Tristan kembali bergabung dengan Raline dan juga Kevin yang sedang makan. Ia bersikap seperti tidak ada apa-apa setelah menerima pesan dari Kevin. Hal ini memang sengaja ia sembunyikan dari Raline mengingat Istrinya ini dalam kondisi Hamil yang rentan Stress.
"Enak?" Tanya Tristan sembari membelai Rambut Raline.
"Hmm..Hmm.." Jawab Raline yang masih menguyah Ramen.
"Setelah ini tidak boleh lagi makan makanan seperti ini" Ucap Tristan yang sudah duduk di sebelahnya.
Sontak Raline menghentikan makannya.
"Kenapa?" Tanya Raline.
"Dokter Melarang makan makanan seperti ini terlalu sering" Jawab Tristan sembari membersihkan sela bibir Raline dengan jari nya.
Kevin yang sedang makan,hanya melihat interaksi mesra kedua atasannya ini. Lalu ia kembali fokus untuk menghabiskan makan siangnya.
*
*
Setelah makan siang...
Mobil putih melaju menuju ke perusahaan.
Tristan yang sedang sibuk membantu Raline memeriksa be
**Suara rekaman Audio :"Aku hanya ingin Tristan ..!!"Pekik Kanaya."Akh.."Suara Darmawan yang seperti sedang kesakitan.BRUKKKK !Suara tubuh Terjatuh **Rekaman audio yang didapat susah payah ini sudah membuktikan bahwa sebelum Darmawan jatuh pingsan ia sempat berdebat dengan Kanaya untuk menjauh dari Raline dan juga Tristan.***Lala terlihat murka, Saat mendengar rekaman itu. Wajahnya memerah padam.Roy menenangkan Lala yang baru pertama kali ia lihat begitu marah dan emosional."Sayang, Kita bicarakan baik-baik ya" Gumam Roy,sembari mengusap-usap tangan Lala."Ini benar-benar ulah Kanaya?" Tanya Roy yang masih tidak dapat percaya."Sebenarnya apa yang terjadi Tristan kenapa dia melakukan hal itu kepada Om darmawan dan juga Raline?" Tanya Lala yang dengan emosional.Tristan menghela Nafas, ia akan menceritakan apa yang waktu itu ingin ia sampaikan kepada Lala.Dengan jelas ia menceri
Raline mengenakan atasan Baby doll berwarna milo dengan Rok Scuba sebatas dengkul berwarna hitam. Rambut panjang bergelombangnya ia biarkan tergerai. Sembari berjalan dengan Tas mahal bermerk berwarna senada dengan atasannya,Raline mendekati Tristan yang sedang duduk di Sofa Ruang Tamu."Ayo" Ajak Raline.Tristan melihat istrinya yang masih mengenakan Sepatu Hak yang tidak terlalu tinggi, lalu menyuruh Raline untuk duduk di Sofa.Tristan lalu masuk ke dalam kamar untuk mengambil Sepatu datar milik Raline yang tersusun rapi di dalam lemari sepatu.Setelah mengambil sepasang sepatu flat ini, Ia mendekati Raline lalu berjongkok untuk memasangkan di kaki istrinya ini."Kalau lagi hamil pakai yang seperti ini,Kamu sudah tinggi tidak perlu memakai Hak" Ucap Tristan sembari memasangkan Sepatu hitam ini di telapak kaki Raline."Iya suamiku" Jawab Raline."Sudah selesai" Ucap Tristan."Cium dulu" GumamnyaTristan menciumi pipi da
Lagu Blues terdengar..Restauran dengan bergaya barat ini terlihat cukup ramai, banyak dari pengunjung sedang menikmati makan siang mereka.Langkah kaki Raline terdengar tergesa-gesa. Dilewatinya beberapa meja tempat para pengunjung tengah mengobrol asyik sembari menyantap hidangan yang tersaji.Raline terus memegangi perutnya menuju ke pintu keluar.Sopir pribadinya langsung membukakan pintu untuk Majikannya yang baru saja keluar dari Restauran ini."Jangan kasih tahu Tuan, saya kesini siang ini" Ucap Raline setelah duduk di dalam mobil."Baik Non" Jawab sopir ini.Mobil melaju kembali ke perusahaan..Nafas Raline masih tersengal, jantungnya masih berdetak dengan kencang, dan perutnya masih terasa kram.Ia coba terus untuk mengatur emosinya, walaupun apa yang ia dengar tadi sangat mengguncangnya."Bukannya suamimu itu memiliki Tahi lalat di pinggulnya,aku suka memeganginya saat bercinta" Ucapan Kanaya itu terus b
Tristan menebar senyumnya kepada sang istri..Pagi ini dia tidak ingin membuat hubungan diantara mereka menjadi dingin hanya karena seorang Kanaya."Aku siap-siap dulu ya" Gumam Tristan sembari membelai rambut Raline.Tristan beranjak mengambil pakaian yang sudah Raline siapkan diatas ranjang. Sedangkan Raline tengah mengatur perasaannya yang menjadi tidak menentu hanya karena perkataan Kanaya."Sayang,nanti aku akan melakukan survey di beberapa Gerai" Ucap Tristan yang tengah mengenakan kemeja putihnya.Raline menoleh, lalu ia dekati Tristan. Diambilnya Dasi Biru yang sudah terletak di atas Kasur Kemudian ia ikatkan di leher kemeja Suaminya."Bukannya itu tugas GM, Sayang?" Jawab Raline yang tengah menyimpul dasi ini."Aku pergi dengan GM,aku tidak bisa hanya di kantor saja" Jawab Tristan."Benar sekali, mantan Pak GM" Jawab Raline dengan bercanda.Setelah selesai ia menyimpulkan dasi untuk suaminya, Ralin
Setelah melakukan survey selama lebih dari tiga jam, Tristan bersama dengan Kevin kembali ke perusahaan. * * Mobil mewah ini berhenti tepat di depan pintu masuk, Sopir Langsung membuka pintu untuk Tristan yang duduk di belakang. Sedangkan Kevin yang baru keluar dari Pintu depan Mobil, membawa Tas dan beberapa dokumen di tangannya. Mereka berjalan masuk ke dalam Perusahaan, dengan langkah yang tegas dan berwibawa. Tristan menghentikan langkahnya saat baru saja masuk ke dalam Loby, Lalu ia Memanggil Kevin yang berjalan di Belakangnya. Di bisikkan nya sesuatu kepada Kevin untuk mengurus sesuatu nanti malam. "Baiklah" Jawab Kevin Mereka kembali berjalan menuju ke Lift yang berada di ujung Lantai ini. beberapa Karyawan berhenti dan menyapa dengan Ramah saat Atasan mereka berjalan melewati mereka. Setelah sampai di Depan Lift, Tristan tengah sibuk Melihat ponselnya. Beberapa Karyawan menyapa Vice Preside
Jessica mengernyitkan keningnya,saat ia melihat Kevin yang sekarang ada di hadapannya."Aku tidak pernah ingat kalau kita pernah berjanji bertemu?" Ucap Jessica dengan tatapan tajam dan mengintimidasinya.Tentu saja ia tahu, Tristan lah yang mengirim sekretarisnya untuk menemuinya malam ini. Tapi, untuk menutupi rasa kekecewaan dan kekesalannya, Jessica tampak tenang dengan masih memperlihat bahwa dia memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi dari lelaki yang ada di depannya ini.Kevin menarik kursi yang ada di depannya,lalu ia duduk. Jessica tampak menahan amarahnya. Dengan terpaksa ia juga ikut duduk."Aku di utus oleh Bapak Tristan untuk menemui anda, karena beliau sedang makan malam denga istrinya" Ucap Kevin sembari mengambil Serbet di atas meja,lalu ia letakkan di leher kemejanya."Makanan ini terlihat sangat enak dan mahal, Terimakasih sudah memesannya" Ucap Kevin dengan gaya santainya.Ia ambil gelas yang sudah berisi dengan Wine, ia
RUMAH UTAMA KELUARGA DARMAWAN..Kamar utama, Pukul 21.00Kanaya yang sedang menatap cermin tampak tersenyum sinis. Ia pikir Rencananya bersama Jessica berhasil. Tanpa ia ketahui,ternyata Jessica tanpa sadar membongkar semua kebusukkannya dan itu berhasil di rekam oleh Kevin.Rambut panjangnya tergerai indah, Gaun tidur yang terbuat dari satin menambah daya tarik seorang janda dari mantan pemilik DM Company dan Coorporation ini."Kamu akan menjadi milikku Tristan" Gumam Kanaya sembari menyisir Rambut panjangnya.TOK..TOK..TOKPintu kamar diketuk dari luar."Masuk" Sahut Kanaya.Asisten rumah tangga wanita dengan membawa segelas jus tomat di atas nampan mendekati Kanaya."Terimakasih,Bi" Ucap Kanaya"Sama-sama,Nyonya" jawab Asisten rumah tangga ini."Saya ingin masuk ke kamar Raline, saya minta kunci" Ucap Kanaya."Maaf nyonya,tapi Non Raline tidak memperbolehkan siapapun masuk ke kamarnya" Jawab Asist
Ruangan ini menjadi hening sejenak..Tidak pernah ia lihat tatapan menantang dari seorang Tristan selama lebih dari 15 tahun ia mengenal lelaki yang tengah memegang pergelangan tangan kanannya ini, lebih tepat sedang mencengkeram dengan erat."Tristan.." Panggil Raline yang akan beranjak dari Sofa.Tristan langsung melepaskan tangan Kanaya dengan kasar, lalu ia dekati istrinya yang sepertinya sedang kesulitan."Ada apa sayang?" Tanya Tristan sambil berjongkok."Kaki ku kram" Gumam Raline yang terlihat kesulitan merentangkan kedua kakinya.Tristan meletakkan Gelas susu ini diatas meja, ia bantu istrinya ini dengan ia rentangkan kaki Raline dengan hati-hati."Ahh..Hahahha" Raline tertawa geli saat Tristan mencoba menghilangkan kram di kakinya.Di pijatnya telapak kaki Raline dengan lembut, sedangkan ia masih berjongkok di lantai.Kanaya tertegun, ia diam membisu. Sungguh ia benar-benar ingin menarik rambut Raline yang deng
Hi, Terimakasih untuk para pembaca My Enemy My Husband,yang sudah mengikuti kisah cinta manis antara Raline dan juga Tristan. Terimakasih juga atas Support nya dengan memberikan bintang dan juga memberikan Review yang membuat saya semakin bersemangat untuk menyelesaikan novel pertama saya di GoodNovel.Semoga cerita ini bisa memberikan inspirasi dan membuat kalian menghargai akan keberadaan orang-orang terkasih yang selalu berada bersama kalian, selalu mencintai, dan memberikan yang terbaik untuk kalian.Jangan lupa katakan cinta untuk keluarga, pasangan, dan teman-teman kalian.Jika ada pertanyaan, atau hal lain, kalian bisa kirim melalui komentar.Stay terus untuk menunggu novel kedua saya di GoodNovel ^_^Thank you so much,...Nellamuni
Ballroom Hotel, Pukul 11.00.Baru saja prosesi ijab qabul dilaksanakan, Lala dan juga suami nya Roy tengah mengambil gambar dengan buku nikah yang ada di tangan mereka. Mereka saling merangkul dan memeluk dengan mesra hingga membuat Raline terus tersenyum bahagia melihat kedua sahabatnya itu akhirnya di persatukan dalam ikatan pernikahan.Tristan yang berada disamping sang istri,terus menemani dan menggenggam tangan Raline, yang sudah sibuk sejak tadi pagi hingga menjelang siang ini mengurusi setiap persiapan,karena ia tidak mau pernikahan sahabatnya terjadi satu saja kesalahan."Sayang,duduk dulu" Ucap Tristan yang terus menemani Raline berdiri.Mereka lalu duduk di kursi tamu, Tristan dengan cepat berjongkok dan melepaskan sepatu Raline dengan tinggi 3 cm ini."Sudah aku katakan, jangan pakai High heels. lihat kaki kamu jadi bengkak" Gerutu Tristan."Cuma 3 cm sayang" Jawab Raline"Ya tapi kamu yang susah" Gerutu Tristan sembari mem
Di dalam kamar Apartemen, Pukul 20.30.Raline yang sedang bersender di kasur, sedang memegangi ponselnya. Ia sedang merekam video saat Tristan yang tengah memijat telapak kaki nya.“Tristan Handoko, menurut anda siapa wanita paling cantik di dunia?” Tanya Raline dengan terus memegangi ponsel merah nya ini.Tristan terkekeh, ia ambil minyak zaitun di dalam botol yang terletak diatas nakas lalu ia tuangkan di tangannya. Kemudian ia pijatkan dengan lembut di telapak kaki sang istri.“Ehmm,nama nya Raline Putri Darmawan” Jawab Tristan.Raline mencicit senang, ia lalu mendekatkan ponselnya ke wajah sang suami, lalu ia perlihatkan Tristan yang tampak menggemaskan dengan piyama pasangan yang ia beli tadi sore bersama dengan Lala.Raline lalu membalik ponselnya,lalu ia rekam dirinya sendiri.“Ini dia Raline Putri Darmawan” Ucapnya sembari tersenyum malu.Ia rekam kembali suaminya yang sedang memijat
Di dalam Butik Gaun Pengantin,Pukul 13.30. Raline sudah tampak bosan duduk di sofa hitam,tepat di depan ruang ganti calon mempelai perempuan. Ia tidak henti nya menguap, menunggu Lala yang sejak tadi terlalu banyak protes mengenai gaun nya yang kekecilan. Tidak berapa lama,Lala keluar kembali dengan gaun putih yang sudah diperbaiki. Gaun putih berlengan panjang, dengan Garis leher yang memperlihatkan pundak nya. Sahabatnya itu yang sudah cantik, Semakin mempesona dengan gaun pernikahan dengan bahan terbaik yang ditaburi batu swarovski yang sudah di rancang sejak dari empat bulan lalu ini. Dengan mengacungkan ponsel nya,Raline memeperlihatkan Kecantikan Lala melalui panggilan video ini untuk Roy yang sekarang sedang berada di Amerika. Calon suami Lala itu, sedang melakukan perjalanan bisnis sekaligus akan menjemput Nenek nya untuk menghadiri pesta pernikahan mereka yang akan diadakan dua minggu lagi. "Cantik sekali,pengantin ku" Gumam Roy.
"Raline aku akan membunuh mu !!"Pekik Kanaya.Nafas Raline terasa sesak, hampir saja wanita itu mencengkeram lehernya. Beruntung sang suami, bersama dengan Pengawal pribadi mereka terus menjaganya.Teriakan Kanaya tidak terkendali, entah apa yang membuat ia berpikir kalau semua ini adalah salah Raline. Hingga kedua petugas polisi wanita itu,harus mengamankan Kanaya kembali ke dalam mobil."Kamu tidak apa-apa,sayang?"Tanya Tristan.Raline mengangguk,ia hanya terkejut dengan serangan mendadak dari Kanaya.Tidak lama kemudian Tante Debby dan Om Reinald keluar dari rumah ini. Tante Debby langsung memeluk Raline,sedangkan Om Reinald mendekati Tristan untuk mengetahui tentang apa yang sudah terjadi. Tristan menjelaskan semuanya kepada Paman dan Tante nya ini, lalu ia meminta tolong agar Raline segera di bawah ke rumah lama mereka yang tepat berada di sebelah. karena Tristan akan mengurusi Kanaya terlebih dahulu.***Di dalam Rumah Kanaya..
Lala baru saja masuk ke ruang kerja Presiden perusahaan ini, Raline Putri Darmawan. Ia dengan senyuman khas nya mengajak Sahabat tercinta nya ini untuk segera memeriksakan kandungan nya siang hari ini.Raline yang masih memeriksa beberapa dokumen, langsung menghentikan pekerjaannya.Ia melangkahkan kaki untuk mengambil Blazer panjangnya yang tergantung di pengait pakaian yang ada di ruangan ini, lalu ia kenakan ditubuhnya."Ayo" Ucap Lala,langsung merangkul tangan sahabatnya ini.Mereka berjalan menyusuri lantai 30 ini hingga berpapasan dengan Tristan yang sepertinya baru saja akan menuju ke ruang kerja Raline. Untuk kali ini Tristan akan lebih keras kepala, ia akan ikut untuk memeriksakan kandungan istrinya."La,biar aku saja" Ucap Tristan, lalu ia gantikan Lala menggenggam tangan Istrinya.Raline menatap Lala dengan tajam, dengan bahasa rahasia yang hanya diketahui oleh kedua sahabat ini mengisyaratkan bahwa Raline akan memarahinya nanti.
Dua bulan kemudian..Rumah kediaman Keluarga Darmawan, Pukul 07.00Drrt...Drrt..Drrt..Pesan masuk !Raline yang masih tertidur diatas kasur empuknya, terbangun lalu ia buka pesan yang biasanya dari sang suami yang selalu membangunkannya di pagi hari. Walaupun pesan-pesan yang dikirimkan Tristan tidan pernah ia balas, Raline selalu rutin membaca pesan masuk itu."Good morning, Sayang. Aku hari ini bingung akan memakai Jas yang mana" Pesan masuk dari Tristan.Drrt..Pesan masuk kembali !Tristan mengirimkan foto beberapa Jas yang sudah ia letakkan di atas ranjang besar di kamar Apartemen mereka."Yang Biru malam" Gumam Raline, tanpa ia balas pesan tersebut.Setelah menerima pesan dari sang suami, biasanya ia akan bersemangat untuk mengawali aktifitas pagi ini. Tidak lama setelah ia terbangun, pelayan mengetuk pintu kamarnya."Masuk"Sahut Raline yang masih duduk di atas Ranjang besarnya.Pelayan ini me
Tidak berapa lama setelah itu, Lala mendatangi Tristan dan Raline yang sudah berada di ruangan rawat inap VIP.Pintu Kamar ini ia buka, lalu ia melangkahkan kaki untuk melihat Raline. Tapi, saat ia sudah masuk ke dalam ruangan ini ada pemandangan yang membuatnya harus menarik nafas dalam-dalam. Di lihatnya Raline terus menangis, dan meminta Tristan untuk keluar dari Kamar ini."Aku tidak mau melihat mu Tristan !" Pekik Raline sembari menangis terisak-isak.Tristan terus menjauh dari Istrinya, tetapi kakinya tidak berani melangkah untuk meninggalkan Raline di ruangan ini sendiri. Hingga Lala mendekati Raline yang sedang memarahi suaminya itu. Lala spontan memeluk tubuh Raline dengan erat, ia tenangkan Sahabatnya ini."Line, tenang..Tenang Sweety"Gumam Lala sembari mengusap kepala Raline.Raline semakin menjadi menangis dalam pelukkan Lala, Tristan yang melihat Istrinya yang sedari tadi menangis tanpa sadar meneteskan air mata."La, Ayah menin
Tristan berjalan dengan terburu-buru sembari menggendong tubuh Raline dalam dekapan nya.Setelah masuk Ke rumah sakit, ia langsung membawa Raline menuju ke Ruangan unit gawat darurat.Tangannya bergetar, jantung nya berdetak dengan kencang, ia terus memikirkan hal terburuk yang akan terjadi kepada Istrinya dan calon bayinya.Sejak di dalam mobil tadi, Raline belum juga sadarkan diri.Setelah masuk ke unit gawat darurat, Tristan langsung merebahkan tubuh Raline di atas kasur rumah sakit. Perawat berdatangan, tidak lama kemudian Dokter yang berjaga datang dan langsung memeriksa keadaan Raline."Anda sebaik nya menunggu di luar" Ucap Perawat dengan seragam putih ini.Tristan melangkahkan kaki nya sedikit menjauh, Kevin yang ikut dengannya mendekati Tristan."Langsung lakukan" Ucap Tristan memberi perintah pada Kevin.Kevin segera pergi setelah Tristan Perintahkan, sedangkan Tristan terus gelisah menunggu hasil pemeriksaan is