Share

Part 19

Penulis: vivi vanila
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-13 01:16:40

Kangen kontrakan. Begitu yang terpikir di benak Pram setelah menginap dua malam di unit apartement Cinta. Walaupun keadaan kontrakannya terbilang sangat sederhana, namun suasananya yang tenang membuat Pram susah untuk meninggalkannya lebih lama.

Karena itu, setelah mengantarkan Sabrina belanja keperluan dapur di supermarket dekat apartement mereka sore ini, Pram minta ijin pulang sebentar untuk menengok kontrakannya dan mengambil pakaian bersih untuk pakaian ganti jika sewaktu-waktu menginap di apartement lagi.

Dari jarak sepuluh meter menuju kontrakannya, netra Pram menangkap dua orang wanita beda usia tengah duduk di kursi rotan tepat di samping pintunya. Begitu mendekat, tampak Bu Ocha tengah melingkarkan lengannya ke bahu Hani. Bergegas Pram memarkirkan motornya, melepas helmnya, lalu menghampiri keduanya.

“Hani? Sudah lama datang?” sapa Pram setelah mendekat dan membelai pucuk kepala Hani sejenak, kemudian beralih mencium punggung tangan Bu Ocha. Lalu me

vivi vanila

Hai... update lagi. jangan lupa tinggalkan jejak baca yah. Subscribe, Bintang lima dan reviewnya. Terima kasih. Happy reading.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Farjridyah75
bagus kak novelnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 20

    Sejujurnya, Pram sudah menyadari harapan untuk mendapatkan restu dari kedua orang tua Hani nyaris sirna. Namun perasaan cinta pada Hani masih kokoh terpatri di dalam hatinya. Dan Pram yakin Hani pun demikian. Itulah yang membuatnya masih menyimpan keinginan kuat untuk memperjuangkan Hani. Namun apakah keyakinan itu akan tetap bertahan, walaupun berkali-kali dia mendapat penolakan. Bahkan dengan sangat kasar dan arogan? Siang ini, Pram duduk di kursi panjang berhadapan dengan kolam renang di sebuah hotel berbintang lima, tengah menunggu Cinta menyelesaikan jadwal pemotretan untuk produk herbal pelangsing tubuh dari merk lokal yang cukup terkenal. Pram yang semula menghubungi Hani lewat sambungan telepon untuk mengetahui keadaannya, kembali mendapat semprotan kata-kata pedas dari Ibu Prapti ketika suara Hani berganti menjadi suara ibunya. Pria itu hanya terdiam mendengar semua sumpah serapah, caci maki dan hinaan yang Bu Prapti lontarkan tanpa perasaan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-13
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 21

    “Kamu sudah ngopi, Pram?” Suara wanita setengah baya itu mengejutkannya. Pram menoleh ke asal suara di belakang punggungnya dan mendapati Ibu Viola berdiri di teras sambil membenahi penampilannya yang tampak sudah paripurna. Dengan mengenakan blazer dan celana basic merah tua dan wajah yang sudah segar dengan polesan make up sedikit menyala, ditambah rambut yang di cepol tinggi dengan anak rambut menjuntai di samping pipi. Bu Viola tampaknya sudah bersiap untuk pergi. “Belum, Bu,” jawab Pram jujur. Memang pagi ini tenggorokannya belum tersentuh minuman kegemarannya itu. Karena sejak pukul enam tadi dia harus sudah tiba di rumah mewah itu untuk menemui Pak Abraham sesuai pesan dari aplikasi yang diterimanya tadi malam. “Kamu ngopi dulu sana di dapur, abis itu langsung temuin Bapak di ruang kerjanya.” Setelah memerintahkan itu pada Pram, Bu Viola melangkah cepat menuju Mercedes Benz hitamnya yang sudah menunggunya dengan pintu samping yang terbu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 22

    Pram teringat perkataan Sabrina di lokasi syuting tadi, bahwa Sabrina salut terhadap dirinya yang begitu sayangnya terhadap Hani hingga dia rela dicaci maki demi mendapat restu dari orang tua Hani. Pram membenarkan itu. Memang dia sayang, cinta dan berharap impiannya menjadi kenyataan, menikahi Hani dan membangun rumah tangga di bawah restu orang tua. Tapi begitu beratnya tantangan yang dihadapi Pram, apalagi setelah mendengar dari lisan Hani sendiri tiga hari lalu melalui sambungan telepon sebelum percakapan mereka di sabotase oleh Ibu Prapti, ibunya Hani. Bahwa Hani kini sudah berhenti mengajar di sekolah boarding itu semata-mata agar Pram tidak punya kesempatan untuk menemui gadis itu lagi. Sedih, sudah pasti itu yang dirasakan Pram. Namun masih ada secercah harapan di hati Pram saat Hani bilang akan terus berjuang bersamanya untuk mendapatkan restu dari kedua orang tuanya yang entah sampai kapan. Dan kini rasa rindu pada Hani yang begitu menggebu menyelim

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-16
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 23

    Setiap melintasi gerobak penjual martabak yang mangkal di pinggir jalan masuk gang menuju kontrakannya, Pram selalu teringat pada Bu Ocha, sohib semata wayangnya di komplek kontrakan RS9 (nine) itu. Mungkin karena rasanya yang gurih dan manis seperti tawa Bu Ocha yang selalu menghiburnya di setiap dia pulang kerja. Pram senang, Bu Ocha tak pernah bosan dia bawakan makanan berkarbohidrat tinggi itu. Dan yang lebih Pram suka, wanita setengah baya itu selalu memakannya habis, tak bersisa. Tapi anehnya, badannya tak pernah mengembang, walaupun dia doyan makan. Entah berapa belas jari usus di dalam perutnya. Seperti saat ini, satu kotak martabak varian keju dan coklat sudah dalam tentengan Pram. Dan Pram yakin usia martabak itu tak lama lagi, karena Bu Ocha akan segera mengeksekusinya. Jam di pergelangannya sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Biasanya pada jam-jam segini, lagu My Way-nya Frank Sinatra menggema berulang-ulang bagai kaset rusak dari bibir ceriwis

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 24

    Kelopak mata Pram mengerjap cepat setelah membaca dua baris kalimat di layar gawainya. Lalu, sekali lagi dia baca pesan di aplikasi percakapan itu untuk meyakinkan bahwa dia tidak salah mengeja tadi. ‘Aku di kontrakan kamu, Mas. Aku tunggu kamu pulang, sekarang.’ Ya, dia tidak salah baca. Begitu pesan dari Hani Bunny Ciki Bunny yang sudah dia baca dua kali. Rasa senang seketika membuncah dihatinya. Bunga-bunga yang kemarin kuncup kini sudah bermekaran lagi di dalam dada. Komunikasi yang sempat terputus selama sepuluh hari dengan sang kekasih, kini terjalin kembali. Belasan, bahkan puluhan pesan untuk Hani yang tak ada jawaban, kini terbalaskan walaupun hanya dengan satu pesan. Pesan yang sangat singkat dan mengandung permintaan itu membuat Pram senewen bukan main. Hani sedang menunggu dirinya. Itu yang membuat rasa optimisnya kembali datang. Namun, kebahagiaan itu terpaksa dia tunda dulu untuk beberapa saat, entah untuk berapa lama. K

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-18
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 25

    “Pramudya ....”Suara Bu Ocha memanggil dari balik punggungnya. Seakan suara itu hanya hembusan angin, Pram tak menggubris sama sekali. Dengan menyandarkan punggung pada dinding dan duduk melipat kaki dengan lutut yang menopang kedua lengan, wajahnya lurus menghadapi undangan berwarna biru di tangan.“Pram, tadi Ibu ketemu Hani di depan gang, lagi nunggu kendaraan. Tapi mukanya sembab gitu, kayak abis nangis. Dia baru dari sini?” cecar Bu Ocha sembari menempatkan duduknya persis di hadapan Pram dengan raut yang menggambarkan rasa keingintahuan yang mendalam.Namun, pria itu tak menjawab. Tetap diam sambil membolak-balik lembar demi lembar buklet undangan itu dengan gerakan lesu. Bola matanya tak bergerak dan kosong, seakan dirinya berada di dimensi lain.Bu Ocha jelas melihat sikap Pram yang asing itu, hingga rasa penasarannya pun tak terbendung lagi. Benaknya sudah menebak ada sesuatu yang memanas tengah terjadi di antara dua oran

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 26

    Tak salah lagi, Maestro Club yang tertera di aplikasi pencarian lokasi berada di lantai 15 gedung berlantai 46 yang menjulang di hadapannya. Keyakinannya bertambah lagi ketika dia melihat nama night club itu berada di antara jajaran papan nama berneon biru di depan lobby. Tanpa pikir panjang lagi, langkah Pram bergegas memasuki gedung itu dan menuju kotak lift yang akan membawanya ke lantai 15 bersama empat wanita berpakaian seksi dan dua orang laki-laki. Sekilas dia lirik arloji di tangan, sepuluh menit menjelang pukul sebelas malam. Dia merasa lift itu berjalan lambat sekali. Sementara hampir di setiap lantai kotak elevator itu berhenti, padahal tak ada orang yang masuk atau keluar lagi. Sepertinya tujuan mereka pun sama yaitu night club di lantai 15. Rasa tak sabar Pram kian menjadi. Apalagi dia berdiri diantara beberapa wanita yang berpakaian sangat menggoda dan dipastikan membuat setiap hasrat alami laki-laki berguncang hebat kala melihat penampilan mere

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20
  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 27

    Di dalam lift, cinta tak henti-hentinya mengoceh. Merapalkan barisan kata-kata yang membuat panas telinga, walaupun dengan suara yang sudah tak sekencang tadi karena pening yang mulai menggeruduk isi kepala. Dengan tangan yang masih berada di genggaman Pram, gadis itu masih berusaha melepaskan gelang besi yang melingkari tangannya, dan sudah pasti itu percuma. Pram hanya tegak bergeming sambil memperhatikan tombol angka di pinggir pintu lift yang bergerak menurun. Tak dia pedulikan Cinta yang menggerutu tak jelas. Juga membiarkan Sabrina yang masih saja bergoyang diiringi dengan musik halusinasi yang menggema di dalam kepala. Itu karena efek sebutir pil extacy yang Sabrina tenggak saat menjejakkan kakinya di dancefloor tadi. Lift berhenti tepat di lantai dasar. Tanpa perasaan Pram menarik kembali tangan Cinta, hingga dia terseret lagi mengikuti langkah Pram keluar dari kotak besi itu. Atmosfer yang panas dan kejadian adu jotos dengan David di lantai lima bela

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-21

Bab terbaru

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 110 - Epilog

    Pramudya.Dari tempatnya berdiri, di balkon Presidential Suit Room lantai dua puluh hotel Swastika, ia memandangi barisan gedung yang diterangi oleh lampu-lampu aneka warna. Seakan bangunan-bangunan menjulang itu tengah berlomba-lomba memamerkan keindahan di antara langit kelam.Jalan raya ibukota di bawah sana masih tampak sibuk menggeliat walau hari telah beranjak gelap.Diiringi semilir angin malam yang sejuk dan tak menusuk, ia menyandarkan pinggang di pagar balkon bersama secangkir kopi hitam di tangan. Diseruputnya beberapa teguk, lalu ia letakkan kembali ke atas meja kaca.Satu jam lalu, setelah seluruh rangkaian acara akad nikah dan resepsi digelar, sebenarnya ia ingin segera membawa Cinta pulang ke rumah. Namun, Pak Abraham, ayah mertuanya sudah mempersiapkan satu kamar termewah di hotel ini untuknya dan Cinta beristirahat beberapa hari. Tentu saja ia tak mampu menolak. Ia berpikir beginilah cara ia menghargai permintaan ayah mertua

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 109

    Seseorang tidak bisa memaksakan dengan siapa ia akan jatuh cinta. Tapi hati lebih tahu siapa yang pantas untuk diperjuangkan dan siapa yang pantas didapatkan.Jadi, jangan pernah berhenti mencintai hanya karena pernah terluka. Karena tak ada pelangi tanpa hujan, tak ada cinta sejati tanpa tangisan.Pramudya dan Cinta sudah membuktikan itu semua. Setelah melewati segala rintangan, kepedihan dan kekecewaan, kini saatnya mereka berhak merayakan penyatuan cinta yang sejatinya awal melangkah menuju kehidupan baru.Cermin memang tidak pernah berdusta. Ia menampilkan apa yang ada di hadapannya. Disana terlihat seorang gadis cantik tinggi semampai dalam balutan kebaya putih berkerah rendah. Kalung rantai platina berliontin bentuk matahari melingkar di leher jenjangnya. Rambutnya disanggul dan ditaburi butiran kristal yang berkilau ketika ditimpa cahaya. Wajahnya yang sehalus porcelein dihias dengan warna-warna muda, terkesan alami namun tetap menggetarkan hati saa

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 108

    Satu minggu kemudian, kesepakatan kerjasama antar dua perusahaan itu akhirnya terlaksana. Dikukuhkan dengan penandatanganan sejumlah dokumen perjanjian oleh Aura Cinta Anastasia sebagai Direktur Utama PT Swasti Karya Utama dan Rosalinda Cattleya Aji Pratama sebagai Direktur Pelaksana PT Andromeda Persada Land.Disaksikan sejumlah jajaran manager dari kedua perusahaan, pengacara masing-masing pihak dan notaris independen.Cinta seakan enggan berkedip ketika menatap sosok Pram yang tampak begitu mempesona di hari istimewa ini. Pria dengan keelokan fisiknya itu semakin menawan dengan setelan jas hitam yang begitu pas membalut tubuh tegapnya. Rambut klimisnya tertata rapi membingkai wajahnya yang segar dengan rahang licin kebiruan. Senyuman tipisnya yang selalu mengembang sepanjang acara tak ayal lagi membuat para kaum hawa melelehkan air liur kala memandangnya.Benar-benar seorang pria dengan pesona yang tak terbantahkan!Demikian juga Pram yang begitu menik

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 107

    Untung saja Pram sigap menangkap tubuh Cinta yang tiba-tiba lunglai seperti daun kering yang lepas dari tangkai. Sehingga tubuh gadisnya itu tak sampai jatuh menghantam lantai.Lima menit tadi, ruangan lantai tiga mendadak gempar bagai diguncang gempa bumi. Lantaran pekikan panik Juwita saat melihat ibu direktrisnya yang cantik itu tiba-tiba tak sadarkan diri.Para karyawan langsung berhamburan keluar dari kubikel mereka menuju ruang kerja Direktur Utama untuk mengetahui apa yang terjadi.Tapi ketika melihat Pram membopong tubuh Cinta ke atas sofa dan mendekap begitu posesifnya, para karyawati yang melongo ke dalam ruangan justru berharap diri mereka yang pingsan saat itu, demi bisa bertukar tempat dengan Cinta, berada dalam dekapan hangat pria menawan itu.Burhan dan Baldi, serta Juwita akhirnya berhasil menggiring mereka kembali ke kubikel masing-masing, dan menghempaskan harapan semu mereka.Cinta mengerjap-ngerjapkan kelopak mata lemah, menyesu

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 106

    Pramudya.“Apa kabar?” Terdengar begitu lugu, berbulan-bulan tak jumpa tapi hanya pertanyaan itu yang mampu terucap dari bibirnya.Perlahan Cinta mengurai dekapan dari tubuh tegapnya, kemudian mendongak untuk menjangkau pandangan tepat ke bola matanya yang juga menghangat. Lalu seulas senyum menghiasi wajah gadisnya yang basah.“Kangen.” Singkat, namun menggambarkan sejuta rasa indah.“Sama.” Begitu juga Pram yang seketika kehilangan kata-kata mesra yang sudah ia persiapkan sejak dari rumah. Karena ia terlalu sibuk menjinakkan hati yang kini melonjak-lonjak hendak melambung tinggi.Tanpa ia duga, Cinta menangkup wajahnya, menariknya untuk mendekat, lalu mengecup bibirnya begitu dalam dan lama. Walau terperanjat, ia berharap mampu membekukan waktu untuk menikmati kecupan hangat itu.Belum juga harapannya terkabul, Cinta melerai kecupan panjang di bibirnya. Lalu begitu tergesa-gesa gadis

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 105

    Cinta.Ia mematut diri sejenak di depan cermin meja rias setelah tubuh semampainya terbalut blazer magenta dan celana panjang dengan warna sama, rambut coklatnya ia biarkan terurai bergelombang, serta riasan wajahnya natural, namun terkesan elegant.Lalu menyungging senyum puas ketika dirasa penampilannya saat ini sudah cukup paripurna. Pasalnya ia menganggap hari ini adalah hari penentuan bagi hidup mati perusahaan. Karena siang nanti ia akan bertemu dengan calon investor yang tertarik menanamkan dana besar pada proyek yang sedang ia perjuangkan. Setidaknya ia ingin memberikan kesan pertama yang positif lewat penampilan.“I’m gonna get dressed for success,” gumamnya sambil tersenyum dan mengerlingkan mata pada pantulan dirinya di cermin.Bergegas ia raih tas tangannya dengan brand terkenal dunia, lalu lekas melangkah keluar kamarnya.“Morning, Pa, Ma.” Ia menyapa setelah berada di kamar kedua orangtuanya.Pak A

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 104

    Aura Cinta AnastasiaAtmosfere Meeting Room Hotel Swastika saat ini membeku. Dingin, kaku, dan membuat semua peserta internal meeting perusahaan itu mendadak diam membisu. Terlebih saat dua orang anggota tim konsultan bisnis memaparkan sejumlah temuan dan analisa di hadapan mereka.Yang intinya bahwa pembangunan proyek apartement yang akan dibangun oleh Pak Abraham dan rekannya Pak Derry Nugraha terpaksa dihentikan untuk sementara waktu. Dan perusahaan harus mengembalikan keseluruhan dana konsumen yang sudah masuk, juga semua kewajiban perbankan yang sudah jatuh tempo. Sementara sumber keuangan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut berada di titik rawan.Untuk mengatasi kendala tersebut, tak ada cara lain yaitu mencari investor atau menjual semua aset perusahaan bahkan aset pribadi pemilik untuk mendapatkan sumber pendanaan. Sedangkan para calon investor yang dianggap berpotensi saat ini sepertinya mundur teratur setelah berita mengenai masalah pr

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 103

    “Selamat pagi, Sayang ... “Pram terlihat memutar bola matanya, sedikit jengah mendengar sapaan ibunya itu saat ia melangkah masuk ke ruang kerja dimana sang ibu sedang berkutat dengan beberapa dokumen di belakang meja kaca.“Jangan panggil ‘sayang’, Bu. Nggak suka!”Dari balik kacamatanya, Bu Ocha melirik Pram yang langsung menempatkan diri di kursi seberangnya. Lalu ia mengulum senyum.“Kan emang sayang,” godanya, karena suka melihat wajah puteranya yang tertekuk sebal itu.“Ibu ... please. Udah setua ini dipanggil ‘sayang’ sama Ibu, bikin malu aja,” gerutu Pram sambil memainkan pena di atas meja.Bu Ocha terkekeh ringan sambil melirik Mak Ayu yang duduk di sofa di tengah ruang kerja itu. Demikian juga Mak Ayu yang ikut tersenyum melihat interaksi ibu dan anak itu, lalu menyeruput secangkir teh hangat di tangannya.“Kalo nggak mau dipanggil ‘sayang&r

  • MR. CINDERELLA (INDONESIA)   Part 102

    Pramudya.Ia tertegun menatap sesosok wajah yang tergambar di dalam bingkai foto berukuran besar di salah satu dinding kamar. Kelopaknya sedikit memicing mengamati wajah teduh namun terkesan bijaksana itu. Ia tak menampik bahwa tampilan sosok itu memiliki banyak persamaan dengan dirinya. Sepasang mata yang dalam di kawal dengan kedua alis yang legam. Bibir yang tipis dengan sudut tajam saat tersenyum. Dan garis rahang yang sangat menawan menggambarkan ketegasan. Ia memandangi foto itu seperti sedang bercermin.“Itu Pratama, cinta pertama Ibu, ayah kamu.” Dibelakangnya, Bu Ocha melingkarkan tangan di bahunya, kemudian meletakkan kepala di sana sambil ikut memandangi wajah di dalam bingkai foto warna kuning keemasan di hadapannya.“Ganteng,” Ia memuji tanpa mengalihkan tatapan pada foto itu.“Iya, persis kayak kamu. Wajah kamu seperti copy paste ayah kamu, Pram. Ibu cuma kebagian mewarisi bentuk hidung ke kamu,&rd

DMCA.com Protection Status