Share

6. DEMI AISHA

Author: Herofah
last update Last Updated: 2024-02-25 00:07:15

Seperti kata Aisha, Allah tidak akan pernah memberi cobaan di luar batas kemampuan umatnya.

Itulah satu hal yang menjadi pegangan Samudra saat ini.

Cobaan yang dia alami saat ini memang berat, tapi dia masih diberi akal untuk berpikir dan diberi kemampuan untuk berusaha.

Berusaha mencari uang untuk membayar biaya rumah sakit yang jelas tidak sedikit.

Pagi itu, setelah mendapat penanganan serius di IGD, Aisya masih diharuskan menjalani rawat inap karena keadaannya yang semakin memburuk.

Tumor di rahimnya sudah semakin membesar, itulah yang menyebabkan Aisha kini mengalami pendarahan meski hal tersebut tidak fatal karena lekas mendapat penanganan.

Hanya saja, tim medis mengatakan, bahwa Aisha harus segera melakukan Operasi untuk mengangkat tumor, termasuk melakukan persalinan prematur, karena jika dibiarkan dan sampai tumor tersebut pecah di dalam rahim, maka nyawa Aisha dan nyawa sang janin tidak akan bisa diselamatkan.

Mungkin, jika Samudra memiliki uang, dia tidak akan berpikir lama untuk menyetujui saran dokter tersebut. Sayangnya, Samudra tidak memiliki uang, sementara Dokter mengatakan proses operasi baru bisa dilakukan setelah Samudra membayar setidaknya separuh dari biaya operasi terlebih dahulu.

"Baik Dok, saya akan usahakan membayar biaya tersebut secepatnya," ucap Samudra sebelum dia pamit dari ruangan Dokter yang kini menangani Aisha.

Samudra keluar dengan wajah kusut. Menutup pintu ruangan itu perlahan dan berjalan gontai menyusuri lorong rumah sakit menuju ruang rawat Aisha.

Dilihatnya Aisha masih tertidur, sepertinya efek obat biusnya masih belum hilang.

Perlahan, Samudra duduk di kursi lipat yang disediakan pihak rumah sakit di sisi brankar Aisha. Menggenggam jemari Aisha lembut.

Genangan air mata yang sejak tadi sudah membendung di kelopak mata Samudra seketika terjatuh. Menetes bergantian.

"Aku tinggal sebentar ya Aisha, nanti aku minta tolong Mbak Santi buat temenin kamu dulu di sini," ucap Samudra pelan.

Setelah menghubungi Santi dan Santi tiba di rumah sakit untuk menggantikannya menjaga Aisha, Samudra pun berpamitan pada Santi dan menitipkan Aisha pada tetangganya itu.

Di sepanjang perjalanan keluar dari rumah sakit, Samudra terus berpikir.

Pikiran lelaki itu bercabang karena dilema.

Sempat terbersit ide untuk meminta bantuan dana dari keluarganya, hanya saja, Samudra tak memiliki cukup keberanian untuk melakukan hal itu.

Sadar bahwa dia sudah melakukan kesalahan, tak mungkin dia kini harus kembali hanya untuk meminta bantuan?

Bahkan sejak dirinya keluar dari kediaman orang tuanya, tak ada satu pun pihak keluarga yang menghubunginya meski sekadar bertanya kabar.

Tidak ibunya, tidak juga ketiga adiknya.

Apalagi Papanya?

Cih, sudah pasti tidak akan mungkin.

Samudra memang tidak tahu apa yang terjadi di kediamannya semenjak dia pergi meninggalkan rumah, karena semenjak itu juga dia benar-benar putus komunikasi dengan seluruh anggota keluarganya.

Bahkan, saat Samudra mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Talia, Ibundanya, ternyata nomor tersebut sudah tidak aktif.

Merasakan kepalanya yang tiba-tiba berdenyut hebat, Samudra mencari tempat untuk duduk.

Jika dia mencari pekerjaan, tentu akan membutuhkan waktu lama untuk mengumpulkan uang.

Jika dia harus meminjam pada rentenir, dia khawatir kejadiannya akan seperti yang dialami Santi dan Hendrik yang kini harus mengembalikan uang pinjaman itu berkali-kali lipat dengan dalih bunga yang terus bertambah.

Sepertinya, satu-satunya cara termudah dan tercepat dia mendapatkan uang hanyalah mendatangi kediaman orang tuanya, berharap mereka berbelas kasih padanya dan mau memberinya bantuan.

Ya, meski harus menebalkan muka dan menggadai harga diri, Samudra tak perduli.

Karena apapun akan dia lakukan, demi Aisha.

*****

Siang harinya, setelah menempuh perjalanan cukup jauh dengan berjalan kaki, Samudra pun sampai di kediaman megah nan mewah kedua orang tuanya.

Rumah yang dulunya menjadi saksi kehidupan masa kecil Samudra yang indah.

"Pak, Pak Asrul?" Panggil Samudra yang saat itu sudah berdiri di depan pintu gerbang besi berwarna hitam. Memanggil satpam yang bekerja di kediaman orang tuanya.

"Eh, Mas Sam?" Sambut Pak Asrul yang langsung beranjak dari pos jaganya menghampiri Samudra di pintu gerbang. "Ada apa Mas?" Tanya lelaki berperawakan tinggi besar itu, sesekali menoleh ke arah rumah besar di ujung sana, seolah takut ada orang yang mengetahui kedatangan Samudra.

"Di rumah ada siapa aja?" Tanya Samudra saat itu.

Pak Asrul tampak berpikir. "Ng, kayaknya cuma ada Neng Mutiara doang," jawab Pak Asrul meski terlihat ragu.

"Mama kemana?" Tanya Samudra lagi.

"Ibu kan masuk rumah sakit, udah seminggu lebih dirawat," jawab Pak Asrul apa adanya.

Samudra sempat terdiam sesaat. Mengetahui sang Ibu sakit, Samudra jelas khawatir.

"Emang Mama sakit apa, Pak?" Tanya Samudra lagi.

"Ya, semenjak Mas Samudra keluar dari rumah, Bu Talia emang jadi sering sakit, Mas. Kayaknya ini udah yang keempat kalinya Ibu masuk rumah sakit semenjak Mas Samudra pergi," jawab Pak Asrul mencoba mengingat-ingat. "Kalau sakitnya sih, saya cuma tau demam aja, selebihnya saya nggak tau, Mas,"

"Hm, kalau begitu, saya boleh masuk sebentar nggak Pak? Saya mau ketemu Mutiara," Tanya Samudra saat itu.

Dari ekspresi Pak Asrul yang ditangkap Samudra setelahnya, sepertinya, Pak Asrul enggan membantu, meski akhirnya, lelaki itu pun mengizinkan Samudra untuk masuk juga.

"Mas, nanti jangan lama-lama ya, takut Pak Adipati tiba-tiba pulang," ucap Pak Asrul memperingati.

Samudra yang paham akan kekhawatiran Pak Asrul hanya mengangguk dan tersenyum.

Dia berjalan dengan langkah tergesa melewati pekarangan rumahnya yang super luas itu.

Namun, baru setengah perjalanan, langkah Samudra sudah disalip lebih dulu oleh sebuah mobil mewah yang terhenti di hadapannya.

Melihat merk mobil itu, Samudra tahu itu bukan kendaraan Papanya, melainkan kendaraan Senja, adik perempuannya yang paling tua.

Seorang lelaki turun dari balik kemudi, membuka kacamata Glossynya, menatap tak percaya ke arah Samudra yang jadi terdiam karena jalannya terhalang mobil tersebut.

"Wah, ada angin apa kamu pulang hari ini, Sam?" Tanya lelaki itu yang tak lain adalah suami Senja, adik ipar Samudra yang bernama Alden.

Hubungan Alden dan Samudra sejak dulu memang kurang baik karena Samudra yang sejak awal tidak merestui hubungan sang adik dengan lelaki mata duitan itu.

Samudra tahu bagaimana busuknya Alden, hanya saja, Senja yang sudah terlalu bucin pada Alden tak pernah mau mendengarkan kata-kata Samudra dan malah ikut memprovokasi Samudra yang sudah memfitnah Alden di hadapan kedua orang tuanya. Dan sejak saat itulah, Samudra tak pernah mau lagi ikut campur urusan asmara sang adik dengan lelaki itu. Dan karena hal itu juga, perlahan hubungan Senja dan Samudra pun jadi kurang harmonis.

Samudra melirik ke arah di mana Senja kini tampak menyusul suaminya turun dari mobil.

"Kak Sam?" Sapa Senja yang sama terkejutnya dengan Alden, meski dari cara mereka menatap ke arah Samudra jelas berbeda.

Alden dengan tatapannya yang seolah merendahkan Samudra, sementara Senja dengan tatapannya yang terlihat prihatin.

"Kakak ada perlu sama Mutiara," jawab Samudra apa adanya. Rasa-rasanya, Samudra tidak mungkin meminta bantuan pada dua manusia di hadapannya sekarang karena Samudra yakin mereka memang tidak akan mungkin bersedia membantunya.

"Hm, Sayang, kira-kira, Papa tau nggak ya, kalau hari ini anak kesayangannya pulang?" Ucap Alden pada Sang istri dengan senyuman mengejek yang terlihat menyebalkan. Kalimat yang diucapkannya terdengar seperti sebuah peringatan keras terhadap Samudra.

Senja menatap Samudra dan sang suami bergantian, seperti orang bingung menentukan sikap. "A-aku nggak tau, Mas," jawabnya dengan suara pelan.

"Yaudah, kalau begitu, kasih tau dong, biar Papa bisa cepet pulang," ucap Alden lagi.

"Maaf, aku buru-buru." Kata Samudra menengahi. Sadar bahwa sepertinya Alden memang sedang berusaha memancing emosinya, sementara Samudra yang tak ingin membuang waktu dan tenaganya hanya untuk meladeni lelaki tak penting itu, memutuskan untuk melanjutkan langkahnya menuju kediaman orang tuanya.

Samudra harus menemui Mutiara dan meminta bantuan pada adik bungsunya itu.

Namun, jika memang Mutiara tidak bisa membantu, satu-satunya cara lain yang akan Samudra tempuh adalah, mengambil beberapa barang berharga miliknya yang pasti masih tersimpan di kamarnya, untuk kemudian dia jual.

Tanpa pernah dia ketahui, bahwa saat itu, Alden yang memang membenci Samudra, benar-benar mengadukan keberadaan Samudra siang ini pada Adipati.

"Gara, cepat cari tahu, apa yang terjadi pada Samudra sampai dia pulang ke rumah siang ini?"

Perintah Adipati pada sang asisten begitu mendapat kabar tentang kepulangan Samudra.

Hari itu, Adipati yang masih menunggui Talia di rumah sakit langsung bertolak ke kediamannya untuk mengetahui lebih pasti, atas alasan yang membuat sang anak sampai pulang ke rumah hari ini.

Related chapters

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   7. SENYUM PALSU SEORANG AYAH

    "Ya ampun, Muti mana ada uang segini banyak Kak?" Pekik Mutiara saat Samudra baru saja memberitahunya bahwa dia membutuhkan sejumlah uang untuk membayar biaya operasi Aisha. "Kakak kan tau Muti masih sekolah. Paling Papa biasa kasih Muti uang untuk pegangan jajan sama ongkos sebulan aja. Selebihnya uang biaya sekolah ya Papa sendiri yang urus," tambahnya dengan wajah yang tampak prihatin.Mutiara mengeluarkan Kartu ATM dari dompetnya dan memberikannya pada Samudra. "Kayaknya masih sisa empat jutaan sih di sini. Nih, Kakak pakai aja, nanti Muti minta lagi sama Mama. Tapi, kalau untuk kasih tau Mama soal ini, Muti nggak janji ya Kak, soalnya kondisi kesehatan Mama juga lagi nggak stabil. Muti takut Mama jadi tambah down kalau tau keadaan Kak Sam sekarang,"Samudra mengesah. Jadi serba salah.Keadaan saat ini memang benar-benar sedang menghimpitnya.Setelah mencoba berpikir jernih, akhirnya Samudra memutuskan untuk tidak merepotkan Mutiara lebih jauh.Mendorong kembali ATM yang tadi diso

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   8. UANG SEKOPER

    Hari itu, Santi sudah menemani Aisha seharian di rumah sakit, namun sampai hari menjelang malam, Samudra tak kunjung menunjukkan batang hidungnya di rumah sakit.Bahkan setelah Santi sudah berulang kali menghubungi tetangganya itu, Samudra tak sama sekali membalas pesan yang dikirim Santi.Sampai akhirnya, Santi pun memutuskan untuk pulang karena dia pun khawatir akan kondisi Shaka di rumah, sementara Hendrik suaminya harus berangkat bekerja malam ini."Aisha, Mbak pulang dulu ya? Shaka nggak ada yang jagain di rumah, gimana ini?" Ucap Santi yang jadi tak enak hati. Tapi mau bagaimana lagi, dia tak punya pilihan lain, Shaka jelas membutuhkannya di rumah.Aisha yang memang sudah sadar sejak tadi siang hanya mengangguk pelan. Kondisinya masih sangat lemah.Setelah menitipkan Aisha pada suster jaga, Santi pun pulang meski saat itu dia sendiri berat meninggalkan Aisha sendirian.Untungnya, di depan rumah sakit, sewaktu Santi sedang menunggu angkutan umum, dia melihat Samudra di kejauhan y

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   9. NAPI ATAS NAMA SAMUDRA

    Satu minggu berlalu sejak hari di mana Samudra ditangkap polisi atas tuduhan pencurian, Samudra tak sama sekali diizinkan keluar dari sel tahanan meski dia sudah berkali-kali memohon, menghiba hingga membuat onar dengan menjerit-jerit seperti orang gila, tetap saja, tak ada yang memperdulikannya.Frustasi, Samudra sampai tega melukai salah satu teman satu selnya dan menjadikannya tawanan, sebagai alat ancaman agar para polisi itu bersedia melepaskannya. Sebuah tali yang dia dapatkan dari tempat sampah, dia gunakan untuk mencekik leher salah satu napi itu, meski pada akhirnya, Samudra justru harus menerima hukuman di ruangan isolasi yang pengap dan berbau.Di dalam ruangan isolasi itu, Samudra yang sudah putus asa hanya bisa menangis. Bahkan dia sempat menyalahkan Tuhan atas takdir dan penderitaan yang harus dia lalui saat ini.Samudra sama sekali tak memperdulikan dirinya, karena sejauh ini, yang ada dalam pikiran Samudra hanyalah, bagaimana kondisi Aisha sekarang.Itu saja."Ya Allah

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   10. LIMA TAHUN KEMUDIAN

    LIMA TAHUN KEMUDIAN...Hari ini keadaan pasar ikan di Penjaringan, Muara Baru, terlihat agak sepi.Semenjak pihak Pemerintah DKI melakukan survei tempat dan lokasi untuk perencanaan pembangunan Pasar Ikan Modern, mau tidak mau semua nelayan dan para penjual ikan terpaksa diungsikan ke tempat baru.Sayangnya, di tempat baru ini mereka banyak kehilangan para pelanggan karena akses jalan yang sempit, serta kesan kumuh dan jorok yang menjadikan pasar ikan dadakan itu kini sepi pengunjung.Para konsumen lebih memilih untuk pergi ke supermarket yang higienis dan nyaman, ketimbang bersusah payah datang ke tempat berbau amis yang dipenuhi lalat-lalat menjijikan seperti di pasar ikan dadakan ini.Banyak para pedagang yang mengeluh karena ikan-ikan mereka pada akhirnya busuk karena tidak segera di konsumsi."Ya mau gimana lagi, harus sabar-sabarlah, nanti kalau pasar ikan modern udah jadi, kita-kita juga yang enakkan?" ujar Pak Slamet salah satu nelayan ikan yang biasa menjajakan hasil tangkapa

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   11. SEBUAH RAHASIA

    Seorang Laki-laki bersetelan jas casual dengan gayanya yang terlihat maskulin, berjalan menuju sebuah kawasan kumuh di pinggir pelabuhan.Dia sangat hati-hati dalam melangkah, seolah takut sepatu hitam mengkilatnya kotor terkena lumpur. Sebab sepatu ini dia beli dengan harga yang cukup mahal dan baru dia pakai satu minggu belakangan ini.Langkah kaki laki-laki itu terhenti tepat di sebuah pemukiman yang menurutnya sama sekali tak layak dihuni oleh manusia. Selain tempatnya yang kotor, pemukiman itu seolah kelebihan muatan.Penghuninya banyak, sedang lahan yang mereka huni sangat pas-pasan. Jadilah mereka terlihat seperti hewan ternak yang hidup dalam satu kandang. Pasti tidur pun mereka harus terpaksa saling berdesak-desakan.Laki-laki itu menghela napas berat. Dia jadi tak bisa membayangkan jika dirinya berada di posisi Samudra sekarang, sudah pasti dia tidak akan sanggup."Permisi Bang, saya ada perlu dengan Samudra, orangnya ada?" tanya laki-laki itu pada salah satu penghuni yang s

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   12. DI MANA MAKAM AISHA?

    Hidup adalah sebuah proses.Proses belajar bertahan pada sesuatu setelah saling mengenal, berinteraksi, beradaptasi dan menerima kondisi.Itulah yang telah Samudra lalui selama kurun waktu 5 tahun terakhir.Sebuah proses panjang yang penuh drama dan spionase. Sebuah perjalanan menemukan jati diri dan arti kehidupan secara bersamaan. Perjuangan dan pengorbanan yang tak bisa diukur oleh apapun yang ada di dunia ini.Dulu, Samudra tidak tahu apapun tentang agamanya sendiri. Dia terlalu sibuk dengan urusan dunia.Sibuk berfoya-foya, mabuk-mabukkan, balapan liar, bermain perempuan, bahkan sampai pernah menjadi seorang pengkonsumsi barang haram, jenis ganja.Segala jenis dosa itu melekat kuat dalam diri seorang Samudra Atlanta, hingga membuatnya lupa daratan.Uang dan kekuasaan membuatnya khilaf dan tenggelam dalam jurang kesesatan.Semua orang tunduk padanya. Menghormatinya. Tak ada yang berani melawannya karena kekuasaan yang dimiliki keluarganya.Hingga suatu hari, Allah mempertemukannya

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   13. PELECEHAN DI METROMINI

    "CUKUP AIRISH!"Gelegar amarah seseorang terdengar dari arah ruang keluarga.Beberapa asisten rumah tangga yang mendengar suara itu pun mendadak kepo. Mereka merapatkan telinga ke dinding dari arah dapur untuk menguping.Semua terasa seperti mimpi bagi Airish ketika sang Papa yang begitu menyayanginya selama ini membentaknya untuk pertama kali.Airish tidak terima."Airish sayang sama Delon Pa! Pokoknya Airish nggak mau dijodoh-jodohin lagi! Kalau emang Papa nggak setuju sama hubungan Airish, Airish bakal pergi dari rumah ini! Airish akan tinggal sama Delon!" sentak Airish dengan wajah sembab. Dia baru saja keluar dari kamar dengan sebuah koper di tangannya."Papa sudah peringatkan kamu, laki-laki macam apa Delon itu! Tapi kalau kamu tetap nggak percaya omongan Papa, SILAHKAN PERGI! Temui pangeran kodok kamu itu! Tapi ingat Airish, kalau sampai omongan Papa ini terbukti, kamu nggak bisa mengelak dari perjodohan yang sudah Papa rencanakan!" ancam Sudirman pada anak semata wayangnya, Ai

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   14. KESIALAN SAMUDRA

    "Bapak-bapak, Ibu-ibu! Kalian ya yang jadi saksi atas apa yang terjadi sama saya di dalam metromini ini! DIA, LELAKI INI, SUDAH BERANI PEGANG-PEGANG DAN MEREMAS PANTAT SAYA DUA KALI!" teriak Airish seperti orang yang sedang berpidato."Maaf Nona, saya bukan lelaki mesum. Saya sama sekali tidak merasa sudah melakukan tindak pelecehan seksual terhadap anda! Tolong tarik kata-kata anda tadi!" sahut Samudra dengan gertakan kedua rahangnya."Kamu? Cowok yang di pasar ikan waktu itukan?" Tanya Airish spontan begitu teringat akan sosok lelaki belagu yang sempat membuatnya kesal tempo hari.Samudra diam saja. Tatapan penuh hujatan yang dia peroleh dari sebagian isi penumbang metromini itu membuatnya tidak nyaman hingga dia pun akhirnya memutuskan untuk turun dari metromini tersebut.Sebelum turun, Samudra sempat menatap tajam wajah lelaki lain yang juga berdiri berdampingan dengan Airish di sisi lain. Lelaki yang diyakini Samudra sebagai tersangka yang sebenarnya telah melakukan tindak pelece

    Last Updated : 2024-02-25

Latest chapter

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   68. EPILOG

    Menghirup udara pagi di Switzerland yang asri dengan pemandangan perbukitan landai di sepanjang mata memandang.Rumput hijau bak permadani, bunga warna-warni yang bermekaran, serta suara gemericik aliran air sungai yang merdu.Puncak pegunungan Alpen yang tertutup salju, danau biru berkilauan, lembah zamrud, gletser, dan dusun kecil tepi danau yang indah menghiasi negara daratan ini.Sungguh ajaib ciptaan-Nya.Ini adalah pagi pertama aku bisa menikmati keindahan alam kota Swiss bersama Ibu.Bersama menaiki sepeda sambil berolahraga. Tawa ceria ibu terus terdengar dengan begitu banyak ceritanya tentang keindahan alam Swiss yang bisa dia nikmati saat ini.Kesehatan mental Ibuku sudah jauh lebih baik sejak para pelaku kejahatan terhadap kami mendapat ganjaran atas kesalahannya. Bahkan, ibuku sudah bisa terlepas dari obat penenang yang selama ini dia konsumsi secara rutin.Melihat keadaan ibuku yang sudah jauh lebih baik saat ini, aku sangat bahagia."Ibu nggak pernah mimpi bisa tinggal di

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   67. SESEORANG BERINISIAL "N"

    Setiap manusia di muka bumi, pasti akan merasakan yang namanya cinta.Entah itu cinta terhadap keluarga atau pun pasangan, yang pasti setiap cinta yang telah dihadirkan Allah untuk hambanya akan terasa indah di hati."Meski setiap manusia dapat merasakan cinta, jangan sampai perasaan cinta terhadap sesama, melebihi rasa cintamu kepada Allah. Niatkan mencintai seseorang karena Allah, untuk mencapai ketenangan hati yang sempurna," ucap Aisha saat dirinya, Samudra dan Angkasa baru saja selesai menunaikan Shalat Isya berjamaah.Seperti biasa, Aisha akan senantiasa berceramah sesuai dengan ilmu agama yang dipahaminya sejauh ini.Dan tema ceramah Aisha malam ini adalah tentang Cinta seorang hamba kepada Tuhannya.Samudra dan Angkasa mendengarkan dengan seksama. Angkasa tampak nyaman duduk di atas pangkuan lelaki dewasa yang kini senantiasa ada untuknya. Menemani kesehariannya, menjadi rekan bermainnya, serta menjadi partnernya dalam menggoda sang ibunda.Keberadaan Samudra dalam kehidupan A

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   66. GEBETAN BARU

    Pada akhirnya, semua kejahatan harus dibayar dengan hukuman yang setimpal.Pengadilan baru saja menjatuhi hukuman seumur hidup bagi Talia dan Dawis sebagai terdakwa kasus pembunuhan terencana yang dialami oleh Rika dan Narendra berpuluh-puluh tahun silam, di mana kejadian itu awalnya diduga karena sebuah kecelakaan biasa.Sementara Alden, hanya dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena dia hanya lah orang suruhan untuk membantu terjadinya tindak pidana.Bersamaan dengan hukuman pidana yang diterima Alden, tak ingin membuang banyak waktu, Senja yang sudah tahu bagaimana busuk suaminya selama ini, langsung menggugat cerai Alden ke pengadilan.Meski Alden menolak, namun dia tak memiliki kuasa apa pun lagi untuk menampik semua kesalahan-kesalahan yang telah dia lakukan. Hingga akhirnya, pengadilan pun menyetujui gugatan Senja dan meresmikan perceraian mereka beberapa bulan setelahnya.Hari itu, saat Senja datang ke lapas untuk memberikan akta cerai pada Alden, perut Senja sudah terlih

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   65. MAAF, KARENA TELAH MENCINTAIMU

    Untuk Aisha...Ini adalah surat ketiga yang ku tulis untukmu, setelah surat pertama dan kedua gagal kuberikan hingga harus berakhir dengan sobekan kecil di tempat sampah.Surat ini tak akan kuberikan selama aku masih bernapas, karena aku tak ingin ada siapa pun yang mengetahui perasaanku selama ini, apalagi Samudra.Itu artinya, jika sampai surat ini jatuh ke tanganmu, maka aku pastikan bahwa aku sudah tiada lagi di dunia ini.Sebut aku pengecut karena terlalu takut untuk mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya selama ini, terhadapmu, Aisha.Itulah sebabnya, aku hanya mampu mengungkapkannya dalam bentuk tulisan tanpa sanggup mengucapkannya melalui lisan.Entah bagaimana caranya aku memulai karena perasaan ini sudah jelas tidak mungkin bisa terbalas dengan sempurna.Kamu memang pernah mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Impianmu adalah menikah denganku. Akan tetapi, semua itu kamu ucapkan dalam keadaan dirimu yang tidak utuh Aisha. Kamu hilang ingatan, dan karena dalam kehidupan barumu

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   64. PELURU YANG MENEMBUS TUBUH

    Begitu tahu Riki berhasil melarikan diri keluar dari area rumah sakit, sementara pihak kepolisian dan Gara turut mengejar, Samudra pun tak tinggal diam dan langsung menaiki kendaraan roda empatnya bersama Riko.Ponsel Gara yang dipegang Riko tampak berbunyi, ternyata itu adalah kiriman pesan yang berisi share-loc dari ponsel Samudra yang kini sudah berada di tangan Gara.Sudirman yang sudah memberikan ponsel Samudra pada Gara saat Gara bertemu Airish dan Sudirman di ruang radiologi tadi.Cepet bawa polisi ke sini, Riki ada di tempat ini sekarang.Itulah isi pesan dari Gara selanjutnya.Memutar balik arah mencari jalan pintas, Samudra pun langsung memacu kendaraannya dengan kecepatan penuh, tentunya setelah dia meminta Riko untuk mengirimkan lokasi yang dimaksud kepada pihak kepolisian.*****Sampai di sebuah rumah mewah yang sepertinya sudah lama tak berpenghuni, Gara melihat kendaraan yang dikendarai Riki terparkir di sana.Dari cara mengemudinya yang sangat ugal-ugalan tadi, Gara ya

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   63. KESALAHAN TERBESAR

    "Mama sudah tidur?" tanya Samudra pada Mutiara."Sudah Kak. Tadi, habis ditemani Angkasa menggambar, terus Angkasa tidur, Mama juga ikut tidur," jawab adiknya yang paling bungsu itu. "Tadi Angkasa ngeluh laper, Muti teleponin Kakak nggak di angkat-angkat," keluh Mutiara kemudian.Reflek Samudra pun meraba saku celana jeansnya, dan baru ingat jika ponselnya sepertinya tertinggal di ruang rawat Airish tadi."Memang Bi Murni kemana?""Bi Murni izin pulang tadi, malam ini dia nggak bisa jagain Mama di sini, karena anaknya sakit.""Oh begitu. Yaudah malam ini kamu yang jaga Mama berarti. Hp Kakak ketinggalan di tempat Airish kayaknya, Kakak ambil dulu ya. Nanti Kakak ke sini lagi bawakan makanan, tapi mau ke ICU dulu lihat Aisha," ucap Samudra sebelum hengkang dari hadapan Mutiara.Samudra masih berjalan hendak menuju lift, ketika seseorang keluar dari lift samping dan langsung menghentikan langkah tergesa begitu melihat keberadaan Samudra."Sam," panggilnya seraya membuka masker wajah yan

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   62. KEJADIAN DI RUANG ICU

    Pov AISHA DEWI MAHARANI"Saya terima nikah dan kawinnya, Aisha Dewi Maharani Binti Zainudin Alkahfi, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.""Bagaimana saksi?""Sah.""Sah.""Alhamdulillah.*"Apakah kamu menyesal sudah menikah denganku, Mas?""Tidak Aisha. Aku sama sekali tidak menyesal. Semua keputusan yang sudah diambil, harus ada pertanggung jawabannya. Dan sebagai seorang istri, kamu adalah tanggung jawabku sekarang. Jadilah bidadari surga untukku di dunia dan akhirat, Aisha..."*"Kalau nanti anak kita lahir siapa yang mau kasih nama, Mas?""Ya kita? Masa Mbak Santi?"Aisha tertawa."Gimana kalau anak kita laki-laki, kamu yang beri nama, tapi kalau perempuan, aku yang beri nama, setuju?""Oke.""Terus, kamu mau kasih nama siapa kalau anak kita lahir laki-laki nanti, Mas?""Hm, siapa ya?""Muhammad?""Boleh.""Kepanjangannya?""Muhammad Angkasa, gimana?""Boleh, bagus kok.""Terus kalau perempuan, kamu mau kasih nama dia siapa?""Zahra. Az-Zahra Chairunnisa."*"Nanti kamu bali

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   61. RIKI ADA DI RUMAH SAKIT INI!

    Malam ini bintang bersinar cerah di angkasa.Cahayanya indah memenuhi langit dengan titik-titik kecil berwarna emas.Saking indah dan cerahnya langit malam ini, Airish pun tergoda untuk menyaksikan langit dari alam terbuka.Dan kebetulan sekali, Samudra datang menjenguknya.Sejak dua hari dirinya dirawat di rumah sakit yang sama dengan Aisha, ini adalah kali kedua Samudra mendatanginya, setelah lelaki itu menengok keadaannya pasca dipindah ke ruang rawat dua hari yang lalu.Airish berusaha untuk memaklumi meski dalam hati, dia merasa begitu sedih dan kecewa.Sialnya, Airish hanya bisa memendam kesedihan dan kekecewaannya itu dalam hati, karena dia sadar akan posisinya yang memang tak sama sekali memiliki peran penting apa pun dalam kehidupan Samudra.Bagi Airish, Samudra masih mengingatnya saja itu sudah lebih dari cukup membuatnya merasa senang.Airish tak ingin berharap terlalu muluk, apalagi jika masih berharap bahwa pernikahannya dengan Samudra akan tetap berlangsung. Sungguh, itu

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   60. LELAKI DALAM BATH TUB

    "Aisha hilang ingatan, Sam," beritahu Gara saat keduanya sedang menikmati makan siang bersama di salah satu restoran cepat saji yang berada di lantai dasar Rumah Sakit."Apa? Jadi, sekarang dia tidak ingat padaku?" tanya Samudra dengan perasaannya yang kian remuk redam.Setelah apa yang Samudra dengar dari Angkasa mengenai ucapan Aisha tentang Gara semalam, perasaan Samudra jadi tak tenang. Itulah sebabnya, dia meminta Gara ke rumah sakit saat jam makan siang kantor."Ya, benar. Aisha tak mengingat siapa pun pasca kejadian kecelakaan yang menimpanya empat tahun silam. Aisha koma dan ketika dia terbangun dari koma, dokter menyatakan bahwa Aisha amnesia," tambah Gara lebih lanjut.Mendengar hal itu, dunia Samudra yang sudah hancur lebur kembali harus dihancurkan lagi hingga berkeping-keping.Pantas sejak kemarin, Samudra merasa tatapan Aisha begitu aneh kepadanya. Seolah Samudra adalah orang asing baginya.Nyatanya, semua itu karena Aisha yang memang tidak ingat siapa Samudra sebenarnya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status