Senyuman manis Tristan menyambut Raline yang baru saja membuka Pintu Apartemen ini.
Dengan membawa piring yang sudah ada Nasi goreng dengan tulisan I love you diatasnya, Membuat Tristan percaya diri bahwa Istrinya akan memaafkan nya.
Wajah masam Raline membalas senyuman Tristan. ia tiba-tiba saja menolak nasi goreng yang sudah Tristan masakan khusus untuknya.
Brakkkkkkk...
Pintu Apartemen ini tertutup dengan kasar. Tristan Terdiam di depan Apartemen ini. Ia tidak mengerti kenapa Raline tiba-tiba saja berubah, padahal lima menit lalu Raline meminta makanan nya cepat diantarkan.
Tok..Tok..Tok..
"Sayang...Buka dulu.."Panggil Tristan.
Tristan terus mengetuk Pintu Apartemen tapi tidak Di gubris sama sekali oleh Raline. Hingga Lala datang.
"Tristan ada apa..?"tanya Lala bingung.
Tristan menunjukkan Nasi goreng buatannya kepada Lala.
"Lalu ada apa?"Tanya lalai.
Tristan membusungkan Pundaknya. Ia sendiri saja tidak
Restauran seberang The Royal Apartment..Pukul 12.30 siang..Tristan memijat pelipisnya,Sudah terlalu banyak hal yang harus ia pikirkan sekarang. Tetapi baginya kesehatan Raline dan Calon Bayinya lah yang menjadi Prioritas."Aku sudah selidiki siapa yang mengirimkan Foto kanaya ke ponsel Raline Waktu itu, itu adalah nomor sekali pakai atau pasca bayar jadi tidak tahu siapa sebenarnya yang melakukannya. Tetapi,setelah semua ini terjadi. Aku yakin Kanaya dan Jessica memiliki andil besar" Ucap Roy.Lala terlihat geram mendengar semua kejadian ini akibat ulah dua wanita itu,tetapi mereka tidak memiliki bukti. kalau hanya bersadarkan praduga, semua nya masih abu-abu."Aku titip istriku ya La,Raline ini sungguh keras kepala.." Gumam Tristan.Lala Tertawa,mendengar keluhan Tristan saat mereka sedang menyantap makan siang bersama."Seharusnya kamu bersyukur dia keras kepala,kalau tidak. Mungkin beberapa tahun yang lalu dia sudah punya p
Pukul 09.00Ruang Rapat Utama Lantai 10,DM Coorporation & Company.Rapat Evaluasi tahunan dimulai..Semua perwakilan dari Kantor cabang di beberapa negara sudah berkumpul. Raline bersama dengan Tristan sudah masuk ke Ruang Rapat, Untuk mendengarkan Laporan dari masing-masing pimpinan Cabang yang sudah berkumpul.Rapat dibuka dengan laporan keuangan Direktur keuangan Pusat,tampak laporan keuangan dalam kondisi stabil dan cenderung Meningkat. Walaupun beberapa waktu ini Perusahaan sempat mengalami penurunan nilai Saham, Di akibatkan oleh Meninggalnya pimpinan DM Coorporation and Company,Darmawan Atmotjo.Raline tampak serius melihat setiap Trend Statistik yang ada di layar Proyektor. Sesekali ia menyangga dan bertanya. Tetapi,ia cukup puas dengan Laporan yang disampaikan.Begitupun dengan Tristan yang bertindak sebagai Vice president,yang terus memberikan beberapa masukan agar Trend peningkatan keuangan ini semakin meningkat di awal tahun
The Royal ApartmentTristan bersama dengan Raline baru saja tiba di Basemen.Dengan hati-hati Tristan memarkirkan mobilnya, sembari melihat kebelakang agar tidak menabrak mobil lain atau pembatas.Setelah selesai memarkirkan mobil mewahnya, Ia mematikan mesin mobil. Lalu ia lepaskan Sabuk pengaman yang mengikat tubuhnya. Kemudian keluar membukakan pintu untuk Istrinya.Tristan melepaskan Sabuk pengaman di tubuh Raline terlebih dahulu,lalu ia membantu istrinya ini keluar dengan meletakan telapak tangannya diatas Sela Pintu agar kepala Raline tidak terbentur.Mereka melangkahkan kaki menuju ke Lift yang ada di Basemen ini..Tristan merangkul pinggang Raline sembari berjalan,ia berjalan dengan hati-hati karena Raline masih merasakan Kram di perutnya.Mereka lalu masuk saat Pintu lift yang baru saja terbuka.“Masih kram?” Tanya Tristan sembari mengusap-usap bahu dan lengan istrinya.Raline menggelengkan kepalanya
Kamar Apartemen, Pukul 08.00Raline tengah bersiap akan pergi ke kantor. Ia sedang menyisir rambutnya,dilanjutkan dengan mengoleskan lisptik merah muda di bibir indahnya.Sedangkan,Tristan sudah berada di dapur membuatkan sarapan dan juga susu khusus untuk ibu hamil.Setelah beberapa menit, Raline keluar. Ia sudah berpakaian Rapi dengan Blouse berwarna cokelat panjang berbahan sutra,Rok scuba panjang berwarna abu-abu. Dengan Rambut yang ia kuncir kebelakang, Raline mendekati Tristan yang tengah sibuk di dapur.Dipeluknya tubuh suaminya ini. Lalu bermanja-manja. Tristan menoleh,lalu ia peluk Raline dari depan,ia belai Rambut Raline dengan lembut. kemudian ia kecup kening istrinya ini."Kenapa mengenakan Rok ini?" Tanya Tristan yang merasa kalau rok yang sedang di kenakan oleh Raline terlihat cukup ketat."Tidak apa-apa,aku nyaman memakainya" Jawab Raline.Tristan lalu mengajak Raline untuk duduk di Kursi Bar Dapur mereka,ia lalu
Raline masih tampak pucat.. "Kita ke rumah sakit saja ya?" Tanya Tristan kepada Raline. Ia cukup khawatir dengan pengaruh hormon Raline yang terkadang tidak terduga saat hamil. Raline menggelengkan kepalanya,ia menolak untuk pergi ke rumah sakit. Karena selama ia hamil hampir tiga bulan ini, sudah terlalu sering bolak balik ke rumah sakit dan itu membuatnya tidak nyaman. "Sudah tidak sakit lagi?" Tanya Tristan sekali lagi. Raline mengangguk,ia sudah merasa lebih baik setelah suaminya memijat dengan lembut. "Kata dokter tadi,itu biasa bagi ibu hamil. Tapi aku tetap khawatir,sayang" Gumam Tristan yang masih berjongkok di depan Raline. Raline mengusap wajah Tristan yang masih terlihat khawatir dengan nya,ia ucapkan kata-kata yang mampu membuat suaminya ini tenang. Kemudian ia peluk kembali Tristan. "Aku sudah lapar" Gerutu Raline. Tristan tersenyum,mereka beranjak dan keluar dari ruangan. Siang ini Raline s
Tristan kembali bergabung dengan Raline dan juga Kevin yang sedang makan. Ia bersikap seperti tidak ada apa-apa setelah menerima pesan dari Kevin. Hal ini memang sengaja ia sembunyikan dari Raline mengingat Istrinya ini dalam kondisi Hamil yang rentan Stress."Enak?" Tanya Tristan sembari membelai Rambut Raline."Hmm..Hmm.." Jawab Raline yang masih menguyah Ramen."Setelah ini tidak boleh lagi makan makanan seperti ini" Ucap Tristan yang sudah duduk di sebelahnya.Sontak Raline menghentikan makannya."Kenapa?" Tanya Raline."Dokter Melarang makan makanan seperti ini terlalu sering" Jawab Tristan sembari membersihkan sela bibir Raline dengan jari nya.Kevin yang sedang makan,hanya melihat interaksi mesra kedua atasannya ini. Lalu ia kembali fokus untuk menghabiskan makan siangnya.**Setelah makan siang...Mobil putih melaju menuju ke perusahaan.Tristan yang sedang sibuk membantu Raline memeriksa be
**Suara rekaman Audio :"Aku hanya ingin Tristan ..!!"Pekik Kanaya."Akh.."Suara Darmawan yang seperti sedang kesakitan.BRUKKKK !Suara tubuh Terjatuh **Rekaman audio yang didapat susah payah ini sudah membuktikan bahwa sebelum Darmawan jatuh pingsan ia sempat berdebat dengan Kanaya untuk menjauh dari Raline dan juga Tristan.***Lala terlihat murka, Saat mendengar rekaman itu. Wajahnya memerah padam.Roy menenangkan Lala yang baru pertama kali ia lihat begitu marah dan emosional."Sayang, Kita bicarakan baik-baik ya" Gumam Roy,sembari mengusap-usap tangan Lala."Ini benar-benar ulah Kanaya?" Tanya Roy yang masih tidak dapat percaya."Sebenarnya apa yang terjadi Tristan kenapa dia melakukan hal itu kepada Om darmawan dan juga Raline?" Tanya Lala yang dengan emosional.Tristan menghela Nafas, ia akan menceritakan apa yang waktu itu ingin ia sampaikan kepada Lala.Dengan jelas ia menceri
Raline mengenakan atasan Baby doll berwarna milo dengan Rok Scuba sebatas dengkul berwarna hitam. Rambut panjang bergelombangnya ia biarkan tergerai. Sembari berjalan dengan Tas mahal bermerk berwarna senada dengan atasannya,Raline mendekati Tristan yang sedang duduk di Sofa Ruang Tamu."Ayo" Ajak Raline.Tristan melihat istrinya yang masih mengenakan Sepatu Hak yang tidak terlalu tinggi, lalu menyuruh Raline untuk duduk di Sofa.Tristan lalu masuk ke dalam kamar untuk mengambil Sepatu datar milik Raline yang tersusun rapi di dalam lemari sepatu.Setelah mengambil sepasang sepatu flat ini, Ia mendekati Raline lalu berjongkok untuk memasangkan di kaki istrinya ini."Kalau lagi hamil pakai yang seperti ini,Kamu sudah tinggi tidak perlu memakai Hak" Ucap Tristan sembari memasangkan Sepatu hitam ini di telapak kaki Raline."Iya suamiku" Jawab Raline."Sudah selesai" Ucap Tristan."Cium dulu" GumamnyaTristan menciumi pipi da
Hi, Terimakasih untuk para pembaca My Enemy My Husband,yang sudah mengikuti kisah cinta manis antara Raline dan juga Tristan. Terimakasih juga atas Support nya dengan memberikan bintang dan juga memberikan Review yang membuat saya semakin bersemangat untuk menyelesaikan novel pertama saya di GoodNovel.Semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi dan membuat kalian menghargai akan keberadaan orang-orang terkasih yang selalu berada bersama kalian, selalu mencintai, dan memberikan yang terbaik untuk kalian.Jangan lupa katakan cinta untuk keluarga, pasangan, dan teman-teman kalian.Jika ada pertanyaan, atau hal lain, kalian bisa kirim melalui komentar.Stay terus untuk menunggu novel kedua saya di GoodNovel ^_^Thank you so much,...Nellamuni
Ballroom Hotel, Pukul 11.00.Baru saja prosesi ijab qabul dilaksanakan, Lala dan juga suami nya Roy tengah mengambil gambar dengan buku nikah yang ada di tangan mereka. Mereka saling merangkul dan memeluk dengan mesra hingga membuat Raline terus tersenyum bahagia melihat kedua sahabatnya itu akhirnya di persatukan dalam ikatan pernikahan.Tristan yang berada disamping sang istri,terus menemani dan menggenggam tangan Raline, yang sudah sibuk sejak tadi pagi hingga menjelang siang ini mengurusi setiap persiapan,karena ia tidak mau pernikahan sahabatnya terjadi satu saja kesalahan."Sayang,duduk dulu" Ucap Tristan yang terus menemani Raline berdiri.Mereka lalu duduk di kursi tamu, Tristan dengan cepat berjongkok dan melepaskan sepatu Raline dengan tinggi 3 cm ini."Sudah aku katakan, jangan pakai High heels. lihat kaki kamu jadi bengkak" Gerutu Tristan."Cuma 3 cm sayang" Jawab Raline"Ya tapi kamu yang susah" Gerutu Tristan sembari mem
Di dalam kamar Apartemen, Pukul 20.30.Raline yang sedang bersender di kasur, sedang memegangi ponselnya. Ia sedang merekam video saat Tristan yang tengah memijat telapak kaki nya.“Tristan Handoko, menurut anda siapa wanita paling cantik di dunia?” Tanya Raline dengan terus memegangi ponsel merah nya ini.Tristan terkekeh, ia ambil minyak zaitun di dalam botol yang terletak diatas nakas lalu ia tuangkan di tangannya. Kemudian ia pijatkan dengan lembut di telapak kaki sang istri.“Ehmm,nama nya Raline Putri Darmawan” Jawab Tristan.Raline mencicit senang, ia lalu mendekatkan ponselnya ke wajah sang suami, lalu ia perlihatkan Tristan yang tampak menggemaskan dengan piyama pasangan yang ia beli tadi sore bersama dengan Lala.Raline lalu membalik ponselnya,lalu ia rekam dirinya sendiri.“Ini dia Raline Putri Darmawan” Ucapnya sembari tersenyum malu.Ia rekam kembali suaminya yang sedang memijat
Di dalam Butik Gaun Pengantin,Pukul 13.30. Raline sudah tampak bosan duduk di sofa hitam,tepat di depan ruang ganti calon mempelai perempuan. Ia tidak henti nya menguap, menunggu Lala yang sejak tadi terlalu banyak protes mengenai gaun nya yang kekecilan. Tidak berapa lama,Lala keluar kembali dengan gaun putih yang sudah diperbaiki. Gaun putih berlengan panjang, dengan Garis leher yang memperlihatkan pundak nya. Sahabatnya itu yang sudah cantik, Semakin mempesona dengan gaun pernikahan dengan bahan terbaik yang ditaburi batu swarovski yang sudah di rancang sejak dari empat bulan lalu ini. Dengan mengacungkan ponsel nya,Raline memeperlihatkan Kecantikan Lala melalui panggilan video ini untuk Roy yang sekarang sedang berada di Amerika. Calon suami Lala itu, sedang melakukan perjalanan bisnis sekaligus akan menjemput Nenek nya untuk menghadiri pesta pernikahan mereka yang akan diadakan dua minggu lagi. "Cantik sekali,pengantin ku" Gumam Roy.
"Raline aku akan membunuh mu !!"Pekik Kanaya.Nafas Raline terasa sesak, hampir saja wanita itu mencengkeram lehernya. Beruntung sang suami, bersama dengan Pengawal pribadi mereka terus menjaganya.Teriakan Kanaya tidak terkendali, entah apa yang membuat ia berpikir kalau semua ini adalah salah Raline. Hingga kedua petugas polisi wanita itu,harus mengamankan Kanaya kembali ke dalam mobil."Kamu tidak apa-apa,sayang?"Tanya Tristan.Raline mengangguk,ia hanya terkejut dengan serangan mendadak dari Kanaya.Tidak lama kemudian Tante Debby dan Om Reinald keluar dari rumah ini. Tante Debby langsung memeluk Raline,sedangkan Om Reinald mendekati Tristan untuk mengetahui tentang apa yang sudah terjadi. Tristan menjelaskan semuanya kepada Paman dan Tante nya ini, lalu ia meminta tolong agar Raline segera di bawah ke rumah lama mereka yang tepat berada di sebelah. karena Tristan akan mengurusi Kanaya terlebih dahulu.***Di dalam Rumah Kanaya..
Lala baru saja masuk ke ruang kerja Presiden perusahaan ini, Raline Putri Darmawan. Ia dengan senyuman khas nya mengajak Sahabat tercinta nya ini untuk segera memeriksakan kandungan nya siang hari ini.Raline yang masih memeriksa beberapa dokumen, langsung menghentikan pekerjaannya.Ia melangkahkan kaki untuk mengambil Blazer panjangnya yang tergantung di pengait pakaian yang ada di ruangan ini, lalu ia kenakan ditubuhnya."Ayo" Ucap Lala,langsung merangkul tangan sahabatnya ini.Mereka berjalan menyusuri lantai 30 ini hingga berpapasan dengan Tristan yang sepertinya baru saja akan menuju ke ruang kerja Raline. Untuk kali ini Tristan akan lebih keras kepala, ia akan ikut untuk memeriksakan kandungan istrinya."La,biar aku saja" Ucap Tristan, lalu ia gantikan Lala menggenggam tangan Istrinya.Raline menatap Lala dengan tajam, dengan bahasa rahasia yang hanya diketahui oleh kedua sahabat ini mengisyaratkan bahwa Raline akan memarahinya nanti.
Dua bulan kemudian..Rumah kediaman Keluarga Darmawan, Pukul 07.00Drrt...Drrt..Drrt..Pesan masuk !Raline yang masih tertidur diatas kasur empuknya, terbangun lalu ia buka pesan yang biasanya dari sang suami yang selalu membangunkannya di pagi hari. Walaupun pesan-pesan yang dikirimkan Tristan tidan pernah ia balas, Raline selalu rutin membaca pesan masuk itu."Good morning, Sayang. Aku hari ini bingung akan memakai Jas yang mana" Pesan masuk dari Tristan.Drrt..Pesan masuk kembali !Tristan mengirimkan foto beberapa Jas yang sudah ia letakkan di atas ranjang besar di kamar Apartemen mereka."Yang Biru malam" Gumam Raline, tanpa ia balas pesan tersebut.Setelah menerima pesan dari sang suami, biasanya ia akan bersemangat untuk mengawali aktifitas pagi ini. Tidak lama setelah ia terbangun, pelayan mengetuk pintu kamarnya."Masuk"Sahut Raline yang masih duduk di atas Ranjang besarnya.Pelayan ini me
Tidak berapa lama setelah itu, Lala mendatangi Tristan dan Raline yang sudah berada di ruangan rawat inap VIP.Pintu Kamar ini ia buka, lalu ia melangkahkan kaki untuk melihat Raline. Tapi, saat ia sudah masuk ke dalam ruangan ini ada pemandangan yang membuatnya harus menarik nafas dalam-dalam. Di lihatnya Raline terus menangis, dan meminta Tristan untuk keluar dari Kamar ini."Aku tidak mau melihat mu Tristan !" Pekik Raline sembari menangis terisak-isak.Tristan terus menjauh dari Istrinya, tetapi kakinya tidak berani melangkah untuk meninggalkan Raline di ruangan ini sendiri. Hingga Lala mendekati Raline yang sedang memarahi suaminya itu. Lala spontan memeluk tubuh Raline dengan erat, ia tenangkan Sahabatnya ini."Line, tenang..Tenang Sweety"Gumam Lala sembari mengusap kepala Raline.Raline semakin menjadi menangis dalam pelukkan Lala, Tristan yang melihat Istrinya yang sedari tadi menangis tanpa sadar meneteskan air mata."La, Ayah menin
Tristan berjalan dengan terburu-buru sembari menggendong tubuh Raline dalam dekapan nya.Setelah masuk Ke rumah sakit, ia langsung membawa Raline menuju ke Ruangan unit gawat darurat.Tangannya bergetar, jantung nya berdetak dengan kencang, ia terus memikirkan hal terburuk yang akan terjadi kepada Istrinya dan calon bayinya.Sejak di dalam mobil tadi, Raline belum juga sadarkan diri.Setelah masuk ke unit gawat darurat, Tristan langsung merebahkan tubuh Raline di atas kasur rumah sakit. Perawat berdatangan, tidak lama kemudian Dokter yang berjaga datang dan langsung memeriksa keadaan Raline."Anda sebaik nya menunggu di luar" Ucap Perawat dengan seragam putih ini.Tristan melangkahkan kaki nya sedikit menjauh, Kevin yang ikut dengannya mendekati Tristan."Langsung lakukan" Ucap Tristan memberi perintah pada Kevin.Kevin segera pergi setelah Tristan Perintahkan, sedangkan Tristan terus gelisah menunggu hasil pemeriksaan is