Beberapa jam Anna dan Dae Song lewati dengan bercengkrama, Anna berusaha untuk tidak memberatkan Dae Song melangkah lagi, dia tahu suaminya sangat mencintainya, namun Dae Song juga tidak ingin melukai hati Dae Jung lebih dalam. Anna membereskan barang-barang suaminya ke dalam koper, ada kesedihan karena ia akan berpisah dari Ayah calon anaknya."Aku sudah melihat semua yang kamu butuhkan disana," ujar Anna."Terimakasih, Anna.." Hanya itu yang dapat Dae Song ucapkan. Dia tidak ingin mengungkapkan kalimat lebih dari itu, takut menyebabkan Anna bersedih."Apa aku boleh ke bandara bersamamu?" tanya Anna.Dae Song melirik jam tangannya, tidak lama lagi dia akan ke bandara, disana sudah ada Zura dan tim lainnya menunggu. Dae Song pikir jika Anna mengantarnya itu lebih baik sebagai ucapan perpisahan, lagipula Anna akan bersama pengawal yang ia utus untuk menjaga anak dan istrinya selama dirinya berada di Indonesia."Boleh sayang," jawabnya.Anna mulai bersiap-siap, mengganti pakaiannya, ber
Anna kembali ke rumah lama Dae Song, dia memutuskan untuk singgah sejenak karena ingin melihat suasana ruang itu yang sudah nampak sepi. Tetap kedua pelayan yang bertugas di rumah Dae Song, merawat rumah itu hingga tuannya kembali."Kalian jaga baik-baik ya rumah ini, sesekali aku akan mampir untuk mengeceknya," ucap Anna."Baik, Nona. Kami akan merawat rumah ini layaknya masih ada tuan Dae Song," sahut salah satu dari pelayan itu.Anna pamit, setelah mengambil barang belanjaannya yang hadiah dari Dae Song. Anna kembali ke rumah Korain bersama kedua pengawal Dae Song.Di perjalanan, Anna tak henti melihat gambar-gambar Dae Song di ponselnya. Perasaan Anna tidak enak, ia menerka Dae Song pergi ke Indonesia untuk mematikan perasaan cintanya terhadap Anna."Kalian tahu di kota mana Tuan Dae Song akan tinggal?" tanya Anna.Kedua pengawal itu yang berada di jok depan diminta untuk bungkam, Dae Song mewanti-wanti agar kedua pengawalnya tidak membocorkan leyak keberadaan Dae Song jika sudah
Setiba di Indonesia, Dae Song diantar oleh sopir ke Villa barunya yang ada di Bali. Sedangkan Zura dan tim lainnya menetap di apartemen yang tidak jauh dari Villa Dae Song."Barang-batang Tuan akan kami bawa langsung ke kamar," ujar salahsatu pria yang sebagai pelayan di Villa."Hm, oke. Pelan-pelan, jangan sampai terjatuh," kata Dae Song mengingatkan.Dae Song menuju ke kolam renang yang ada di pinggiran pantai. Villa yang ia beli tidak jauh dati pantai, sehingga suasana kedamaian sangat menyentuh hati Dae Song. Menikmati semilir angin, ponselnya berdering lagi, ada nama Dae Jung yang muncul di layar ponselnya."Dari tadi malam ini menelpon, apa yang ingin ia bicarakan?" Dae Song bertanya-tanya seorang diri.Setelah melakukan pertimbangan, akhirnya Dae Song memutuskan menjawab panggilan Dae Jung. Suara adiknya itu terrdegar sayup-sayup di telinganya."Kau menelpon terus, hpku bisa rusak nanti," ketusnya."Aku adikmu, apa kau harus mengatur jadwal untuk menerima teleponku? aku rasa ka
Dua Bulan Berlalu..Perjalanan menuju bukit keikhlasan, memenangkan diri yang tak henti bertafakur atas nikmat-Nya..Mengisi ruang-ruang kesedihan dengan rasa syukur..Bertaut dengan doa-doa yang dijadikan harapan berprasangka baik pada Allah..Langkah kaki semuanya tetap pada jalur sama, meraih ridho atas kesalahan yang lalu..Hari-hari Anna disibukkan dengan berbagai rutinitasnya sebagai Ibu juga Ibu hamil yang aktif. Ada berbagai pertemuan sesama muslimah ia lakukan. Seminar buku terbarunya berjudul "109 KEIHKLASAN" yang menjadi best seller dalam kurung satu bulan ini, laris manis di Indonesia juga di Korea Selatan.Hari itu Anna duduk bersama salah satu moderator Islami terkenal dari Negara Eropa, wanita itu sudah mendengar berita tentang Anna yang terjebak takdir harus menikah dengan Kakak iparnya disaat sang suami sedang koma. Wanita muslim cantik itu sangat berempati dengan ketegaran Anna menghadapi cemoohan orang-orang yang menghardiknya."Kamu benar-benar perempuan tegar, Ann
Anna kembali membersihkan dirinya, usai menjalankan tugasnya sebagai istri dari jauh, Anna bergegas turun ke taman belakang, Orang-orang rumah sudah menunggunya, termasuk anak-anaknya, Dae Jung, Yuna, dan Ji Yeong. Anna berjalan ke taman dengan gaun hitam motif bunga."Anna, kami hampir mati kelaparan menunggu kamu," ucap Yuna."Aku tadi lama di kamar mandi, lagi menyegarkan badan," sahutnya berkelit.Dae Jung melirik ke Anna lalu segera membuang pandangannya. Sungguh berantakan keikhlasannya bila terus-menerus memandangi wanita yang sudah menjadi mantan istrinya itu."Ayah, Ibu cantik sekali malam ini," kata Micha menarik-narik tangan Dae Jung.Dae Jung hanya menanggapinya dengan senyuman tanpa menoleh ke Anna. Dia tidak ingin imannya dan keikhlasannya melepaskan Anna runtuh hanya karena desakan Micha harus menatap Ibunya."Ayah, Ayah, lihat Ibu," desak putri kecil itu."Iya sayang, Ibumu sangat cantik malam ini," sahut Dae Jung yang harus memandangi Anna sejenak.Saat itu Anna dan Y
Obrolan itu semakin panjang ketika Fradic mengutarakan keinginannya. Kakek Yang juga sudah menyetujui hal itu, namun ia kembali menyerahkan kepada Dae Jung, selaku Presdir utama Korain."Ada yang ingin minta tolong kepada Pak Kim Dae Jung, putri saya Kenzi, baru saja lulus master management. Kemzi sangat ingin mandiri, dia tidak ingin bekerja di perusahaan orangtuanya, dia ingin menjadi dirinya sendiri," kata Fradic memulai lagi pembicaraannya.Dae Jung dan Ji Yeong menyimak nya dengan seksama. Sedangkan Anna dan Yuna sesekali melirik ke Kenzi yang tak melepaskan pandangannya dari Dae Jung."Lebih baik Tuan Hang sendiri yang mengatakannya," ujar Fradic yang menyerahkan seutuhnya kepada Kakek Hang untuk menjelaskan kepada cucunya.Kakek Hang menyunggingkan senyuman, dia menatap ke arah Dae Jung sejenak lalu ke Anna. Sepasang mantan pasangan itu nampak saling menjaga jarak, sangat jelas di setiap pergerakan keduanya."Dae Jung, Kenzi ingin mendapatkan pekerjaan di kantor utama Korain, i
Fradic berkali-kali meminta maaf kepada Anna dan Dae Jung, dia merasa bersalah karena Kenzi terlalu blak-blakan menanyakan tentang kehidupan pribadi keluarga Korain. Sementara Kakek Hang meminta agar Dae Jung dan Anna memaklumi Kenzi."Iya, tidak apa-apa, lagipula wajar jika Kensi menanyakan hal itu, dia pasti kebingungan dengan berita-berita yang beredar, apalagi dia pernah berkomunikasi dengan Kim Dae Song," kata Anna."Iya, Nona Anna. Saya hanya penasaran karena Oppa Dae Song juga tidak pernah menjawab hal ini, jika kami saling berkomunikasi, dia hanya menceritakan hal lain saja, sekali saya meminta maaf," ucap Kenzi.Adegan makan malam itu berlangsung tegang, Anna bahkan sulit menelan makanannya. Dia ingin cepat-cepat ke kamar lalu tidur, melupakan makan malam yang baginya banyak momen memalukan."Anna, wajahmu terlihat pucat, kau terlalu lelah, kasihan anak dikandunganmu," kata Yuna. Seolah dia thu keinginan Anna saat itu.Semua mata tertuju pada Anna, untuk membenarkan perkataan
Semua karyawan tim Dae Song mencari keberadaan Zura, jeritan Zura Sama-sama di pendengaran mereka, semua karyawan Dae Song itu menuju ke dapur kantor dilantai lima. Mereka sengaja berpencar agar lebih mudah menemukan Zura yang sudah tidak bersuara lagi."Jangan ada sendiri-sendiri, aku takut," kata salah seorang wanita itu."Mungkin saja Zura jatuh atau apa, liftnya juga tidak mati, dia kemana ya?" tanya salah seorang karyawan pria itu.Terdengar suara jeritan wanita lagi, tapi suara itu berasal dari ketiga kawannya yang sedang mencari Zura. Mereka bergegas menghampiri ketiga temannya yang sudah berada didapur kantor itu."Kalian kenapa?" tanya salah seorang dari sekelompok pria itu.Ketiga wanita itu menunjuk ke ujung lantai dapur, mereka serentak terkesiap melihat Zura tergeletak dengan cadar ynag terlepas, bajunya pun sudah sobek, seperti ada yang sudah melakukan kekerasan fisik terhadap sekretaris Dae Song itu."Telepon polisi sekarang!" Kata salah satu dari mereka.Ada yang menel
Dae Song dan anak buahnya menuju tempat tinggal Rini, dengan bantuan manajer di perusahaanya, Dae Song dapat mengetahui tempat tinggal Rini yang sebenarnya. Selama ini Rini hanya mencantumkan alamat kontrakannya menjadi riwayat pribadi untuk kantornya. Setiba di gang yang sulit di akses oleh kendaraan roda empat, salah seorang anak buah Dae Song keluar dari mobil untuk mencari cara, tetapi tak ada jalan lain selain jalan yang di depan mereka."Tidak ada jalan lain, Tuan. Hanya ini akses satu-satunya," ucapnya."Kalau begitu kita jalan kaki saja, kata kamu kamu rumahnya sudah tidak jauh lagi 'kan?""Iya Tuan, hanya jarak seratus meter lagi.""Kalau begitu kita turun, kita jalan kaki saja," usul Dae Song yang keluar dari mobilnya.Anak buahnya mengelilingi Dae Song agar tuan mereka tetap terjaga. Masyarakat disekitar gang itu mulai grasak-grusuk, mereka terheran dengan kedatangan pria yang amat menonjol sebagai bos besar. Dae Song dan anak buahnya tetap berjalan, tidak menanggapi sapaa
Di Indonesia, Dae Song masih setia menunggu hasil pemeriksaan dari dokter, Zura mulai membaik secra kesehatan, namun secara psikis butuh waktu yang panjang untuk menerima kenyataan bahwa dia telah kehilangan kesuciannya secara sadis. Zura bahkan seringkali terpikirkan untuk mengakhiri hidupnya, Dae Song yang selalu diliputi rasa bersalah, selalu saja Dae Song menyudutkan diirnya dengan peristiwa yang menimpa Zura. Dae Ssong tetap disamping Zura, memberi dukungan moril,selain itu Zura juga tidak memiliki keluarga lagi di Indonesia.Dae Song menganggap dirinya sebagai kakak bagi Zura saat ini . "Kamu akan baik-baik saja, Zura.. Ada aku disini," ucap Dae Song menenangkan Zura."Aku sudah tidak berharga lagi, aku suda hina.." Zura tetap mencaci-maki dirinya sendiri."Tidak begitu, Zura.Kamu tetap berharga, kok. Zura yang dulu dan yang sekarang tetaplah sama, tidak ada yang berubah, kesucian seperti itu hanya kiasan sema
Usai dari kebun binatang, mereka tidak langsung pulang ke rumah, sejenak Dae Jung mengajak Anna dan kedua anaknya mampir di restoran milik sahabatnya. Micha dan Haneul begitu bersemangat memasuki restoran milik sahabat Ayahnya."Hati-hati sayang, nanti kamu tersandung," ujar Anna.Dae Jung melirik ke Anna yang sedang membawa beban berat bayi dalam perutnya."Seharusnya kalimat itu ditujukan padamu, berhati-hatilah, kamu sedang membawa tanggungjawab," timpal Dae Jung. Ia cemburu, tapi bagaimanapun bayi di dalam kandungan Anna adalah keponakannya, yang ia sayangi seperti Micha dan Haneul.Anna tergugah, dia menyunggingkan senyuman lebar karena ucapan Dae Jung persis ucapan Dae Song sewaktu mengandung si kembar, yang pada kala itu Dae Jung terbaring koma."Kau telah melewati masa ngidammu?" Tanya Dae Jung."Ia, sepertinya," sahut Anna.Dae Jung mengangguk-anggukkan kepalanya, dia berlalu menghampiri sahabatnya yang pemilik restoran Jepang itu. Anna duduk bersama si kembar, Micha yang bah
Mereka sudah tiba di kebun binatang, Dae Jung sudah menyiapkan kamera untuk mengambil setiap momen Anna dan si kembarnya. Dae Jung berjalan disamping Anna yang sedang mengontrol anak-anaknya. Dae Jung dan Anna mengunci mulutnya masing-masing, liburan kali ini amat berbeda dari keluarga kawan-kawan Haneul dan Micha yang lain. Kedua orangtuanya malah kaku, bak seseorang yang baru saja saling kenal."Ayah, Ibu, lihat sana," teriak Micha menunjuk ke arah monyet yang bergelantungan.Anna berlari kecil ke arah kedua anaknya, takut jika anak-anaknya lepas kontrol dari guru yang mengawasi saat itu. Sementara Dae Jung berjalan tenang dibelakang sana, pikirannya tetap saja berkecamuk, dia berharap jika situasi itu segera berubah, bukan hanya sekedar sandiwara didepan kedua anaknya, melainkan mereka adalah keluarga utuh yang lengkap."Dia kenapa memilih berjalan di belakang?" Gumam Anna yang bingung melihat tingkah Dae Jung.Karena tak mampu mengawasi si kembar sendirian, Anna bergegas menghampi
"Saya akan jelaskan secara detail di kantor polisi, kita tidak bisa bicara disini, Pak Dae Song diharapkan sore ini ke kantor, setelah urusannya telah selesai," ucap salah seorang petinggi di kepolisian di kota itu."Baiklah, Pak. Saya sedang menyelesaikan masalah dengan kolegaku juga siang ini, mohon bantuannya agar masalah ini cepat selesai," sahut Dae Song.Dae Song dan polisi keluar dari ruangan dokter, dia berpisah jalan dengan pihak berwajib itu ketika menyusuri lorong rumah sakit, sesaat Dae Song ke depan ruangan ICU tempat Zura melakukan perawatan lanjutan sebelum dipindahkan ke ruangan pemulihan. Pria itu menatap pintu ruangan ICU dengan hembusan nafas lega, sedikit demi sedikit dia mengontrol masalah mental Zura yang hancur karena pemerkosaan."Tuan, mobil sudah siap, mari kita berangkat sekarang," ucap salah satu pengawalnya.Dae Song mengangguk, dia berjalan keluar dari rumah sakit itu di dampingi kelima bodyguardnya, para awak media tetap saja menunggu pernyataan Dae Song
Dae Song tercengang dengan penuturan Zura, dia tidak menyadari betapa pedulinya Zura terhadapnya walaupun hubungan mereka hanya sebatas sekretaris dan bos semata."Seharusnya kau tidak perlu peduli seperti itu, jika aku tahu, aku akan melarang mu,," ucap Dae Song.Zura tersenyum sinis, dia menghardik dirinya sendiri dalam hati, memang tidak seharusnya ia menuangkan perhatian lebihnya kepada Dae Song, pria yang sudah beristri. "Aku memang bodoh, karena kebodohanku, aku dihukum seperti ini, aku bodoh karena mengikuti perasaanku," gumamnya.Dae Song menelisik kalimat Zura, dia tidak mengerti makna dari ucapan sekretarisnya itu."Maksud kamu apa, Zura?""Tinggalkan aku sendiri, Pak. Aku bisa mengurus diriku sendiri, pergilah mengurus urusanmu, dan keluargamu," kata Zura tanpa menoleh ke Dae Song.Dae Song tetap ingin bertahan di ruangan rawat Zura, dia tidak ingin meninggalkan Zura yang sudah menjadi tanggungjawabnya, dia yang mengajak Zura untuk dinas ke Indonesia, Dae Song juga tahu Zu
Siang itu Dae Song dikejutkan oleh ketukan keras dari pintu kamarnya, dia yang kelelahan tak menyadari dia telah kesiangan, salat subuh pun terlewat olehnya. Dae Song membangunkan diri seraya mengerjapkan matanya."Hmm, tunggu," ujarnya pada seseorang yang mengetuk pintu.Setelah mencuci wajahnya, Dae Song beranjak membuka pintu, ternyata seseorang yang membangunkannya adalah Pak Ben, sopir pribadinya. "Maaf Tuan, ada berita dari rumah sakit, Zura katanya sudah siuman," ucap Pak Ben.Mata Dae Song yang tadinya menahan kantuk seketika nahterbelalak."Yang benar, Pak Ben?!""Saya juga kurang tahu, Tuan. ini hanya informasi dari bodyguard Tuan katanya dari pihak rumah sakit memberitahukan mereka, Tuan Dae Song diminta untuk ke rumah sakit," jelas pria berkulit sawo matang itu."Baik, tunggu saya dibawah Pak Ben, saya akan bergegas ke rumah sakit, mau mandi dulu," kata Dae Song.Tapan membuang waktu, Dae Song segera mandi, dia hanya memakai kaos oblong hitam dan jaket agar terlihat lebih
"Lupakan, aku tidak bisa diwawancarai saat ini," sergahnya.Pihak kepolisian yang turun tangan melayani wartawan, manager Dae Song ikut mendampingi, mereka menjelaskan rentetan peristiwa itu namun tidak secara gamblang mengungkapkan bahwa korban telah diperkosa. Dae Song tetap meminta kepada pihak kepolisian agar kehormatan Zura tetap terjaga."Kalian tetap disini, aku akan kembali ke rumah, jika penyelidikan pihak kepolisian suatu selesai, kalian boleh pulang," ucap Dae Song kepada managernya.Dae Song menuju ke mobilnya, disetiap langkahnya selalu saja berhasil dipotret oleh wartawan. Dae Song bahkan ngedumel didalam hati karena sikap wartawan yang kurang sopan."Sepertinya lebih enak hidup di Seoul jika seperti ini," gerutunya ketika berhasil masuk ke mobil.Sopirnya melajukan mobil, menerobos kerumunan wartawan yang seakan mencegat kepergian Dae Song. Pak Ben, sengaja membunyikan klakson berkali-kali. Dengan bantuan polisi, mobil yang tumpangi Dae Song dan kedua mobil pengawalnya
Dae Song menatap Rini penuh curiga, bukan menuduh karyawannya itu berbuat jahat kepada Zura, tetapi gelagat Rini menujukkan ketidaknyamanan ketika rekna lainnya menanyakan tentang Zura."Apakah kau pernah keluar bersama Zura diluar jam kerja?" Tanya Dae Song lagi."Ti-tidak pernah, Pak." Rini. tetap lada jawaban yang sama.Salah seorang rekan lainnya tak Terima, " Ini anak pelupa, aku pernah lihat dia bersama Zura di toko souvenir sana, sekali doang sih, Pak."Rini menundukkan kepala, dia tidak berani menyanggah pengakuan temannya. Dae Song tak berniat menanyakan tentang Zura."Baiklah, kalian lanjutkan makan kalian, aku ingin kembali mengecek keadaan Zura," ucap Dae Song.Dae Song mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar makanan dan minuman para karyawannya."Jika ada yang ingin menambah makanan, silahkan," ujarnya.Dae Song memilih bubar dari perundingan bersama karyawannya, dia kembali menyusuri lorong rumah sakit. Namun dia terhenti ketika mendapatkan jalan persimpangan. Dae Song