Share

Bab 26 Ironi dalam Hidup

Penulis: Gabby Emmanuel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-10 13:01:18
Sudut pandang Arini:

Begitu mendengar suara Jovan, Safira segera melepaskan cengkeramannya dan berbalik untuk melihat Jovan. Tatapannya yang dingin berubah jadi hangat, membuatku heran bagaimana dia bisa mengubah kepribadian dengan mudah.

"Nggak ada apa-apa. Arini baru saja datang dan aku memberitahunya kalau kita khawatir," jawab Safira sambil tersenyum.

"Arini?" ujar Jovan yang melangkah dengan cepat, lalu sampai di depanku dalam sekejap. "Kamu membuatku khawatir. Kamu dari mana saja?"

"Suatu tempat yang aman," gumamku yang menghindari kontak mata dengannya.

"Aku sangat khawatir sampai menelepon Anita. Dia bilang kamu nggak sama dia. Aku tadinya mau menelepon polisi, tapi Safira menyarankanku untuk menunggumu. Dia sangat yakin kamu baik-baik saja dan akan pulang, ternyata dia benar," ujar Jovan.

Safira pun menyunggingkan senyum penuh kemenangan ke arahku dan aku mendengus kesal. Seberapa buta Jovan? Saran dari Safira itu bukan karena simpati, tapi dia tidak mau mencariku. Namun, sepe
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 27 Kamu Mau Cerai?

    Sudut pandang Arini:Ini dia, bertingkah lagi sebagai suami idaman. Aku terdiam di tempat, memikirkan apa yang harus aku lakukan. Kenyataannya, aku tidak berencana untuk pulang hari ini. Meskipun aku tahu kalau aku akhirnya akan pulang, tetap saja itu bukan hari ini."Jovan, sepertinya aku belum mau pulang hari ini," kataku dengan gamblang.Jovan pun membalas dengan alis berkerut, "Kenapa? Kamu masih marah sama aku? Ayolah, Arini. Aku berjanji akan menjelaskan segalanya kepadamu kalau kamu pulang bersamaku."Aku menjawab dengan ragu, "Tapi ….""Nggak ada tapi, Arini. Kumohon, pulanglah. Kamu nggak bisa lari dari rumah tanggamu," ujarnya yang memotong perkataanku.Aku pun memutar mata dan bergumam, "Ya, rumah tangga yang dimasuki orang asing.""Apa katamu?" tanya Jovan."Aku nggak ngomong apa-apa," jawabku.tidak lama setelah itu, Riska berjalan melewati kami dan melambaikan tangan dengan girang. Aku menggerutu dalam hati, lalu melewati Jovan dan berjalan ke pintu mobil tanpa sepatah ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 28 Mustahil Aku Bisa Bersamanya

    Sudut pandang Arini:Aku melihat Jovan terdiam dengan mata terbelalak seolah-olah hampir copot dari kelopaknya. Namun, aku tidak terganggu dengan itu dan masih mau mendengar jawabannya. Suasana pun hening untuk beberapa saat."Apa katamu?" tanya Jovan dengan suara yang terdengar kaget dan raut wajah tercengang.Aku lanjut bertanya, "Apakah kamu masih mau bersama dia?" Saat aku mengatakan "dia," Jovan tahu siapa orang yang aku maksud."Maafkan aku, tapi pertanyaanmu itu kurang jelas," balas Jovan."Baiklah, biar aku katakan dengan gamblang!" tegasku. Aku tiba-tiba merasa bosan dan ingin langsung bicara ke intinya."Beberapa hari ini, aku merenung dan mulai memahami beberapa hal. Kalau kamu nggak bisa membiarkan Safira pergi, aku akan biarkan kamu bersamanya. Aku nggak bakal menghalangimu untuk bersama kekasih lamamu. Kita akan berpisah secara baik-baik, dan aku akan mendoakan yang terbaik untuk kalian kalau kalian mau," tegasku."Apa yang kamu bicarakan?" Jovan emosi dan langsung berdi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 29 Penyusup

    Sudut pandang Arini:"Sungguh?" teriak Anita di telepon. "Aku bisa membayangkan raut terkejut di wajahnya. Begitu aku sampai di kantor dan bersiap-siap, aku menelepon Anita untuk cerita soal kejadian pagi ini. Dia terkejut dan senang, aku bisa tahu dari tawanya yang lepas."Untuk sesaat, aku takut dia akan menyerangku karena marah. Dia begitu terkejut. Kurasa, dia terbiasa mendapatkan apa yang dia mau dan penolakan bukan pengalaman yang menyenangkan baginya.""Iya, 'kan? Jovan pantas mendapatkan tepukan di punggung. Dia harus sering melakukannya. Safira harus paham kalau dia nggak bisa selalu mendapatkan apa yang dia inginkan," ujar Anita dengan antusias."Semoga dia akan terus bersikap seperti itu," kataku dengan nada yang terdengar kehilangan sedikit semangat. "Aku sedih melihat sikapnya yang nggak konsisten. Dia membelaku kali ini, tapi di lain waktu, dia menuruti semua keinginan Safira.""Ayolah, jangan kayak gitu. Bukankah kamu bilang kalau semalam dia menyesal dan meminta maaf?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 30 Aku Nggak Bakal Pergi Bersamamu

    Sudut pandang Arini:Aku dan Jovan terdiam, saling menatap karena terkejut. "Suara apa itu?" tanyaku dengan raut wajah ketakutan."Entahlah …," Jovan baru mau menjawab, tapi dia terdiam seolah-olah teringat akan sesuatu. Kemudian, dia berlari ke dalam rumah dan berteriak, "Safira!"Aku terkejut untuk sesaat, lalu menyusul Jovan. Kami berlari sampai ke ruang santai dan terengah-engah, lalu melihat Safira yang berbaring malas-malasan di sofa sambil menonton TV."Kamu udah gila, Safira?" Aku membentak sebelum sempat menahan diri. "Ngapain kamu teriak?" Dia nggak mengucapkan sepatah kata pun, tapi menatapku tajam untuk sesaat sebelum kembali menonton TV. Dia juga nggak menghiraukan Jovan, sepertinya dia masih marah karena penolakan Jovan tadi pagi."Safira, kamu sedang ditanya," ujar Jovan dengan nada bicara kesal. "Kamu ngapain teriak sekencang itu?" Safira akhirnya menatap Jovan dengan sinis dan berkata, "Emangnya penting buat kamu?""Kamu membuat kami, aku dan Arini, khawatir dengan kes

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 31 Ini Nggak akan Lama

    Sudut pandang Arini:Jovan terdiam. Selama beberapa saat kesunyian menyelimuti kami berdua."Kenapa?" tanyanya."Karena aku nggak mau pergi. Kamu pergi saja dengan Safira. Aku yakin dia pasti akan menemanimu dengan senang hati.""Tapi Safira 'kan bukan istriku, Arini," protesnya. "Istriku itu kamu.""Belakangan ini aku malah bertanya-tanya mengenai statusku di matamu. Kamu membiarkan Safira bertindak seenaknya seolah dia adalah nyonya di rumah ini."Jovan menghampiriku dan berkata, "Sayang, aku minta maaf.""Itulah masalahnya!" seruku sambil melemparkan selimutku dan duduk. "Kamu cuma bisa bilang maaf, maaf, dan maaf, tapi kamu sama sekali nggak berusaha untuk berubah. Aku sudah capek dengar permintaan maafmu karena kamu selalu mengulanginya lagi.""Arini, dia sedang hamil ….""Apakah itu berarti setiap tindakannya yang berlebihan bisa dimaafkan? Sudah ah, aku nggak mau membicarakan Safira lagi. Belakangan ini kita berdua nggak bisa bicara selayaknya suami istri tanpa berdiskusi tentan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 32 Sang Nyonya Rumah

    Sudut pandang Arini:"Sial! Kita bakalan telat!" umpat Jovan sambil mengenakan kemejanya.Aku tertawa terbahak ketika melihatnya mengomel seperti anak kecil. "Yah, kalau tadi kamu nggak nakal waktu di kamar mandi, kita nggak bakalan telat," godaku. "Jangan salahin aku dong, Sayang. Kamu sih terlalu menggairahkan," bantahnya. Aku serta merta mengatupkan bibirku agar tidak tersipu malu dan mencoba untuk tidak membayangkan kembali adegan saat kami bercinta di bawah pancuran karena khawatir akan membuat pipiku semakin merah. Jovan-lah yang mengajakku untuk melakukan seks kilat sebanyak dua ronde. Aku mencegahnya saat dia hampir memulai ronde ketiga."Kamu yang harus belajar mengendalikan diri," kataku sebelum menghampirinya dan berbalik sehingga punggungku menghadap ke arahnya. "Tolong pasangkan ritsletingku.""Gaun merah ini membuatmu tampak semakin cantik," puji Jovan saat mulai menggeser ritsleting di punggungku."Terima kasih," kataku. Saat merasakan jari-jarinya menyentuh punggungku

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 33 Aku adalah Istrinya

    Sudut pandang Arini:Aku merasa kecewa saat melihat Jovan dan Safira telah meninggalkanku sendiri. Aku tidak bermasalah dengan Safira, melainkan dengan Jovan.'Aku 'kan istrinya. Bukankah kami seharusnya tiba bersama-sama sebagai sepasang suami istri?' Sejenak aku merasa ragu. 'Apakah sebaiknya aku masuk sendiri atau menelepon Jovan untuk menjemputku?'Aku merasa gugup kalau masuk ke bar tanpa Jovan. Meski kami sudah menikah selama tiga tahun, aku belum pernah bertemu dengan sahabat maupun teman-teman sekelasnya. Mungkin karena aku sibuk bekerja atau aku memang tidak pernah mendapatkan kesempatan itu.Beberapa detik kemudian, aku memutuskan untuk masuk sendiri. Sebelum masuk, aku menarik napas dalam, merapikan gaunku, dan menegakkan bahuku.Begitu aku mendorong pintu, suara tawa dan obrolan menyambutku. Seketika itu aku mencium aroma parfum dan alkohol.Wow! Tampaknya ini reuni orang-orang penting. Aku melayangkan pandanganku ke sekeliling ruangan untuk membiasakan mataku. Saat itulah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 34 Pembalasan

    Sudut pandang Arini:Pria itu membelalak kaget, mulutnya ternganga. "K-Kamu istrinya Jovan?" dia tergagap.Pria yang satunya lagi juga tampak sama terkejutnya. "Apa? Ya, ampun!"Pria pertama sudah kembali tenang. Keterkejutan di wajahnya berubah menjadi seringai licik. "Kamu pikir kamu bisa membohongi kami?" tanyanya dengan tatapan mengejek. "Kamu pasti cewek yang naksir Jovan dan sangat mengharapkan cintanya."Aku tertawa pendek karena menganggap ketidaktahuan pria itu sebagai hal yang konyol. "Oh, benarkah?" tanyaku sambil mengeluarkan ponselku. "Kalau begitu aku akan menunjukkan sesuatu padamu."Aku membuka kunci layarku untuk memperlihatkan foto Jovan dan aku di hari pernikahan kami. Di foto itu kami saling berpelukan dan tersenyum lebar.Keduanya tersentak dan memelotot secara bersamaan ketika melihat foto tersebut. Wajah mereka memucat. Aku mengedipkan mataku. Dalam hati aku merasa puas melihat ekspresi mereka. "Kurasa ini sudah cukup untuk dijadikan bukti," ujarku seraya memasu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10

Bab terbaru

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 50 Mengubah Pikiranku

    Sudut pandang Arini:Begitu Jovan keluar, emosiku sudah tidak terbendung lagi. Air mata mengalir deras di mataku dan seluruh tubuhku gemetar hebat. Semua itu terlalu berat untuk ditahan. Melihat Jovan rasanya seperti menabur garam di atas luka baru. Sungguh pedih dan menyakitkan."Hei, nggak apa-apa. Luapkan aja semuanya," bisik Anita sambil meremas tanganku. Dia hanya diam selama aku berbicara dengan Jovan. Sebenarnya, Anita ingin menimpali pembicaraan itu, tapi aku yang memberinya isyarat agar dia tetap diam.Begitu aku melepas pertahanan diriku, emosiku memuncak. Marah, sedih, dan penyesalan bercampur menjadi satu. Mengapa aku bertahan begitu lama di sisi Jovan? Mengapa aku mengabaikan sikapnya yang acuh tak acuh, dan menganggap itu adalah bagian dari kepribadian Jovan? Padahal, sebenarnya semua itu adalah pertanda yang begitu jelas.Tangisanku makin keras, tapi bukan karena pengkhianatan Jovan, melainkan karena menyesali kebodohanku. Namun saat aku menangis, ada sesuatu yang beruba

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 49 Duka Cita

    Sudut pandang Jovan:Semua yang aku dengar di ruangan itu terlalu berat untuk ditanggung seorang diri.Aku terhuyung-huyung melewati lorong rumah sakit. Kakiku bergerak dengan sendirinya. Entah bagaimana, aku telah berada di dalam lift dan turun ke lantai dasar. Cermin di dinding memantulkan sebuah sosok yang asing bagiku. Seorang pria pucat, patah hati, dan terguncang mentalnya.Di luar, terik matahari sore menyengat kulit dan mataku, tetapi aku tidak peduli. Aku tenggelam dalam emosiku sehingga aku tidak peduli jika kulit terbakar ataupun menghitam.Aku pun sampai ke mobilku dan meraih gagang pintunya. Logamnya terasa dingin di telapak tanganku, sangat berlawanan dengan sensasi terbakar yang terasa di hatiku.Aku masuk ke kursi pengemudi, dan mengepalkan tanganku erat-erat di roda kemudi. "Kalianlah yang membunuh anakku!" Kata-kata Arini terngiang-ngiang di kepalaku. Tuduhan itu sangat menyakitkan, karena bayi itu juga anakku.Mataku memerah karena air mata yang tertahan dan rasa sak

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 48 Dia Hamil

    Sudut pandang Jovan:Setibanya di rumah sakit, aku bergegas ke ruang penerima tamu. Ada seorang wanita di balik meja resepsionis dan aku segera menyatakan tujuanku datang ke sana."Tunggu sebentar, saya periksa dulu catatannya," kata wanita itu sambil mengeluarkan sebuah buku besar dari laci.Aku mengangguk dan mengetuk-ngetukkan jari dengan tidak sabar di meja resepsionis yang dilapisi marmer sementara dia memeriksa buku itu."Ya, Arini Rahadian dibawa masuk kemarin. Kasus kecelakaan dan dia ada di kamar 95 di sayap C, lantai 2 ... "Hanya itu yang perlu aku dengar. Aku pun mengucapkan terima kasih kepada wanita itu, lalu bergegas pergi. Aku masuk ke lift dan menekan tombol ke lantai 2, lalu liftnya mulai naik. Aku keluar saat lift mencapai lantai 2 dan memberi isyarat kepada seorang perawat untuk memberi petunjuk. Perawat itu menanggapi dengan cepat. Aku pun berjalan ke kamar 95 sesuai arahannya.Tak lama kemudian, aku sampai di depan pintu bernomor 95. Aku mengatupkan kedua tangan,

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 47 Jawaban yang Kutunggu

    Sudut pandang Jovan:Aku sampai di rumah dan bergegas masuk. Saat memasuki ruang tamu, aku melihat Safira berbaring di sofa sambil mengunyah camilan dengan suara TV yang terdengar keras. Pemandangan ini membuatku sangat kecewa."Safira, kamu ngapain di sini?" tanyaku seraya mengambil remote dan mematikan TV.Dia mengerutkan kening padaku. "Ada masalah apa, sih? Kenapa TV-nya kamu matikan?""Kita harus bicara," kataku tegas.Safira mendengus kesal dan duduk di sofa, lalu menyilangkan lengannya dengan defensif. "Mau bicara apa? Kamu meninggalkan rumah tanpa bilang ke mana kamu pergi, lalu sekarang kamu ingin bicara?"Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha tetap tenang dan tidak marah. "Safira, jangan mengamuk, kumohon. Aku harus tanya sesuatu padamu."Safira memelototiku, lalu mencibir. "Ya udah, tanya aja.""Kemarin, kamu lihat Arini waktu dia pulang, 'kan?""Kenapa kamu tanyakan hal ini lagi padaku? Sudah kubilang, dia memergoki kita berdua," jawab Safira, lagi-lagi dengan nada defens

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 46 Mencari Jawaban

    Sudut pandang Jovan:Aku menekan tombol bel pintu dan menunggu jawaban, tetapi setelah beberapa menit berlalu, tidak ada siapa pun yang menjawab. Aku membunyikan bel lagi, tetapi tetap tidak ada jawaban. Untuk memastikan, aku memegang gagang pintunya, dan benar saja, pintunya terkunci rapat.Diam-diam, aku menepuk dahiku sendiri. "Ya, jelas aja," gerutuku. Apa yang aku harapkan pada pukul 10 pagi di hari kerja? Anita, seperti kebanyakan pekerja profesional lainnya, pasti sedang bekerja.Tiba-tiba aku tersadar. Jika Anita sedang bekerja, dan Arini datang untuk berlindung di rumah Anita kemarin, mungkin saat ini Arini juga sedang berada di tempat kerjanya.Aku pun memutuskan untuk segera kembali ke mobil. Aku akan mencari Arini di restoran. Saat mengemudi, pikiranku melayang. Aku berharap Arini mau mendengarkan penjelasanku, karena aku tahu dia sangat keras kepala saat marah.Omong-omong soal permintaan maaf, seharusnya aku tidak datang untuk meminta maaf dengan tangan kosong. Aku pun me

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 45 Kesalahpahaman yang Disengaja

    Sudut pandang Safira:Aku melihat Jovan menghubungi nomor telepon Arini, membuatku merasa frustrasi. Aku benar-benar ingin merebut ponselnya. Mengapa Jovan masih saja memikirkan Arini? Apa Jovan tidak menyadari kalau aku telah membantunya menyingkirkan wanita itu? Bukankah seharusnya dia berterima kasih padaku?Aku mengingat kembali segala hal sebelum momen ini terjadi. Ketika Jovan berkata bahwa dia tidak punya alasan untuk menceraikan Arini, aku tahu aku harus melakukan sesuatu. Aku harus mencari sebuah alasan. Aku tahu betul kalau Arini sangat mencurigai ikatan persahabatan antara aku dan Jovan. Jadi, aku membuat rencana untuk meyakinkan Arini bahwa Jovan bukanlah sekadar sahabat bagiku.Jadi, pada hari sebelumnya, aku mengeluarkan berkas yang kelihatannya cukup penting bagi Jovan dari tas kerjanya. Sesuai prediksiku, dia pulang ke rumah pada siang hari untuk mencari berkas itu. Kemudian, aku memasuki kamarnya dengan minuman yang sudah dicampuri obat dan menawarkannya kepada Jovan.

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 44 Aku Telah Mengecewakannya

    Sudut pandang Jovan:Aku perlahan membuka mataku, dan mendapati diriku berbaring telentang. Saat melihat sekeliling, aku menyadari bahwa aku sedang berbaring di ranjang kamarku sendiri. Namun, ada sesuatu yang aneh. Aku mencoba untuk duduk, tetapi kepalaku terasa nyeri hingga membuatku meringis kesakitan. Namun, aku berusaha menahan rasa sakit itu, lalu duduk sambil mengusap pelipisku.Di mana Arini? Sudah pukul berapa sekarang? Aku melirik jam dinding dan terkesiap. Ini sudah pukul 9 pagi. Mengapa aku masih di rumah dan tidak berangkat kerja? Mengapa Arini tidak membangunkanku untuk bekerja?Selain itu, aku merasa aneh. Mulutku terasa pahit, dan aku merasa lelah meskipun baru saja bangun. Aku mencoba untuk berpikir, tetapi itu malah membuat kepalaku makin terasa sakit.Apa yang terjadi?Saat itu juga, pintu kamarku terbuka. Safira masuk sambil membawa nampan. Dia tersenyum lebar padaku. "Pagi, tukang tidur."Aku memaksakan senyum karena kebingungan. "Pagi. Ada apa ini?" tanyaku. "Kena

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 43 Pelaku Sebenarnya

    Sudut pandang Arini:Anita tampak ragu. Dia menunduk sejenak sebelum menatapku lagi."Aku belum bertemu dengan Jovan," jawabku lembut. "Aku terus berusaha untuk menghubunginya, tetapi ponselnya tidak aktif. Tadinya aku ingin mencarinya, tapi …," Dia diam sejenak dan meremas tanganku sebelum melanjutkan, "Kamu belum sadar, jadi aku nggak mau meninggalkanmu terlalu lama."Aku mengangguk. Hatiku terasa sakit. Aku sudah menduganya. 'Mana mungkin Jovan sudi meninggalkan kekasihnya untuk menemuiku. Padahal, gara-gara mereka aku kehilangan anakku dan terluka sampai seperti ini.'Aku hendak tertawa, tetapi tidak dapat melakukannya.Anita memecahkan lamunanku. "Aku akan coba meneleponnya lagi," katanya sambil meraih ponselnya. "Kalau dia tetap nggak bisa dikontak, aku akan mencarinya. Aneh. Dia kok belum mencarimu, ya?""Jangan," bisikku.Anita diam dan menatapku dengan bingung. Namun, aku menggelengkan kepalaku lagi."Sudahlah, Anita. Mungkin dia sibuk." Perkataanku ini memang menyakitkan, tet

  • Topeng Kesempurnaan Cinta Dambaan   Bab 42 Kenyataan

    Sudut pandang Arini:Aku mengerang dan mencoba untuk duduk. Kemudian aku melihat ke sekelilingku. Aku sedang berada di ruang perawatan rumah sakit, tetapi aku tidak ingat kenapa aku bisa berada di sini. Aku mencoba untuk mengingatnya tetapi tidak berhasil.Saat itulah aku melihat Anita. Dia sedang duduk di samping ranjangku dengan kepalanya bersandar di atas ranjang."Anita?" panggilku dengan suara serak.Dia mengangkat kepalanya dan langsung menggenggam tanganku. Matanya berkaca-kaca. "Ya ampun, kamu sudah sadar. Bagaimana keadaanmu?"Aku mengangguk. "Apa yang terjadi? Aku di mana?""Kamu di rumah sakit. Aku panggilkan dokternya dulu," jawab Anita yang langsung berdiri."Rumah sakit?" Aku mencoba mengingat-ingat, tetapi ingatanku begitu kabur. Tiba-tiba aku tersentak. ‘Bayiku!’ Aku ingat kecelakaan itu. Saat itu, aku mengalami perdarahan. Tanganku serta-merta memegang perutku."Bayiku," bisikku dengan panik.Anita mengalihkan pandangannya, sedangkan aku yang kebingungan menatapnya. "A

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status