Share

Part 4

Author: vivi vanila
last update Last Updated: 2021-03-17 10:32:56

Tampaknya Pram tak berminat sedikitpun untuk memacu langkahnya lebih cepat lagi, bahkan dia membiarkan dirinya tertinggal beberapa meter di belakang gadis itu. Dari tempatnya sejauh itu saja ocehan dan deretan kalimat Cinta masih tertangkap oleh rungunya dengan jelas, apalagi dari jarak yang lebih dekat. Bisa-bisa meleleh daun telinga Pram karena kata-kata pedas Cinta yang tertuju untuknya.

Hari pertama Pram melaksanakan tugasnya justru meninggalkan kesan menyebalkan bagi Cinta. Tapi menurut Pram, dia sama sekali tak melakukan sesuatu yang salah.

Dia berpikir memang nasib sial saja yang menghadiahkannya majikan seangkuh Aura Cinta Anastasia.

Hanya karena Pram pergi ke sebuah warung makan yang jaraknya seratus meter dari tempat lokasi syuting untuk sekedar mengisi lambungnya, membuat amarah Cinta meledak hebat.

Gadis itu geram karena Pram pergi tanpa minta ijin dulu padanya. Bagaimana Pram punya kesempatan berpamitan dulu pada Cinta ketika gadis itu sedang berada on camera, melakukan pengambilan gambar beberapa adegan untuk sinetron kejar tayangnya. Sementara lambung Pram sudah nyaris meledak minta di isi sesuatu dengan segera.

Seingat Pram, terakhir dia menyantap makanan adalah kemarin malam. Itupun hanya semangkuk kecil bubur kacang hijau yang diberi oleh tetangga kontrakannya, Bu Ocha. Jadi wajar saja jika dia harus segera mengisi kembali lambungnya pada jam lima sore tadi.

Bagaimanapun, seorang bodyguard butuh makan, ya kan?

Tapi hanya satu kesalahan Pram yang sama sekali tak berarti itu membuat Cinta tak henti-hentinya menggerundel sepanjang perjalanan dari lokasi syuting tadi hingga saat mereka tiba di Apartement FX Sudirman menuju unit Cinta di lantai dua puluh, tepat di pukul sembilan malam ini.

“Lo tau nggak sih, SatPram. Lo tuh bikin gue malu. Emangnya lo gak liat booth besar yang melingkar di pinggir taman itu isinya makanan melimpah ruah. Itu prasmanan untuk semua kru. Siapapun boleh makan, termasuk lo. Jadi ngapain lagi lo keluar cari makanan. Katro banget sih lo! Aduh sumpah deh, gue kesel banget sama lo. Pas gue perlu sama lo untuk ambilin parfum gue di mobil, lo ngilang gitu aja. Padahal gue butuh banget itu parfum. Pas adegan pelukan sama male lead, gue jadi gak pede karena gak pake parfum. Ya walaupun gue juga udah pake parfum abis mandi tadi. Tapi kan kayaknya masih kurang, gitu. Dan lo tuh ya____”

Bleb!

'Aman ...’

Akhirnya gendang telinga Pram terselamatkan dari rentetan omelan Cinta yang panjangnya mengalahkan rangkaian gerbong kereta api, ketika Pram menyumbat lubang telinganya dengan sepasang kepala handsfree dan Just The Way You Are milik Bruno Mars membelai indera pendengarannya.

Sambil menenteng tas besar berisi beberapa helai pakaian dan keperluan syuting Cinta, Pram mengikuti saja kemana Cinta melangkah hingga gadis itu berhenti tepat di depan sebuah pintu besar berwarna coklat. Lalu menekan beberapa angka passcode di keybox-nya, kemudian mendorong pintu itu dengan hentakan kasar.

“Heh, lo pake handsfree itu dari tadi?”

Ternyata acara menggerutu Cinta belum selesai, justru makin menjadi saat menoleh pada Pram di belakangnya dan mendapati sepasang handsfree bertengger di telinga. Yang membuat Cinta lebih manyun lagi, Pram sama sekali tak bereaksi saat dirinya menumpahkan kekesalannya pada pria itu.

Melihat Cinta sudah berkacak pinggang di depan pintu unitnya yang sudah terkuak lebar disertai pelototan geram padanya, itu pertanda Pram harus melepas handsfree-nya dan kembali mendengarkan deretan kalimat pedas Cinta.

"Ya, Bu?” tanya Pram datar meminta Cinta mengulangi apa yang baru saja diucapkan.

"Lo pake handsfree itu dari tadi?” ulang Cinta dengan ekspresi yang sama. Murka. Seakan ingin menggigit telinga Pram dan mengunyahnya bulat-bulat.

Pram hanya mengangguk polos tanpa dosa. Dan itu berhasil membuat Cinta menggeram dan menarik kedua sudut bibirnya, kesal.

"Berarti lo gak denger gue ngoceh dari tadi?”

Kali ini Pram menggeleng, masih dengan wajah sok lugunya.

"Errghh! Dasar ....”

"Haaaaiii, Cintaku sayang. Ada apa sih, Mak? Kamu pulang-pulang ngomel nggak jelas gitu?”

Beruntung detik itu juga Sabrina Reselovina tiba-tiba muncul di belakang Cinta dan merangkul bahu gadis itu. Jika tidak, bisa jadi cubitan pedas Cinta mendarat kembali ke dada Pram.

"Aaaw, Cinta! Sapose dese, Mak? Gantengnyooo ....”

Wajah Sabrina seketika semringah lebar saat melihat tubuh menjulang Pram berdiri tegak di depan pintu sambil menatap datar wajah Cinta. Sekilas bola matanya teralihkan pada sosok Sabrina yang berdiri gemulai di samping Cinta. Masih tanpa ekspresi.

"Kenalan sendiri deh." Cinta menjawab malas lalu membalikkan badan hendak menjauh memasuki unitnya. Namun langkahnya terhenti dan menoleh kembali pada Sabrina yang menatap genit pada Pram di hadapannya.

“Eh, Mam, tombol suaranya ada di dadanya. Mami harus cubit kenceng-kenceng,” beritahu Cinta sembari menunjuk dada Pram. Kemudian berlalu kembali menuju ke dalam tanpa menghiraukan Sabrina dengan bibir menganga disertai senyuman yang sulit diartikan menatap wajah Pram.

“Masuk dulu yuk, Sayang.” Dengan gerakan gemulai laki-laki setengah wanita berlabel Sabrina itu menyentuh lengan Pram dan menariknya untuk masuk ke dalam.

Namun Pram dengan sopan menepis jemari Sabrina. “Terima kasih. Kalo Bu Cinta enggak ada keperluan keluar lagi, saya pulang dulu. Ini tasnya,” ucapnya datar seraya menyodorkan tas milik Cinta yang sedari tadi berada di tangannya.

“Aaaw! Cinta, gak pake di cubit dia udah bersuara, loh. Suaranya seksi banget lagi. Bikin jantung Sabrina berdebar-debar.” Sabrina setengah memekik kegirangan namun tangannya bukan menyambut tas yang disodorkan di hadapannya, malah kembali menggamit lengan Pram sambil menggelinjang manja.

“Eh, kenalan dulu dong. Aku Sabrina, manajer sekaligus asisten pribadi Cinta. Babang tampan ini siapa namanya?”

“Saya Pramudya, sejak hari ini saya ditugaskan untuk mengawal Bu Cinta,” sebut Pram datar namun dengan sikap yang tak nyaman karena Sabrina merapatkan tubuh gempalnya pada Pram disertai senyuman nakal menggoda.

“Ooh, bodyguard, toh? Aku kirain SeKuTer, Selebritis Kurang Terkenal. Eh, tapi kok Cinta gak kompromi dulu sih sama aku kalo dia mau pake bodyguard.”

Pram menggedik bahu sambil berusaha membebaskan lengannya dari cengkraman tangan Sabrina yang menggelayut manja. “Saya ditugaskan oleh Pak Abraham,” jawabnya singkat.

Sabrina mengangguk mengerti. Pantas saja Cinta tak bisa menolak. Jika si pemegang kekuasaan tertinggi di rumah sudah bertitah, siapa yang berani membantah. Termasuk Cinta yang mempunyai sifat keras kepala dan tak pernah mau mengalah.

Padahal Sabrina sudah pernah menyarankan Cinta untuk menyewa pengawal pribadi untuk mendampinginya di saat-saat tertentu. Misalkan saat jumpa fans, promo film, sinetron atau saat syuting di luar kota bahkan di luar negeri dimana Cinta benar-benar butuh pengawalan yang ketat. Seperti rekan-rekan artisnya yang lain pun mempunyai pengawal pribadi, walaupun bukan untuk alasan urgensi, kebanyakan tujuan mereka hanya sebagai pendongkrak gengsi.

Namun Cinta sejak dulu tidak menunjukan minat untuk dikawal secara khusus oleh seseorang yang disebut Bodyguard. Dengan alasan justru akan merepotkan dan berpotensi mengganggu privasinya nanti.

Ya begitulah Cinta dengan segudang alasannya. Padahal sih alasan sebenarnya supaya dia bisa bebas melakukan kebiasaannya. Party, party dan pesta lagi, tanpa ada yang mengawasi.

“Saya pulang dulu, Bu ehh, Om, atau ... saya panggil apa?”

Bukannya menjawab, Sabrina justru cekikikan seperti kerabatnya yang sering berayun-ayun di pohon beringin saat tengah malam. 

“Panggil aja aku Mami Sabrina, Pram. Atau baby juga boleh.” Akhirnya Sabrina menjawab juga setelah mengerem cekikikannya.

‘Baby? Baby monkey?’

Pram mengangguk patuh lalu berkata, “Baik, saya pamit. Ijin, besok saya datang agak telat karena saya harus ambil motor saya dulu di rumah Pak Abraham. Ini kunci mobilnya.” Dan menyerahkan kunci Range Rover milik Cinta ke tangan Sabrina.

“Terus, kamu pulangnya bagaimana?”

“Saya bisa naik ojek online,”

“Oke, baiklah, Pram. Trims ya sudah temenin Cinta. Jangan kapok ya. Dan jangan kaget juga dengan mulutnya Cinta. Emang anaknya begitu, nyinyir tiada akhir. Kita yang waras ngelus dada aja,” tutur Sabrina setengah berbisik takut terdengar oleh Cinta yang sudah berada di dalam kamar. Tak lupa dengan usapan lembutnya di dada Pram.

Sebenarnya Pram bergidik ngeri dengan perlakuan Sabrina, apalagi bulu romanya tiba-tiba terasa meremang saat jari-jemari berkuku ungu itu bermain-main di dadanya.

Tapi, apakah seperti ini rasanya bertemu mahluk tak kasat mata?

“Nggak apa, saya maklum. Saya permisi dulu. Selamat malam.”

Tanpa menunggu jawaban Sabrina, Pram melangkah keluar diiringi tatapan lekat Sabrina hingga menghilang di balik pintu.

Related chapters

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 5

    Lelah, itu yang menyerang sekujur tubuh Pram setelah nyaris dua belas jam mengawal kegiatan nona mudanya. Namun sebenarnya bukan hanya lelah fisik yang dia rasakan. Tapi juga lelah bathin dan telinga.Medan juang Pram kali ini sangat berbeda. Sewaktu bekerja menjadi tenaga pengamanan di hotel Swastika, hanya lelah fisik yang dia rasakan. Dan obatnya hanya dengan makan dan tidur beberapa jam, sembuh.Namun tugasnya yang sekarang, benar-benar menuntutnya untuk memiliki mental baja dan menebalkan dinding telinga. Bayangkan saja, bagaimana dirinya harus bersabar mendengarkan segala ocehan Cinta yang kelewat batas. Bahkan hanya karena satu kesalahan kecil, Cinta sanggup merapalkan kata-kata tak menyenangkan sepanjang perjalanan pulang. Sejujurnya itu sangat menyebalkan dan mengganggu konsentrasinya menyetir kendaraan.Ini baru hari pertama, bagaimana hari-hari selanjutnya?Sejujurnya, dia menganggap tugas

    Last Updated : 2021-03-17
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 6

    Menurut Pramudya, hidup yang enak itu sebenarnya hidup yang pas-pasan. Pas laper pas di depan Warteg. Pas cape pas sampe kamar. Pas kangen eh pas di telepon pacar.Seperti yang dia alami sekarang. Setelah segar dia rasakan selepas membersihkan diri, dan melaksanakan ibadah malam yang nyaris terlewat, saatnya dia merebahkan tubuhnya ke pembaringan. Tapi sepertinya sang pacar punya kemampuan telepati, tiba-tiba saja Yayang Hani menghubungi.Semringahnya Pram saat melihat id caller bernama “Hani Bunny Ciki Bunny” yang bergambar wajah seorang gadis cantik berambut sebahu memanggilnya lewat aplikasi hijau jutaan umat berinisial WhatsApp.“Assalammualaikum, Hani Bunny,” sapanya lembut setelah dia geser tanda menerima panggilan di layar gawainya.“Waalaikumsalam, Mas Pram. Mas baru pulang?” sambut suara Hani dari seberang. Terdengar riang namun sedikit sendu. Mun

    Last Updated : 2021-03-18
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 7

    Setelah nyaris satu jam membelah jalan raya di tengah atmosfere malam, Pram mengarahkan kemudi Range Rover putih itu memasuki basement gedung apartement berlogo FX Sudirman. Jarum panjang di arloji Pram tepat berada di angka sepuluh sewaktu Pram meliriknya.Duduk di kursi penumpang, ada Cinta dan sang manajer, Sabrina, yang sibuk dengan ponsel mereka masing-masing. Sesekali suara cekikian terdengar dari bibir Sabrina kala mengirimkan pesan untuk Cinta. Di selingi suara decakan sebal dari bibir Cinta saat membalas pesan Sabrina.Kadang kelakuan absurb mereka sangat menggelikan. Masih dalam ruang yang sama, bahkan bahu mereka juga bersentuhan, tapi mereka saling membalas ujaran di ruang chat aplikasi.Biasanya, jika ada dua orang yang merahasiakan obrolan, kemungkinan sedang menggibahi satu orang lain yang tengah bersama mereka. Kemungkinan itu memang benar. Sang artis dan manajernya sedang menggibahi sang driver yang kini

    Last Updated : 2021-03-18
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 8

    Kata Cinta, papanya sedang menyiksanya melalui Pram yang dipekerjakan sebagai pengawal dan driver pribadinya. Tampaknya itu benar. Lihatlah bagaimana Cinta di jam dua pagi ini masih gagal juga memejamkan kelopak mata. Rasa kantuk sama sekali belum menghampiri dirinya. Padahal tubuhnya itu sudah meronta minta diistirahatkan karena nyaris seharian kemarin dia menjalani padatnya agenda aktifitas keartisannya.Di mulai pagi hari, dia sudah hinggap di lokasi syuting untuk satu acara bersama seorang youtuber ternama, Acca Halilincar. Di siang harinya harus menjalani syuting sinetron strippingnya. Dan di sore hari mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan untuk menghadiri nonton bareng premiere film terbarunya berjudul Alat-Alat Bercinta, dimana dia berperan sebagai seorang mahasiswi yang menjalin hubungan dengan seorang CEO terkaya di dunia yang mengidap kelainan seksual Masokisme.Namun, tetap saja keinginan untuk mengunjungi hiburan malam ke n

    Last Updated : 2021-03-19
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 9

    Siang ini, sesuai jadwal, Cinta menjalani sesi photoshoot di sebuah studio untuk endorsement sebuah produk parfum ternama dari seorang artis lawas asal negeri Jiran yang beralih profesi sebagai produsen wewangian.Produsen parfum itu menjatuhkan pilihan pada Cinta sebagai icon-nya karena menganggap kepribadian Cinta mewakili karakteristik produknya yang menyasar kalangan level menengah ke atas yang menjunjung kemewahan dan keanggunan.Dan seperti yang terlihat saat ini, produsen parfum itu memang tak salah pilih. Cinta tampak sangat anggun dan glamour setelah penata busana dan penata rias mendandani dirinya bak bidadari.Gadis kurus semampai itu tampak kian memikat dalam balutan maxidress off shoulder warna red elektrik dengan long tail sepanjang dua meter. Menampilkan bahu dan setengah bagian dadanya yang begitu mulus dengan rona kemerahan. Ditambah lagi kaki jenjang beralas stilleto berheel sepuluh senti itu sesekali m

    Last Updated : 2021-03-20
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 10

    “Gak mau! Gak mau! Gue bisa jalan sendiri!”Cinta menepis kasar tangan Pram sewaktu kedua lengan kokoh itu sudah terjulur siap meraih tubuh gadis itu.Pram yang sudah memposisikan diri untuk mengangkat tubuhnya, menarik diri kembali dan hanya tegak di samping pintu bagian penumpang yang terbuka.“Gak bisa, Cinta. Kamu tuh harus di bopong, lho. Mana bisa kamu jalan sendiri dengan keadaan kaki pincang begitu. Yang ada nanti malah tambah sakit, Cin.” Sabrina ikut membujuk Cinta yang kadar keras kepalanya memang di atas rata-rata.Melihat pergelangan kaki kiri Cinta yang membengkak dan ada warna kebiruan, membuat Sabrina meringis ngilu. Rasa iba terbit di hatinya saat Cinta bersusah payah mengeluarkan tubuhnya sendiri dari dalam mobil sambil mengerang menahan sakit.Tapi sepertinya tidak bagi Pram. Wajahnya datar saja mengamati pergerakan majikannya yang manja

    Last Updated : 2021-03-22
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 11

    Memang ya, bersama Pram itu bawaannya aman dan nyaman. Bukan karena stigma pekerjaannya saja yang mengharuskan Pram melindungi siapa yang sedang bersamanya. Tapi juga karena aura Pram sebagai laki-laki pelindung sepertinya begitu mendominasi.Begitu yang di rasakan Bu Ocha. Sepanjang perjalanan pulang bersama Pram. Bawaannya pengen nempel terus. Di atas motor pun apalagi, tubuhnya seolah terpatri pada tubuh Pram. Merapat sambil memeluk pinggang Pram erat. Dan sesekali merebahkan kepala di punggung Pram.Namun lucunya, Pram sama sekali tak merasa risih, walaupun Pram tentu merasakan bagaimana Bu Ocha duduk begitu rapat dengannya. Bahkan ketika berhenti di lampu merah, satu mobil sedan berisi gadis-gadis berpakaian putih abu-abu dengan genit menggoda dan meneriakinya ‘berondong dan tantenya’. Pram meresponnya hanya dengan tersenyum lebar. Sementara Bu Ocha makin menggila. Dia makin mengeratkan pelukannya dan mendusel-duselkan pipi

    Last Updated : 2021-04-02
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 12

    Sudah lebih dari tujuh jam Pram bersama Sabrina mendampingi Cinta menjalankan rutinitas syutingnya di dua lokasi berbeda. Sementara jarum panjang di arloji Pram sudah mengarah di angka lima. Tapi tampaknya tak ada tanda-tanda dari Cinta untuk menyelesaikan syutingnya sore ini.Begitu juga sang sutradara yang duduk di tengah taman bersama seperangkat layar monitor, tampaknya tak ada puasnya memerintahkan para artisnya untuk mengulang satu adegan untuk mendapatkan hasil yang sempurna.Bersama beberapa kru yang mendampingi, sutradara kawakan bernama Rizal Mantavkali itu bergeming dengan konsentrasi penuh memantau adegan-adegan yang diperagakan oleh Cinta berdua dengan lawan mainnya, seorang aktor terkenal asal Negeri Ginseng, Lho Baw Tae.Kembali Pram melirik arlojinya, dengan perasaan hati yang sulit dijelaskan. Pasalnya, malam ini dia harus memenuhi janjinya pada Hani untuk datang menemui kedua orang tua Hani. Karena Pram tak ingin menunda lebih lama lagi untuk s

    Last Updated : 2021-05-07

Latest chapter

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 110 - Epilog

    Pramudya.Dari tempatnya berdiri, di balkon Presidential Suit Room lantai dua puluh hotel Swastika, ia memandangi barisan gedung yang diterangi oleh lampu-lampu aneka warna. Seakan bangunan-bangunan menjulang itu tengah berlomba-lomba memamerkan keindahan di antara langit kelam.Jalan raya ibukota di bawah sana masih tampak sibuk menggeliat walau hari telah beranjak gelap.Diiringi semilir angin malam yang sejuk dan tak menusuk, ia menyandarkan pinggang di pagar balkon bersama secangkir kopi hitam di tangan. Diseruputnya beberapa teguk, lalu ia letakkan kembali ke atas meja kaca.Satu jam lalu, setelah seluruh rangkaian acara akad nikah dan resepsi digelar, sebenarnya ia ingin segera membawa Cinta pulang ke rumah. Namun, Pak Abraham, ayah mertuanya sudah mempersiapkan satu kamar termewah di hotel ini untuknya dan Cinta beristirahat beberapa hari. Tentu saja ia tak mampu menolak. Ia berpikir beginilah cara ia menghargai permintaan ayah mertua

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 109

    Seseorang tidak bisa memaksakan dengan siapa ia akan jatuh cinta. Tapi hati lebih tahu siapa yang pantas untuk diperjuangkan dan siapa yang pantas didapatkan.Jadi, jangan pernah berhenti mencintai hanya karena pernah terluka. Karena tak ada pelangi tanpa hujan, tak ada cinta sejati tanpa tangisan.Pramudya dan Cinta sudah membuktikan itu semua. Setelah melewati segala rintangan, kepedihan dan kekecewaan, kini saatnya mereka berhak merayakan penyatuan cinta yang sejatinya awal melangkah menuju kehidupan baru.Cermin memang tidak pernah berdusta. Ia menampilkan apa yang ada di hadapannya. Disana terlihat seorang gadis cantik tinggi semampai dalam balutan kebaya putih berkerah rendah. Kalung rantai platina berliontin bentuk matahari melingkar di leher jenjangnya. Rambutnya disanggul dan ditaburi butiran kristal yang berkilau ketika ditimpa cahaya. Wajahnya yang sehalus porcelein dihias dengan warna-warna muda, terkesan alami namun tetap menggetarkan hati saa

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 108

    Satu minggu kemudian, kesepakatan kerjasama antar dua perusahaan itu akhirnya terlaksana. Dikukuhkan dengan penandatanganan sejumlah dokumen perjanjian oleh Aura Cinta Anastasia sebagai Direktur Utama PT Swasti Karya Utama dan Rosalinda Cattleya Aji Pratama sebagai Direktur Pelaksana PT Andromeda Persada Land.Disaksikan sejumlah jajaran manager dari kedua perusahaan, pengacara masing-masing pihak dan notaris independen.Cinta seakan enggan berkedip ketika menatap sosok Pram yang tampak begitu mempesona di hari istimewa ini. Pria dengan keelokan fisiknya itu semakin menawan dengan setelan jas hitam yang begitu pas membalut tubuh tegapnya. Rambut klimisnya tertata rapi membingkai wajahnya yang segar dengan rahang licin kebiruan. Senyuman tipisnya yang selalu mengembang sepanjang acara tak ayal lagi membuat para kaum hawa melelehkan air liur kala memandangnya.Benar-benar seorang pria dengan pesona yang tak terbantahkan!Demikian juga Pram yang begitu menik

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 107

    Untung saja Pram sigap menangkap tubuh Cinta yang tiba-tiba lunglai seperti daun kering yang lepas dari tangkai. Sehingga tubuh gadisnya itu tak sampai jatuh menghantam lantai.Lima menit tadi, ruangan lantai tiga mendadak gempar bagai diguncang gempa bumi. Lantaran pekikan panik Juwita saat melihat ibu direktrisnya yang cantik itu tiba-tiba tak sadarkan diri.Para karyawan langsung berhamburan keluar dari kubikel mereka menuju ruang kerja Direktur Utama untuk mengetahui apa yang terjadi.Tapi ketika melihat Pram membopong tubuh Cinta ke atas sofa dan mendekap begitu posesifnya, para karyawati yang melongo ke dalam ruangan justru berharap diri mereka yang pingsan saat itu, demi bisa bertukar tempat dengan Cinta, berada dalam dekapan hangat pria menawan itu.Burhan dan Baldi, serta Juwita akhirnya berhasil menggiring mereka kembali ke kubikel masing-masing, dan menghempaskan harapan semu mereka.Cinta mengerjap-ngerjapkan kelopak mata lemah, menyesu

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 106

    Pramudya.“Apa kabar?” Terdengar begitu lugu, berbulan-bulan tak jumpa tapi hanya pertanyaan itu yang mampu terucap dari bibirnya.Perlahan Cinta mengurai dekapan dari tubuh tegapnya, kemudian mendongak untuk menjangkau pandangan tepat ke bola matanya yang juga menghangat. Lalu seulas senyum menghiasi wajah gadisnya yang basah.“Kangen.” Singkat, namun menggambarkan sejuta rasa indah.“Sama.” Begitu juga Pram yang seketika kehilangan kata-kata mesra yang sudah ia persiapkan sejak dari rumah. Karena ia terlalu sibuk menjinakkan hati yang kini melonjak-lonjak hendak melambung tinggi.Tanpa ia duga, Cinta menangkup wajahnya, menariknya untuk mendekat, lalu mengecup bibirnya begitu dalam dan lama. Walau terperanjat, ia berharap mampu membekukan waktu untuk menikmati kecupan hangat itu.Belum juga harapannya terkabul, Cinta melerai kecupan panjang di bibirnya. Lalu begitu tergesa-gesa gadis

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 105

    Cinta.Ia mematut diri sejenak di depan cermin meja rias setelah tubuh semampainya terbalut blazer magenta dan celana panjang dengan warna sama, rambut coklatnya ia biarkan terurai bergelombang, serta riasan wajahnya natural, namun terkesan elegant.Lalu menyungging senyum puas ketika dirasa penampilannya saat ini sudah cukup paripurna. Pasalnya ia menganggap hari ini adalah hari penentuan bagi hidup mati perusahaan. Karena siang nanti ia akan bertemu dengan calon investor yang tertarik menanamkan dana besar pada proyek yang sedang ia perjuangkan. Setidaknya ia ingin memberikan kesan pertama yang positif lewat penampilan.“I’m gonna get dressed for success,” gumamnya sambil tersenyum dan mengerlingkan mata pada pantulan dirinya di cermin.Bergegas ia raih tas tangannya dengan brand terkenal dunia, lalu lekas melangkah keluar kamarnya.“Morning, Pa, Ma.” Ia menyapa setelah berada di kamar kedua orangtuanya.Pak A

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 104

    Aura Cinta AnastasiaAtmosfere Meeting Room Hotel Swastika saat ini membeku. Dingin, kaku, dan membuat semua peserta internal meeting perusahaan itu mendadak diam membisu. Terlebih saat dua orang anggota tim konsultan bisnis memaparkan sejumlah temuan dan analisa di hadapan mereka.Yang intinya bahwa pembangunan proyek apartement yang akan dibangun oleh Pak Abraham dan rekannya Pak Derry Nugraha terpaksa dihentikan untuk sementara waktu. Dan perusahaan harus mengembalikan keseluruhan dana konsumen yang sudah masuk, juga semua kewajiban perbankan yang sudah jatuh tempo. Sementara sumber keuangan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut berada di titik rawan.Untuk mengatasi kendala tersebut, tak ada cara lain yaitu mencari investor atau menjual semua aset perusahaan bahkan aset pribadi pemilik untuk mendapatkan sumber pendanaan. Sedangkan para calon investor yang dianggap berpotensi saat ini sepertinya mundur teratur setelah berita mengenai masalah pr

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 103

    “Selamat pagi, Sayang ... “Pram terlihat memutar bola matanya, sedikit jengah mendengar sapaan ibunya itu saat ia melangkah masuk ke ruang kerja dimana sang ibu sedang berkutat dengan beberapa dokumen di belakang meja kaca.“Jangan panggil ‘sayang’, Bu. Nggak suka!”Dari balik kacamatanya, Bu Ocha melirik Pram yang langsung menempatkan diri di kursi seberangnya. Lalu ia mengulum senyum.“Kan emang sayang,” godanya, karena suka melihat wajah puteranya yang tertekuk sebal itu.“Ibu ... please. Udah setua ini dipanggil ‘sayang’ sama Ibu, bikin malu aja,” gerutu Pram sambil memainkan pena di atas meja.Bu Ocha terkekeh ringan sambil melirik Mak Ayu yang duduk di sofa di tengah ruang kerja itu. Demikian juga Mak Ayu yang ikut tersenyum melihat interaksi ibu dan anak itu, lalu menyeruput secangkir teh hangat di tangannya.“Kalo nggak mau dipanggil ‘sayang&r

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 102

    Pramudya.Ia tertegun menatap sesosok wajah yang tergambar di dalam bingkai foto berukuran besar di salah satu dinding kamar. Kelopaknya sedikit memicing mengamati wajah teduh namun terkesan bijaksana itu. Ia tak menampik bahwa tampilan sosok itu memiliki banyak persamaan dengan dirinya. Sepasang mata yang dalam di kawal dengan kedua alis yang legam. Bibir yang tipis dengan sudut tajam saat tersenyum. Dan garis rahang yang sangat menawan menggambarkan ketegasan. Ia memandangi foto itu seperti sedang bercermin.“Itu Pratama, cinta pertama Ibu, ayah kamu.” Dibelakangnya, Bu Ocha melingkarkan tangan di bahunya, kemudian meletakkan kepala di sana sambil ikut memandangi wajah di dalam bingkai foto warna kuning keemasan di hadapannya.“Ganteng,” Ia memuji tanpa mengalihkan tatapan pada foto itu.“Iya, persis kayak kamu. Wajah kamu seperti copy paste ayah kamu, Pram. Ibu cuma kebagian mewarisi bentuk hidung ke kamu,&rd

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status