Home / Romansa / MISTERI KEMATIAN ISTRIKU / 11. SEBUAH RAHASIA

Share

11. SEBUAH RAHASIA

Author: Herofah
last update Last Updated: 2024-02-25 00:15:59

Seorang Laki-laki bersetelan jas casual dengan gayanya yang terlihat maskulin, berjalan menuju sebuah kawasan kumuh di pinggir pelabuhan.

Dia sangat hati-hati dalam melangkah, seolah takut sepatu hitam mengkilatnya kotor terkena lumpur. Sebab sepatu ini dia beli dengan harga yang cukup mahal dan baru dia pakai satu minggu belakangan ini.

Langkah kaki laki-laki itu terhenti tepat di sebuah pemukiman yang menurutnya sama sekali tak layak dihuni oleh manusia. Selain tempatnya yang kotor, pemukiman itu seolah kelebihan muatan.

Penghuninya banyak, sedang lahan yang mereka huni sangat pas-pasan. Jadilah mereka terlihat seperti hewan ternak yang hidup dalam satu kandang. Pasti tidur pun mereka harus terpaksa saling berdesak-desakan.

Laki-laki itu menghela napas berat. Dia jadi tak bisa membayangkan jika dirinya berada di posisi Samudra sekarang, sudah pasti dia tidak akan sanggup.

"Permisi Bang, saya ada perlu dengan Samudra, orangnya ada?" tanya laki-laki itu pada salah satu penghuni yang sedang bermain catur di luar.

"Kayaknya ada di dalem, masuk aja," jawab Bang Tohir. Bang Tohir memberikan isyarat melalui gerakan kepalanya kepada laki-laki tampan di hadapannya saat ini. Dari penampilannya sih, terlihat seperti bukan orang sembarangan. Pikir Bang Tohir dalam hati.

Laki-laki itu pun mengikuti perintah Bang Tohir. Dia melangkah masuk ke dalam petakan pemukiman itu di mana bangunannya berbahan dasar kayu dan papan yang ditambal secara acak. Seperti rumah-rumahan mainan.

Maklum, ini adalah pemukiman sementara para kuli bangunan yang kini mengerjakan proyek Muara Baru dan Samudra ikut nimbrung menumpang di sini sementara waktu sebagai imbalan karena Samudra seringkali membantu para pekerja itu menyelesaikan pekerjaan mereka bahkan tanpa Samudra meminta bayaran.

Jadilah, Samudra diterima dengan hati lapang oleh para penghuni di pemukiman sementara itu.

Samudra baru saja selesai mandi. Dia keluar dalam keadaan bertelanjang dada dengan handuk yang tersampir di bahunya. Langkah Samudra terhenti saat dia melihat laki-laki yang kini berdiri di depan pintu kamar mandi.

Dia Gara.

Asisten Pribadi sang Papa yang sudah Samudra anggap seperti sahabatnya sendiri.

*****

"Tuan Adipati masuk rumah sakit, Sam," ucap Gara saat dirinya kini duduk di atas kap mobil BMW silvernya. Dia duduk bersebelahan dengan Samudra.

Samudra tidak bereaksi. Dia diam dalam posisi duduknya yang setengah bersandar di atas kap mobil. Kepalanya menunduk menatap ujung jari kakinya yang beralas sandal jepit.

"Kayaknya, dia kangen sama lo, Sam..." ucap Gara lagi. Dia menoleh sedikit ke arah Samudra. Lalu kembali memandang lurus ke depan.

Sejauh ini, Samudra masih tetap diam. Hingga akhirnya Gara mengesah berat, dengan tatapannya yang kembali beralih ke arah Samudra. Bicara dengan Samudra memang harus memiliki kesabaran ekstra, pikir Gara.

"Sam, pulanglah. Udah hampir lima tahun lo ninggalin rumah dan sekarang udah saatnya lo mulai pikirin masa depan lo," ucap Gara memberi wejangan. "Kehidupan lo nggak seharusnya stak di sini cuma gara-gara masalah perempuan kan? Perusahaan butuh seorang pemimpin. Sejak Tuan Adipati sakit, jujur, gue merasa was-was sama keadaan perusahaan. Apalagi sejak Senja menikah sama Alden, sikap Senja jadi berubah, Sam. Adik lo sepertinya udah mulai kena hasutan Alden?"

"Kan masih ada Jingga sama Mutiara, suruh mereka urus perusahaan, kenapa harus gue?" potong Samudra tiba-tiba.

Gara lagi-lagi mengesah. Akhirnya Samudra bersuara juga. Bisik batin laki-laki berusia 35 tahun itu.

"Mereka itu perempuan, tugas mereka bukan di kantor tapi di rumah. Jingga itu berhijab, dia sebentar lagi menikah sama anak seorang Kiayi, mustahil dia bakal diijinkan mengurus perusahaan sama keluarga suaminya. Sementara Mutiara, kuliah aja dia belum lulus, gimana bisa dia mengurus perusahaan? Lo itu satu-satunya harapan Tuan Adipati untuk mengurus perusahaan. Come on, Sam, wake up! Hidup lo masih panjang, perempuan masih banyak Bro."

"Tapi yang seperti Aisha nggak ada lagi, Gar, dan gue cuma mau Aisha! Bukan yang lain!" Tegas Samudra dengan suaranya yang sangat pelan dan sedikit bergetar.

"Sam," Kata Gara, disentuhnya bahu Samudra pelan. "Aisha udah meninggal. Semua ini takdir yang udah diatur sama yang Maha Kuasa. Udah waktunya lo move on, Sam! Apa perlu gue bantuin lo cariin cewek supaya lo bisa move on?" Gara mengerling genit pada Samudra yang masih saja memasang wajah datar. Tanpa senyum.

"Kenapa nggak lo aja yang nikah? Umur lo kan lebih tua dari gue?"

Skak Mat!

Gara berdehem. Dia menjauhkan posisi duduknya dari Samudra yang baru saja menyudutkan dirinya lagi, hanya karena Gara yang belum juga menikah hingga detik ini.

"Niat gue ke sini buat bahas hidup lo! Bukan hidup gue, oke?" balas Gara cepat sebelum anak majikannya itu semakin memojokkan dirinya.

Samudra mengesah berat. Dia berdiri dan hendak pergi.

Membahas dirinya? Cih!

Bahkan Samudra merasa hidupnya kini sudah tak berharga, jadi tak ada lagi yang perlu dibahas. Apalagi jika harus disangkut pautkan dengan masalah Adipati Atlanta, laki-laki kejam yang tak berperikemanusiaan itu. Sungguh, Samudra tidak sudi!

"Eh, lo mau kemana, Sam? Gue belum selesai ngomong?" panggil Gara saat dilihatnya Samudra yang mulai melangkah meninggalkannya. Gara pun mengekor langkah Samudra, dia menahan bahu Samudra supaya langkah kaki Samudra terhenti. "Sam, tunggu, Sam! Tuan Adipati butuh lo, Sam!"

Samudra menepis tangan Gara dari bahunya tanpa berbalik, hingga akhirnya Gara yang mengambil posisi cepat dengan menghadang Samudra di depan.

"Sam, gue tau apa yang udah dilakukan Tuan Adipati sama lo memang keterlaluan. Tapi yang gue tau, sebenernya Tuan Adipati itu sayang banget sama lo. Nggak jarang gue itu mergokin beliau nangis sambil pandangin foto lo."

Samudra menghentikan langkahnya. Menatap tajam wajah Gara. "Kalau dia sayang gue, dia nggak akan menjebloskan gue ke penjara, padahal dia tahu gue nggak mencuri!" Tegas Samudra dengan suaranya yang melengking nyaring. Dalam sekejap kelopak mata Samudra berkaca-kaca. "Kalau aja gue nggak dipenjara waktu itu, Aisha nggak akan meninggal di rumah sakit, karena gagal operasi, Gar! Lo nggak taukan gimana hancurnya hati gue di saat istri gue meninggal, gue bahkan nggak bisa melihat jasadnya. Sampai dua bulan yang lalu, gue akhirnya bebas, gue bahkan nggak tahu di mana makam Aisha sekarang!" Satu titik air mata Samudra menetes bersamaan dengan tubuhnya yang jatuh terduduk di sebuah tumpukan bebatuan. Samudra meremas kepalanya yang seketika nyeri. "Padahal waktu itu, Aisha sedang hamil... Dia sedang hamil anak gue... Gar..."

Gara menatap prihatin sosok Samudra yang kini larut dalam tangisannya. Lelaki itu perlahan menghampiri Samudra dan menyentuh bahu Samudra yang berguncang karena tangis.

"Kalau lo nggak mau pulang karena Tuan Adipati, seenggaknya, lo bisa pulang untuk menengok Nyokap lo, Sam. Sejak lo pergi, Nyonya Talia seakan kehilangan senyuman bahagianya. Pulang ya, Sam? Pleaseee, demi nyokap lo," pada akhirnya, Gara pun terpaksa memohon pada Samudra.

Samudra masih diam dengan segala pikirannya yang berkecamuk. Kekecewaannya terhadap perilaku kejam sang Papa selama ini jelas tak akan pernah bisa terlupakan. Lantas, apa harus kini Samudra kembali ke rumah itu? Mengurus perusahaan itu? Di saat hidupnya sendiri telah hancur berantakan karena ulah Adipati.

Tidak! Samudra tidak bisa.

"Gue nggak bisa, Gar. Hidup gue ya begini sekarang. Gue nggak tertarik dengan harta Papa bahkan sepeser pun! Nggak ada lagi hal yang bisa gue jadikan alasan untuk memperjuangkan masa depan sekarang! Jadi lebih baik lo pergi dan nggak usah cari-cari gue lagi! Kalau perlu, lo anggap aja, Samudra sahabat lo, udah mati!"

Samudra pergi meninggalkan Gara, dengan kemelut dalam dirinya.

Dengan memendam sakit di hatinya.

Kebenciannya pada Adipati seolah mengakar kuat di dalam dirinya dan mencengkram dasar relung-relung jiwanya yang kosong dan hampa.

Samudra kini tak memiliki tujuan dan harapan apapun dalam hidupnya selain menunggu, kapan ajal menghampiri dirinya.

Karena baginya, hanya satu hal itu yang bisa mempertemukannya kembali dengan Aisha dan calon anak mereka.

Yaitu, kematian.

*****

"Jadi bagaimana Gara? Apa Samudra bersedia diajak pulang?" Tanya seorang lelaki paruh baya yang sedang terduduk di sofa ruang tamu besar di kediamannya.

"Maaf Tuan, saya sudah menemui Samudra beberapa kali dan membujuknya agar lekas pulang ke rumah, tapi Samudra tetap menolak. Bahkan terakhir, Saya sampai harus membohonginya dengan mengatakan bahwa Tuan dan Nyonya Sakit, tapi tetap saja Samudra tidak mau pulang, Tuan," beritahu Gara pada sang majikan.

Lelaki paruh baya itu menganggukkan kepala. Dia menghembuskan asap rokoknya ke atas dan bangkit dari Sofa.

"Sepertinya, Samudra memang sudah tak mau lagi bertemu denganku. Bahkan mungkin, jika dia tahu aku mati pun, aku tak yakin dia akan datang untuk melihat mayatku, jadi biarkan saja Gara. Awasi saja Samudra, dan pastikan dia tidak kekurangan apa pun," ucap Adipati sebelum pergi dari hadapan Gara.

"Tuan," panggil Gara setelahnya.

Adipati kembali menoleh.

"Maafkan saya," ucap Gara saat itu. Kepala lelaki itu tertunduk dalam.

Adipati tersenyum pahit. "Kamu tidak bersalah Gara. Semua yang terjadi pada Samudra itu salahku. Aku yang sudah menghancurkan hidup Samudra dengan menyuruhmu membunuh Aisha. Tidak ada yang perlu disesali karena semua sudah terjadi. Seandainya pun aku harus menangis darah di depan anakku atas apa yang telah kulakukan, hal itu tak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik karena Aisha memang sudah tiada."

Lagi, kelopak mata Adipati memanas dan berkaca-kaca.

Lelaki itu beranjak dari hadapan Gara dan melangkah gontai menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Dengan membawa perasaan sesal dan bersalah seumur hidupnya.

*****

Gara mengesah di mobil.

Tugasnya hari ini selesai.

Dan dia harus kembali ke kehidupan pribadinya setelah seharian ini terus sibuk dengan setumpuk pekerjaannya di kantor sebagai asisten pribadi dan orang kepercayaan Adipati.

Hati dan pikirannya benar-benar kalut.

Sebagai seorang sahabat, Gara jelas tak ingin melihat hidup Samudra terus menerus terpuruk seperti saat ini. Bahkan lelaki itu seolah kehilangan cahaya hidupnya. Samudra benar-benar menjelma menjadi sosok manusia dingin yang sulit didekati. Seolah membangun tembok besar sebagai pembatas antara dirinya dengan kehidupan di dunia luar. Yang Gara tahu, keseharian Samudra selain bekerja di pasar ikan dan membantu proses pembangunan pasar ikan modern, Samudra lebih sering menghabiskan waktunya dengan termenung di tepi pantai.

Dan yang pasti, sampai detik ini, Samudra masih terus berusaha mencari di mana letak makam Aisha, sang Istri.

Tanpa pernah lelaki itu ketahui, bahwa sebenarnya, Aisha belum meninggal seperti apa yang diketahui semua orang, termasuk Adipati sendiri.

*****

Banyakin vote, banyakin koment...

Semakin banyak yang penasaran, aku bakal up secepat mungkin...

So stay tuned...

Salam herofah...

Related chapters

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   12. DI MANA MAKAM AISHA?

    Hidup adalah sebuah proses.Proses belajar bertahan pada sesuatu setelah saling mengenal, berinteraksi, beradaptasi dan menerima kondisi.Itulah yang telah Samudra lalui selama kurun waktu 5 tahun terakhir.Sebuah proses panjang yang penuh drama dan spionase. Sebuah perjalanan menemukan jati diri dan arti kehidupan secara bersamaan. Perjuangan dan pengorbanan yang tak bisa diukur oleh apapun yang ada di dunia ini.Dulu, Samudra tidak tahu apapun tentang agamanya sendiri. Dia terlalu sibuk dengan urusan dunia.Sibuk berfoya-foya, mabuk-mabukkan, balapan liar, bermain perempuan, bahkan sampai pernah menjadi seorang pengkonsumsi barang haram, jenis ganja.Segala jenis dosa itu melekat kuat dalam diri seorang Samudra Atlanta, hingga membuatnya lupa daratan.Uang dan kekuasaan membuatnya khilaf dan tenggelam dalam jurang kesesatan.Semua orang tunduk padanya. Menghormatinya. Tak ada yang berani melawannya karena kekuasaan yang dimiliki keluarganya.Hingga suatu hari, Allah mempertemukannya

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   13. PELECEHAN DI METROMINI

    "CUKUP AIRISH!"Gelegar amarah seseorang terdengar dari arah ruang keluarga.Beberapa asisten rumah tangga yang mendengar suara itu pun mendadak kepo. Mereka merapatkan telinga ke dinding dari arah dapur untuk menguping.Semua terasa seperti mimpi bagi Airish ketika sang Papa yang begitu menyayanginya selama ini membentaknya untuk pertama kali.Airish tidak terima."Airish sayang sama Delon Pa! Pokoknya Airish nggak mau dijodoh-jodohin lagi! Kalau emang Papa nggak setuju sama hubungan Airish, Airish bakal pergi dari rumah ini! Airish akan tinggal sama Delon!" sentak Airish dengan wajah sembab. Dia baru saja keluar dari kamar dengan sebuah koper di tangannya."Papa sudah peringatkan kamu, laki-laki macam apa Delon itu! Tapi kalau kamu tetap nggak percaya omongan Papa, SILAHKAN PERGI! Temui pangeran kodok kamu itu! Tapi ingat Airish, kalau sampai omongan Papa ini terbukti, kamu nggak bisa mengelak dari perjodohan yang sudah Papa rencanakan!" ancam Sudirman pada anak semata wayangnya, Ai

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   14. KESIALAN SAMUDRA

    "Bapak-bapak, Ibu-ibu! Kalian ya yang jadi saksi atas apa yang terjadi sama saya di dalam metromini ini! DIA, LELAKI INI, SUDAH BERANI PEGANG-PEGANG DAN MEREMAS PANTAT SAYA DUA KALI!" teriak Airish seperti orang yang sedang berpidato."Maaf Nona, saya bukan lelaki mesum. Saya sama sekali tidak merasa sudah melakukan tindak pelecehan seksual terhadap anda! Tolong tarik kata-kata anda tadi!" sahut Samudra dengan gertakan kedua rahangnya."Kamu? Cowok yang di pasar ikan waktu itukan?" Tanya Airish spontan begitu teringat akan sosok lelaki belagu yang sempat membuatnya kesal tempo hari.Samudra diam saja. Tatapan penuh hujatan yang dia peroleh dari sebagian isi penumbang metromini itu membuatnya tidak nyaman hingga dia pun akhirnya memutuskan untuk turun dari metromini tersebut.Sebelum turun, Samudra sempat menatap tajam wajah lelaki lain yang juga berdiri berdampingan dengan Airish di sisi lain. Lelaki yang diyakini Samudra sebagai tersangka yang sebenarnya telah melakukan tindak pelece

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   15. MANTAN NAPI

    Entah apa yang dilakukan Samudra ini benar atau tidak, tapi yang pasti Samudra tak punya pilihan lain selain menunggu Airish terbangun dari pingsan.Lelaki itu membawa Airish ke area taman di sekitar apartemen dan menduduki salah satu bangku taman yang tersedia di taman tersebut.Ingin hati meninggalkan, namun tidak tega.Terlebih Airish adalah seorang wanita.Semenyebalkan apapun dia, tetap saja Samudra tidak mungkin membiarkan Airish sendirian dalam keadaan tubuh wanita itu yang penuh luka memar seperti ini.Samudra baru saja selesai mengobati luka-luka Airish saat tiba-tiba Airish pun tersadar dari pingsannya.Airish kelihatan bingung. "A-aku kenapa?" Tanyanya sambil memegangi luka di kepalanya yang sakit."Nggak usah pura-pura amnesia! Tadi lo habis jatuh dari tangga, makanya gue bawa lo ke sini, supaya gue bisa ngobatin luka-luka lo," jawab Samudra yang langsung berdiri dari duduknya.Airish berpikir cepat dengan mencoba mengingat hal apa yang tengah dialaminya tadi.Hingga setela

    Last Updated : 2024-02-25
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   16. TAK BISA MEMILIKI

    "Gue masuk penjara setelah memperkosa seorang gadis terus gue mutilasi dan gue kasih potongan tubuhnya buat jadi santapan anjing!"Mendengar ucapan Samudra, tubuh Airish membeku di tempat.Kaki gadis itu gemetar saking takut.Akan tetapi, bukan Airish namanya, jika dia tidak bisa mengendalikan keadaan.Menutupi semua rasa takut yang sempat hinggap, Airish justru memulas senyum tipis dan berkata, "baru mutilasi satu orang aja kan, belum sepuluh? Ayo cepetan, anter aku ketemu Delon dulu!"Melihat sikap santai Airish tersebut, pada akhirnya, Samudra hanya bisa terbengong-bengong tak percaya."Kamu tunggu di sini sebentar ya, aku mau masuk dulu. Jagain koper aku," ucap Airish seperti menyuruh seorang pembantu, ketika dirinya dan Samudra sudah sampai di depan apartemen Delon.Samudra baru membuka mulut hendak bicara, namun tubuh Airish sudah lebih dulu menghilang dari hadapannya. Wanita itu sudah memasuki apartemen yang katanya milik kekasihnya itu.Alhasil, menahan kesal, Samudra hanya bi

    Last Updated : 2024-03-12
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   17. DI BAWAH GUYURAN HUJAN

    "Dalam satu hari, apa Mas tahu berapa kali Mas bernapas? Berapa banyak udara yang Mas perlukan untuk bernapas? Pasti Mas nggak tahukan?" ucap Aisha disertai tawa renyah dengan suara khasnya yang serak-serak basah. Samudra diam dengan penuh keterpesonaan menatap wajah istrinya kala itu. Lalu dia menggeleng pelan."Contoh kecil mensyukuri nikmat Allah ya salah satunya saat kita bernapas, jika Allah tidak memberi oksigen secara gratis kepada semua makhluk yang ada di muka bumi, pasti semua makhluk hidup akan berlomba untuk mendapatkan oksigen sehingga menimbulkan kekacauan hebat di seluruh dunia. Padahal, itu hanya contoh kecil dari nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita, tapi efeknya sudah seluar biasa itukan? Lalu bagaimana dengan nikmat-nikmat lain? Misalnya dengan adanya air, api, angin... Aduh kalau aku harus sebutkan satu-satu kayaknya aku nggak sanggup deh," Aisha melirik genit ke arah suaminya yang terlihat asik menikmati ceramah Shubuhnya. "Jadi... Sekarang, apa ada alasan

    Last Updated : 2024-03-20
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   18. RATA DEPAN BELAKANG

    Setelah hampir tiga jam Samudra duduk di halte Mampang malam itu, namun sosok Santi tak juga dilihatnya menuruni salah satu bus yang melintas dari arah Blok M, akhirnya Samudra pun memutuskan untuk pulang.Kembali ke pemukiman sementara yang dihuni oleh para pekerja proyek Muara Baru.Hari tengah malam sudah lewat ketika Samudra sampai di tepi danau yang lokasinya tak jauh dari kawasan proyek.Merasa lelah, Samudra pun memutuskan untuk duduk sejenak di tepi danau.Tak perduli cuaca dingin, tak perduli suasana gelap yang menyelimuti area sekitar, Samudra tetap berdiam di sana.Di tepi danau itu, sendirian.Ralat.Dia tidak sendirian saat itu, karena tak lama setelah kedatangannya, di kejauhan, ada sosok lain yang kini berjalan mendekati tepi danau."KENAPA KAMU JAHAT SAMA AKU? KENAPA KAMU KHIANATIN AKU? APA SALAH AKU?"Samudra cukup terkejut dengan suara teriakan itu. Hingga kepalanya pun reflek menoleh ke arah suara. Di mana dia mendapati seorang wanita tengah berdiri di sisi danau, d

    Last Updated : 2024-03-20
  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   19. JAUHI SAMUDRA!

    Setelah akhirnya Samudra mengalah agar Airish berhenti menangis dengan mengizinkan wanita itu ikut dengannya, kini Airish dengan wajah cemberut dan juteknya itu terlihat keluar dari bangunan kayu tempat di mana Samudra tinggal."Ini sih bukannya tempat tinggal, tapi kandang ayam! Ya keles aku di suruh tidur di tengah-tengah cowok segitu banyak!" Keluh Airish ketus, melipat kedua tangan di dada dengan bibir mungilnya yang manyun. Melirik kembali ke arah dalam pemukiman kumuh itu seraya bergidik geli lalu berjalan menjauh."Lo mau kemana? Katanya mau 'Numpang Tidur'?" ucap Samudra dari arah belakang. Lelaki itu menyembunyikan rasa gelinya ketika melihat ekspresi kaget Airish sewaktu perempuan itu melihat kondisi tempat tinggal Samudra saat itu.Wajah Airish yang kaget tampak menggemaskan, meski masih tetap menyebalkan."Mending aku tidur di pinggir jalan, daripada aku harus tidur di situ! Nggak ada jaminan besok pagi aku bakal tetep utuhkan? Ih..." balas Airish setengah berteriak.Seben

    Last Updated : 2024-03-20

Latest chapter

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   68. EPILOG

    Menghirup udara pagi di Switzerland yang asri dengan pemandangan perbukitan landai di sepanjang mata memandang.Rumput hijau bak permadani, bunga warna-warni yang bermekaran, serta suara gemericik aliran air sungai yang merdu.Puncak pegunungan Alpen yang tertutup salju, danau biru berkilauan, lembah zamrud, gletser, dan dusun kecil tepi danau yang indah menghiasi negara daratan ini.Sungguh ajaib ciptaan-Nya.Ini adalah pagi pertama aku bisa menikmati keindahan alam kota Swiss bersama Ibu.Bersama menaiki sepeda sambil berolahraga. Tawa ceria ibu terus terdengar dengan begitu banyak ceritanya tentang keindahan alam Swiss yang bisa dia nikmati saat ini.Kesehatan mental Ibuku sudah jauh lebih baik sejak para pelaku kejahatan terhadap kami mendapat ganjaran atas kesalahannya. Bahkan, ibuku sudah bisa terlepas dari obat penenang yang selama ini dia konsumsi secara rutin.Melihat keadaan ibuku yang sudah jauh lebih baik saat ini, aku sangat bahagia."Ibu nggak pernah mimpi bisa tinggal di

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   67. SESEORANG BERINISIAL "N"

    Setiap manusia di muka bumi, pasti akan merasakan yang namanya cinta.Entah itu cinta terhadap keluarga atau pun pasangan, yang pasti setiap cinta yang telah dihadirkan Allah untuk hambanya akan terasa indah di hati."Meski setiap manusia dapat merasakan cinta, jangan sampai perasaan cinta terhadap sesama, melebihi rasa cintamu kepada Allah. Niatkan mencintai seseorang karena Allah, untuk mencapai ketenangan hati yang sempurna," ucap Aisha saat dirinya, Samudra dan Angkasa baru saja selesai menunaikan Shalat Isya berjamaah.Seperti biasa, Aisha akan senantiasa berceramah sesuai dengan ilmu agama yang dipahaminya sejauh ini.Dan tema ceramah Aisha malam ini adalah tentang Cinta seorang hamba kepada Tuhannya.Samudra dan Angkasa mendengarkan dengan seksama. Angkasa tampak nyaman duduk di atas pangkuan lelaki dewasa yang kini senantiasa ada untuknya. Menemani kesehariannya, menjadi rekan bermainnya, serta menjadi partnernya dalam menggoda sang ibunda.Keberadaan Samudra dalam kehidupan A

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   66. GEBETAN BARU

    Pada akhirnya, semua kejahatan harus dibayar dengan hukuman yang setimpal.Pengadilan baru saja menjatuhi hukuman seumur hidup bagi Talia dan Dawis sebagai terdakwa kasus pembunuhan terencana yang dialami oleh Rika dan Narendra berpuluh-puluh tahun silam, di mana kejadian itu awalnya diduga karena sebuah kecelakaan biasa.Sementara Alden, hanya dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena dia hanya lah orang suruhan untuk membantu terjadinya tindak pidana.Bersamaan dengan hukuman pidana yang diterima Alden, tak ingin membuang banyak waktu, Senja yang sudah tahu bagaimana busuk suaminya selama ini, langsung menggugat cerai Alden ke pengadilan.Meski Alden menolak, namun dia tak memiliki kuasa apa pun lagi untuk menampik semua kesalahan-kesalahan yang telah dia lakukan. Hingga akhirnya, pengadilan pun menyetujui gugatan Senja dan meresmikan perceraian mereka beberapa bulan setelahnya.Hari itu, saat Senja datang ke lapas untuk memberikan akta cerai pada Alden, perut Senja sudah terlih

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   65. MAAF, KARENA TELAH MENCINTAIMU

    Untuk Aisha...Ini adalah surat ketiga yang ku tulis untukmu, setelah surat pertama dan kedua gagal kuberikan hingga harus berakhir dengan sobekan kecil di tempat sampah.Surat ini tak akan kuberikan selama aku masih bernapas, karena aku tak ingin ada siapa pun yang mengetahui perasaanku selama ini, apalagi Samudra.Itu artinya, jika sampai surat ini jatuh ke tanganmu, maka aku pastikan bahwa aku sudah tiada lagi di dunia ini.Sebut aku pengecut karena terlalu takut untuk mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya selama ini, terhadapmu, Aisha.Itulah sebabnya, aku hanya mampu mengungkapkannya dalam bentuk tulisan tanpa sanggup mengucapkannya melalui lisan.Entah bagaimana caranya aku memulai karena perasaan ini sudah jelas tidak mungkin bisa terbalas dengan sempurna.Kamu memang pernah mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Impianmu adalah menikah denganku. Akan tetapi, semua itu kamu ucapkan dalam keadaan dirimu yang tidak utuh Aisha. Kamu hilang ingatan, dan karena dalam kehidupan barumu

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   64. PELURU YANG MENEMBUS TUBUH

    Begitu tahu Riki berhasil melarikan diri keluar dari area rumah sakit, sementara pihak kepolisian dan Gara turut mengejar, Samudra pun tak tinggal diam dan langsung menaiki kendaraan roda empatnya bersama Riko.Ponsel Gara yang dipegang Riko tampak berbunyi, ternyata itu adalah kiriman pesan yang berisi share-loc dari ponsel Samudra yang kini sudah berada di tangan Gara.Sudirman yang sudah memberikan ponsel Samudra pada Gara saat Gara bertemu Airish dan Sudirman di ruang radiologi tadi.Cepet bawa polisi ke sini, Riki ada di tempat ini sekarang.Itulah isi pesan dari Gara selanjutnya.Memutar balik arah mencari jalan pintas, Samudra pun langsung memacu kendaraannya dengan kecepatan penuh, tentunya setelah dia meminta Riko untuk mengirimkan lokasi yang dimaksud kepada pihak kepolisian.*****Sampai di sebuah rumah mewah yang sepertinya sudah lama tak berpenghuni, Gara melihat kendaraan yang dikendarai Riki terparkir di sana.Dari cara mengemudinya yang sangat ugal-ugalan tadi, Gara ya

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   63. KESALAHAN TERBESAR

    "Mama sudah tidur?" tanya Samudra pada Mutiara."Sudah Kak. Tadi, habis ditemani Angkasa menggambar, terus Angkasa tidur, Mama juga ikut tidur," jawab adiknya yang paling bungsu itu. "Tadi Angkasa ngeluh laper, Muti teleponin Kakak nggak di angkat-angkat," keluh Mutiara kemudian.Reflek Samudra pun meraba saku celana jeansnya, dan baru ingat jika ponselnya sepertinya tertinggal di ruang rawat Airish tadi."Memang Bi Murni kemana?""Bi Murni izin pulang tadi, malam ini dia nggak bisa jagain Mama di sini, karena anaknya sakit.""Oh begitu. Yaudah malam ini kamu yang jaga Mama berarti. Hp Kakak ketinggalan di tempat Airish kayaknya, Kakak ambil dulu ya. Nanti Kakak ke sini lagi bawakan makanan, tapi mau ke ICU dulu lihat Aisha," ucap Samudra sebelum hengkang dari hadapan Mutiara.Samudra masih berjalan hendak menuju lift, ketika seseorang keluar dari lift samping dan langsung menghentikan langkah tergesa begitu melihat keberadaan Samudra."Sam," panggilnya seraya membuka masker wajah yan

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   62. KEJADIAN DI RUANG ICU

    Pov AISHA DEWI MAHARANI"Saya terima nikah dan kawinnya, Aisha Dewi Maharani Binti Zainudin Alkahfi, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.""Bagaimana saksi?""Sah.""Sah.""Alhamdulillah.*"Apakah kamu menyesal sudah menikah denganku, Mas?""Tidak Aisha. Aku sama sekali tidak menyesal. Semua keputusan yang sudah diambil, harus ada pertanggung jawabannya. Dan sebagai seorang istri, kamu adalah tanggung jawabku sekarang. Jadilah bidadari surga untukku di dunia dan akhirat, Aisha..."*"Kalau nanti anak kita lahir siapa yang mau kasih nama, Mas?""Ya kita? Masa Mbak Santi?"Aisha tertawa."Gimana kalau anak kita laki-laki, kamu yang beri nama, tapi kalau perempuan, aku yang beri nama, setuju?""Oke.""Terus, kamu mau kasih nama siapa kalau anak kita lahir laki-laki nanti, Mas?""Hm, siapa ya?""Muhammad?""Boleh.""Kepanjangannya?""Muhammad Angkasa, gimana?""Boleh, bagus kok.""Terus kalau perempuan, kamu mau kasih nama dia siapa?""Zahra. Az-Zahra Chairunnisa."*"Nanti kamu bali

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   61. RIKI ADA DI RUMAH SAKIT INI!

    Malam ini bintang bersinar cerah di angkasa.Cahayanya indah memenuhi langit dengan titik-titik kecil berwarna emas.Saking indah dan cerahnya langit malam ini, Airish pun tergoda untuk menyaksikan langit dari alam terbuka.Dan kebetulan sekali, Samudra datang menjenguknya.Sejak dua hari dirinya dirawat di rumah sakit yang sama dengan Aisha, ini adalah kali kedua Samudra mendatanginya, setelah lelaki itu menengok keadaannya pasca dipindah ke ruang rawat dua hari yang lalu.Airish berusaha untuk memaklumi meski dalam hati, dia merasa begitu sedih dan kecewa.Sialnya, Airish hanya bisa memendam kesedihan dan kekecewaannya itu dalam hati, karena dia sadar akan posisinya yang memang tak sama sekali memiliki peran penting apa pun dalam kehidupan Samudra.Bagi Airish, Samudra masih mengingatnya saja itu sudah lebih dari cukup membuatnya merasa senang.Airish tak ingin berharap terlalu muluk, apalagi jika masih berharap bahwa pernikahannya dengan Samudra akan tetap berlangsung. Sungguh, itu

  • MISTERI KEMATIAN ISTRIKU   60. LELAKI DALAM BATH TUB

    "Aisha hilang ingatan, Sam," beritahu Gara saat keduanya sedang menikmati makan siang bersama di salah satu restoran cepat saji yang berada di lantai dasar Rumah Sakit."Apa? Jadi, sekarang dia tidak ingat padaku?" tanya Samudra dengan perasaannya yang kian remuk redam.Setelah apa yang Samudra dengar dari Angkasa mengenai ucapan Aisha tentang Gara semalam, perasaan Samudra jadi tak tenang. Itulah sebabnya, dia meminta Gara ke rumah sakit saat jam makan siang kantor."Ya, benar. Aisha tak mengingat siapa pun pasca kejadian kecelakaan yang menimpanya empat tahun silam. Aisha koma dan ketika dia terbangun dari koma, dokter menyatakan bahwa Aisha amnesia," tambah Gara lebih lanjut.Mendengar hal itu, dunia Samudra yang sudah hancur lebur kembali harus dihancurkan lagi hingga berkeping-keping.Pantas sejak kemarin, Samudra merasa tatapan Aisha begitu aneh kepadanya. Seolah Samudra adalah orang asing baginya.Nyatanya, semua itu karena Aisha yang memang tidak ingat siapa Samudra sebenarnya

DMCA.com Protection Status