Ukiran ini tertera dengan jelas di atas pintu masuk pack, sebagai penanda bahwa ini adalah wilayah teritori yang harus dipatuhi. Isaura sendiri ketika menatap ukiran ini merasa bahwa ingatannya kembali pada masa ketika ia memasuki Arkadia untuk pertama kalinya. Gerbang yang hampir serupa.
"Selamat datang kembali di pack tempat kita tumbuh bersama, Isaura." Sambut Neo dengan merentangkan kedua tangannya dengan raut wajah bahagia.
Isaura mengangguk dan memeluk Neo dengan sangat erat, "terima kasih banyak."
Neo mengacungkan ibu jarinya dan mengedipkan sebelah matanya, pertanda mengiyakan ucapan terima kasih dari Isaura. Dia merasa sangat bahagia untuk bisa membawa sahabat kecilnya ini kembali dan mengulang kenangan mereka bersama.
Mereka semua memliki antusias kecil untuk berjalan-jalan di sekitar pack ini, tentu sa
"Evander, aku ... takut. Aku tidak bisa ...."Isaura berbisik dan hampir menangis di dalam pelukan Evander jika saja ia tidak memikirkan keadaan mereka saat ini, dia hanya manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan apapun bahkan di sini bukalah dunia miliknya yang sebenarnya. Mengapa dia harus masuk kedunia ini dan mendapati masalah tanpa kepala dan ekor seperti ini? Dia takut kehilangan orang lain karena ketidakmampuannya.Wanita dengan rambut merah kembali berbicara, "berhenti bersedih, kau tidak akan menyelesaikan apapun, dan lagi bahkan jika kau tidak ingin menyerahkan diri apakah mereka akan berbaik hati untuk memberikan nyawa untuk melindungimu? Aku rasa tidak."Pernyataan ini jelas bentuk provokasi bahwa dia tidak memiliki siapapun untuk melindunginya bahkan jika dia ingin melawan mereka.Namun Evander masih menahan Isaura di dalam pelukannya
Terlihat kabut gelap yang melesat dengan cepat.Kabut menyerang sosok berambut hitam yang tampak tidak begitu waspada, namun ia berbalik dan menahan kabut yang menyerangnya dengan pedang hitam yang sama gelapnya. Dia memiliki raut terkejut ketika menyadari bahwa kabut itu dan pedang di tangannya sebenarnya terlihat hampir serupa."Siapa kau?!" Dia harus tau siapa yang memiliki kemampuan kabut yang sama dengan sosok yang memberikan perintah kepadanya.Kabut itu perlahan memudar dan memperlihatkan Evander yang menahan pedang hitam dengan tangan kanan, dia memiliki mata yang telah menghitam sepenuhnya dan kabut bergerak di sekeliling tubuhnya.Dia mengeluarkan Blue Fire di tangannya dan melontarkannya pada sosok berambut hitam, ketika mereka saling mengelak dan bergerak menjauh."Siapa kau sebenarnya?! Kau bukan makhluk biasa?" Dia berteriak dan mengeratkan pedang
"Apakah kau tidak ingin bangun?"Suara itu bergema di sekitarnya dan menarik Isaura yang masih berada di dalam kegelapan, seakan-akan dia menjadi buta atau seluruh penerangan telah direnggut dari sekelilingnya. Sunyi dan dingin yang menusuk seakan berhembus memeluk tubuhnya hingga menggigil. Dia tidak bisa bergerak bahkan jika dia telah berusaha untuk melakukannya. Seperti terikat dengan kegelapan yang tak berujung itu.Perlahan namun pasti seperti lubang yang di terpa cahaya, bintik kecil yang begitu cerah muncul dan menarik atensinya, dia mengedipkan matanya dan menemukan bahwa cahaya itu semakin membesar dan semakin jelas mengenai tubuhnya. Dia meraih lingkaran cahaya itu dan bergegas untuk meraihnya hanya untuk mendapati bahwa cahaya itu perlahan menjauh.Tidak! Dia harus mendapatkannya. Dia harus keluar dari kegelapan ini.Dia mengerakkan langkah kakinya dan berlari untuk mengejar cahaya itu, dia tidak bisa membiarkannya berl
"Percayalah padaku Verdande, kau tidak ingin pergi dari dunia ini."Isaura masih merasa bingung, ia tidak pernah menyangka akan menemukan orang lain di tempat ini. Bahkan pihak lain tampaknya mengetahui tujuannya untuk dapat mencapai tempat ini. Tapi bagaimana bisa dia mengetahuinya?Ia menatap sosok kakek tau di hadapannya, "bagaimana kau mengetahui apa yang ada di dalam hatiku? Tetapi sebelum itu, kau menyebutku siapa?"Orang tua itu hanya tersenyum menyikapi pertanyaannya, kemudian melepaskan topi anehnya itu, tampaklah rambut yang telah memutih khas dengan usianya. Lalu ia menepuk batu di sampingnya untuk memberikan isyarat agar Isaura duduk di sana."Duduklah terlebih dahulu, bukankah tidak nyaman bagimu untuk terus berdiri? Apakah luka di perutmu telah membaik?"Isaura mengerutkan keningnya."Kakek, Bagaimana kau tahu bahwa perutku sedang terluka?" Seharusn
Dia merasa seakan-akan tengah melayang di antara ruang hampa, hanya ada kabut putih samar yang tidak berujung di sekelilingnya, dia berusaha bergerak menyibak kumpulan kabut itu tetapi tidak ada apapun yang tampak atau sekedar menunjukan sesuatu secara sekilas. Ia melangkahkan kakinya perlahan tanpa arah dan tujuan. Hanya ketika ia berpikir bahwa kabut ini benar-benar tidak akan pernah berakhir, pemandangan di hadapannya berubah secara perlahan. Kabut memudar dan menunjukan pemandangan sebuah kediaman megah bertahtakan "Balairung Urd" di puncak pintu masuknya. Balairung Urd? Tunggu ... dimana ia pernah mendengarnya? Ah, Isaura bergerak masuk dengan perlahan setelah menemukan ingatan bahwa kakek tua yang menyebut dirinya sendiri sebagai Grimnir itu menyebutkan mengenai sumur yang menjadi penentu takdir yang disebut sebagai sumur Urd. Apakah Balairung dengan nama ya
Samar-samar ia mendengar banyak suara, penuh kepanikan dan juga ketidaksabaran. Banyak langkah kaki yang berjalan bolak-balik di sekelilingnya. Udara di sekitarnya di penuhi dengan kecemasan, dan juga kegugupan. Hanya ketika ia membuka matanya, ada Neo yang terus berjalan dengan gurat khawatir memenuhi matanya, di ujung tempat tidurnya terdapat Evander yang berdiri sambil bersandar kepada papan kayu di belakangnya. Keningnya berkerut dan aura suram meneyelimuti wajahnya. Di samping tempatnya berbaring, Aryua sang Healer dari bangsa Elf duduk dan mengenggam tangannya dengan mata terpejam, seharusnya ia sedang menyembuhkan luka di tubuhnya. Ia masih menunggu, tetapi tidak ada satupun dari ketiga sosok ini yang menyadari bahwa ia telah tersadar. Elf di sisinya mengerakan kelopak matanya dan membukanya perlahan, hanya untuk memili
"Apa! Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" Isaura berusaha bangkit untuk bangun dari tempatnya berbaring, tetapi Evander menahan bahunya agar ia tetap tenang dan tidak bertindak gegabah. Neo memiliki raut wajah yang lebih cemas daripada sebelumnya, "Isaura, aku memberitahukan hal ini kepadamu bukan untuk membuatmu semakin khawatir. Aku mohon tenangkan dirimu, Xantha terluka tapi anggota packku telah mengurusnya, jika Aryua tidak keberatan mungkin dia bisa membantu memulihkannya." Aryua tidak berpikir terlalu lama dan segera menganggukan kepala sebagai tanda persetujuannya. "Aku juga ingin melihatnya," dia menatap Neo lalu beralih kepada Evander yang masih menahannya. Dia memasang raut wajah memohon. Tidak mungkin baginya untuk terus berbaring di sini sedangkan kawan baiknya yang pernah membantunya terluka parah di tempat lain. Evander menepuk puncak kepalanya, "beristirahat
"Tuanku apakah kau ingin kita mencobanya untuk segera menyingkirkan musuhmu itu, atau kita urus klan cecunguk yang membantunya?" tanya salah satu sosok dengan jubah hitam yang menunduk kepada sosok yang duduk di atas takhta dari batu.Mengangkat wajahnya yang pucat dibalik rambut hitam yang mengalir sepanjang bahunya, sosok itu adalah Vilaevils, atau vilav yang jiwanya telah terbangun dari segel Lakhesis. Obsidian merahnya nampak berpendar ketika ia menatap ketiga sosok bawahannya yang tengah memberikan laporan kepadanya. Ia berbicara dengan suara serak, ia hampir lupa kapan terakhir ia berbicara. "Bagaimana ia yang sekarang?" Ketiga bawahannya itu segera tahu siapa yang ia tanyakan, salah satunya segera menjawab, "tidak di sangka bahwa ia terlahir sebagai gadis desa yang sangat lemah tuanku, bahkan tampaknya dia tidak mengingat siapa dirinya yag sebenarnya."
Hingga ratusan tahun kemudian, Moiroe masih akan menjadi Dewi yang paling dipuja. Meskipun mereka tidak menghendakinya, namun baik dewa ataupun manusia menghargai mereka begitu banyak. Kisah Sang dewi penengah yang menghilang selama tujuh ratus tahun untuk menghentikan musuhnya pun menjadi kisah yang diceritakan turun temurun dalam berbagai ras. Bangsa Centaur menjadi yang paling menghormati keberadaan sang dewi, sebab salah satu pemimpin mereka yang paling berani, dikenal sebagai Xantha Archer, menjadi yang pertama memegang teguh keyakinannya terhadap sang dewi, kemudian keyakinan ini akan berlangsung hingga generasi setelah dirinya. Niflheim masih terasa sangat dingin dan mencekam, tetapi setelah peristiwa penaklukan, sungai beracun yang ada di dalamnya tidak pernah lagi bergejolak, meninggalkan Ygdrassil dalam kedamaian. Perlahan, bangsa Dark Elf juga tidak lagi memangsa atau menghancurkan ras lain, meskipun keberadaan mereka masih mengalami penolakan oleh beberapa pihak. Kini
Ada suara kepakan burung di atas rumah, beberapa dari mereka nampaknya memutuskan untuk hinggap di jendela ataupun pagar rumah. Dari kejauhan terdengar gelak tawa anak-anak yang bermain dan berlarian di sepanjang jalan. Suara ketukan dari kuda yang berlarian dengan santai di Padang rumput juga ikut meramaikan suasana. Kupu-kupu berbagai warna sibuk terbang dan hinggap di antara puluhan bunga yang mekar dengan begitu indah. Salah satu kupu-kupu dengan sayap berwarna biru murni, dan garis-garis keperakan di sepanjang tepian sayapnya terbang sejenak menuju di puncak bunga berwarna putih bersih sebab tergoda oleh baunya yang begitu harum. Nampaknya itu tidak peduli bahwa bunga yang ia tempati tampaknya tengah berada pada tangan seseorang. "Isaura, setelah melewatkan tujuh ratus tahun perpisahan, aku masih tidak menyesal memiliki hatiku untukmu. Sudah begitu lama dan aku belum memiliki kesempatan untuk memberikannya, jadi, Isaura ... Sang dewi yang begitu ku cintai, maukah kau menerima h
Sejak kapan tepatnya ia mulai merasa iri terhadap saudaranya? Jika itu sejak kecil, ia sendiri tidak yakin. Sebab, sepanjang ingatannya, mereka berdua bergaul dengan sangat baik, karena hidup mereka bergantung kepada satu sama lain. "Saudaraku, suatu hari nanti kita akan tinggal di rumah yang hangat, dengan banyak bunga berbagai warna dan juga pepohonan, sehingga kita hanya akan merasakan angin yang segar bergulir, bukan dingin yang begitu mengigit seperti saat ini." Ia mengatakannya dengan penuh keyakinan saat itu, seakan-akan segala yang ia ucapkan sudah pasti. Saudaranya tidak banyak berbicara, tetapi masih mengiyakan. "Um, mari melakukannya." Sahut saudaranya saat itu. Meskipun tidak banyak berbicara, tetapi ia bisa melihat keyakinan yang sama ada di mata saudaranya. Mereka sama-sama ingin mewujudkannya. Mereka selalu tidur bersama, sebab Niflheim bukanlah tempat yang ramah, dan segala sesuatu dapat terjadi yang mungkin bisa memisahkan mereka berdua. Niflheim sangat keras. O
"Jadi, inikah yang kau katakan dengan tidak akan ragu-ragu lagi?" Isaura menatap pemandangan dihadapannya, mereka di kelilingi dengan salju yang terhampar di sepanjang mata memandang, udara dingin yang mengigit segera menyelimuti mereka. Tempat ini adalah Niflheim dimana Vidar dan juga Vilaevils pernah tinggal di sini. Tentu saja, Isaura segera berbalik ke arah Forseti, dengan raut penuh tanda tanya. Evander melangkah maju, dengan kewaspadaan di wajahnya, ia berdiri di depan Isaura, "mengapa kau membawa kami kesini?" Forseti menyadari kecurigaan pihak lain, bahkan ia juga melihat bahwa Nouna dan Morta yang mengikuti mereka juga menguarkan udara berbahaya di sekitar mereka. Ia segera angkat bicara, "tunggu dulu, biarkan aku menjelaskannya." Morta membalas ucapannya, "jangan bertele-tele, Forseti." Forseti segera melangkah sejauh sepuluh langkah di hadapan ketiganya, setelah memastikan bahwa jarak di antara mereka baik-baik saja, Forseti mulai berbicara, "alasan mengapa aku membaw
"Lakhesis, beraninya kau baru kembali saat ini!" Teriakan ini bergema bersamaan dengan satu sosok yang melesat dan menabrak Isaura, pelukan erat segera dirasakan olehnya saat itu. Membalas pelukan sosok di hadapannya, Isaura tertawa kecil sebelum kemudian berbicara, "Nouna, bagaimana kabarmu bisa memarahiku seperti ini?" Satu sosok lain yang baru saja muncul menyela keduanya, "meninggalkan kami selama tujuh ratus tahun tanpa ucapan selamat tinggal sama sekali, menurutmu apakah kami akan menyambutmu dengan perayaan?" Isaura melirik ke arah sosok yang baru saja berbicara, Isaura merentangkan satu tangannya dan memberikan isyarat mata kepada pihak lain untuk datang padanya. Sosok itu berjalan dengan teguh, tetapi pada akhirnya ia masih bergabung dalam pelukan itu. Dan mereka bertiga segera jatuh dalam keheningan guna melepaskan rindu yang telah menunggu selama tujuh ratus tahun. Sosok terakhir, Morta, dewi yang menentukan kematian mengusap puncak kepala Isaura setelah melepaskan pe
"Jadi kau bermaksud mengatakan, bahwa aku harus membangunkan saudariku sebelum aku memutuskan untuk menyelesaikan masalahku dengan Vilaevils?" Isaura bertanya, sembari meletakkan cangkir teh pada masing-masing dari mereka. "Kukira keduanya hanya mengasingkan diri dan bukannya tidur abadi." "Tadinya aku juga berpikir demikian," Sang Odin mengambil cangkir teh bagiannya ketika berbicara. "Setidaknya sampai mereka juga ikut menutup sumur Urd bersamanya." Keheningan jatuh untuk beberapa saat. Sampai Isaura bergumam kepada dirinya sendiri, "aku tidak menduga hal itu sama sekali." Sang Odin menanggapi dengan anggukan, "jadi itulah mengapa, sepertinya hanya kau yang bisa membuat mereka memiliki keinginan untuk bangun lagi. Sumur Urd juga sudah mencapai waktunya untuk dibuka kembali." "Um, kurasa juga begitu." Sahut Isaura. "Setelah ini, sepertinya aku harus kembali ke Asgard dan menemukan mereka." Sang Odin segera setuju, "kembalilah bersama denganku nanti." "Haruskah kau segera kembal
"Isaura, datang dan lihatlah, mereka berkata ingin bertemu denganmu!" Teriakan ini bergema saat Isaura tengah menyajikan beberapa hidangan yang telah ia selesaikan, ia segera menengok ke arah pintu dengan wajah ingin tahu. Siapa yang ingin bertemu dengannya hingga Lucien harus berteriak sedemikian rupa kepadanya? Tetapi, Isaura masih menanggapi, "baiklah, aku akan segera keluar." Beberapa waktu kemudian ketika Isaura akhirnya menunjukan dirinya, tidak ada siapapun di depan Lucien, yang membuat Isaura kebingungan, "Lucien? Bukankah baru saja kau berteriak tentang seseorang yang ingin bertemu denganku?" Lucien mengangguk, lalu ia berkata sambil menunjuk pada suatu arah, "yah, memang. Tetapi aku tidak mengatakan seseorang, aku mengatakan itu mereka." Isaura mengikuti ke arah mana jari telunjuk Lucien terarah, dan menemukan dua ekor burung gagak yang bertengger di salah satu dahan pohon yang berada di halaman rumah. Setelah mencoba mengingat siapa burung gagak itu, Isaura segera me
"Wahai, Maha bapa, apakah kau akan terus menjadi penonton dalam kisah Sang dewi utama ini?" Ratu Frigga, kekasih Sang Odin itu tersenyum kecil, tampaknya dia hanya sekedar memberikan pertanyaan yang serupa seperti sebuah basa-basi, namun sebagai pendampingnya, tentu saja Sang Odin merasakan petunjuk dalam perkataan ratunya itu. Sang Odin meraih jemari kekasihnya ketika ia bertanya-tanya dengan heran, "tidak biasa sekali bagimu, Frigga yang tersayang, untuk tiba-tiba mengangkat peristiwa semacam ini terhadapku?" Sang Ratu hanya tersenyum sembari menanggapi genggaman tangan kekasihnya. Namun hal itu membuat Sang Odin semakin bertanya-tanya, ia mengamati wajah Sang ratu dan menebak, "apakah aku telah melewatkan sesuatu yang penting, sayangku?" "Yah, jika ramalanku adalah sesuatu yang penting, maka memang benar kau telah melewatkannya, Maha bapa." Sang Odin segera menepuk dahinya dan tertawa kecil. "Oh, ternyata aku telah melewatkan ramalanmu, ratu yang tersayang. Sekarang, maukah k
"Apakah ada dari kalian yang menemukan jejak Neo?" Lucien menanyakan hal itu ketika Cato dan beberapa anggota pack Sethmolf datang mengunjungi rumah Isaura guna memastikan keadaannya. Mereka kini berkumpul di ruang tamu, dan Lucien akhirnya bergabung bersama mereka, menggantikan tuan rumah yang tidak dapat bergabung sementara waktu. Cato masih menunggu Evander dan Isaura yang berada di lantai atas, tetapi dia masih menanggapi pertanyaan pihak lain, "sejauh ini kami tidak merasakan jejaknya sama sekali, bahkan tidak di dekat pack. Tetapi sang alpha tetap meminta semua anggota untuk waspada, dan segera melaporkan selama melihat atau merasakan jejak Neo barang sedikitpun." "Itu bagus," sahut Lucien sembari mengangguk.Cato meliriknya, "apakah sihir yang merasuki Neo sangat berbahaya?" "Yah, dapat dikatakan begitu, sebab yang merasuki tubuh Neo itu, adalah musuh Isaura, mereka memiliki dendam yang cukup rumit."Cato memiliki kerutan di keningnya, "dendam macam apa itu? Mengapa aku tid