"KELUARKAN AKU DARI SINI, SIALAN!" pekik Leona.
Gadis itu menendangi dinding sempit yang mengilinginya. Ia tak bisa bergerak leluasa, bahkan penerangan di dalam ruangan itu benar-benar gelap. Terlalu gelap. Ia tahu, ia dimasukan ke dalam ruangan penyiksaan yang dimiliki Keluarga Skarsgard. Hanya saja, ia tidak menyangka akan dimasukan ke dalam ruangan sesempit itu.Ruangan tersebut benar-benar sempit. Luas dan tinggi ruangan tersebut tak lebih dari seukuran tubuh juga tinggi badan Leona. Seolah ruangan tersebut telah disiapkan jauh-jauh hari, khusus untuknya.Gadis itu hanya bisa mengguncang tubuh, juga kedua kakinya sebagai usaha untuk menghancurkan ruangan sempit tersebut. Bahkan ia tak memiliki kuasa atas kedua tangannya, dari siku sampai jari terjulur keluar dan diikat kencang oleh logam pipih berwarna silver."DAMIEN! LEPASKAN AKU!" sekali lagi, Leona meraung meminta untuk dilepaskan dari ruangan sempit tersebut.Gadis itu benar-benar membenci tempat s"Terima kasih banyak, Lyla." ucap Erin pada Lyla.Kedua perempuan itu saling menggenggam, lalu berpelukan dengan penuh rasa syukur. Pria yang sama-sama mereka cintai pulih dengan begitu cepat. Erin, sebagai seorang ibu, merasa lega melihat putranya bisa kembali menggerakkan tubuhnya dengan bebas. Sementara Lyla, sebagai seorang sahabat, tampak senang melihat Ash kembali tersenyum dalam keadaan sehat."Syukurlah. Kau bisa kembali pulih tanpa perlu menunggu waktu lama," ujar Gabe.Gabe ikut bergabung –memeluk Erin dan Lyla yang kemudian disusul Archie tanpa ragu. Sang Hybrid menyempatkan diri menoleh, lantas melambaikan tangannya pada sang Alpha."Hey! Kemarilah bocah sok tampan!" tegur Archie dengan raut mengejek.Ash terkekeh pelan, lalu menjawab, "Aku memang tampan!" balas Ash percaya diri.Ya, Ash memanglah tampan. Dilihat dari sudut mana pun, ia tampak seperti makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna –salah satu di antara sekian banyak
Meski kesal dan tak ingin membiarkan Ash lari ke dalam pelukan Leona, Lyla akhirnya angkat bicara, mengusulkan sesuatu –menengahi perdebatan yang hampir diciptakan Archie."Jangan gegabah, Ash." ucap Lyla.Suara feminim itu mengucap kalimatnya dengan lembut dan penuh kehati-hatian."Aku tahu, kau ingin segera menyelamatkannya. Tapi, setidaknya, demi keselamatan kita semua. Kita harus perhatikan dulu situasi di dalam sana seperti apa." ucap Lyla tulus.Ash mengangguk, diikuti Archie setelahnya. Keduanya tampak setuju dengan apa yang baru saja Lyla katakan. Maka Lyla mengulas senyum hangatnya ketika mendapatkan kesepakatan dari keduanya."Jika situasinya tidak genting, saranku, datanglah ketika ia membutuhkan bantuan. Setuju?" usul Lyla dengan intonasi penuh kehati-hatian.Dengan sigap Archie mengangguk, setuju dengan usul Lyla. Bahkan sang Hybrid tak memberikan bantahan apapun pada kalimat yang diucapkan Lyla."Selain itu... Kau akan tampak se
"Harus kuapakan kau agar diam dan menuruti keinginanku, Argent?" bisik Damien dengan intonasi dan sorot dingin mengintimidasi.Leona menyunggingkan senyum manisnya, lantas menjawab, "Lakukan sesukamu, Damien." lirih Leona.Senyuman juga nada bicara Leon berhasil menurunkan tensi amarah Damien, meski sebenarnya ia memang tengah berada di puncak kemarahannya, senyum sang gadis berhasil memudarkan segalanya. Ia memberikan pengampunan.Damien melepaskan cengkramannya dari leher jenjang Leona, lalu berbalik dan beranjak menuju pintu.Pemilik surai hitam dan ikal itu menyempatkan diri menoleh, menatap Leona dan Ash melalui sudut matanya."Pergilah!" titah Damien. "Ini pengampunan terakhirku untuk kalian."Pria itu melanjutkan kembali langkahnya menuju pintu, lalu melesat meninggalkan saudara dan saudarinya yang masih berada di puncak emosinya."Apa kau tidak mendengar apa yang baru saja saudaramu katakan, Nona?"Archie menatap Irina yang tengah menc
"Malia, bangunlah. Kumohon," ujar Loui lirih.Pemuda itu menempelkan pipi kanannya pada punggung tangan gadis yang tengah terbaring di atas tempat tidur pasien. Ia tampak begitu nyenyak –tenang. Sejak hari itu, Malia belum menunjukkan tanda-tanda akan terbangun dari tidur panjangnya.Gadis itu sudah berhasil melewati masa kritisnya, tekanan darahnya pun sudah jauh lebih stabil, bahkan dokter sendiri mengatakan, bahwa Malia sudah kembali pada kondisi terbaiknya. Hanya saja, entah kapan gadis itu akan membuka mata, dan membagi keceriaannya pada yang lain seperti sedia kala.Loui memandangi sekelilingnya. Tembok kokoh berwarna putih, lantai dengan warna senada dengan sprei juga selimut yang dipakai Malia, dan beberapa alat medis yang menimbulkan berbagai macam bunyian —mengisi keheningan di ruangan pasien super besar itu.Hidup Loui kembali terasa begitu sepi sejak Malia tak di sana —tak kunjung bangun dari tidur panjangnya. Dunianya yang sempat be
"Bagaimana kau bisa pulih secepat ini?" selidik Leona.Gadis itu menyamankan dirinya di atas batuan besar, menghadap air terjun dengan segaris pelangi melintasi kedua tepi.Dalam perjalanan pulang, Ash memilih memisahkan diri –membawa Leona ke tempat persembunyian favoritnya, tanpa Gabe dan Archie.Ia tahu, hubungan antara ia dan ibunya sedang memburuk. Mungkin lebih buruk dari yang pernah ada. Tapi sayangnya, ia enggan untuk menyegerakan diri menemui Erin hanya untuk sekedar kembali meminta maaf atau memeluknya karena telah membantah dengan sangat berani. Ash justru memilih untuk menghabiskan sisa malam itu bersama gadis favoritnya, Leona. Membawanya ke tempat tersebut adalah satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiran sang Alpha selama dalam perjalanan pulang.Tak ada yang Ash rencanakan. Ia hanya ingin bersama Leona, melihat cahaya matahari terbit melintasi kedua tepi air terjun bersama dengan segaris pelangi, seperti yang tengah dipandanginya be
"Stop talking, Ash!"Dengan sebelah alis terangkat naik, Ash menjawab, "And...? What should i do?""Kiss me..."Gadis itu buru-buru menarik tengkuk sang Alpha, mengecup singkat katup mulutnya lantas tersenyum ketika netra bulat mereka bertemu —saling menatap, dengan kedua sudut bibir masing-masing terangkat naik."But strangers don't kiss each other." sang Alpha mengubah senyumnya –meledek.Jelas sekali ingin memutar balik kalimat yang Leona singgung beberapa saat lalu. Gadis itu mengatakan, bahwa orang asing saja bisa saling berpelukan, lantas kenapa ia harus merasa spesial ketika bisa saling merengkuh tubuh satu sama lain.Saat ini, beberapa menit lalu, sang gadis memintanya untuk memberikan sebuah ciuman. Jika dideskripsikan, tindakan itu bukanlah hal lumrah yang bisa dilakukan siapa saja, di mana saja. Bagi Ash, ciuman adalah hal intim, langkah awal –gerbang menuju ke kemesraan lainnya. Jelas tidak bisa dilakukan sembarangan, meski melakukannya dengan orang
Lyla pun mulai melakukan flashback, menceritakan semuanya dari awal.***Malam itu Lyla, Ash, Gabe dan Archie tengah berkutat dengan setumpuk buku dan alat tulis masing-masing. Mereka sedang berada di tengah-tengah kegiatan belajar kelompok.Semua orang benar-benar fokus pada pekerjaannya masing-masing, dan Archie menjadi satu-satunya orang yang mulai terlihat bosan dengan keheningan yang mereka ciptakan sejak empat puluh lima menit yang lalu. Archie sudah berusaha keras menahan kantuk dan rasa bosannya. Tapi, sepertinya usahanya telah kalah dengan rahangnya yang berusaha keras mengajaknya untuk mengeluarkan sebuah uapan keras.Namun tiba-tiba saja Archie menguap, lantas menyerukan suara baritonenya dengan intonasi tinggi, membuat Ash, Gabe dan Lyla terperanjat kaget saat rungu mereka mendengar seruan tersebut."Truth or dare!" Seru Archie sembari mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.Karena tak mendapat jawaban, Archie menguap sembari merentang
"Bangunlah, Malia. Dunia butuh gadis baik sepertimu." bisik Lyla sebelum akhirnya beranjak menuju pintu.Namun sekali lagi, Lyla membilak. Kaget luar biasa ketika dirinya berpapasan dengan Gabe dan Archie, yang entah sejak kapan berada di balik pintu putih itu.Malia mengangkat sebelah tangannya dengan gerakan patah-patah, senyumnya tampak begitu kikuk, serta tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya melihat keberadaan Archie dan Gabe di sana."O– oh? Ha– hai, guys!"Archie dan Gabe saling bertukar pandang, dengan sepasang pangkal alis masing-masing yang tampak menyatu."A– aku hanya ingin menjenguk Malia." jelas Lyla terbata.Gadis itu mengarahkan telunjuk kanannya ke arah pintu yang baru ia tutup beberapa menit lalu. Ia kembali memasang senyumnya, berusaha menyakinkan kedua sahabatnya –menjauhkan mereka dari segala macam perasaan curiga.Bagaimana pun, Lyla memang menjenguk Malia. Menemuinya, dan mengajaknya berbicara meski
Sejak kejadian hari itu Lyla tak pernah muncul di manapun, bahkan nomer ponselnya tak aktif. Bahkan bibi, paman, juga kakak sepupunya tak pernah tahu Lyla pergi ke mana. Yang mereka tahu, malam itu Lyla hanya berpamitan untuk pergi menemui seseorang dengan berbekal long coath ungu kesayangannya.Tiga bulan lamanya, seluruh anggota kepolisian dikerahkan untuk mencari Lyla. Namun seharipun, segala usaha yang mereka lakukan tak membuahkan hasil. Nihil.Dan pada akhirnya, seluruh anggota Keluarga Justice menyerah untuk mencari Lyla. Namun mereka tetap memasang iklan berbayar yang ditayangkan di seluruh stasiun Televisi Nasional dan Swasta tentang hilangnya salah satu anggota keluarga mereka.Di sisi lain, Archie yang masih belum bisa mengurangi rasa sukanya pada Malia memilih untuk mengencani gadis manapun. Hingga hari ini, identitas baru Archie sebagai seorang Hybrid masih dirahasiakan —tidak diungkapkan secara terang-terangan. Hanya saja, ketika ada yang bertanya, ia akan men
Ash memberikan seluruh atensinya pada Rosalie, mengunci tatapannya pada wanita berpakaian serba merah di hadapannya. Ia tahu, meski Rosalie tampak pasrah, sebagai seorang ibu, Rosalie ingin mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk menemukan di mana jasad putri kesayangannya berada.Saat itu juga, setelah masing-masing memberi anggukkan sepakat, mereka berpencar menyusuri hutan pada garis lurus —sejajar demi memudahkan titik temu saat mereka menemukan apa yang mereka cari. *** Di Kastil Skarsgard Gabe bersama dua kawanannya tampak khawatir menyaksikan sebagian gedung kokoh itu ambruk sebagian. Tidak seperti yang dikatakan Loui sebelumnya. Alih-alih dilalap si jago merah, bangunan klasik itu justru luruh sebagian.Sang Beta mengelilingi setiap sudut bangunan kastil, mencari jalan masuk aman sekedar untuk memberikan pertolongan pada si sulung Argent yang masih berada di dalam sana.Saat ia hendak membawa keempat tungkainya memasuki salah
Rosalie hanya mengangguk ketika mendengar segala macam informasi yang disampaikan pria bertubuh tinggi besar di hadapannya.Ia mengabarkan tentang perkelahian yang terjadi antara Ash, Damien dan Leona. Dan sang gadis menjadi satu-satunya korban dalam kejadian tersebut.Sementara Stefan juga Charles hanya bisa menghela napas, Malia menjadi satu-satunya yang meneteskan air mata, serta Luca tampak begitu marah ketika mendengar seluruh rentetan kejadiannya."Bagaimana dengan Loui?" tanya Malia pada pria besar di hadapan mereka.Sang gadis tampak begitu mengkhawatirkan keadaan si Sulung Argent yang kini telah menjadi bagian dari Keluarga Skarsgard."Apakah Loui baik-baik saja di sana?" tanya Malia lagi.Pria itu bungkam, tak bisa memberikan jawaban pasti pada gadis bertubuh mungil di hadapannya, sebab ia belum sempat memasuki Kastil Skarsgard ketika tiba di depan perbatasan.Di sepersekian detik berikutnya ia mengendikkan bahunya, lantas memberikan sebu
Dengan tenang Loui melepas cengkraman Irina dalam satu kali sentakan, lantas menarik selembar penutup besi di sisi tungku —menutup lubang tersebut dengan segera.Dalam sekejap lubang besar itu tertutup sempurna. Loui hanya bisa mendengar teriakan Irina setelah tungku perapian itu berhasil disumpal lembaran besi tebal."Maaf, Irina. Ini bukanlah hari kematianku." monolog Loui sebelum akhirnya ia beranjak menuruni tangga dan mencari sisa penghuni kastil tersebut. Lucien, dan Victoria tentunya.***Hutan yang sebelumnya dijadikan tempat bertarung oleh Ash dan Damien kembali hening seperti sebelum tersentuh oleh keduanya. Hanya terdengar suara kicauan burung hantu ketika malam bertugas menggantikan segala kicauan riang yang hanya muncul ketika langit terang.Sepasang kaki memasuki hutan, sesekali menghentikan langkahnya sembari memperhatikan sekitar —memindai setiap sudut yang ada.Sang pemilik tungkai kembali bergerak menuju sat
CRASH!Damien memisahkan kepala sang gadis dari tubuhnya dalam satu tarikan kuat. Di saat yang sama Ash berbalik. Tubuhnya mematung melihat sebelah tangan Damien memegangi kepala sang gadis yang telah terpisah dari tubuhnya."Take this!" Damien melemparkan kepala sang gadis pada Ash yang tengah mematung di sebrang sana. "Have fun with her!"Damien tertawa. Suara husky-nya menguar, memenuhi segala keheningan dan kegelapan yang mulai menyelimuti hutan.Ia masih enggan meninggalkan tempat tersebut —ingin melihat reaksi seperti apa yang akan ditunjukkan sang Alpha ketika melihat gadisnya sudah tak bernyawa karena ulahnya.Ash spontan menangkap apa yang dilemparkan Damien ke hadapannya. Dipeluknya, lantas dipandanginya wajah sang gadis yang terlihat jauh lebih pucat. Diusapnya kelopak mata sang gadis yang semula tertutup.Beberapa detik setelah Ash membawa tungkainya ke tempat di mana tubuh sang gadis tumbang. Dengan tangannya yang gemetar, san
"Pulanglah. Aku tahu apa yang harus kuperbuat."Suara baritone itu terdengar tegas dan dalam. Lain dari biasanya. Tidak seperti Ash yang dikenalnya. Bahkan sorot tajamnya tampak lain. Gelap. Seperti yang ditunjukkan Damien ketika menyaksikan segala keintiman yang mereka tunjukkan di hadapannya.Tanpa mengatakan apapun kedua pemuda itu bergeser dan berbondong-bondong menuju hutan pinus di belakang perbukitan.Leona mengejar, namun dengan sigap —tanpa mempertimbangkan segala macam resikonya Damien mengibakan sebelah tangannya pada gadis yang tengah berusaha membututinya dan Sang Alpha.Sang gadis terlempar jauh —berguling dari puncak bukit. Di sepersekian detik berikutnya Damien kembali mengibaskan tangannya, lantas membuat sebuah gerakan seperti tengah mengikat sesuatu dari kejauhan. Di saat yang sama Leona mengerang ketika tubuhnya terasa seperti diikat.Ash berbalik, melompat ke udara dengan sebagian tubuhnya yang mulai ditumbuhi bulu abu-abu, l
"I said, can't you stop talking?"Untuk kesekian kali Leona kembali mengulangi ucapannya. Ia menginginkan hal lain daripada mengobrol dengan pemuda yang tengah berada dalam rengkuhannya."Will do. But, can you promise me something?"Sorot mata Ash tampak begitu serius. Lain dari yang ia tunjukkan sebelumnya. Ia tengah bersungguh-sungguh dengan ucapannya, menginginkan sang gadis untuk menjanjikannya sesuatu.Leona menarik napas panjang sebelum kembali bersuara dan menjawab permintaan sang Alpha. "Go on. Say it." tantangnya."Let me set you free. Will you?" balas sang Alpha dengan segala kesungguhan yang dituangkannya melalui tatapan.Leona mengernyit bingung. Kedua pangkal alisnya hampir menyatu —bertemu di titik yang sama. Ia tergugu-gugu. Bukan enggan menjawab, hanya saja, ia tahu maksud sesungguhnya dari ucapan sang Alpha.Leona sadar bahwa Ash tahu apa yang tengah di hadapinya saat ini. Melalui sorot tajamnya, ia memberikan sebuah tanda ya
Hening. Gadis di hadapannya itu tak memberikan jawaban apapun. Bahkan tatapannya tampak kosong tanpa ekspresi apapun. Terlihat dingin dan menyeramkan dalam satu waktu.Sadar dengan atmosfir tersebut, Ash memilih memakaikan sebuah helm ke atas kepala Leona dengan sangat hati-hati hingga terpasang dengan benar —melindungi salah satu bagian berharga di tubuh sang gadis.Setelah berhasil memakai pelindung kepala, Ash naik ke atas motornya —menyalakan mesin, lantas mengulurkan tangan kanannya ke hadapan sang gadis dengan maksud memberi bantuan untuk menaiki kuda besinya yang berperawakan tinggi besar, agak sulit untuk dinaiki para gadis.Ash menancap gas setelah Leona duduk dengan aman di balik punggungnya sembari memeluknya dari belakang. Gadis itu bungkam, tak mengatakan apapun, bahkan wajahnya tak hidup seperti sebelumnya. Meski tak merasa melakukan sesuatu hal yang menyinggung bahkan menyakiti hati Leona, Ash memilih menepi di bahu jalan dan mengajaknya ber
Ash terus menerus mengulas senyum —memandangi pantulan dirinya di cermin, sudah 15 menit lamanya ia melakukan hal tersebut. Ia terus memandangi seluruh aspek yang ada pada dirinya, dari ujung kepala hingga ujung kaki —termasuk pakaian yang melekat di tubuhnya saat itu.Jika bergeser sedikit ke belakang, persis di balik punggungnya Ash menyembunyikan setumpuk pakaian yang telah dicobanya sejak 30 menit yang lalu.Ia benar-benar sibuk memilah pakaian dan tampilan apa yang cocok ia gunakan untuk menemui Leona, melakukan segala macam hal dengan sang gadis selama satu hari penuh, seperti yang ia janjikan padanya beberapa hari lalu.***"Bisakah kita piknik ke perbukitan —tempat favorit kedua orang tuamu, Leona?"Sepasang mata bulat Leona memicing, mencurigai sesuatu. "Apa kau sedang berusaha mengajakku berkencan?" selidik Leona percaya diri.Tanpa ragu Ash mengangguk, lalu memberi respon, "Jika ya, apa kau akan menolak?"Alis