Share

42. DIA MASIH MARAH

Hembusan angin malam membuat pria yang duduk di kursi rumah sakit itu  kedinginan.  Ruangan itu adalah bangunan tanpa tembok yang biasa di lalu pasien menuju  Apotik.

                “Ini!” Gadis blesteran itu menyerahkan  segelas kopi. “Biar nggak membeku.”

                “Makasih!”  Abizar menjauh sedikit saat gadis itu hendak duduk di sampingnya.

                “Semoga Umi nggak papa.”

                “Makasih doanya Tresha. Tapi kenapa kamu ada disini? Bukannya ada kamu ada jadwal pembelajaran hari ini?”

          &

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status