Siapapun, kumohon, tolong kami.
Suara itu terus menerus terngiang –terdengar jelas dalam telinga Archie, sayangnya hanya ia yang mendengar suara tersebut. Suara yang tak begitu asing dalam rungunya.Anehnya, sejak ia bertemu dan melakukan diskusi tertutup dengan semua anggota Keluarga Argent hari itu, satu persatu kemampuan aneh yang dimilikinya bermunculan. Seperti bisa membaca pikiran terdalam dari siapa saja yang tanpa sengaja bersentuhan dengannya, dan sekarang, ia bisa mendengar suara Leona yang entah berasal dari mana.Archie terus menggaruk kepalanya yang tidak gatal setiap kali rungunya mendengar kalimat permintaan tolong dari seorang Leona.Sesekali ia bangkit dari tempat duduknya, menyapu pandangannya ke sekitar, bahkan beberapa kali ia berjalan ke sana ke mari –mencari sosok yang suaranya terdengar begitu jelas dalam pendengarannya. Mungkin saja gadis itu tengah bersembunyi dan ingin bermainnya. Pikir Archie.Gabe yang mulai merasa pusing ketika melihat ArcSiapapun, kumohon, tolong kami.Suara itu terus menerus terngiang –terdengar jelas dalam telinga Archie, sayangnya hanya ia yang mendengar suara tersebut. Suara yang tak begitu asing dalam rungunya.Anehnya, sejak ia bertemu dan melakukan diskusi tertutup dengan semua anggota Keluarga Argent hari itu, satu persatu kemampuan aneh yang dimilikinya bermunculan. Seperti bisa membaca pikiran terdalam dari siapa saja yang tanpa sengaja bersentuhan dengannya, dan sekarang, ia bisa mendengar suara Leona yang entah berasal dari mana.Archie terus menggaruk kepalanya yang tidak gatal setiap kali rungunya mendengar kalimat permintaan tolong dari seorang Leona.Sesekali ia bangkit dari tempat duduknya, menyapu pandangannya ke sekitar, bahkan beberapa kali ia berjalan ke sana ke mari –mencari sosok yang suaranya terdengar begitu jelas dalam pendengarannya. Mungkin saja gadis itu tengah bersembunyi dan ingin bermainnya. Pikir Archie.Gabe yang mulai merasa pus
"KELUARKAN AKU DARI SINI, SIALAN!" pekik Leona.Gadis itu menendangi dinding sempit yang mengilinginya. Ia tak bisa bergerak leluasa, bahkan penerangan di dalam ruangan itu benar-benar gelap. Terlalu gelap. Ia tahu, ia dimasukan ke dalam ruangan penyiksaan yang dimiliki Keluarga Skarsgard. Hanya saja, ia tidak menyangka akan dimasukan ke dalam ruangan sesempit itu.Ruangan tersebut benar-benar sempit. Luas dan tinggi ruangan tersebut tak lebih dari seukuran tubuh juga tinggi badan Leona. Seolah ruangan tersebut telah disiapkan jauh-jauh hari, khusus untuknya.Gadis itu hanya bisa mengguncang tubuh, juga kedua kakinya sebagai usaha untuk menghancurkan ruangan sempit tersebut. Bahkan ia tak memiliki kuasa atas kedua tangannya, dari siku sampai jari terjulur keluar dan diikat kencang oleh logam pipih berwarna silver. "DAMIEN! LEPASKAN AKU!" sekali lagi, Leona meraung meminta untuk dilepaskan dari ruangan sempit tersebut.Gadis itu benar-benar membenci tempat s
"Terima kasih banyak, Lyla." ucap Erin pada Lyla.Kedua perempuan itu saling menggenggam, lalu berpelukan dengan penuh rasa syukur. Pria yang sama-sama mereka cintai pulih dengan begitu cepat. Erin, sebagai seorang ibu, merasa lega melihat putranya bisa kembali menggerakkan tubuhnya dengan bebas. Sementara Lyla, sebagai seorang sahabat, tampak senang melihat Ash kembali tersenyum dalam keadaan sehat."Syukurlah. Kau bisa kembali pulih tanpa perlu menunggu waktu lama," ujar Gabe.Gabe ikut bergabung –memeluk Erin dan Lyla yang kemudian disusul Archie tanpa ragu. Sang Hybrid menyempatkan diri menoleh, lantas melambaikan tangannya pada sang Alpha."Hey! Kemarilah bocah sok tampan!" tegur Archie dengan raut mengejek.Ash terkekeh pelan, lalu menjawab, "Aku memang tampan!" balas Ash percaya diri.Ya, Ash memanglah tampan. Dilihat dari sudut mana pun, ia tampak seperti makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna –salah satu di antara sekian banyak
Meski kesal dan tak ingin membiarkan Ash lari ke dalam pelukan Leona, Lyla akhirnya angkat bicara, mengusulkan sesuatu –menengahi perdebatan yang hampir diciptakan Archie."Jangan gegabah, Ash." ucap Lyla.Suara feminim itu mengucap kalimatnya dengan lembut dan penuh kehati-hatian."Aku tahu, kau ingin segera menyelamatkannya. Tapi, setidaknya, demi keselamatan kita semua. Kita harus perhatikan dulu situasi di dalam sana seperti apa." ucap Lyla tulus.Ash mengangguk, diikuti Archie setelahnya. Keduanya tampak setuju dengan apa yang baru saja Lyla katakan. Maka Lyla mengulas senyum hangatnya ketika mendapatkan kesepakatan dari keduanya."Jika situasinya tidak genting, saranku, datanglah ketika ia membutuhkan bantuan. Setuju?" usul Lyla dengan intonasi penuh kehati-hatian.Dengan sigap Archie mengangguk, setuju dengan usul Lyla. Bahkan sang Hybrid tak memberikan bantahan apapun pada kalimat yang diucapkan Lyla."Selain itu... Kau akan tampak se
"Harus kuapakan kau agar diam dan menuruti keinginanku, Argent?" bisik Damien dengan intonasi dan sorot dingin mengintimidasi.Leona menyunggingkan senyum manisnya, lantas menjawab, "Lakukan sesukamu, Damien." lirih Leona.Senyuman juga nada bicara Leon berhasil menurunkan tensi amarah Damien, meski sebenarnya ia memang tengah berada di puncak kemarahannya, senyum sang gadis berhasil memudarkan segalanya. Ia memberikan pengampunan.Damien melepaskan cengkramannya dari leher jenjang Leona, lalu berbalik dan beranjak menuju pintu.Pemilik surai hitam dan ikal itu menyempatkan diri menoleh, menatap Leona dan Ash melalui sudut matanya."Pergilah!" titah Damien. "Ini pengampunan terakhirku untuk kalian."Pria itu melanjutkan kembali langkahnya menuju pintu, lalu melesat meninggalkan saudara dan saudarinya yang masih berada di puncak emosinya."Apa kau tidak mendengar apa yang baru saja saudaramu katakan, Nona?"Archie menatap Irina yang tengah menc
"Malia, bangunlah. Kumohon," ujar Loui lirih.Pemuda itu menempelkan pipi kanannya pada punggung tangan gadis yang tengah terbaring di atas tempat tidur pasien. Ia tampak begitu nyenyak –tenang. Sejak hari itu, Malia belum menunjukkan tanda-tanda akan terbangun dari tidur panjangnya.Gadis itu sudah berhasil melewati masa kritisnya, tekanan darahnya pun sudah jauh lebih stabil, bahkan dokter sendiri mengatakan, bahwa Malia sudah kembali pada kondisi terbaiknya. Hanya saja, entah kapan gadis itu akan membuka mata, dan membagi keceriaannya pada yang lain seperti sedia kala.Loui memandangi sekelilingnya. Tembok kokoh berwarna putih, lantai dengan warna senada dengan sprei juga selimut yang dipakai Malia, dan beberapa alat medis yang menimbulkan berbagai macam bunyian —mengisi keheningan di ruangan pasien super besar itu.Hidup Loui kembali terasa begitu sepi sejak Malia tak di sana —tak kunjung bangun dari tidur panjangnya. Dunianya yang sempat be
"Bagaimana kau bisa pulih secepat ini?" selidik Leona.Gadis itu menyamankan dirinya di atas batuan besar, menghadap air terjun dengan segaris pelangi melintasi kedua tepi.Dalam perjalanan pulang, Ash memilih memisahkan diri –membawa Leona ke tempat persembunyian favoritnya, tanpa Gabe dan Archie.Ia tahu, hubungan antara ia dan ibunya sedang memburuk. Mungkin lebih buruk dari yang pernah ada. Tapi sayangnya, ia enggan untuk menyegerakan diri menemui Erin hanya untuk sekedar kembali meminta maaf atau memeluknya karena telah membantah dengan sangat berani. Ash justru memilih untuk menghabiskan sisa malam itu bersama gadis favoritnya, Leona. Membawanya ke tempat tersebut adalah satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiran sang Alpha selama dalam perjalanan pulang.Tak ada yang Ash rencanakan. Ia hanya ingin bersama Leona, melihat cahaya matahari terbit melintasi kedua tepi air terjun bersama dengan segaris pelangi, seperti yang tengah dipandanginya be
"Stop talking, Ash!"Dengan sebelah alis terangkat naik, Ash menjawab, "And...? What should i do?""Kiss me..."Gadis itu buru-buru menarik tengkuk sang Alpha, mengecup singkat katup mulutnya lantas tersenyum ketika netra bulat mereka bertemu —saling menatap, dengan kedua sudut bibir masing-masing terangkat naik."But strangers don't kiss each other." sang Alpha mengubah senyumnya –meledek.Jelas sekali ingin memutar balik kalimat yang Leona singgung beberapa saat lalu. Gadis itu mengatakan, bahwa orang asing saja bisa saling berpelukan, lantas kenapa ia harus merasa spesial ketika bisa saling merengkuh tubuh satu sama lain.Saat ini, beberapa menit lalu, sang gadis memintanya untuk memberikan sebuah ciuman. Jika dideskripsikan, tindakan itu bukanlah hal lumrah yang bisa dilakukan siapa saja, di mana saja. Bagi Ash, ciuman adalah hal intim, langkah awal –gerbang menuju ke kemesraan lainnya. Jelas tidak bisa dilakukan sembarangan, meski melakukannya dengan orang