Anna terbangun karena belaian Dae Song, matanya menyipit memandangi Dae Song yang sempat mengucapkan selamat tinggal kepadanya. Namun ucapan itu terdengar samar-samar ditelinga Anna. "Tadi kamu bilang apa?" Pria rupawan itu menyunggingkan senyuman, "Aku bilang, kamu sangat cantik," Sahutnya berdalih. "Tidak, tadi kamu bilang ada sesuatu, apa?"Dae Song tidak akan mengulangi ucapan selamat tinggalnya kepada Anna. "Mungkin kau sedang bermimpi," Ucap Dae Song seraya mengusap-usap pipi istrinya. Anna melihat ada yang berbeda dari tatapan Dae Song lagi, ia terdiam sesaat, Anna merasa dia mulai menumbuhkan perasaan terhadap suaminya. Perasaan itu menyusup begitu saja, mungkinkah itu perasaan alami dari seorang istri? Batin Anna. Anna membangunkan diri, melirik jam, menujukkan hampir memasuki waktu Maghrib. Sontak Anna berlari ke kamar mandi Dae Song. "Kau kenapa?" Tanya Dae Song terheran. "Ingin mandi dan sholat," Sahutnya dari dalam kamar mandi. Beberapa menit menunggu, Anna kelu
Dae Song mulai gelisah, melihat senyuman adiknya, tak tega bila harus menukar itu dengan kecewa, tentu kehancuran Dae Jung akan dimulai setelah mengetahui hubungan Anna dengannya. Dae Song menghela nafas, dia menundukkan wajah, menimbang keputusan yang akan ia ambil. "Kau kenapa Hyung?" tanya Dae Jung menangkap kegelisahan di raut wajah Kakaknya. Dae Song tergagap, sepasang bola matanya bahkan mengerjap-ngerjap karena gugup. "Apa ada sesuatu?" Pertanyaan Dae Jung makin membuat Dae Song gugup, mengatur nafas terasa sulit karena ia sudah dibatas untuk menahan diri. "Ada yang ingin kusampaikan padamu," tuturnya. Dae Jung menatapnya, anggukan kecil yang diberikan. "Tolong beritahu, apa yang paling membuatmu marah?" tanya Dae Song. Dae Jung mengerutkan alis, namun dia menjawab sesuai dengan pertanyaan Kakaknya. "Aku tidak menyukai hak pribadiku di ganggu oleh siapapun, siapa pun itu." Deg! Bak genderang perang yang terucap dari mulut adiknya, Dae Jung memaknai siapapun itu ialah
Sepulang dari Hotel Ven, Dae Song kembali ke rumah. Dia naik ke atas, ada sesuatu yang ingin ia ketahui tanpa bertanya kepada siapapun. Langkah kakinya sigap menuju ke kamar Anna. Meyakinkan diri membuka itu walaupun tanpa izin dari Anna. Matanya hanya mendapati ruangan kosong tanpa sosok penghuninya."Anna belum pulang, sudah larut malam, berarti dia masih bersama Dae Jung di rumah sakit," gumamnya.Ketika Dae Song hendak ke kamar Micha dan Haneul, dia terkejut dengan kehadiran Bu Nas di rumah, sontak ia menghampiri kepala pelayan sekaligus Ibu angkatnya itu."Bu Nas, sejak kapan kau pulang?"Bu Nas terhenyak, dia pun terkejut dengan kehadiran Dae Song dirumah."Dua jama yang lalu setelah Nona Anna datang ke rumah sakit, saya kira Tuan juga sedang disana."Pria mata sipit itu tercenung, pikirannya kian kacau, seharusnya ia merasa tidak memikirkan apa saja yang Anna dan Dae Jung perbuat, dia tahu dalam keadaan sadar Anna tidak akan melakukan dosa, menjatuhkan harag dirinya sebagai ist
"Berapa yang kau inginkan? Aku tidak akan memberikan jika infromasimu itu hanya berita burung," Kata Ayah Bora. "Terserah, aku tidak ingin menyulitkanmu, aku tahu perusahaanmu juga sedang berada di ujung tanduk."Ayah Bora menyerahkan amplop ke Gang Sang. Memeriksa isinya sejenak, Gang Sang cukup luas dengan bayaran itu. "Ini sudah cukup, aku juga mengerti kondisimu, jika kua usdah berhasil keluar zona sulit, ingatlah pengertianlu," kata Gang Sang. Paman Hyejin itu menceritakan berita simpang siur tentang keluarga Korain yang ia dengar ditoilet. Ayah Bora hanya tercenung, dia tak percaya dengan ucapan Gang Sang. "Kau membohongiku? Aku jauh lebih dulu mengenal keluarga Korain, mereka tidak akan saling mengkhianati satu sama lain," Ketusnya. Gang Sang menghela nafas, dia sangat tidak suka dijuluki pria pembohong secara terang-terangan. "Aku tidak bilang ini sudah fakta, hanya berita simpang siur, hanya saja pihak Korain membungkam media," Jelas Gang Sang setengah membentak. Ayah
"Maksudnya dia licik, kenapa Tuan?" Tanya Zura. "Kau sanga ingin tahu?" "Maaf, Tuan. Saya hanya bingung, apa yang dilakukan mantan sekretaris yang dulu sehingga di pecat," Sahut Zura. Niatnya ingin mempelajari kesalahan Minzi agar tidak terulang terhadap dirinya. "Kami di jebak, maksud saya dan Anna. Kami di jebak sehingga kami bisa menikah, aku tidak bisa menjelaskan secara detail, tapi pernikahan itu bukanlah kami sengaja, aku mencintai Anna, tapi tidak selicik itu."Dae Song mengungkapkan itu kepada Zura agar wanita itu lebih tahu bagaimana ia tidak ingin menyakiti adiknya, Dae Jung. "Aku sekarang lebih mengerti, Tuan." Hanya itu yang dapat diucapkan Zura, ia tidak ingin terlalu jauh ikut campur urusan keluarga Kirain. "Kau duduklah disini, ini ruanganmu, pelajari satu jam, aku akan keluar sebentar, jika kau bingung tanyalah pada karyawan lain," Ucap Dae Song. Pria bertubuh tegap itu ingin ke suatu tempat lagi, ia pikir Zura harus memiliki ruang sendiri untuk mempelajari atu
Dae Jung dan pengawalnya bersama, Koki Choi diminta membeli makanan sebanyak-banyaknya. Selang beberapa menit, ada dokter yang masuk ke ruang rawatnya, pagi itu ia akan melakukan terapi berjalan. Koki Choi dan pengawal lainnya mendampingi, wajah Dae Jung lebih segar hari itu, tak ada raut kesedihan yang kemarin menggerogotinya. "Kalian lanjut makan, aku akan ke ruang terapi," Ucapnya pada Koki Choi dan Pengawal lainnya. Koki Choi tetap ingin mengantar Dae Jung ke ruangan terapi. Ketika perjalanan menyusuri lorong rumah sakit, mereka berpapasan dengan Bu Nas. Kepala pelayannya itu sedang membawa sepasang anak kecil, didamping oleh kedua pengawal. Dae Jung menatap kedua anak itu tanpa berkedip, sedangkan kedua bocah itu melambaikan tangan seraya tersenyum kepada Dae Jung. "Tuan, itu si kembar, anak Tuan.." Ucap Koki Choi. Air matanya lolos begitu saja, kedua anaknya sudah berdiri tegak dihadapannya, menyunggingkan senyuman tulus seperti perpaduan wajah dirinya dan Anna."Appa.." Te
Sore hari menjelang, usai membacakan dongeng, Haneul dan Micha tertidur di sofa dalam pelukan Ayahnya. Tanpa sadar, Dae Jung juga ikut tertidur karena seharian menemani anaknya bermain, dengan posisi duduk memangku buah hatinya, Dae Jung bahkan tak merasa lelah, walaupun saat itu ia masih tahap pemulihan. Diam-diam Bu Nas mengambil gambar dari momen yang mengharukan itu. Ia mengirimkannya ke Anna dan juga Kakek Hang. "Apa kita harus bangunkan Tuan?" Tanya Koki Choi. "Sepertinya tidak perlu, suamiku. Biarkan mereka tidur, lagipula Tuan Dae Jung juga nyaman, kita sudah menjaga kakinya dengan bantal."Tidak lama berselang, ponsel Bu Nas berdering, tertera Nona Anna yang memanggilnya. Bu Nas masuk ke toilet menerima panggilan itu agar tidur Haneul dan Micha tidak terusik. "Assalamu'alaikum, Bu Nas.. Apakah anak-anak tidak rewel kepada ayahnya?" tanya Anna. Dia teramat khawatir jika sikap manja Haneul dan Micha merepotkan Dae Jung yang masih tahap pemulihan. "Tidak, Nyonya. Mereka sa
"Ibu, ibu, bangun," Suara Micha terdengar ditelinga Anna.Mata Anna mengerjap-ngerjap, Micha tak henti mengguncangkan tubuh Ibunya, sedari tadi gadis kecil itu membangunkan Ibunya yang ketiduran di sofa."Ibu, bagun sebentar lagi Ayah akan datang, tadi Ayah menelponku," Kata Micha.Haneul saat itu sudah mandi sendiri, dia begitu bersemangat menyambut kepulangan Ayahnya."Ini sudah jam berapa, Micha?" Tanya Anna yang tergesa-gesa membangunkan dirinya.Micha menunjuk ke arah jam dinding yang berada di kamar Ibunya, jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Mata Anna membelalak, dia sudah melewatkan shalat subuh lagi."Sayang, tunggu Ibu ya, Ibu mau mandi lalu shalat subuh," Ucap Anna berlalu ke kamar mandi.Micha melihat ponsel Ibunya yang tidak terkunci, gadis kecil itu melihat daftar panggilan paman Dari Song."Ibu tadi malam menelpon dengan Paman," Gumam Micha.Dia meletakkan kembali ponsel Ibunya di atas sofa, gadis kecil itu kembali ke kamarnya. Disana ada Bu Nas yang sudah bersama
Dae Song dan anak buahnya menuju tempat tinggal Rini, dengan bantuan manajer di perusahaanya, Dae Song dapat mengetahui tempat tinggal Rini yang sebenarnya. Selama ini Rini hanya mencantumkan alamat kontrakannya menjadi riwayat pribadi untuk kantornya. Setiba di gang yang sulit di akses oleh kendaraan roda empat, salah seorang anak buah Dae Song keluar dari mobil untuk mencari cara, tetapi tak ada jalan lain selain jalan yang di depan mereka."Tidak ada jalan lain, Tuan. Hanya ini akses satu-satunya," ucapnya."Kalau begitu kita jalan kaki saja, kata kamu kamu rumahnya sudah tidak jauh lagi 'kan?""Iya Tuan, hanya jarak seratus meter lagi.""Kalau begitu kita turun, kita jalan kaki saja," usul Dae Song yang keluar dari mobilnya.Anak buahnya mengelilingi Dae Song agar tuan mereka tetap terjaga. Masyarakat disekitar gang itu mulai grasak-grusuk, mereka terheran dengan kedatangan pria yang amat menonjol sebagai bos besar. Dae Song dan anak buahnya tetap berjalan, tidak menanggapi sapaa
Di Indonesia, Dae Song masih setia menunggu hasil pemeriksaan dari dokter, Zura mulai membaik secra kesehatan, namun secara psikis butuh waktu yang panjang untuk menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan kesuciannya secara sadis. Zura bahkan seringkali terpikirkan untuk mengakhiri hidupnya, Dae Song yang selalu diliputi rasa bersalah, selalu saja Dae Song menyudutkan diirnya dengan peristiwa yang menimpa Zura. Dae Ssong tetap disamping Zura, memberi dukungan moril,selain itu Zura juga tidak memiliki keluarga lagi di Indonesia.Dae Song menganggap dirinya sebagai kakak bagi Zura saat ini . "Kamu akan baik-baik saja, Zura.. Ada aku disini," ucap Dae Song menenangkan Zura."Aku sudah tidak berharga lagi, aku suda hina.." Zura tetap mencaci-maki dirinya sendiri."Tidak begitu, Zura.Kamu tetap berharga, kok. Zura yang dulu dan yang sekarang tetaplah sama, tidak ada yang berubah, kesucian seperti itu hanya kiasan sema
Usai dari kebun binatang, mereka tidak langsung pulang ke rumah, sejenak Dae Jung mengajak Anna dan kedua anaknya mampir di restoran milik sahabatnya. Micha dan Haneul begitu bersemangat memasuki restoran milik sahabat Ayahnya."Hati-hati sayang, nanti kamu tersandung," ujar Anna.Dae Jung melirik ke Anna yang sedang membawa beban berat bayi dalam perutnya."Seharusnya kalimat itu ditujukan padamu, berhati-hatilah, kamu sedang membawa tanggungjawab," timpal Dae Jung. Ia cemburu, tapi bagaimanapun bayi di dalam kandungan Anna adalah keponakannya, yang ia sayangi seperti Micha dan Haneul.Anna tergugah, dia menyunggingkan senyuman lebar karena ucapan Dae Jung persis ucapan Dae Song sewaktu mengandung si kembar, yang pada kala itu Dae Jung terbaring koma."Kau telah melewati masa ngidammu?" Tanya Dae Jung."Ia, sepertinya," sahut Anna.Dae Jung mengangguk-anggukkan kepalanya, dia berlalu menghampiri sahabatnya yang pemilik restoran Jepang itu. Anna duduk bersama si kembar, Micha yang bah
Mereka sudah tiba di kebun binatang, Dae Jung sudah menyiapkan kamera untuk mengambil setiap momen Anna dan si kembarnya. Dae Jung berjalan disamping Anna yang sedang mengontrol anak-anaknya. Dae Jung dan Anna mengunci mulutnya masing-masing, liburan kali ini amat berbeda dari keluarga kawan-kawan Haneul dan Micha yang lain. Kedua orangtuanya malah kaku, bak seseorang yang baru saja saling kenal."Ayah, Ibu, lihat sana," teriak Micha menunjuk ke arah monyet yang bergelantungan.Anna berlari kecil ke arah kedua anaknya, takut jika anak-anaknya lepas kontrol dari guru yang mengawasi saat itu. Sementara Dae Jung berjalan tenang dibelakang sana, pikirannya tetap saja berkecamuk, dia berharap jika situasi itu segera berubah, bukan hanya sekedar sandiwara didepan kedua anaknya, melainkan mereka adalah keluarga utuh yang lengkap."Dia kenapa memilih berjalan di belakang?" Gumam Anna yang bingung melihat tingkah Dae Jung.Karena tak mampu mengawasi si kembar sendirian, Anna bergegas menghampi
"Saya akan jelaskan secara detail di kantor polisi, kita tidak bisa bicara disini, Pak Dae Song diharapkan sore ini ke kantor, setelah urusannya telah selesai," ucap salah seorang petinggi di kepolisian di kota itu."Baiklah, Pak. Saya sedang menyelesaikan masalah dengan kolegaku juga siang ini, mohon bantuannya agar masalah ini cepat selesai," sahut Dae Song.Dae Song dan polisi keluar dari ruangan dokter, dia berpisah jalan dengan pihak berwajib itu ketika menyusuri lorong rumah sakit, sesaat Dae Song ke depan ruangan ICU tempat Zura melakukan perawatan lanjutan sebelum dipindahkan ke ruangan pemulihan. Pria itu menatap pintu ruangan ICU dengan hembusan nafas lega, sedikit demi sedikit dia mengontrol masalah mental Zura yang hancur karena pemerkosaan."Tuan, mobil sudah siap, mari kita berangkat sekarang," ucap salah satu pengawalnya.Dae Song mengangguk, dia berjalan keluar dari rumah sakit itu di dampingi kelima bodyguardnya, para awak media tetap saja menunggu pernyataan Dae Song
Dae Song tercengang dengan penuturan Zura, dia tidak menyadari betapa pedulinya Zura terhadapnya walaupun hubungan mereka hanya sebatas sekretaris dan bos semata."Seharusnya kau tidak perlu peduli seperti itu, jika aku tahu, aku akan melarang mu,," ucap Dae Song.Zura tersenyum sinis, dia menghardik dirinya sendiri dalam hati, memang tidak seharusnya ia menuangkan perhatian lebihnya kepada Dae Song, pria yang sudah beristri. "Aku memang bodoh, karena kebodohanku, aku dihukum seperti ini, aku bodoh karena mengikuti perasaanku," gumamnya.Dae Song menelisik kalimat Zura, dia tidak mengerti makna dari ucapan sekretarisnya itu."Maksud kamu apa, Zura?""Tinggalkan aku sendiri, Pak. Aku bisa mengurus diriku sendiri, pergilah mengurus urusanmu, dan keluargamu," kata Zura tanpa menoleh ke Dae Song.Dae Song tetap ingin bertahan di ruangan rawat Zura, dia tidak ingin meninggalkan Zura yang sudah menjadi tanggungjawabnya, dia yang mengajak Zura untuk dinas ke Indonesia, Dae Song juga tahu Zu
Siang itu Dae Song dikejutkan oleh ketukan keras dari pintu kamarnya, dia yang kelelahan tak menyadari dia telah kesiangan, salat subuh pun terlewat olehnya. Dae Song membangunkan diri seraya mengerjapkan matanya."Hmm, tunggu," ujarnya pada seseorang yang mengetuk pintu.Setelah mencuci wajahnya, Dae Song beranjak membuka pintu, ternyata seseorang yang membangunkannya adalah Pak Ben, sopir pribadinya. "Maaf Tuan, ada berita dari rumah sakit, Zura katanya sudah siuman," ucap Pak Ben.Mata Dae Song yang tadinya menahan kantuk seketika nahterbelalak."Yang benar, Pak Ben?!""Saya juga kurang tahu, Tuan. ini hanya informasi dari bodyguard Tuan katanya dari pihak rumah sakit memberitahukan mereka, Tuan Dae Song diminta untuk ke rumah sakit," jelas pria berkulit sawo matang itu."Baik, tunggu saya dibawah Pak Ben, saya akan bergegas ke rumah sakit, mau mandi dulu," kata Dae Song.Tapan membuang waktu, Dae Song segera mandi, dia hanya memakai kaos oblong hitam dan jaket agar terlihat lebih
"Lupakan, aku tidak bisa diwawancarai saat ini," sergahnya.Pihak kepolisian yang turun tangan melayani wartawan, manager Dae Song ikut mendampingi, mereka menjelaskan rentetan peristiwa itu namun tidak secara gamblang mengungkapkan bahwa korban telah diperkosa. Dae Song tetap meminta kepada pihak kepolisian agar kehormatan Zura tetap terjaga."Kalian tetap disini, aku akan kembali ke rumah, jika penyelidikan pihak kepolisian suatu selesai, kalian boleh pulang," ucap Dae Song kepada managernya.Dae Song menuju ke mobilnya, disetiap langkahnya selalu saja berhasil dipotret oleh wartawan. Dae Song bahkan ngedumel didalam hati karena sikap wartawan yang kurang sopan."Sepertinya lebih enak hidup di Seoul jika seperti ini," gerutunya ketika berhasil masuk ke mobil.Sopirnya melajukan mobil, menerobos kerumunan wartawan yang seakan mencegat kepergian Dae Song. Pak Ben, sengaja membunyikan klakson berkali-kali. Dengan bantuan polisi, mobil yang tumpangi Dae Song dan kedua mobil pengawalnya
Dae Song menatap Rini penuh curiga, bukan menuduh karyawannya itu berbuat jahat kepada Zura, tetapi gelagat Rini menujukkan ketidaknyamanan ketika rekna lainnya menanyakan tentang Zura."Apakah kau pernah keluar bersama Zura diluar jam kerja?" Tanya Dae Song lagi."Ti-tidak pernah, Pak." Rini. tetap lada jawaban yang sama.Salah seorang rekan lainnya tak Terima, " Ini anak pelupa, aku pernah lihat dia bersama Zura di toko souvenir sana, sekali doang sih, Pak."Rini menundukkan kepala, dia tidak berani menyanggah pengakuan temannya. Dae Song tak berniat menanyakan tentang Zura."Baiklah, kalian lanjutkan makan kalian, aku ingin kembali mengecek keadaan Zura," ucap Dae Song.Dae Song mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar makanan dan minuman para karyawannya."Jika ada yang ingin menambah makanan, silahkan," ujarnya.Dae Song memilih bubar dari perundingan bersama karyawannya, dia kembali menyusuri lorong rumah sakit. Namun dia terhenti ketika mendapatkan jalan persimpangan. Dae Song