"Gue masuk penjara setelah memperkosa seorang gadis terus gue mutilasi dan gue kasih potongan tubuhnya buat jadi santapan anjing!"Mendengar ucapan Samudra, tubuh Airish membeku di tempat.Kaki gadis itu gemetar saking takut.Akan tetapi, bukan Airish namanya, jika dia tidak bisa mengendalikan keadaan.Menutupi semua rasa takut yang sempat hinggap, Airish justru memulas senyum tipis dan berkata, "baru mutilasi satu orang aja kan, belum sepuluh? Ayo cepetan, anter aku ketemu Delon dulu!"Melihat sikap santai Airish tersebut, pada akhirnya, Samudra hanya bisa terbengong-bengong tak percaya."Kamu tunggu di sini sebentar ya, aku mau masuk dulu. Jagain koper aku," ucap Airish seperti menyuruh seorang pembantu, ketika dirinya dan Samudra sudah sampai di depan apartemen Delon.Samudra baru membuka mulut hendak bicara, namun tubuh Airish sudah lebih dulu menghilang dari hadapannya. Wanita itu sudah memasuki apartemen yang katanya milik kekasihnya itu.Alhasil, menahan kesal, Samudra hanya bi
"Dalam satu hari, apa Mas tahu berapa kali Mas bernapas? Berapa banyak udara yang Mas perlukan untuk bernapas? Pasti Mas nggak tahukan?" ucap Aisha disertai tawa renyah dengan suara khasnya yang serak-serak basah. Samudra diam dengan penuh keterpesonaan menatap wajah istrinya kala itu. Lalu dia menggeleng pelan."Contoh kecil mensyukuri nikmat Allah ya salah satunya saat kita bernapas, jika Allah tidak memberi oksigen secara gratis kepada semua makhluk yang ada di muka bumi, pasti semua makhluk hidup akan berlomba untuk mendapatkan oksigen sehingga menimbulkan kekacauan hebat di seluruh dunia. Padahal, itu hanya contoh kecil dari nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita, tapi efeknya sudah seluar biasa itukan? Lalu bagaimana dengan nikmat-nikmat lain? Misalnya dengan adanya air, api, angin... Aduh kalau aku harus sebutkan satu-satu kayaknya aku nggak sanggup deh," Aisha melirik genit ke arah suaminya yang terlihat asik menikmati ceramah Shubuhnya. "Jadi... Sekarang, apa ada alasan
Setelah hampir tiga jam Samudra duduk di halte Mampang malam itu, namun sosok Santi tak juga dilihatnya menuruni salah satu bus yang melintas dari arah Blok M, akhirnya Samudra pun memutuskan untuk pulang.Kembali ke pemukiman sementara yang dihuni oleh para pekerja proyek Muara Baru.Hari tengah malam sudah lewat ketika Samudra sampai di tepi danau yang lokasinya tak jauh dari kawasan proyek.Merasa lelah, Samudra pun memutuskan untuk duduk sejenak di tepi danau.Tak perduli cuaca dingin, tak perduli suasana gelap yang menyelimuti area sekitar, Samudra tetap berdiam di sana.Di tepi danau itu, sendirian.Ralat.Dia tidak sendirian saat itu, karena tak lama setelah kedatangannya, di kejauhan, ada sosok lain yang kini berjalan mendekati tepi danau."KENAPA KAMU JAHAT SAMA AKU? KENAPA KAMU KHIANATIN AKU? APA SALAH AKU?"Samudra cukup terkejut dengan suara teriakan itu. Hingga kepalanya pun reflek menoleh ke arah suara. Di mana dia mendapati seorang wanita tengah berdiri di sisi danau, d
Setelah akhirnya Samudra mengalah agar Airish berhenti menangis dengan mengizinkan wanita itu ikut dengannya, kini Airish dengan wajah cemberut dan juteknya itu terlihat keluar dari bangunan kayu tempat di mana Samudra tinggal."Ini sih bukannya tempat tinggal, tapi kandang ayam! Ya keles aku di suruh tidur di tengah-tengah cowok segitu banyak!" Keluh Airish ketus, melipat kedua tangan di dada dengan bibir mungilnya yang manyun. Melirik kembali ke arah dalam pemukiman kumuh itu seraya bergidik geli lalu berjalan menjauh."Lo mau kemana? Katanya mau 'Numpang Tidur'?" ucap Samudra dari arah belakang. Lelaki itu menyembunyikan rasa gelinya ketika melihat ekspresi kaget Airish sewaktu perempuan itu melihat kondisi tempat tinggal Samudra saat itu.Wajah Airish yang kaget tampak menggemaskan, meski masih tetap menyebalkan."Mending aku tidur di pinggir jalan, daripada aku harus tidur di situ! Nggak ada jaminan besok pagi aku bakal tetep utuhkan? Ih..." balas Airish setengah berteriak.Seben
"Sebenarnya, Nyonya Talia tidak membutuhkan obat-obatan ini lagi jika saja anda bisa mempertemukannya kembali dengan Samudra, Tuan Adi. Saya pikir, hanya itu satu-satunya cara paling ampuh untuk bisa membuat kondisi kesehatan Nyonya Talia pulih kembali."Lagi, Adipati menyeka sudut matanya yang basah.Ucapan Dokter pribadinya kemarin malam terus berputar dalam ingatan Adipati.Kondisi kesehatan Talia yang menurun drastis beberapa minggu ini cukup membuat Adipati tak bisa tidur nyenyak. Tak enak makan dan tak mampu fokus pada segala hal yang dia lakukan di luar.Betapa pun kejamnya seorang Adipati, cintanya terhadap Talia tak bisa dipungkiri lagi.Egonya yang terluka akibat kelakuan Samudra membuatnya menjadi sosok Ayah yang tak berprikemanusiaan.Hingga kini, penyesalanlah yang selalu datang belakangan.Datang di saat semua sudah menjadi kacau balau.Kelopak mata Talia yang terbuka membuyarkan lamunan Adipati kala itu. Melihat sang istri sudah terbangun dari tidur, Adipati yang saat i
Gara berjalan tergesa menuju IGD sebuah rumah sakit besar di pusat Jakarta, setelah dia mendapat kabar bahwa Adipati mengalami kecelakaan mobil pagi ini.Padahal, baru satu jam lalu, Gara mendapat telepon dari Adipati yang meminta Gara untuk mempertemukannya dengan Samudra.Dengan senang hati Gara jelas menyambut niat baik tersebut dan langsung menghubungi Samudra, meski Samudra tak merespon dengan baik ajakannya, namun Gara tetap berusaha mencari cara agar Adipati bisa bertemu dengan Samudra hari ini.Setelah Gara menemukan rencana bagus dan meminta Adipati untuk menemuinya di suatu tempat, Gara justru dikejutkan dengan kabar bahwa Adipati mengalami kecelakaan saat lelaki paruh baya itu sedang berada di perjalanan untuk menemui Gara.Saat itu, di lorong rumah sakit, Gara berpapasan dengan seorang lelaki paruh baya dengan tubuh tegapnya yang gagah.Dan Gara jelas mengenal siapa sosok itu.Dia, Sudirman Anggara.Sahabat dekat Adipati dahulu.Sebab, hubungan kedua lelaki itu merenggang
"A-ku menyesal Man. Karena sangat marah setelah mengetahui Samudra menikahi Aisha, aku sampai tega melakukan hal itu pada Aisha yang sedang mengandung cucuku, bahkan bisa-bisanya aku berpikir bahwa janin yang dikandung Aisha bukan anak Samudra. Aku benar-benar bodoh saat itu dan menjadi lebih bodoh ketika aku justru merasa begitu gengsi untuk meminta maaf pada anak dan menantuku. Mungkin, seandainya aku diberi kesempatan memilih, aku ingin menukar nyawaku dengan Aisha supaya Samudra bisa terlepas dari keterpurukannya. Dari apa yang telah diceritakan Gara, Samudra benar-benar telah berubah. Dia seperti tidak memiliki harapan hidup lagi. Aku telah kehilangan anakku. Aku telah menghancurkan hidup anakku sendiri. Dan aku tidak tahu lagi bagaimana caranya supaya Samudra bisa memaafkanku dan bisa kembali menjalani kehidupannya seperti dulu, kembali ke rumah... Aku sudah benar-benar putus asa, Man... Bahkan kini, aku sudah kehilangan senyum istriku, kasih sayang Talia... Semua orang membenci
"Maaf mengganggu, Tuan," ucap Abran dengan suaranya yang tersengal.Sudirman seketika berdiri. "Ada apa Abran?""Saya baru saja mendapat kabar bahwa... Tuan Adipati anfal..." Beritahu Abran yang seketika melirik ke arah Samudra yang masih terdiam dalam duduknya."Kalau begitu saya akan ke ICU sekarang, kamu tolong jaga Airish, kalau nanti Airish siuman, segera beritahu saya ya?" Ucap Sudirman yang jelas terkejut, terlebih lagi dia sangat khawatir, bahkan saking khawatir dia sampai melupakan Samudra saat itu.Baru beberapa langkah berjalan, seolah teringat sesuatu, langkah Sudirman terhenti, lelaki paruh baya itu berbalik dan mendapati Samudra yang masih bergeming di tempat yang sama.Masih menunduk tanpa sedikit pun pergerakan."Sam, kamu tidak ingin ikut dengan Om?" Tanya Sudirman saat itu.Samudra masih saja diam.Hingga akhirnya, Sudirman pun mengesah dan membiarkan saja Samudra terdiam di sana.Lelaki itu lekas melanjutkan langkahnya menuju ruang ICU tempat di mana Adipati sang sa
Menghirup udara pagi di Switzerland yang asri dengan pemandangan perbukitan landai di sepanjang mata memandang.Rumput hijau bak permadani, bunga warna-warni yang bermekaran, serta suara gemericik aliran air sungai yang merdu.Puncak pegunungan Alpen yang tertutup salju, danau biru berkilauan, lembah zamrud, gletser, dan dusun kecil tepi danau yang indah menghiasi negara daratan ini.Sungguh ajaib ciptaan-Nya.Ini adalah pagi pertama aku bisa menikmati keindahan alam kota Swiss bersama Ibu.Bersama menaiki sepeda sambil berolahraga. Tawa ceria ibu terus terdengar dengan begitu banyak ceritanya tentang keindahan alam Swiss yang bisa dia nikmati saat ini.Kesehatan mental Ibuku sudah jauh lebih baik sejak para pelaku kejahatan terhadap kami mendapat ganjaran atas kesalahannya. Bahkan, ibuku sudah bisa terlepas dari obat penenang yang selama ini dia konsumsi secara rutin.Melihat keadaan ibuku yang sudah jauh lebih baik saat ini, aku sangat bahagia."Ibu nggak pernah mimpi bisa tinggal di
Setiap manusia di muka bumi, pasti akan merasakan yang namanya cinta.Entah itu cinta terhadap keluarga atau pun pasangan, yang pasti setiap cinta yang telah dihadirkan Allah untuk hambanya akan terasa indah di hati."Meski setiap manusia dapat merasakan cinta, jangan sampai perasaan cinta terhadap sesama, melebihi rasa cintamu kepada Allah. Niatkan mencintai seseorang karena Allah, untuk mencapai ketenangan hati yang sempurna," ucap Aisha saat dirinya, Samudra dan Angkasa baru saja selesai menunaikan Shalat Isya berjamaah.Seperti biasa, Aisha akan senantiasa berceramah sesuai dengan ilmu agama yang dipahaminya sejauh ini.Dan tema ceramah Aisha malam ini adalah tentang Cinta seorang hamba kepada Tuhannya.Samudra dan Angkasa mendengarkan dengan seksama. Angkasa tampak nyaman duduk di atas pangkuan lelaki dewasa yang kini senantiasa ada untuknya. Menemani kesehariannya, menjadi rekan bermainnya, serta menjadi partnernya dalam menggoda sang ibunda.Keberadaan Samudra dalam kehidupan A
Pada akhirnya, semua kejahatan harus dibayar dengan hukuman yang setimpal.Pengadilan baru saja menjatuhi hukuman seumur hidup bagi Talia dan Dawis sebagai terdakwa kasus pembunuhan terencana yang dialami oleh Rika dan Narendra berpuluh-puluh tahun silam, di mana kejadian itu awalnya diduga karena sebuah kecelakaan biasa.Sementara Alden, hanya dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena dia hanya lah orang suruhan untuk membantu terjadinya tindak pidana.Bersamaan dengan hukuman pidana yang diterima Alden, tak ingin membuang banyak waktu, Senja yang sudah tahu bagaimana busuk suaminya selama ini, langsung menggugat cerai Alden ke pengadilan.Meski Alden menolak, namun dia tak memiliki kuasa apa pun lagi untuk menampik semua kesalahan-kesalahan yang telah dia lakukan. Hingga akhirnya, pengadilan pun menyetujui gugatan Senja dan meresmikan perceraian mereka beberapa bulan setelahnya.Hari itu, saat Senja datang ke lapas untuk memberikan akta cerai pada Alden, perut Senja sudah terlih
Untuk Aisha...Ini adalah surat ketiga yang ku tulis untukmu, setelah surat pertama dan kedua gagal kuberikan hingga harus berakhir dengan sobekan kecil di tempat sampah.Surat ini tak akan kuberikan selama aku masih bernapas, karena aku tak ingin ada siapa pun yang mengetahui perasaanku selama ini, apalagi Samudra.Itu artinya, jika sampai surat ini jatuh ke tanganmu, maka aku pastikan bahwa aku sudah tiada lagi di dunia ini.Sebut aku pengecut karena terlalu takut untuk mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya selama ini, terhadapmu, Aisha.Itulah sebabnya, aku hanya mampu mengungkapkannya dalam bentuk tulisan tanpa sanggup mengucapkannya melalui lisan.Entah bagaimana caranya aku memulai karena perasaan ini sudah jelas tidak mungkin bisa terbalas dengan sempurna.Kamu memang pernah mengatakan bahwa kamu mencintaiku. Impianmu adalah menikah denganku. Akan tetapi, semua itu kamu ucapkan dalam keadaan dirimu yang tidak utuh Aisha. Kamu hilang ingatan, dan karena dalam kehidupan barumu
Begitu tahu Riki berhasil melarikan diri keluar dari area rumah sakit, sementara pihak kepolisian dan Gara turut mengejar, Samudra pun tak tinggal diam dan langsung menaiki kendaraan roda empatnya bersama Riko.Ponsel Gara yang dipegang Riko tampak berbunyi, ternyata itu adalah kiriman pesan yang berisi share-loc dari ponsel Samudra yang kini sudah berada di tangan Gara.Sudirman yang sudah memberikan ponsel Samudra pada Gara saat Gara bertemu Airish dan Sudirman di ruang radiologi tadi.Cepet bawa polisi ke sini, Riki ada di tempat ini sekarang.Itulah isi pesan dari Gara selanjutnya.Memutar balik arah mencari jalan pintas, Samudra pun langsung memacu kendaraannya dengan kecepatan penuh, tentunya setelah dia meminta Riko untuk mengirimkan lokasi yang dimaksud kepada pihak kepolisian.*****Sampai di sebuah rumah mewah yang sepertinya sudah lama tak berpenghuni, Gara melihat kendaraan yang dikendarai Riki terparkir di sana.Dari cara mengemudinya yang sangat ugal-ugalan tadi, Gara ya
"Mama sudah tidur?" tanya Samudra pada Mutiara."Sudah Kak. Tadi, habis ditemani Angkasa menggambar, terus Angkasa tidur, Mama juga ikut tidur," jawab adiknya yang paling bungsu itu. "Tadi Angkasa ngeluh laper, Muti teleponin Kakak nggak di angkat-angkat," keluh Mutiara kemudian.Reflek Samudra pun meraba saku celana jeansnya, dan baru ingat jika ponselnya sepertinya tertinggal di ruang rawat Airish tadi."Memang Bi Murni kemana?""Bi Murni izin pulang tadi, malam ini dia nggak bisa jagain Mama di sini, karena anaknya sakit.""Oh begitu. Yaudah malam ini kamu yang jaga Mama berarti. Hp Kakak ketinggalan di tempat Airish kayaknya, Kakak ambil dulu ya. Nanti Kakak ke sini lagi bawakan makanan, tapi mau ke ICU dulu lihat Aisha," ucap Samudra sebelum hengkang dari hadapan Mutiara.Samudra masih berjalan hendak menuju lift, ketika seseorang keluar dari lift samping dan langsung menghentikan langkah tergesa begitu melihat keberadaan Samudra."Sam," panggilnya seraya membuka masker wajah yan
Pov AISHA DEWI MAHARANI"Saya terima nikah dan kawinnya, Aisha Dewi Maharani Binti Zainudin Alkahfi, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.""Bagaimana saksi?""Sah.""Sah.""Alhamdulillah.*"Apakah kamu menyesal sudah menikah denganku, Mas?""Tidak Aisha. Aku sama sekali tidak menyesal. Semua keputusan yang sudah diambil, harus ada pertanggung jawabannya. Dan sebagai seorang istri, kamu adalah tanggung jawabku sekarang. Jadilah bidadari surga untukku di dunia dan akhirat, Aisha..."*"Kalau nanti anak kita lahir siapa yang mau kasih nama, Mas?""Ya kita? Masa Mbak Santi?"Aisha tertawa."Gimana kalau anak kita laki-laki, kamu yang beri nama, tapi kalau perempuan, aku yang beri nama, setuju?""Oke.""Terus, kamu mau kasih nama siapa kalau anak kita lahir laki-laki nanti, Mas?""Hm, siapa ya?""Muhammad?""Boleh.""Kepanjangannya?""Muhammad Angkasa, gimana?""Boleh, bagus kok.""Terus kalau perempuan, kamu mau kasih nama dia siapa?""Zahra. Az-Zahra Chairunnisa."*"Nanti kamu bali
Malam ini bintang bersinar cerah di angkasa.Cahayanya indah memenuhi langit dengan titik-titik kecil berwarna emas.Saking indah dan cerahnya langit malam ini, Airish pun tergoda untuk menyaksikan langit dari alam terbuka.Dan kebetulan sekali, Samudra datang menjenguknya.Sejak dua hari dirinya dirawat di rumah sakit yang sama dengan Aisha, ini adalah kali kedua Samudra mendatanginya, setelah lelaki itu menengok keadaannya pasca dipindah ke ruang rawat dua hari yang lalu.Airish berusaha untuk memaklumi meski dalam hati, dia merasa begitu sedih dan kecewa.Sialnya, Airish hanya bisa memendam kesedihan dan kekecewaannya itu dalam hati, karena dia sadar akan posisinya yang memang tak sama sekali memiliki peran penting apa pun dalam kehidupan Samudra.Bagi Airish, Samudra masih mengingatnya saja itu sudah lebih dari cukup membuatnya merasa senang.Airish tak ingin berharap terlalu muluk, apalagi jika masih berharap bahwa pernikahannya dengan Samudra akan tetap berlangsung. Sungguh, itu
"Aisha hilang ingatan, Sam," beritahu Gara saat keduanya sedang menikmati makan siang bersama di salah satu restoran cepat saji yang berada di lantai dasar Rumah Sakit."Apa? Jadi, sekarang dia tidak ingat padaku?" tanya Samudra dengan perasaannya yang kian remuk redam.Setelah apa yang Samudra dengar dari Angkasa mengenai ucapan Aisha tentang Gara semalam, perasaan Samudra jadi tak tenang. Itulah sebabnya, dia meminta Gara ke rumah sakit saat jam makan siang kantor."Ya, benar. Aisha tak mengingat siapa pun pasca kejadian kecelakaan yang menimpanya empat tahun silam. Aisha koma dan ketika dia terbangun dari koma, dokter menyatakan bahwa Aisha amnesia," tambah Gara lebih lanjut.Mendengar hal itu, dunia Samudra yang sudah hancur lebur kembali harus dihancurkan lagi hingga berkeping-keping.Pantas sejak kemarin, Samudra merasa tatapan Aisha begitu aneh kepadanya. Seolah Samudra adalah orang asing baginya.Nyatanya, semua itu karena Aisha yang memang tidak ingat siapa Samudra sebenarnya