Pembicaraan Wira dan beberapa anak buahnya pun berlanjut. Pada akhirnya mereka pun setuju dengan narasi yang dibuat Wira, jika ada banyak kejanggalan atas pengakuan Joshua."Rela kah dia dipenjara, walau keluarganya hidup terjamin?"Entahlah! Mungkin hanya waktu yang berbicara. Namun, rasa kasihan Wira pada Joshua, membuatnya melakukan berbagai cara untuk menyelamatkan Joshua. Wira yakin dengan seyakin-yakinnya jika Joshua bukanlah pelaku sesungguhnya. Ada dalang dibalik pengakuannya itu.Beberapa hari menjadi pesakitan, di ruangan kecil, gelap dan penuh sesak. Tidak ada fasilitas yang kayak baginya. Makanan yang, ah, jika kalian pun tidak sanggup untuk memakannya. Tapi, Joshua harus melewati semua itu. Melewati semua penderitaan atas pengakuannya.Semua pilihan tentu ada resikonya. Walau berat, Joshua terpaksa menjalaninya. Namun, janji yang sempat dilontarkan Mahesa pada ajudannya itu ternyata tidak semua dipenuhi.Bahkan sejak masuk ke dalam sel yang menjijikan itu, Mahesa maupun
Desakan para komandannya serta kedua orangtuanya yang didatangkan langsung akhirnya meluluhkan hati Joshua. Setelah memastikan akan ada pengamanan bagi keluarganya, Joshua pun jujur pada para penyidik tentang semuanya."Apa benar kamu yang telah membunuh seniormu itu Jos?" tanya Wiranata."Tidak, Pak! Bukan saya pembunuhnya!" jawab Joshua lantang.Kecurigaan Wiranata akhirnya kini terbukti. Jelas sudah jawaban Joshua yang lantang. Langkahnya mendatangkan kedua orangtua Joshua ternyata bukan pilihan yang salah. Joshua pun membuka satu persatu misteri yang terjadi.Joshua akhirnya menceritakan dengan jelas apa yang ia ketahui. Semuanya. Semua yang ia ketahui, ia ungkapkan dengan gamblang. Kini ia tidak lagi takut akan keselamatan kedua orangtuanya. Juga keluarganya yang lain. Bahkan pria nomor satu di instansi tempatnya bekerja langsung lah yang memberinya jaminan keselamatan. Demi membongkar semua, para petinggi itu turun tangan."Kamu tenang saja, Jos. Dengan kamu membantu kami, hidu
Pada akhirnya Joshua memilih menjadi orang yang jujur. Atas nasihat kedua orangtuanya dan beberapa atasannya, Joshua akhirnya memilih mengungkapkan fakta yang sebenarnya. Sebuah pengakuan yang sangat tidak diduga oleh Mahesa dan anak buahnya yang lain."Pak, Bu, saya akan jujur semuanya. Saya capek, Bu. Saya menderita di sini. Sedangkan mereka? Mereka hidup nyaman, makan enak!" ucap Joshua terisak.Joshua sadar, jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh atasannya, juga rekan sesama ADC yang hanya menjadikannya tumbal. Mereka bebas, hidup bergelimang harta. Sedangkan ia, hanya menjadi pesakitan. Terpuruk, karirnya pun terancam akan berakhir. Andai Joshua sampai melanjutkan pengakuannya ini, ia akan dipecat. Perjuangannya selama ini demi mengangkat derajat orangtua, akan hancur seketika. Joshua pun mulai membuka suara. Mengumpulkan kepingan puzzle itu, hingga akhirnya tim penyidik mulai mendapatkan titiknya. Benar dugaan Wiranata , jika ada keterlibatan Mahesa di balik pengakuan Joshua."
Wajah Mahesa terlihat syok. Ia tidak menyangka jika Miranda akan hadir. Apalagi mengaku tengah mengandung darah dagingnya. Sungguh, ini di luar nalarnya.Situasi saat itu menjadi ricuh. Wartawan bukan hanya mengejar sosok Mahesa, tapi juga Miranda. Sebagian polisi pun membawa Mahesa kembali ke tahanan.Polisi wanita menarik paksa Miranda. Melindunginya dari kejaran wartawan yang mulai menggila. Saling desak-desakan.Miranda akhirnya dipertemukan dengan Mahesa juga Indhira. Indhira memaksa bertemu. Jika tidak, semua rahasia tentang Mahesa serta rahasia gelap para mafia tempat suaminya bekerja akan ia ungkap.Mahesa tidak berkutik. Ia pun terpaksa mempertemukan Miranda dan Indhira. Entah apa yang akan terjadi, ia sudah siap dengan resikonya.Di ruang penyidik itulah akhirnya ketiganya diperkenankan bertemu. Ada dua polisi yang berjaga di depan agar tidak terjadi sesuatu hal yang buruk."Pi, jadi ini simpanan kamu? Perempuan rendahan kayak dia?" tunjuk Indhira ke wajah Miranda.Miranda
Wiranata dan Ikhsan sudah bersahabat sejak lama. Itulah salah satu alasannya mau membantu Jonathan mencari keadilan buat abangnya. Wira juga ingin tahu, siapa pembunuh sebenarnya. Walau ia juga punya keyakinan yang sama seperti Jonathan, dan titik terang itu mulai terungkap.Malam itu Wira akhirnya kembali ke rumahnya. Suasananya tampak gelap-gulita tidak seperti biasanya. Ia mulai heran, mengapa istrinya mematikan semua lampu sebelum ia pulang. Bukan kebiasaannya.Wira yang cemas akhirnya langsung turun dari mobilnya, Ia mengetuk pintu rumahnya tapi sudah lama pintu itupun tidak terbuka. Wira semakin panik. Ia terus mencoba menuju belakang rumahnya dan berharap ada celahnya untuk masuk.Tidak ada pilihan lain baginya selain mendobraknya. Wira pun akhirnya berhasil masuk. Ia langsung berlari menuju lantai dua rumahnya. Di mana istri dan kedua anaknya tertidur.Lagi-lagi Wira dibuat bingung karena mereka tidak ada di kamarnya. Entah ke mana perginya. Hingga telepon tiba-tiba terdenga
Suara gemuruh para pengunjung yang hendak melihat dari jarak dekat pun mulai pecah. Sidang pun sempat ditunda untuk beberapa saat, hingga akhirnya sidang dapat dilanjutkan kembali di saat kondisi lebih kondusif.Mata-mata itu kini menatap ke arah Joshua. Ya, dialah yang menjadi tersangka pertama yang akan menjalani persidangan kasus kematian Ikhsan. Walau bukan dia pelakunya, tapi Joshua telah didakwa ikut bekerjasama menutupi sebuah kejahatan."Joshua, bagaimana kabar kamu hari ini?" tanya YM hakim Iman. Beliaulah hakim ketua yang akan memimpin persidangan hingga akhir."Baik, yang mulia.""Apakah kamu sehat dan bisa menjalani sidang hari ini?" tanya hakim Agung. Hakim anggota 1."Sehat yang mulia."Persidangan pertama yang harus dijalani Joshua ini membuatnya tegang. Nervous dan entah perasaan apalagi. Semuanya berkecamuk menjadi satu. Ia hanya menunduk malu. Tidak mampu menatap siapapun, selain tim pengacaranya.Satu persatu hakim mempertanyakan banyak hal padanya. Mulai alasannya
Suara keributan kembali terjadi. Joshua dan Farraz tetap dengan jawabannya masing-masing. Joshua bahkan berani mengucapkan sesuatu yang tidak pernah dia ungkapkan sebelumnya."Pak hakim, saya jadi curiga. Jangan-jangan Farraz juga ikut terlihat dalam kematian Bang Ikhsan. Karena saya pernah melihat mereka bertengkar. Dia bahkan mengancam akan bilang sama bapak!" ungkap Joshua.Semua mata terbelalak. Begitupun tim pengacaranya. Hakim, jaksa hingga Farraz yang langsung emosi dan menantang Joshua bertengkar kali itu. Ia meradang karena jawaban Joshua dapat memberatkan hukumannya."Joshua, jangan kurang ajar kamu!!!" hardiknya. Farraz bahkan sempat menarik tangan Joshua, hingga akhirnya beberapa anggota kepolisian memisahkan mereka."Kalian tenang! Saudara Farraz, kamu bersikap tenang jika tidak maka bisa memberatkan hukumanmu!" tegas YM hakim Iman."Baik, yang mulia."Sidang kembali dilanjutkan. Banyak pertanyaan yang akhirnya membuat Farraz tersudutkan. Ia mulai merasa tegang, wajahnya
Wajah Mahesa tiba-tiba memerah padam. Entah darimana tim Joshua mengetahui keberadaannya. Apa mungkin, ini kerja Wiranata???Indhira menatap ke arah Himawan. Ia panik, takut, cemas, jika semua aib-aibnya akan terbongkar. Apalagi jika Mahesa tahu kalau ia pernah bekerjasama dengan Himawan untuk menghancurkannya.Wajah Kivan dan Farraz pun sama-sama menatap wajah Himawan. Pria mantan rival sekaligus mantan sahabat Mahesa itu dikenal sangat tegas dan lantang untuk membela kebenaran dan membasmi semua hal tentang kejahatan. "Bisa habis aku sama Pak Him?" batin Farraz.Para saksi pun dipersiapkan. Dihadirkan di muka persidangan. Namun, ada sedikit yang berbeda. Himawan ingin tampil lebih dulu dan berbicara dengan Mahesa di muka persidangan."Baiklah, silakan, kami beri waktu anda 10 menit," ucap hakim Morgan."Terimakasih yang mulia."Himawan pun mengambil mic-nya. Belum saja Himawan berbicara, sejak tadi Mahesa terlihat beberapa kali duduk tidak tenang."Halo, Tuan Mahesa. Lama kita tida