Membuat Tristan percaya diri bahwa Istrinya akan memaafkan nya.Wajah masam Raline membalas senyuman Tristan. ia tiba-tiba saja menolak nasi goreng yang sudah Tristan masakan khusus untuknya.Brakkkkkkk...Pintu Apartemen ini tertutup dengan kasar. Tristan Terdiam di depan Apartemen ini. Ia tidak mengerti kenapa Raline tiba-tiba saja berubah, padahal lima menit lalu Raline meminta makanan nya cepat diantarkan.Tok..Tok..Tok.."Sayang...Buka dulu.."Panggil Tristan.Tristan terus mengetuk Pintu Apartemen tapi tidak Di gubris sama sekali oleh Raline. Hingga Lala datang."Tristan ada apa..?"tanya Lala bingung.Tristan menunjukkan Nasi goreng buatannya kepada Lala."Lalu ada apa?"Tanya lalai.Tristan membusungkan Pundaknya. Ia sendiri saja tidak
Hi, Terimakasih untuk para pembaca My Enemy My Husband,yang sudah mengikuti kisah cinta manis antara Raline dan juga Tristan. Terimakasih juga atas Support nya dengan memberikan bintang dan juga memberikan Review yang membuat saya semakin bersemangat untuk menyelesaikan novel pertama saya di GoodNovel.Semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi dan membuat kalian menghargai akan keberadaan orang-orang terkasih yang selalu berada bersama kalian, selalu mencintai, dan memberikan yang terbaik untuk kalian.Jangan lupa katakan cinta untuk keluarga, pasangan, dan teman-teman kalian.Jika ada pertanyaan, atau hal lain, kalian bisa kirim melalui komentar.Stay terus untuk menunggu novel kedua saya di GoodNovel ^_^Thank you so much,...Nellamuni
Ballroom Hotel, Pukul 11.00.Baru saja prosesi ijab qabul dilaksanakan, Lala dan juga suami nya Roy tengah mengambil gambar dengan buku nikah yang ada di tangan mereka. Mereka saling merangkul dan memeluk dengan mesra hingga membuat Raline terus tersenyum bahagia melihat kedua sahabatnya itu akhirnya di persatukan dalam ikatan pernikahan.Tristan yang berada disamping sang istri,terus menemani dan menggenggam tangan Raline, yang sudah sibuk sejak tadi pagi hingga menjelang siang ini mengurusi setiap persiapan,karena ia tidak mau pernikahan sahabatnya terjadi satu saja kesalahan."Sayang,duduk dulu" Ucap Tristan yang terus menemani Raline berdiri.Mereka lalu duduk di kursi tamu, Tristan dengan cepat berjongkok dan melepaskan sepatu Raline dengan tinggi 3 cm ini."Sudah aku katakan, jangan pakai High heels. lihat kaki kamu jadi bengkak" Gerutu Tristan."Cuma 3 cm sayang" Jawab Raline"Ya tapi kamu yang susah" Gerutu Tristan sembari mem
Di dalam kamar Apartemen, Pukul 20.30.Raline yang sedang bersender di kasur, sedang memegangi ponselnya. Ia sedang merekam video saat Tristan yang tengah memijat telapak kaki nya.“Tristan Handoko, menurut anda siapa wanita paling cantik di dunia?” Tanya Raline dengan terus memegangi ponsel merah nya ini.Tristan terkekeh, ia ambil minyak zaitun di dalam botol yang terletak diatas nakas lalu ia tuangkan di tangannya. Kemudian ia pijatkan dengan lembut di telapak kaki sang istri.“Ehmm,nama nya Raline Putri Darmawan” Jawab Tristan.Raline mencicit senang, ia lalu mendekatkan ponselnya ke wajah sang suami, lalu ia perlihatkan Tristan yang tampak menggemaskan dengan piyama pasangan yang ia beli tadi sore bersama dengan Lala.Raline lalu membalik ponselnya,lalu ia rekam dirinya sendiri.“Ini dia Raline Putri Darmawan” Ucapnya sembari tersenyum malu.Ia rekam kembali suaminya yang sedang memijat
Di dalam Butik Gaun Pengantin,Pukul 13.30. Raline sudah tampak bosan duduk di sofa hitam,tepat di depan ruang ganti calon mempelai perempuan. Ia tidak henti nya menguap, menunggu Lala yang sejak tadi terlalu banyak protes mengenai gaun nya yang kekecilan. Tidak berapa lama,Lala keluar kembali dengan gaun putih yang sudah diperbaiki. Gaun putih berlengan panjang, dengan Garis leher yang memperlihatkan pundak nya. Sahabatnya itu yang sudah cantik, Semakin mempesona dengan gaun pernikahan dengan bahan terbaik yang ditaburi batu swarovski yang sudah di rancang sejak dari empat bulan lalu ini. Dengan mengacungkan ponsel nya,Raline memeperlihatkan Kecantikan Lala melalui panggilan video ini untuk Roy yang sekarang sedang berada di Amerika. Calon suami Lala itu, sedang melakukan perjalanan bisnis sekaligus akan menjemput Nenek nya untuk menghadiri pesta pernikahan mereka yang akan diadakan dua minggu lagi. "Cantik sekali,pengantin ku" Gumam Roy.
"Raline aku akan membunuh mu !!"Pekik Kanaya.Nafas Raline terasa sesak, hampir saja wanita itu mencengkeram lehernya. Beruntung sang suami, bersama dengan Pengawal pribadi mereka terus menjaganya.Teriakan Kanaya tidak terkendali, entah apa yang membuat ia berpikir kalau semua ini adalah salah Raline. Hingga kedua petugas polisi wanita itu,harus mengamankan Kanaya kembali ke dalam mobil."Kamu tidak apa-apa,sayang?"Tanya Tristan.Raline mengangguk,ia hanya terkejut dengan serangan mendadak dari Kanaya.Tidak lama kemudian Tante Debby dan Om Reinald keluar dari rumah ini. Tante Debby langsung memeluk Raline,sedangkan Om Reinald mendekati Tristan untuk mengetahui tentang apa yang sudah terjadi. Tristan menjelaskan semuanya kepada Paman dan Tante nya ini, lalu ia meminta tolong agar Raline segera di bawah ke rumah lama mereka yang tepat berada di sebelah. karena Tristan akan mengurusi Kanaya terlebih dahulu.***Di dalam Rumah Kanaya..
Lala baru saja masuk ke ruang kerja Presiden perusahaan ini, Raline Putri Darmawan. Ia dengan senyuman khas nya mengajak Sahabat tercinta nya ini untuk segera memeriksakan kandungan nya siang hari ini.Raline yang masih memeriksa beberapa dokumen, langsung menghentikan pekerjaannya.Ia melangkahkan kaki untuk mengambil Blazer panjangnya yang tergantung di pengait pakaian yang ada di ruangan ini, lalu ia kenakan ditubuhnya."Ayo" Ucap Lala,langsung merangkul tangan sahabatnya ini.Mereka berjalan menyusuri lantai 30 ini hingga berpapasan dengan Tristan yang sepertinya baru saja akan menuju ke ruang kerja Raline. Untuk kali ini Tristan akan lebih keras kepala, ia akan ikut untuk memeriksakan kandungan istrinya."La,biar aku saja" Ucap Tristan, lalu ia gantikan Lala menggenggam tangan Istrinya.Raline menatap Lala dengan tajam, dengan bahasa rahasia yang hanya diketahui oleh kedua sahabat ini mengisyaratkan bahwa Raline akan memarahinya nanti.
Dua bulan kemudian..Rumah kediaman Keluarga Darmawan, Pukul 07.00Drrt...Drrt..Drrt..Pesan masuk !Raline yang masih tertidur diatas kasur empuknya, terbangun lalu ia buka pesan yang biasanya dari sang suami yang selalu membangunkannya di pagi hari. Walaupun pesan-pesan yang dikirimkan Tristan tidan pernah ia balas, Raline selalu rutin membaca pesan masuk itu."Good morning, Sayang. Aku hari ini bingung akan memakai Jas yang mana" Pesan masuk dari Tristan.Drrt..Pesan masuk kembali !Tristan mengirimkan foto beberapa Jas yang sudah ia letakkan di atas ranjang besar di kamar Apartemen mereka."Yang Biru malam" Gumam Raline, tanpa ia balas pesan tersebut.Setelah menerima pesan dari sang suami, biasanya ia akan bersemangat untuk mengawali aktifitas pagi ini. Tidak lama setelah ia terbangun, pelayan mengetuk pintu kamarnya."Masuk"Sahut Raline yang masih duduk di atas Ranjang besarnya.Pelayan ini me
Tidak berapa lama setelah itu, Lala mendatangi Tristan dan Raline yang sudah berada di ruangan rawat inap VIP.Pintu Kamar ini ia buka, lalu ia melangkahkan kaki untuk melihat Raline. Tapi, saat ia sudah masuk ke dalam ruangan ini ada pemandangan yang membuatnya harus menarik nafas dalam-dalam. Di lihatnya Raline terus menangis, dan meminta Tristan untuk keluar dari Kamar ini."Aku tidak mau melihat mu Tristan !" Pekik Raline sembari menangis terisak-isak.Tristan terus menjauh dari Istrinya, tetapi kakinya tidak berani melangkah untuk meninggalkan Raline di ruangan ini sendiri. Hingga Lala mendekati Raline yang sedang memarahi suaminya itu. Lala spontan memeluk tubuh Raline dengan erat, ia tenangkan Sahabatnya ini."Line, tenang..Tenang Sweety"Gumam Lala sembari mengusap kepala Raline.Raline semakin menjadi menangis dalam pelukkan Lala, Tristan yang melihat Istrinya yang sedari tadi menangis tanpa sadar meneteskan air mata."La, Ayah menin
Tristan berjalan dengan terburu-buru sembari menggendong tubuh Raline dalam dekapan nya.Setelah masuk Ke rumah sakit, ia langsung membawa Raline menuju ke Ruangan unit gawat darurat.Tangannya bergetar, jantung nya berdetak dengan kencang, ia terus memikirkan hal terburuk yang akan terjadi kepada Istrinya dan calon bayinya.Sejak di dalam mobil tadi, Raline belum juga sadarkan diri.Setelah masuk ke unit gawat darurat, Tristan langsung merebahkan tubuh Raline di atas kasur rumah sakit. Perawat berdatangan, tidak lama kemudian Dokter yang berjaga datang dan langsung memeriksa keadaan Raline."Anda sebaik nya menunggu di luar" Ucap Perawat dengan seragam putih ini.Tristan melangkahkan kaki nya sedikit menjauh, Kevin yang ikut dengannya mendekati Tristan."Langsung lakukan" Ucap Tristan memberi perintah pada Kevin.Kevin segera pergi setelah Tristan Perintahkan, sedangkan Tristan terus gelisah menunggu hasil pemeriksaan is