PINGTerdengar suara lift berhenti, Vio yang akan memasak sontak menoleh."Nyonya." Salam Eric sambil memperhatikan pakaian Ceo di atas sofa."Saya tidak tahu harus menaruhnya di tas mana, ada berbagai macam tas bermerk jadi lebih baik kamu yang mengambil sementara saya memasak. Oh ya, ada makanan yang harus dihindari?"Eric menatap aneh Nyonya. "Nyonya, yang tadi sudah saya rekam. Apakah anda membutuhkan bantuan saya?""Ya, tentu saja. Bantu menyimpan rekamannya. Saya takut tunangan saya, tidak dia bukan tunangan lagi. Maksud saya, Ceo Sanjaya bisa menghapus rekaman itu, biar bagaimanapun dia lebih kaya dari saya. Urusan mudah untuk membungkam.""Nyonya, apakah anda meremehkan suami anda?""Tidak, bukan begitu." Vio tersenyum kecut, "Seperti yang kamu tahu kalau aku baru bertemu dengannya pagi ini dan menikah begitu saja jadi agak canggung minta tolong ke dia.""Kalau begitu, saya ambilkan tas Ceo.""Ya." Vio melanjutkan kegiatan memasaknya.Eric masuk keruang ganti atasannya dan term
Tiffany menatap handphone sambil menyeruput kopi dengan nikmat di cafe milik sepupunya. Apa yang diceritakan Vio diluar nalar tapi bisa saja terjadi, cuma apa yang sebenarnya diinginkan seorang Benny?Pilot, punya istri cantik dan anak-anak lucu, kekurangan ekonomi? kayaknya enggak, karena kedua orang tuanya itu punya jabatan di BUMN. Lalu kenapa? apa dari awal sudah belok?Darah Tiffany bergejolak. "He- he- he- menarik-""Fan!"Tiffany melihat Benny melambaikan tangan dari jauh dan berjalan menghampirinya.Tiffany meminum kopinya lagi dengan jantung berdebar begitu Benny duduk di hadapannya dan memesan menu.Tiffany memperhatikan cincin di jari manis Benny."Aku kaget banget kamu tiba-tiba telepon aku minta ketemuan disini, Vio mana?"Tiffany berusaha menahan tangannya untuk kremus mulut dan otak cowok satu ini. "Aku kira kamu tahu dimana Vio.""Apa?""Kalau gak salah, kamukan yang tahu apartemen Vio sekarang. Sejak punya hubungan dengan tunangannya, dia gak terlalu terbuka sama aku."
Sementara di penthouse, Alex melihat Vio yang ketiduran di sofa dengan wajah sembab.Alex menunduk dan menelusuri wajah Vio dan mencium aroma yang sama dengan tubuhnya. "Kamu masih menangisi orang itu tapi memiliki aroma yang sama denganku?"Vio menggumam pelan. "Mhhhmmm."Alex tersenyum lalu menggendong Vio dengan hati-hati, takut membangunkannya. Alex meletakan Vio di tempat tidur kamarnya, menyalakan ac lalu menarik selimut."Kak-"Alex membeku."Kakak-" Vio menggumam dalam tidurnya.Alex membungkuk dan mencium kening Vio. "Kali ini siapa lagi?" bisiknya.DRRRRRTTTHandphone Alex bergetar di saku jasnya. Ia meninggalkan kamar dan menatap handphonenya.Alex menimbang sebentar lalu mengangkat telepon. Terdengar helaan napas lega. "Kamu sudah pulang?"Alex diam tidak menjawab."Aku tahu hari ini kesalahanku, tapi percayalah aku terbang ke Bali karena mendengar situasi di kantor, aku juga tidak bisa meninggalkan papaku, kamu tahukan papa habis sakit.""Ya."Cholina terdiam. Ia bingung
Normalnya pernikahan menjalani malam pertama, jika pasangan kelelahan karena pesta pernikahan seharian, bisa dilanjutkan besoknya. Tapi sekarang apa bisa disebut menjalankan malam pertama di pagi hari dengan menjadi tontonan orang? karena posisi Vio dan Alex sebagai pasangan sangat ambigu.Vio menenggelamkan kepalanya di bantal. Alex yang sudah keluar dari kamar mandi, melihat istrinya masih tengkurap di tempat tidur dengan bantal bertebaran di sekelilingnya. "Kamu tidak mandi?""Nanti."Alex duduk di samping tempat tidur dan berbisik di telinga Vio. "Mau dilanjutkan?"Vio yang mendadak bangun dari tempat tidur karena tidak mau melanjutkan hohohihe, merasakan lemas di kakinya, bahkan pinggangpun terasa sakit.Alex dengan sigap menangkap istrinya. "Hati-hati."Kedua mata Vio mengerjap aneh. "Kenapa kakiku lemas?"Alex hampir tertawa. "Kamu tidak tahu?"Vio menggeleng heran lalu berteriak ketika Alex menggendongnya. "Aku hanya membawamu ke kamar mandi, jangan berontak."Vio yang berus
Tiffany yang mendengar pertanyaan itu tidak bisa membantah ataupun mengiyakan."Jadi benar kamu fujoshi?" decak Eric."Memangnya itu dosa?" Tiffany bertanya balik.Eric menaikan salah satu alisnya. "Jadi itu sebabnya kamu meminta bukti perselingkuhan? berarti kamu berbohong soal blok?"Tiffany merasa di ujung jurang. Sial! hanya selisih dua bab sudah ketahuan! "Aku hanya penasaran."Eric menatap tidak percaya Tiffany.Tiffany mengerang. "Aku cuma penasaran, servis apa yang diberikan Benny sampai tunangan Vio selingkuh dengannya."Eric tercengang mendengar alasan tidak masuk akal Tiffany. "Bukan mau dijual ke situs porno?""Hah?""Saya kira karena kamu mau bantu balas dendam, jadinya punya ide sebar video itu. Sebenarnya saya dukung, bahkan saya sudah catat semua situs yang potensial supaya bisa mendapatkan uang." Eric mengeluarkan secarik kertas di saku jas dan meletakannya di atas meja.Tiffany memiringkan kepalanya dengan heran. "Ceo kamu?""Oh, Ceo pasti akan mendukung. Hanya saja t
Vio sudah memikirkannya secara matang dua hari ini. Lebih baik bercerai daripada mempertahankan hubungan pernikahan tidak masuk akal ini.Vio sendiri merasa pusing, bagaimana bisa orang itu mengurus administrasi hanya dalam hitungan jam sementara warga biasa membutuhkan waktu berbulan-bulan.Apakah calon suamiku milyader?Vio menertawakan dirinya sendiri. Hahahaha bodoh!Tawa Vio berhenti ketika berdiri di depan resepsionis apartemen mewah dan mendapat ucapan selamat dari staff apartemen yang selama ini bersikap ramah tapi sekarang ramahnya sudah keterlaluan.Jika kalian bekerja di bidang hospitality bertahun-tahun pasti bisa membedakan ramah profesional dan ramah penjilat berlebihan."Selamat, nyonya Earl Brighton."Sapa semua orang dengan salah satu memberikan bunga sementara yang lainnya memberikan hadiah. Vio menjadi linglung.Alex yang berdiri di samping istrinya, menepuk pundak. "Ada apa? kenapa bengong? masih sakit?"Vio mendongak dan menatap suami tampannya. "Tidak."Alex menj
Tiffany menatap bingung sahabat baiknya. "Vio, pikirkan baik-baik. Dia pasti akan mencintai kamu dan kalian sudah tidur bersama lagipula dia pasti akan menjauh dari adik tiri kamu."Vio menggeleng. "Tidak, adik tiri aku tidak akan pernah melepaskannya. Dia memiliki sifat yang sama dengan ibunya."Tiffany tidak tahu harus menasehati dengan cara apalagi. "Tidak bisakah kamu memberikan waktu untuk Alex supaya dia menjauh?""Masalahnya fan, di sini posisi aku adalah pelakor. Menghancurkan hubungan mereka berdua!""Ya sudah, gak papa. Bilang saja ini adalah hukum karma, balas dendam atau apalah itu."Vio menatap bimbang Tiffany. "Kamu tahukan dulu kita pernah mengamuk dan mencaci mereka di telepon, aku tidak suka mereka membalasnya dengan cara yang sama.""Jadi intinya, harga diri kamu lebih baik daripada mempertahankan pernikahan?" tanya Tiffany tidak percaya.Vio mengangguk.Tiffany memutar bola mata lalu menenggak habis minumannya. "Kamu ini bodoh, sangat bodoh, lebih bodoh, terlalu bodo
Tubuh Vio menegang ketika Benny berlari mendekatinya sementara Kiki hanya berdiri di tempat dan menatap lurus dia.Vio ingin mengatakan sesuatu tapi entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya.Kiki tersenyum tanpa dosa dan menyapanya. "Vio."Kedua mata Vio bergetar. Apakah selama ini kamu mencariku?"Tiffany bilang kamu block nomor dia, kenapa? Apakah dia melakukan kesalahan?"Tatapan Vio beralih ke Benny. Sejak kapan aku block dia? Atau jangan-jangan-Benny menunggu jawaban dari Vio.Vio menghela napas panjang. "Aku hanya ingin menyendiri.""Apakah kamu habis dari kamarku?" tanya Kiki dengan curiga.Vio baru ingat kalau dirinya memakai lift khusus penthouse. "Ah, ada salah satu teman atasan di tempat ini yang minta dikirimkan dokumen jadi aku-"Kiki berjalan mendekati Vio dengan santai lalu menepuk kepalanya. "Kamu sudah bekerja keras di pagi hari, mau berangkat bareng?"Vio menundukkan kepalanya, tidak ingin Kiki melihat matanya yang berkaca-kaca.Hati Vio sakit sete
Meskipun Trisna sudah diam tidak membalas, Cholis masih mengomel sepanjang perjalanan."Aku sudah bilang untuk tidak ikut mendekati Alex. Dia memang kaya, bule dan ganteng tapi dia tidak sama dengan kita. Suruh Cholina menjauh, aku tidak suka dia mendekat."Trisna menjawab ya dengan nada pelan."Kamu juga buat apa telepon ibu Vio? Mau marah? Untuk apa? Tidak ada gunanya!"Trisna tidak suka sang suami terlihat membela Oran di matanya. "Apakah kamu masih mengharapkan Oran?""Apa?""Lagipula nama apa itu? Oran? Seperti nama asing saja, padahal dia orang Indonesia."Cholis menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan menoleh. "Oran?""Ya, dia menyebut namanya Oran. Katanya dia sudah ganti nama saat Vio memutuskan pulang ke Malang."Cholis terlihat bingung."Oran dan kamu sudah berpisah, kenapa harus dibahas lagi? Toh, Cholina juga cerita kalau Alex berniat melamarnya. Tidak ada yang salah."Cholis tiba-tiba menonjok pipi Trisna.Trisna menjerit kesakitan sekaligus terkejut.Dengan amarah me
"Apakah kalian tidak bisa mendengarkan perkataan aku sebagai kepala keluarga?!" Bentak Cholis ke Trisna. "Kenapa kalian tidak pernah bisa patuh? Kalian selalu mengatakan Vio tidak pernah menjadi anak penurut tapi faktanya kalian lebih parah, bahkan Cholina pergi mengejar laki-laki, mengabaikan perusahaan!""Bukan seperti itu, Cholina hanya ingin merindukan Alex. Yang, masa tidak mengerti anaknya sendiri?""Kamu membela Cholina yang pergi tanpa pamit sementara Vio yang izin tidak masuk kerja, kamu maki-maki!""Kenapa sih jadi bahas Vio melulu? Cholina anak kita, dia masih muda dan jika melakukan kesalahan, seharusnya ditegur, bukan dibandingkan.""Dan apa yang kamu lakukan kepada Vio dulu saat dia melakukan kesalahan? Mempermalukannya di depan umum, dia memang tidak pernah bicara tapi kamu yang bicara banyak di depanku. Kamu pikir aku tidak punya otak untuk berpikir?"Trisna tidak berani membantah."Pesan tiket pesawat sekarang, penerbangan terdekat. Aku pergi keluar sebentar." Cholina
Sejak kecil, Cholina selalu mendengar bahwa dirinya anak haram, bundanya seorang pelakor dan yanda mata keranjang. Dia tidak pernah peduli dengan hujatan itu, karena mereka yang menjalani kehidupan, bukan orang lain.Yang paling dibenci Cholina adalah saat Vio datang ke rumah untuk membuat bundanya menangis bahkan mengejek dirinya yang anak haram, tidak bisa mendapat perlindungan hukum. Cholina benci dia, ingin membalasnya dengan pamer hal yang tidak bisa diraih Vio, mendapatkan calon suami kaya raya. Sehingga statusnya sebagai anak haram tidak akan terlihat.Bukankah di zaman sekarang memang begitu? Orang lebih mengutamakan status dan uang. Makanya Cholina tidak akan pernah rela jika ada yang mengambil calon suaminya yang kaya.Cholina yang terlalu buta karena cemburu, menjambak rambut Vio sekuat tenaga. Alex menarik tangan Cholina untuk lepas dari rambut istrinya."Cholina, lepas!" Bentak Alex. "Jangan sentuh Vio dengan tangan kotormu itu!""Aku tidak akan melepasnya! Dia sudah me
Cholina yang sudah tiba di kota tempat Alex berada, segera pergi menuju kantornya dengan jantung berdebar. Tidak mungkin Alex lebih memilih kakak tirinya yang jelek dan gendut, dibandingkan dirinya yang cantik dan memiliki tubuh bagus.Cholina melihat foto di handphonenya. Alex sedang duduk dan serius membaca di ipad sementara dirinya foto di depan seolah menunggu Alex.Cholina menghapus air mata di sudut. Ingin kembali mesra seperti dulu, andaikan dirinya tidak terpengaruh dengan ucapan bundanya, mungkin tidak akan kehilangan Alex."Dimana Alexander?" tanya Cholina fi depan resepsionis, begitu sampai kantor Alex."Maaf, apakah anda sudah ada janji?""Tidak, belum. Buat apa? Saya kekasihnya.""Ah, tapi harus ada janji dulu untuk bertemu.""Gimana sih? Apa Alex tidak kasih tahu ke kalian siapa kekasihnya."Resepsionis hanya menjawab dengan senyuman.Cholina berusaha menghubungi Alex, tidak ada yang angkat. "Kenapa tidak diangkat? Apakah kalian yakin Alex tidak mengatakan apa pun? Kali
"Bunda yakin, Alex tidak akan mengalihkan tatapannya ke anak bunda yang cantik, biar bagaimanapun yang pertama kali bertemu dengan Cholina itu anak bunda, bukan si lemot."Trisna dari awal tidak suka dengan Vio, ketika pertama kali datang ke rumahnya untuk bekerja. Vio telah membuat dirinya bertengkar dengan sang suami, bahkan anak itu juga melakukan banyak kesalahan kecil, intinya anak itu harus diawasi.Trisna lebih suka anak-anaknya menjauh supaya tidak terkontaminasi dengan otak lemot si Vio."Bunda saja pusing mengurusnya, bule itu tidak mau mengurus anak yang tidak bisa mandiri. Anak bunda kan mandiri, bahkan bisa menangani perusahaan dengan baik, jadi jangan takut kehilangan Alex," kata Trisna untuk menghibur putrinya. "Tidak usah memikirkan si lemot, dia tidak memiliki kemampuan banyak jika dibandingkan dengan anak bunda.""Bunda, Alex bule. Dia pasti mencari hal baru, Cholina takut.""Apa yang kamu takutkan? Jangan merendahkan diri kamu, Cholina. Kamu harus bersikap mahal. M
Setibanya di parkiran mobil, Eric bertanya kepada Tiffany yang terengah-engah. "Kenapa kalian bertengkar di depan umum? Apa tidak malu dilihat banyak orang?"Tiffany yang berusaha mengatur napas, menjawab. "Aku baru putus, semalam dia membawa wanita lain ke hotel."Eric hendak mengatakan sesuatu lalu terdiam, dia tidak bisa ikut campur ke masalah orang lain. Tiffany menunjuk dada Eric. "Jangan beritahu Vio mengenai hal ini, aku tidak ingin membebaninya.""Saya tidak akan ikut campur masalah ini, saya hanya orang luar.""Kamu sudah menjadi saksi mata." Tiffany menggosok matanya yang mendadak perih. "Aku tidak ingin ada yang tahu-"Eric yang kebingungan melihat stan penjual es krim, menarik tangan Tiffany. "Ada es krim di sana, ayo makan."Tiffany yang akan menangis, menjadi bingung. Hah?-----------Alex sudah mendapatkan tanah tempat untuk mengubur Yibo, di tanah dekat apartemen mewah miliknya.Eric yang membawa tubuh Yibo, mengajak Tiffany ikut.Awalnya Tiffany menolak, tapi berubah
Di saat mereka semakin mengakrabkan diri dengan pelukan, tiba-tiba ponsel Alex bergetar di lantai.Alex dan Vio menoleh bersamaan.Cholina.Vio melepas pelukannya.Alex mengambil handphone dan duduk di samping Vio sambil memeluknya. "Mau kamu angkat?"Vio menatap rumit Alex.Alex menekan tombol terima.Terdengar suara nyaring. "Sayang-"Vio mengerutkan kening ketika mendengar suara tidak asing itu, adik tirinya. Alex bicara di teling Vio dengan setengah berbisik. "Ajak dia bicara, dan tolak dia."Vio sedikit tidak suka dengan cara Alex tapi tidak berani mengungkapkannya. Kamu yang memiliki hubungan, kenapa harus aku yang bicara? "Sayang? Kenapa kamu diam saja? Aku kangen sama suara kamu-"Bahkan suara manjanya dia pun, masih melekat di otak Vio. Alex tersenyum geli melihat kebingungan di wajah Vio. "Sayang? Jangan permainkan aku ya- aku ini sibuk mengurus perusahaan bersama yanda dan bunda, kamu tahu sendirikan bagaimana ketatnya yanda. Jangan lupa tentang ceritaku waktu itu, baga
Dengan napas terengah-engah setelah berciuman, Alex bertanya dengan nada serak. "Habis ini apa?""A- apa?" "Istirahat atau lanjut?"Vio mendongak dan menatap mata biru Alex. "Aku-"Vio tidak ingin bertindak terlalu jauh tapi bersamaan dengan itu, ingin melakukan hal yang luar biasa seperti waktu itu.Alex menelusuri wajah Vio yang jika disentuh halus, dilihat terlihat kusam dan banyak bekas bopeng karena kena cacar air di usia dewasa. "Apakah kamu tidak ingin bersenang-senang dengan pria tampan sepertiku? Halal pula."Wanita mana sih yang tidak mau? Kepala Vio hampir meledak begitu mendengar rayuan suaminya sendiri."Tidak ingin?"Seolah ditampar kenyataan, Vio menjawab dengan pelan. "Aku tidak mau mengganggu tetangga.""Apakah suara kamu akan sekeras itu? Aku jadi ingin mendengarnya." Alex mendekatkan bibirnya di telinga Vio. "Rasanya aku jadi ingin mendengar suara itu lagi."Bahu Vio sedikit naik karena geli dengan bisikan Alex. "Tidak mau?" Alex mendekatkan tubuh Vio hingga menye
Vio menatap lurus Alex. "Kamu tidak ikut pulang?""Pulang kemana? Ini juga rumah aku.""Ke tempat mewah kamu."Alex mulai mengerti sekarang. "Kamu merasa insecure?"Vio tidak mampu menjawab."Apakah karena aku terlalu tampan dan kaya?"Vio menghela napas kesal. "Iya, itu salah satunya.""Seharusnya kamu bangga memiliki aku.""Aku bukan seperti ibu yang terjebak kata cinta untuk pria tampan dan terlihat punya segalanya. Lagipula aku juga tidak mau sakit hati, maksudku-""Kenapa waktu itu kamu tidak menolak kita menikah? Kamu tidak bicara lantang bahwa itu kesalahan?"Vio menggigit bibir bawahnya."Tidak berani? Kamu tidak berani bukan?""Alex, pulanglah. Aku lelah.""Aku suami kamu, Vio."Entah kenapa Vio merasakan rasa sakit ketika pria itu mengucapkan kata suami. "Kita sudah menikah, meskipun ada kesalahan di awal tapi tetap saja kita pasangan."Air mata Vio muncul lagi. "Kumohon, jangan seperti ini, pulanglah." Isaknya."Apa yang membuat kamu seperti ini? Siapa yang menyakiti kamu?