Tengah malam di pojok desa Mojokembang tepatnya di gubuk setengah warung kopi Nyi Nurma. Dalam bilik kamar belakang warung kopinya pas Nyi Nurma tengah gelisah hati. Tidurnya tak nyenyak, tak tenang miring tak enak berbaring pun tak enak.
Walau iya sudah terhitung sakti memiliki ajian pelet Kamasutra. Dimanah lelaki siapa pun itu apabila melihat senyumnya saja atau sorotan matanya yang tajam. Pasti langsung tergoda tidak mungkin tidak.
Namun ada beberapa hal kendala yang ia hadapi dan beberapa pantangan yang harus iya hindari agar keilmuannya tidak luntur lalu hilang dalam sekejap mata.
Pantangan yang Nyi Nurma harus hindari adalah berhubungan intim saat malam Jumat. Walau untuk kesegaran tubuhnya dan tuntutan agar terus kelihatan awet muda dan menarik mata setiap lelaki. Dia Nyi Nurma tiga hari sekali paling lama harus berhubungan layaknya suami istri dengan bergonta-ganti lelaki.
Ada pula kendala keilmuannya tak akan mempan pada seorang lelaki yan
Jaka masih tampak merenung duduk sendiri di ruang kerjanya. Ya di ruang kerjanya sebulan yang lalu. Jaka akhirnya dapat rezeki dari tulisan-tulisan yang ia buat di beberapa platform aplikasi penulis.Seperti Noveltoon dan aplikasi yang lain namun ia lebih senang berkarya di aplikasi Noveltoon. Sebab Jaka sudah dapat gaji di sana Alhamdulillah dapat untuk membeli beras dan susu Beby wahyu katanya.Walau belum seberapa tapi alhamdulillah dapat untuk membeli susu dan beras. Jadi sebulan yang lalu Jaka dan Putri merenovasi ulang kamarnya. Untuk membuat sepetak ruangan tempat dimanah Jaka bekerja membuat sebuah karya tulisan entah itu cerpen atau novel.Malam ini Jaka belum jua kembali ke kamarnya. Ia masih berada di ruang kerja duduk di belakang meja panjang dan tengah merenung di atas kursi hitam yang biasa iya gunakan untuk terus berkarya. Namun kali iya sedang tidak menulis laptop sudah ia matikan dan ponsel juga tak menyala.Jaka sudah pula merampun
Malam semakin petang dengan angin dingin yang semakin menusuk hingga kulit ari. Bahkan andai kata di satu rumah berdinding tebal seseorang menghalangi dingin dengan memakai selimut. Masih dapat merasakan menggigilnya hawa dingin yang ditimbulkan.Desa Mojokembang entah kenapa malam ini terasa begitu suram. Begitu sepi dan sangat mencekam ada sekelompok burung gagak dari arah gunung datang menyusuri desa mungkin ini sebuah pertanda wabah atau akan banyaknya kematian.Yang jelas suara lengkingan burung gagak bagai sayatan atau robekan pisau yang langsung mengiris dinding hati setiap warga desa yang kebetulan mendengarnya.Di sudut jalanan sepi di depan pagar besi di samping rumah Haji Wachid berdiri sosok Nyi Nurma dan sosok genderuwo besar di sampingnya. Tampak genderuwo tengah menghisap arwah Mas Hasan Jaelani layaknya menyeruput kopi hitam di sebuah cangkir yang masih hangat.“Mas Jaka, Tolong!” satu teriakan dari arwah Mas Hasan Jaelani meng
Sari terus berlari melewati sela-sela pepohonan lebat sebuah hutan yang tampak asing baginya. Iya tak pernah sekalipun menginjakkan kaki sekalipun di dalam hutan ini. Jangankan terpikir membayangkannya saja iya mungkin tak berani sendirian berjalan di dalam hutan ini.Tetapi malam mencekam kali ini Sari begitu ketakutan iya terus berlari sambil berharap Dava dapat di temukan. Perang besar telah terjadi di kota Jombang antara setan dan para anggota T O H namun kali ini kejahatan memenangkan pertempuran dengan banyak tipu daya dan tipu muslihat.Para senior maupun tokoh penting dalam T O H banyak yang gugur termasuk Jaka dan keluarganya. Mungkin ini adalah akhir dari kejayaan kota Jombang ujar Sari dalam hati dan masih terus berlari di sela-sela gelapnya pepohonan nan tinggi berjajar serta lebat menutupi area hutan.“Mas Dava walau keluarga kita habis dan telah gugur semua karena peperangan dahsyat kali ini. Aku tak akan membiarkanmu mati Mas, bertahanlah ak
Suasana malam di rumah Haji Wachid tampak hening para penghuninya sudahlah terlelap amat sangat. Setelah kehebohan Putri dan Sari yang bermimpi buruk dengan malam yang sama.Tampak sekilas Ki Datuk Panglima Kumbang kembali di panggil untuk menjaga rumah Haji Wachid serta Maung Bodas si macan putih yang bertugas menjaga rumah Haji Kardi.Sedangkan arwah Mas Hasan Jaelani tampak duduk di teras dengan terus menatap langit berharap semua kejadian-kejadian di desanya cepat berlalu dan ia segera bisa pergi ke alam atas.Terlihat Jaka dan Putri tengah menikmati tidurnya mereka berdua terbaring dan tengah terlelap. Tanpa sadar bahwa sudah ada yang datang duduk di kursi pojok kamar mereka. Dia adalah sang petapa sakti Effendik Jangkaru yang datang menyambangi murid kesayangannya Satria Langit atau yang sekarang berinkarnasi pada tubuh Beby Wahyu.Seakan sadar sang guru datang menemuinya si kecil Beby wahyu merangkak turun dari atas kasur dari pelukan Putri Mamanya
Adi Yaksa mulai berpikir keras tentang ucapan petapa Effendik dan Satria Langit. Di atas singgasananya tampak iya sedang termenung dengan posisi bertopang dagu. Karena baru saja kedua musuh bebuyutannya baru saja datang berkunjung dan memberi peringatan keras padanya.“Patih Kebo Marcuet kemarilah,” ucap Raja Adi Yaksa meminta salah satu patihnya yang bermukim di tebing sebuah sungai bernama Kali Konto tepat di belakang desa Mojokembang.Kebo Marcuet yang sedang bertapa di salah satu batu paras besar tepi sungai Konto sesaat membuka mata karena mendengar panggilan sang raja Adi Yaksa.“Patih hadirlah aku membutuhkanmu datanglah,” ucap Raja Adi Yaksa.Kebo Marcuet yang sedang dalam posisi bertapa hanya tersenyum akhirnya kau membutuhkanku Adi Yaksa. Ucap Kebo Marcuet dalam hatinya. Seraya berdiri Kebo Marcuet mengentak tanah tiga kali dengan kakinya lalu terbang ke atas menuju kerajaan Adi Yaksa.Ketika Sang Patih Kebo Marcue
Sebuah altar langit terhampar tanpa batas di atas kota Jombang. Di antara bumi dan langit namun tak sampai melampaui atmosfer, hanya berada di sela-sela antara mendung dan awan putih yang akhir-akhir ini tertambat tak mau pergi di atas kota Jombang.Di bawah sinar rembulan merah dengan segala mitos dan legendanya. Tertambat dua sosok petapa bersila berhadapan, ya mereka adalah guru dan murid, Wahyu dan petapa Effendik tengah berdiskusi keras teramat alot mengenai sebuah akhir dari riwayat kota Jombang di bawahnya.“Guru sang raja dari raja siluman sudah muncul rupanya. Dia Kebo Marcuet kakak dari Adi Yasa seorang siluman yang hanya bisa aku kalahkan dengan sosokku sebagai satria langit. Namun sosokku sebagai Wahyu tak kan mampu mengatasi kesaktiannya,” celetuk Wahyu terus berpikir mengurai jawaban dari segala masalah kota Jombang dan ia tak mengira kalau musuh-musuhnya di masa lalu akan terbangun satu-persatu.“Satria walau tubuhmu sekarang ter
Malam ini malam satu suro suasana kota Jombang tengah mencekam kebakaran dimana-mana. Kesurupan masal terjadi di beberapa tempat, kekacauan dan penjarahan terjadi di beberapa tempat. Jalanan menjadi tempat pemerkosaan sejumlah wanita kini keadaan kota Jombang seakan menjadi kota mati.Tangisan dan teriakan kengerian di setiap sudut gang darah tertumpah dimana-mana. Warna aspal tak lagi hitam menjadi semerah darah bergeleparan nyawa dimana-mana. Malam ini seperti biasa sebagai pertanda awal kehancuran hujan deras dan badai mengguyur serta menyapu kota menambah kehancuran semakin hancur untuk kota yang berjuluk kota beriman bersih indah dan nyaman yang kini tak lagi elok dihuni.Di sudut-sudut kota terjadi peperangan antara anggota T O H dan para setan atau siluman. Dari mulai anggota T O H ring paling lemah hingga terkuat semua bertarung. Banyak pula dari mereka yang telah gugur mempertahankan kota Jombang.Di sudut pojok desa Mojokembang tepatnya di ujung
Gerimis masih terus berjatuhan di pelataran rumah Haji Kardi. Menyapu darah yang meluber di setiap sudutnya. Beberapa tempat menggenang pula bekas luberan di sudut-sudut ruang kental merah matang bercampur lumpur dan tanah basah serta rerumputan.Dalam area belakang hingga jalanan depan rumah Haji Kardi tergeletak beberapa mayat dari anggota T O H yang telah gugur sebagai syuhada. Tubuhnya pun ada dari beberapa mayat yang sudah tak berbentuk, karena yang mereka lawan bukanlah manusia tapi sebuah pasukan dari kerajaan setan terkuat di kota mereka.Kondisi rumah Haji Kardi sudah tidak utuh lagi bagaikan yang tersisa hannyalah puing-puing sisa dari robohnya dinding rumah yang semula kokoh kini berantakan tak menyisakan satu pun pilar penyangga untuk menopang semuanya roboh.Habis sudah keluarga Haji Kardi dengan segala kejayaannya tak bersisa kini tinggallah Dava berdiri mematung di tengah-tengah rumah yang sudah rata oleh tanah. Tetap lekat menatap dua sosok